Imelda menelepon Jonathan sore itu agar Jonathan membawa Julio lagi ke rumah karena Imelda merindukan Julio. Rosella yang mendengarnya pun begitu senang, tapi ada rasa gelisah juga di hatinya. "Jujur aku masih tidak nyaman dengan ini, Jonathan." "Aku tahu perasaanmu, Sayang. Tapi selama kebohongan itu bisa menghasilkan hal yang baik, kurasa tidak masalah. Toh memang sekarang Julio adalah anakku kan? Ini bukan jenis kebohongan yang akan merugikan banyak pihak atau semacamnya, Rosella.""Tapi aku tidak mau memulai hubungan dengan kebohongan, Jonathan. Maksudku, sejak awal kau tahu ceritaku dan menerimaku. Tapi orang tuamu kan belum. Aku tidak mau diterima hanya karena background sebagai kakak ipar Sebastian Sagala maupun sebagai kekasih yang sudah melahirkan anakmu. Kau mengerti maksudku kan, Jonathan?" Jonathan yang mendengarnya pun mengangguk dan nampak berpikir keras. "Baiklah, begini saja, Rosella! Aku janji akan memberitahukan semua pada ibuku, tapi lagi-lagi beri aku waktu, ok
Beberapa waktu berlalu dan semua orang pun makin akrab. Jordan, Imelda, Jonathan, Rosella, dan Julio sudah seperti tidak bisa dipisahkan lagi. Imelda pun makin sering meminta Rosella menemaninya belanja atau berkeliling perusahaan kalau Rosella tidak sibuk. Namun, Imelda tetap tidak menyisihkan Livy yang biasa menemaninya dan tetap mengajak Livy bersamanya, walaupun Livy ternyata tidak menyukai perasaan ini. Livy merasa tersaingi dan merasa sebentar lagi tempatnya akan digantikan oleh Rosella. Livy pun merasa tidak terima. Di sisi lain, Rosella sendiri makin berkembang dalam hal pekerjaan, bahkan Adipura sendiri mengakui ternyata Rosella sangat berbakat, namun Adipura tetap menjaga gengsinya dan tidak mengatakan langsung di depan Rosella. Jessica sendiri tetap pada perasaannya yang semula dan sama sekali belum bisa menerima Rosella dan Julio. Namun, bahkan Adipura sendiri sudah begitu menyayangi Julio sampai ia terus bertanya pada Imelda kapan Julio datang. Walaupun begitu, Ad
Imelda terlihat masih begitu aktif menemani Julio bermain, sedangkan Adipura sudah lelah duluan. Adipura pun duduk di kursi taman sambil menonton cucunya dan istrinya bermain bersama. Rosella sendiri langsung melayani Adipura dan menuangkan teh ke dalam cangkir untuk Adipura. Ada meja di samping kursi untuk tempat keluarga bersantai dan makan di sana. "Minumlah, Om pasti lelah. Julio adalah anak yang aktif dan dia tidak bisa diam." Adipura yang mendengarnya hanya mengangguk sambil menerima cangkir tehnya. "Terima kasih!" Adipura mengangguk sambil menatap Rosella. Tidak ada yang diragukan lagi dari Rosella dan Julio. Walaupun Adipura masih terlalu gengsi untuk mengakui apa pun, tapi sungguh dalam hati Adipura, ia sudah menerima Rosella dan Julio sebagai anggota keluarganya. Rosella itu seperti menantu yang begitu sempurna, cantik, baik hati, dan juga pintar, bahkan keahliannya sesuai dengan yang Adipura inginkan. Rasanya seperti Tuhan mengirimkan Rosella dari langit. Adipura pu
