Rapat berlangsung cukup lama sebelum akhirnya selesai. Adipura pun langsung pergi meninggalkan ruang rapat tanpa bicara sepatah kata pun, sedangkan Imelda, Livy, dan Jordan tetap di sana. Para peserta lain pun ikut meninggalkan ruang rapat, sedangkan Rosella dan Tami juga tetap di sana. "Kau melakukannya dengan baik, Rosella, aku bangga sekali padamu," puji Livy. "Terima kasih, Livy! Sungguh aku tidak merasa itu hebat, aku hanya melakukannya sebisaku." "Sebisamu saja sudah hebat, Rosella. Tante juga bangga padamu!" Secara mengejutkan Imelda memeluk Rosella sampai Rosella membelalak kaget. Dengan sungkan Rosella pun menyentuh punggung Imelda dengan sangat ringan. Tami dan Jordan hanya tersenyum melihatnya karena Tami netral dan ia juga belum tahu apa-apa. Sedangkan Jordan tahu kalau ibunya sangat menyukai Rosella dan Julio. Di sisi lain, Livy sendiri begitu kaget melihat sikap Imelda pada Rosella. Livy tahu Imelda itu sangat baik dan berhati lembut, tapi ia juga bukan tipe wa
Livy begitu lemas mendengar ucapan Jessica tentang Jonathan dan Rosella. Rasanya ia tidak mau mempercayai pendengarannya tapi semuanya kenyataan. Sungguh, sampai detik ini, Livy masih berpikir bahwa pada akhirnya ia akan tetap menikah dengan Jonathan. Kepala Livy berputar dan tubuhnya mendadak oleng sampai Jessica yang melihatnya langsung menangkapnya. "Astaga, Livy, kau baik-baik saja kan?" seru Jessica yang langsung membawa Livy ke ruangannya. "Maaf, Jessica, aku baik-baik saja. Terima kasih!" Jessica menatap Livy sejenak dan ia begitu paham perasaan Livy. "Aku tahu perasaanmu, Livy. Tapi sudah sekian lama kakakku menghilang dan kau harus belajar merelakannya, apalagi kakakku sudah punya anak ...." "Tapi aku tahu banyak pria yang menyukaimu kan, Livy? Anak teman ayahku juga tergila-gila padamu. Dia juga keren dan pengusaha sukses. Aku iri sekali!" Livy yang mendengarnya pun hanya tersenyum tipis. Tentu saja banyak pria yang menyukainya karena ia sangat cantik dan pintar, n
"Om senang sekali kalau Bu Imelda bisa menerima Rosella dan Julio," seru Jacob pagi itu saat Jonathan datang menjemput Rosella. Satu minggu telah berlalu dan akhir pekan pun datang lagi. Hari ini Imelda meminta Jonathan untuk membawa Rosella dan Julio ke rumah. Tentu saja Jonathan menyanggupinya untuk mendekatkan Rosella dan Julio dengan keluarganya, walaupun Jonathan masih belum tahu bagaimana respon Adipura nanti. "Aku juga senang, Om. Dan aku harap semuanya lancar untukku dan Rosella." Jonathan menoleh menatap Rosella dengan hangat dan memeluknya. Rosella sendiri pun tersenyum walaupun dalam hatinya ia masih tidak tenang dengan kebohongan yang mereka buat. "Jangan lupa sampaikan salam Om untuk Bu Imelda dan Pak Adipura ya!" "Akan kusampaikan, Om." Jonathan pun berpamitan pada semua dan membawa Rosella beserta Julio ke rumahnya. "Aku tegang sekali, Jonathan. Aku terus tegang akhir-akhir ini." "Tidak usah tegang, Sayang! Ibuku dan Jordan sangat ramah, walaupun Jessica tidak
Imelda dan Jordan akhirnya mengajak Rosella dan Julio bermain dan mengobrol bersama. Semua orang pun bermain dengan senang sampai siang menjelang dan akhirnya Jessica pun turun ke sana. "Hai, Jessica!" sapa Jonathan. Jessica pun menatap Jonathan dengan masih kesal, namun ia memeluk kakaknya itu. "Welcome home, Kak!" seru Jessica yang juga menyayangi kakaknya. Jessica hanya malas menemui mereka karena kakaknya itu pulang membawa Rosella dan Julio yang bagi Jessica merupakan orang luar. "Apa yang kau lakukan di kamar di akhir pekan, hah? Mengapa kau tidak menyapa kakakmu ini sejak tadi?" "Kau tahu sendiri alasannya," sahut Jessica gemas. Jonathan hanya menepuk punggung adiknya itu, sebelum mereka melepaskan pelukannya. Rosella sendiri yang melihat Jessica pun langsung menyapanya. "Hai, Bu Jessica!" sapa Rosella sungkan. "Jessica, Rosella! Panggil dia Jessica! Tidak perlu memanggilnya Bu, dia adik Jonathan yang berarti adik iparmu juga," seru Imelda tiba-tiba.Jessica yang men
Adipura terus menatap Julio dan Rosella sepanjang makan siang berlangsung dan interaksi antara ibu dan anak itu terlihat begitu jelas. Terlihat bagaimana kedekatan mereka dan Julio yang sangat patuh pada Rosella. Scene itu mengingatkan Adipura pada saat di mana Imelda masih mengurus anak-anak dulu. Namun, jarak umur anak-anak mereka yang tidak terlalu dekat membuat Imelda lebih mudah menjalaninya, ditambah mereka punya baby sitter dan banyak pelayan. Mendadak Adipura pun membayangkan bagaimana ramainya rumah kalau ada banyak anak kecil di sini. Bukannya Adipura bermaksud menerima Rosella dan Julio, namun mungkin itu naluri setiap orang tua yang rasanya begitu membenci rasa sepi. Semakin anak-anak dewasa dan bekerja, semua menghilang sendiri-sendiri. Karena itulah Adipura juga masih aktif bekerja bahkan sampai malam hari, agar ia tidak pernah merasakan kesepian itu. Adipura pun kembali makan dalam diam sampai tanpa sengaja ia tersedak dan terbatuk. "Uhuk ... uhuk ...." Julio
Akhir pekan berlalu dengan bahagia dan Rosella pun kembali ke kantor, namun ada yang berbeda dengan pagi ini karena Jonathan tidak sekedar menurunkannya di depan pintu seperti biasa tapi Jonathan memarkir mobilnya di parkiran. "Eh, mengapa kau parkir? Kau tidak akan pulang?" "Hari ini aku akan menemanimu bekerja, Rosella." "Apa maksudmu, Jonathan? Menemani aku bekerja bagaimana?" "Aku juga akan masuk bersamamu," sahut Jonathan santai. "Eh, tapi kalau mereka mengenalimu bagaimana?" "Apanya yang bagaimana? Biarkan saja mereka tahu kalau kau adalah calon istriku." "Jonathan, tapi ini ...." Jonathan pun tergelak. "Haha, kau ini takut apa, Sayang? Lagipula sudah begitu lama aku tidak pernah ke WHA lagi jadi belum tentu masih ada yang mengenaliku sebagai anak ayah dan ibuku, santai saja. Aku hanya mau berkeliling. Aku sudah lama tidak masuk ke dalam gedung perusahaan, Sayang." "Ah, begitu ya? Tapi ... tapi jangan menemuiku, aku tidak mau terlihat mencolok. Aku tidak mau orang-orang
Livy masih mematung di kursinya saat melihat seorang pria masuk bersama Jordan. Pria itu tersenyum sumringah dan jantung Livy pun berdebar tidak karuan. "Bagaimana kabarmu, Livy? Jangan bilang kau sudah melupakanku!" sapa pria itu santai sambil melangkah masuk ke ruang kerja Livy. "J-Jonathan ...," panggil Livy dengan tatapan goyah. "Haha, benar, ini Kak Jonathan! Eh, pasti ada banyak yang harus kalian bicarakan kan? Kalau begitu aku akan meninggalkan kalian dulu ya! Bicaralah sampai puas! Sampai jumpa!" Dengan cepat Jordan melesat meninggalkan Jonathan dan Livy berdua dan Livy pun hanya diam memandang Jonathan tanpa bicara apa-apa. "Berhenti memandangku, Livy! Kau sudah melakukannya sejak Jordan keluar tadi! Haha!" Jonathan tertawa begitu renyah. Livy sendiri yang mendengarnya pun mengerjapkan matanya dan ia tidak tahu harus mengatakan apa. "Maaf, maafkan aku! Aku hanya terkejut, Jonathan." "Well, aku bisa melihatnya, Livy!" sahut Jonathan yang duduk di kursi di hadapan Livy