"Jaga kesehatan, Ibu!" Rosella, Julio, Jordan, dan Imelda mengantarkan Jonathan ke airport pagi itu dan suasananya begitu melow. Ini pertama kalinya Imelda mengantarkan lagi Jonathan ke airport dan ia begitu melow. "Kau juga jaga kesehatan. Jangan lama-lama perginya, Jonathan! Segera pulang ya!" "Haha, mengapa Ibu begitu sedih? Tentu saja aku akan cepat pulang. Ada seseorang yang membuatku tidak betah lama-lama di Amerika sekarang," seru Jonathan sambil melirik Rosella yang berdiri di belakang Imelda. Imelda hanya tersenyum mendengarnya. "Kau ini jangan membuat Rosella malu!" "Haha, aku serius, Ibu! Tapi baiklah, jangan sampai Ibu menangis! Jaga kesehatan ya!" Jonathan membelai sayang kepala Imelda lalu mendaratkan bibirnya ke kening ibunya. "Aku akan segera pulang, Ibu." "Iya, Jonathan. Hati-hati ya!" Imelda menatap Jonathan dengan sayang, sebelum ia pun mundur dan Jordan maju memeluk kakaknya itu. "Hat
Rosella pun segera melangkah ke tempat yang aman untuk mencoba mendengar apa yang mereka bicarakan. Bukannya Rosella kepo, tapi karena keduanya adalah orang yang Rosella kenal, Rosella pun akhirnya penasaran juga dengan pria yang terlihat playboy itu. "Kau cantik sekali hari ini, Livy." "Apa yang kau lakukan di sini, Cedric?" "Aku baru saja bertemu Jessica." "Hmm, aku tahu kau kekasih baru Jessica kan?" "Hanya dekat saja, aku masih available, Livy. Kapan kau ada waktu, kita jalan bersama ya." "Dasar sinting! Kau itu bersama Jessica dan aku teman Jessica." "Jangan terlalu kolot, Livy! Kalau kau tidak bicara maka tidak akan ada yang tahu kan?" "Ck, Cedric, sudah banyak hal yang mengganggu pikiranku sekarang jadi jangan ditambahi lagi!" "Oh, aku tahu pasti masalah Jonathan kan?" Rosella yang mendengar nama Jonathan pun langsung mengernyit. "Jonathan?" Livy sendiri yan
Entahlah keputusan Rosella bicara pada Livy itu termasuk sikap yang tepat atau tidak. Rosella ingin sekali acuh pada orang lain, yang penting ia happy, namun ternyata ia tidak bisa. Enam tahun hidup dalam dunia yang berbeda membuat Rosella begitu kesepian dan sendirian. Hal itu membuat perasaan Rosella sama sekali tidak rela kehilangan satu teman pun. Tapi apa daya karena ternyata Livy tidak mau berteman dengannya. Entah sampai kapan Livy akan bersikap seperti ini, tapi setidaknya Rosella sudah tahu alasannya dan Rosella pun sudah mengatakan keinginan hatinya untuk tetap berteman. Memang benar kita tidak pernah bisa mengendalikan pikiran dan perasaan orang lain pada kita kan? Karena itu, Rosella hanya pasrah saja dan terus berusaha menjadi dirinya yang baik. "Rosella! Rosella!" panggil Tami agak keras. Rosella yang tadinya sedang memikirkan sikap Livy pun menoleh kaget. "Eh, ya, Tami?" "Kau melamun ya?""Astaga, maaf ya, Tami!" "Apa yang kau pikirkan, Rosella?" "Aku? Tidak
"Aku tahu, aku sudah makan siang. Semuanya baik-baik saja, Jonathan." Rosella menerima telepon dari Jonathan siang itu saat ia baru saja melangkah masuk ke lobby perusahaan. Jonathan yang sudah tiba di Amerika begitu cepat sudah merindukan Rosella lagi. "Baiklah, nanti malam telepon aku. Aku mau melihat Julio, Sayang." "Haha, baiklah. Sana bekerja! Aku juga mau bekerja dulu." "Baiklah, aku mencintaimu, Rosella." "Aku juga mencintaimu, Jonathan." "Dah!" Rosella masih tersenyum dan menutup ponselnya lalu memandangi ponsel itu saat tiba-tiba tubuhnya hampir tertabrak oleh seorang pria sampai refleks ia melangkah mundur dan terhuyung. "Astaga!" pekik Rosella. Namun, pria itu langsung memegangi tangan Rosella sampai akhirnya Rosella tidak jadi jatuh. Jantung Rosella pun berdebar kencang karena gerakan mendadak itu, namun kedua matanya langsung bertaut dengan mata pria yang menyelamatkannya. "Kau tidak apa, Nona?" tanya pria itu dengan lembut dan dengan tatapan kagum. "Aku tida