Imelda menelepon Jonathan sore itu agar Jonathan membawa Julio lagi ke rumah karena Imelda merindukan Julio. Rosella yang mendengarnya pun begitu senang, tapi ada rasa gelisah juga di hatinya. "Jujur aku masih tidak nyaman dengan ini, Jonathan." "Aku tahu perasaanmu, Sayang. Tapi selama kebohongan itu bisa menghasilkan hal yang baik, kurasa tidak masalah. Toh memang sekarang Julio adalah anakku kan? Ini bukan jenis kebohongan yang akan merugikan banyak pihak atau semacamnya, Rosella.""Tapi aku tidak mau memulai hubungan dengan kebohongan, Jonathan. Maksudku, sejak awal kau tahu ceritaku dan menerimaku. Tapi orang tuamu kan belum. Aku tidak mau diterima hanya karena background sebagai kakak ipar Sebastian Sagala maupun sebagai kekasih yang sudah melahirkan anakmu. Kau mengerti maksudku kan, Jonathan?" Jonathan yang mendengarnya pun mengangguk dan nampak berpikir keras. "Baiklah, begini saja, Rosella! Aku janji akan memberitahukan semua pada ibuku, tapi lagi-lagi beri aku waktu, ok
Para peserta rapat akhirnya mengikuti keluar dengan suara yang masih ribut dan dalam sekejap ruang rapat pun menjadi sepi. Hanya tersisa Tami dan beberapa arsitek yang tergabung dalam tim, Jordan, Rosella, Jessica, dan Livy. Livy nampak tersenyum tipis menatap Rosella dan menatap semua kekacauan ini lalu dengan santai ia melenggang keluar dari ruang rapat. Namun, Jessica tidak membiarkannya pergi begitu saja. "Livy!" teriak Jessica yang mengikutiLivy keluar dari ruangan. Livy pun menoleh menatap Jessica. "Kau juga tidak percaya padaku, hah, Jessica? Dia itu mantan orang gila yang mungkin sampai sekarang masih tetap gila. Untuk apa kau membelanya lagi?" "Bukan dia yang gila, tapi kau yang gila, Livy! Mengapa kau harus mengatakan semua itu di depan banyak orang, hah? Benar saja kata ayahku kalau semua orang di sana tidak berpendidikan, termasuk kau, Livy!" "Terserah kau mau bilang apa, Jessica! Tapi semua yang kukatakan adalah kenyataan!" Jessica yang mendengarnya hanya tertawa
Suara lantang Livy membuat semua orang membelalak kebingungan. Jessica sendiri langsung membelalak dan menoleh tidak percaya ke arah Livy. Memang Jessica sudah mengetahui semuanya, namun Jessica tutup mulut dan ikut menyembunyikan semuanya sampai detik ini. Karena itu, Jessica sama sekali tidak menyangka kalau Livy mengetahui kenyataan itu dan membocorkannya seperti ini di depan semua orang. Jordan dan Rosella sendiri juga membelalak. Jordan yang panik mendengar Livy mengatakannya, sedangkan Rosella yang langsung gemetar karena masa lalunya terungkap. Rosella melirik ke arah Jessica dan Rosella pun pasrah kalau memang Jessica yang membocorkan semuanya, walaupun Rosella masih belum mau menuduh. Tapi selama ini Rosella tahu Jessica sangat dekat dengan Livy. Adipura dan Imelda juga membelalak kaget, namun ia masih belum mengerti apa maksud Livy, begitupun dengan peserta rapat yang juga masih tidak mengerti maksud Livy. "Apa maksudnya, Bu Livy? Siapa yang mantan pasien dengan gang