"Aku sudah selesai, Rosella." "T-Tami ...." "Eh, kau kenapa? Kau pucat, Rosella!" Rosella menggeleng dan berusaha untuk tidak menoleh sama sekali agar Cedric tidak mengenalinya. Namun, beberapa pria di meja Cedric sempat menoleh menatap Tami dan punggung Rosella karena memang Rosella duduk memunggungi meja para pria itu. "Aku tidak apa, Tami. Ayo kita pulang!" "Eh, iya." Tami pun membawa Rosella masuk ke mobil dan ia segera menyetir kembali ke perusahaan. Rosella sendiri hanya bisa duduk di mobil sambil menenangkan dirinya dan memikirkan tentang Jessica. Ia tidak mungkin membiarkan Jessica dilecehkan oleh pria brengsek itu, tapi apa yang harus ia lakukan? Apa?"Kau yakin kau tidak apa, Rosella?" tanya Tami yang menyetir mobilnya. "Tidak apa, Tami. Jangan khawatir! Aku sudah lebih tenang sekarang." "Eh, sudah lebih tenang? Memangnya tadi kau kenapa, Rosella? Kau pucat sekali tadi! Kau mau minum kopi agar lebih segar?" "Tidak. Aku tidak apa, Tami. Hanya mendadak teringat ses
Setelah serangkaian acara selesai, anak-anak pun makan bersama lalu bermain bersama. Gelak tawa dan teriakan anak-anak memenuhi pinggir kolam renang sampai membuat Jacob dan Lidya pun terus tertawa senang. "Masa tua kita akan terus bahagia melihat para cucu kita yang tumbuh besar, aku senang sekali akhirnya kita menjadi keluarga besar, Bu Lidya." "Aku juga senang, Pak Jacob. Aku tidak pernah menyangka hari ini akan tiba. Masih teringat jelas bagaimana semua hal buruk itu terjadi dulu, tapi semua benar-benar sudah berubah beberapa tahun terakhir ini. Dan selama beberapa tahun ini aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bersyukur sekali." "Haha, kau benar, Bu Lidya. Kau benar. Karena aku juga merasakan yang sama. Sejak Bastian menikah dengan Sierra, aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bahagia sekali." Lidya yang mendengarnya hanya mengangguk dan tersenyum menatap anak-anak yang bermain bersama. Kali ini Bastian dan Jonathan mengobrol bersama, sedangkan Rosella dan Sierra pun mengobro
Satu tahun kemudianSpanduk bertuliskan "Happy birthday Victor Sagala" membentang di pinggir kolam renang rumah Jacob pagi itu. Jacob ngotot menjadi tuan rumah dalam acara ulang tahun cucunya itu dan keluarga Sierra pun akhirnya merayakan ulang tahun Victor di sana. Lidya dan Sierra pun berangkat ke rumah Jacob membawa Santos dan Sania yang sudah berlarian kesana kemari dan tidak bisa diam itu. Namun, Santos dan Sania sangat menyayangi Victor. Perbedaan umur mereka yang hanya 1.5 tahun membuat mereka terlihat lucu saat bersama. Santos dan Sania akan menggandeng Victor di tengah dan Victor yang baru belajar berjalan itu begitu senang setiap kali digandeng oleh kakak kembarnya itu. Seperti pagi itu di pinggir kolam renang rumah Jacob. "Hati-hati, Santos! Jangan miring-miring jalannya! Nanti kalian bertiga bisa masuk ke dalam kolam!" seru Sierra yang masih sibuk menyusun kue-kue di meja untuk foto. Santos dan Sania membawa Victor berkeliling dan mereka berjalan zigzag. Kadang mere
Beberapa bulan berlalu dan perut para Ibu hamil pun sudah membola. Rosella sendiri sudah mendekati waktu melahirkan, namun ia masih begitu aktif bekerja sampai Adipura tidak tahan melihatnya. "Aduh, Rosella! Kau di rumah saja ya! Istirahat saja! Tinggal menghitung hari kau akan melahirkan! Ayah tidak mau cucu Ayah lahir di kantor!" "Aku baik-baik saja, Ayah. Lagipula aku tidak setiap hari ke kantor kan?" "Tapi Ayah takut sekali melihatmu berjalan dengan perut sebesar itu!" "Haha, benar, Rosella! Dengarkan ayahmu, dia sampai tidak bisa tidur memikirkanmu." Imelda mengulum senyumnya. Rosella sendiri ikut tersenyum. "Haha, baiklah, Ayah! Baiklah, besok aku tidak akan ke kantor ya," kata Rosella akhirnya. "Ah, iya, iya." Adipura pun bernapas lega dan jantungnya terus berdebar kencang karena terlalu antusias. Bahkan Adipura ikut diam di rumah bersama Rosella keesokan harinya. "Makan yang banyak, Rosella! Kau harus punya tenaga untuk melahirkan," pesan Adipura yang terus menghitung
Hamil dalam keadaan sadar dan hamil dalam keadaan gila tentu saja adalah dua hal yang sangat berbeda. Dulu waktu Rosella hamil Julio, setiap hari ia hanya bisa berteriak dan memukuli perutnya, menolak kehadiran Julio dan terus mengamuk. Rosella benar-benar gila dulu dan rasanya apa yang terjadi dulu sudah tidak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata. Tapi di atas semua itu, Rosella bersyukur karena semua hal buruk sudah berlalu dan digantikan hal baik yang tiada henti di kehidupannya yang sekarang. Rosella memiliki keluarga yang hebat, suami yang hebat, mertua yang hebat, dan anak yang hebat. Pekerjaan yang hebat juga dan semua hal yang membuatnya tidak pernah menyesal telah dilahirkan, yang membuat Rosella tidak pernah menyesali lagi semua yang sudah terjadi di masa lalunya. Dan yang membuat Rosella paham bahwa Tuhan selalu punya rencana dalam hidup kita. Mungkin seringkali kita bertanya mengapa aku yang harus mengalami semua hal buruk itu, aku tidak kuat, aku tidak sanggup.
Lidya dan Sierra masih begitu syok sampai mereka tidak tahu harus senang atau tidak, namun semua anggota keluarga yang lain malah memekik senang, terutama Jacob yang tidak berhenti tertawa senang. "Selamat ya, Sierra! Selamat! Haha! Ayah senang sekali akan bertambah cucu! Hahaha!" Sierra pun hanya memaksakan senyumnya sampai tidak lama kemudian, Bastian pun pulang ke rumah karena Sierra mengirimkan hasil tespeknya ke ponsel Bastian.Bastian yang baru memarkir mobilnya pun langsung berlari masuk dan mencari istrinya. "Sierra, Sayang, benarkah itu? Kau hamil lagi, Sayang?" Bastian langsung menangkup kedua bahu Sierra. "Entahlah, tespeknya bilang begitu!" Bastian yang mendengar jawaban Sierra pun langsung tertawa sumringah. "Bukankah tespek tidak pernah bohong, Sayang? Sekarang kita tanya ke dokter ya! Ayo, Sayang! Ayo!" Bastian pun langsung mengajak Sierra pergi ke dokter kandungan siang itu dan jantung Sierra pun terus berdebar tidak karuan sampai akhirnya ia dipanggil masuk dan
Hampir satu minggu setelah acara pernikahan dan semua orang akhirnya bisa bersantai lagi dari padatnya acara mereka. Saking banyaknya undangan yang diundang oleh Adipura dari berbagai kota dan negara membuat jadwal keluarga mereka pun begitu padat untuk menjamu semuanya. Dan ketika semuanya berakhir, Rosella sendiri mengalami kelelahan yang tidak biasa. Ia lelah sekali sampai lemas dan tidak bernafsu melakukan apa pun, bahkan nafsu makan pun tidak ada. Selama tiga malam Rosella dan Jonathan masih menginap di hotel lalu setelahnya mereka pun pulang ke rumah Adipura. Jonathan memang belum mengajak Rosella tinggal berdua di apartemen karena keluarga Adipura masih begitu menikmati kumpul bersama seperti ini, apalagi sekarang Julio sudah tinggal bersama mereka. "Kau tidak apa, Sayang? Kau kelelahan ya?" Jonathan membelai kepala Rosella yang sedang berbaring tidur siang itu. "Hmm, aku lelah sekali, Jonathan. Aku sedikit meriang, kurasa aku tidak mau melakukan apa-apa dulu." "Kau mau