Rosella berangkat ke kantor pagi itu dan semua arsitek yang akan ikut rapat ternyata sudah menunggunya. Mereka pun saling memberi semangat, sebelum akhirnya mereka dibriefing singkat dan masuk ke ruang rapat yang lebih besar daripada biasanya, seperti ruang sebaguna yang besar dan artistik. Jantung Rosella pun berdebar begitu kencang begitu ia masuk, tapi Jordan terus menyemangatinya. Tidak lama kemudian, satu persatu peserta masuk ke sana yang terdiri dari banyak manager senior. Ada juga perwakilan perusahaan lain yang langsung menempati posisi masing-masing. Dan terakhir Adipura dan Imelda juga masuk ke sana, diikuti oleh Jessica dan Livy. "Aku senang sekali semua berkumpul di sini. Seperti yang kita tahu kali ini kita akan mengerjakan proyek besar dan aku juga sudah menunjuk arsitek utama yang akan bertanggung jawab dalam proyek ini." Adipura membuka rapat. "Arsitek muda yang belum lama bergabung dengan WHA, tapi kemampuannya sudah tidak perlu diragukan lagi." "Mari kita sam
"Bagaimana hari ini, Sayang?" Jonathan melakukan video call dengan Rosella dan Julio, sebelum mereka tidur malam itu. Dan Julio pun begitu senang melihat Jonathan yang begitu ia rindukan. Jonathan sendiri sudah mendengar semua cerita detail tentang Rosella dari Jordan dan Jonathan tidak berhenti berterima kasih pada Rosella. Walaupun Rosella sendiri sebenarnya tidak menceritakan apa pun pada Jonathan karena memang ia tidak mau bersikap berlebihan. "Semuanya baik, Jonathan. Julio sekolahnya juga pintar." "Tadi Julio belajar sama Mama sebelum tidur, Papa," celetuk Julio. "Benarkah? Belajar apa, Sayang?" "Julio belajar menulis." "Haha, apa Julio sudah pintar menulis sekarang?""Sedikit-sedikit bisa, Papa. Di rumah Grandma juga Julio belajar menulis." "Siapa yang mengajarimu, Julio?" "Grandpa. Hehe, tulisan Grandpa bagus." Jonathan yang mendengarnya pun langsung tertawa pelan. Mendadak ingatan masa kecil saat Adipura mengajarinya menulis pun muncul di otaknya. "Ya, Grandpa su
Livy keluar dari ruang kerja Jessica dengan geram dan ia langsung melangkah ke ruang kerjanya sendiri. Livy pun melangkah mondar mandir di ruang kerjanya sambil memekik kesal. "Sial kau, Jessica! Hanya karena diselamatkan seperti itu, mendadak kau ada di pihaknya?" "Kau sudah tidak mendukungku lagi bahkan kau mendukung hal yang tidak masuk akal seperti ini!" "Sebenarnya apa yang Om Adipura dan Tante Imelda inginkan? Membuat Rosella akhirnya mewarisi perusahaan ini? Haruskah mereka memperlakukan Rosella begitu special? Sial!" Livy tidak berhenti menggeram kesal sambil duduk di meja kerjanya. Ia pun memejamkan matanya dan berpikir keras, sebelum akhirnya ia memutuskan sesuatu. "Baiklah, Livy! Kau tidak bisa diam lagi karena ternyata satu persatu orang yang berpihak padamu sekarang pindah dan kau sudah tidak punya teman lagi. Bahkan Tante Imelda dan Jessica juga sudah berpihak pada Rosella." "Aku harus melakukan sesuatu. Ya, aku harus melakukan sesuatu," seru Livy sambil meraih po
Beberapa hari berlalu sejak kejadian pelecehan yang hampir dialami Jessica dan beberapa perubahan pun mulai terasa. Adipura marah besar pada keluarga Cedric dan memutuskan hubungan kerja sama walaupun WHA harus mengalami kerugian yang cukup besar. Adipura pun ngotot memenjarakan Cedric agar ia jera dan Jessica pun merasakan betapa ayahnya sangat menyayanginya. Ketulusan ini jujur belum pernah dirasakan oleh Jessica secara nyata. Jessica memang dekat dengan ayahnya dan selalu menuruti apa pun ucapan ayahnya. Namun, ia merasa itu biasa saja dan memang sudah seharusnya. Jessica tidak pernah terlibat masalah apa pun yang membuatnya merasakan pembelaan yang luar biasa sampai kejadian yang ia alami barusan. Ia baru sadar kalau begitu banyak orang yang peduli padanya. Jordan, Rosella, dan kedua orang tuanya. Bahkan Julio yang kecil itu pun yang diberitahu kalau Jessica sakit keesokan harinya langsung mendatangi Jessica dan menemaninya seharian di ranjang. "Cepat sembuh ya, Aunty! Sini