Sebuah papan bertuliskan "The Wedding of Jonathan and Rosella" terpasang di pintu masuk sebuah taman di sebuah hotel mewah yang akan menjadi tempat pemberkatan pernikahan pagi itu. Hanya sedikit undangan yang diundang pada pagi hari, namun mereka akan mengadakan pesta besar lagi di ballroom mewah nanti malam. Semua undangan pun sudah hadir di sana dan mereka begitu antusias menantikan pasangan pengantin yang berbahagia. Rosella sendiri nampak begitu gugup saat berada di ruang VIP untuk menunggu saat ia harus keluar. Setelah mengalami persiapan pernikahan yang cukup membuat emosi labil dan setelah mengalami pingitan yang membuatnya begitu merindukan Jonathan, hari ini akhirnya mereka akan mengikat janji suci dan jantung Rosella tidak berhenti berdebar kencang sejak subuh tadi. "Tenang, Rosella! Tenang! Kau terlalu gugup!" Lidya terus tersenyum menatap Rosella dari pantulan cerminnya. "Bagaimana aku tidak gugup, Ibu? Entahlah, aku gemetar!" "Haha, aku juga begitu waktu itu, Rosel
Semua anggota keluarga menyambut bahagia lamaran yang dilakukan oleh Jonathan dan mereka pun begitu tidak sabar untuk menikahkan anak-anak mereka. Mereka pun langsung memilih hari baik dan persiapan pernikahan pun mulai digelar. Semua orang langsung sibuk dengan tugasnya masing-masing karena Adipura ingin membuat pesta besar untuk Jonathan dan Rosella. "Sungguh tidak usah pesta sebesar itu, Ayah. Bagiku yang penting pernikahan kami sah.""Tidak bisa! Kau akan menikah, tentu saja pestanya harus besar dan mewah. Ayah tidak mau tahu, pestanya harus besar!" seru Adipura lagi dengan lantang. Semua anggota keluarga pun tidak berani membantah lagi dan akhirnya menuruti Adipura. Mereka menyewa gedung resepsi mewah dan menyewa jasa WO, namun tetap saja Adipura yang begitu sibuk mengatur semua detailnya karena memang Adipura sendiri adalah orang yang sangat detail. Sedangkan Lidya dan keluarganya yang sudah kembali ke rumah mereka sendiri, tidak banyak ikut campur dan memilih untuk mengik
"Mari, silakan, Pak Jacob!" "Silakan, Pak Adipura!" Keluarga Adipura, keluarga Jacob, dan keluarga Lidya sedang berkumpul bersama malam itu di sebuah ruang VIP di sebuah hotel mewah untuk makan malam. Setelah melalui banyak hal, mereka menjadi semakin dekat satu sama lain. "Rosella, kapan kau baru akan kembali ke WHA, hah? Om menunggumu. WHA membutuhkanmu," seru Adipura. Sejak kejadian itu sampai Adipura keluar dari rumah sakit bahkan sampai hari ini, Rosella memang belum kembali bekerja di WHA. Walaupun semua masalah sudah selesai dan namanya sudah bersih, tapi Rosella masih ragu untuk kembali. Bahkan Livy sudah mengundurkan diri dan memilih pindah ke luar negeri. "Ah, itu ...." "Besok Rosella akan kembali bekerja, Ayah." celetuk Jonathan tiba-tiba. Rosella pun membelalak menatap Jonathan karena sebelumnya mereka belum pernah membicarakannya. "Jonathan!" desis Rosella. Namun, Jonathan tidak menanggapinya dan malah menggenggam tangan Rosella yang ada di atas meja. "Besok