"Cukup, Jordan! Cukup! Jangan bicara begitu! Jessica masih syok!" seru Rosella. "Aku hanya tidak bisa kasihan padanya, Kak! Aku lega karena dia tidak menjadi korban Cedric, tapi aku juga kesal padanya!" Jordan pun terus mengomel dan Jessica hanya terus diam sampai akhirnya rasa mual membuatnya beranjak dari ranjang. Jessica berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya termasuk sisa wine yang sudah diminumnya tadi. "Huwek! Huwek!" Rosella sendiri terus menemani Jessica sambil menepuk punggung Jessica dan mengambilkan tisue untuknya. Jessica pun menerimanya begitu saja tanpa berkata apa-apa. Bukan hanya itu, Rosella juga begitu sibuk mengambilkan Jessica air minum sampai Jordan hanya bisa menatapnya dengan perasaan hangat melihat ketulusan Rosella pada Jessica. "Apa kau tidak membawa jas, Jordan? Kasihan gaun Jessica robek." "Ada di dalam mobil, Kak." "Sana ambilkan! Kasihan Jessica!" Jordan hanya mengembuskan napas panjang lagi, sebelum akhirnya ia pun pergi dar
"Four Season, Jordan! Kita harus segera ke sana! Kita harus menyelamatkan Jessica!" "Aku bersumpah aku mendengarnya ingin melecehkan Jessica, Jordan! Kita tidak bisa membiarkannya!"Rosella begitu panik sampai ia hampir menangis sekarang. Setiap mengingat kata pelecehan, semua hal buruk mendadak berputar di otaknya dan ia pun akan menjadi emosional, apalagi saat ini adik Jonathan yang akan menjadi korban. Rosella benar-benar tidak bisa membiarkannya. "Ayo kita ke sana, Jordan! Ayo kita ke sana! Menyetirlah lebih cepat, Jordan! Kumohon ...." Tubuh Rosella sudah gemetar sekarang sampai air matanya akhirnya menetes juga. Dan Jordan pun bisa merasakan bagaimana Rosella mengkhawatirkan Jessica padahal selama ini Jessica tidak pernah bersikap baik pada Rosella. "Tenang, Kak! Tenanglah!" sahut Jordan akhirnya sambil melajukan mobilnya makin kencang. Jordan pun sempat menelepon ponsel Jessica beberapa kali, namun ponselnya sudah tidak aktif. "Sial! Jessica! Dia mematikan ponselnya!"
Jessica akhirnya tiba di sebuah restoran mewah bersama Cedric. Jessica memakai gaun merah seksi dengan bagian punggung yang terbuka sampai Cedric tidak berhenti memujinya. "Kau luar biasa cantik malam ini, Jessica!" "Hmm, apa biasanya aku tidak cantik, hah?" "Kau selalu cantik, Sayangku." Cedric yang tadinya sudah duduk di hadapan Jessica pun beranjak dari kursinya dan melangkah mendekati Jessica. Cedric meraih tangan Jessica dan menciumnya, sebelum ia menatap wajah cantik itu lekat-lekat. Betapa cantik dan seksi Jessica malam ini dan Cedric sudah tidak tahan lagi untuk menikmati keindahan di balik gaun merah itu. Namun, dengan cepat Cedric menggeleng untuk menepikan pikirannya karena masih ada step yang harus mereka lewati, makan malam, minum, baru menghabiskan malam bersama. "Baiklah, ayo kita makan, Sayang!"Cedric mengajak Jessica makan dan sepanjang makan malam, Cedric tidak berhenti menatap wajah cantik itu. Jessica memang sangat cantik kalau sudah berdandan. "Makanan