"Terima kasih untuk makan malam yang berkesan ini, besok kita bertemu lagi, Bu Lidya! Menyenangkan sekali berkumpul bersama kalian semua." Jacob tidak berhenti tertawa senang saat ia berpamitan malam itu. "Aku juga senang sekali, Pak Jacob. Terima kasih lagi untuk semua pemberiannya." "Ah, tidak usah sungkan, kita ini keluarga! Haha!" Jacob kembali tertawa sebelum ia mengalihkan tatapannya pada Sierra. "Sierra, Om pergi dulu!" Jacob pun melambaikan tangannya pada Sierra. "Iya, hati-hati, Om!" seru Sierra yang sangat bahagia merasakan hubungan dengan Jacob yang begitu baik. Jacob pun masih tertawa menatap Sierra sampai sedetik kemudian Jacob menaikkan alisnya. "Oh ya, mengapa kau masih memanggil Om, Sierra! Seharusnya kau sudah memanggilku Ayah! Bukankah sebentar lagi kau juga akan menjadi menantuku?""Eh?" Sierra terdiam sejenak sambil melirik ke arah Bastian dan Lidya. "Haha, ayo cobalah, Sierra! Cobalah memanggilku Ayah! Aku mau mendengarnya seperti Bastian dan Stephanie yang
Ada banyak agenda yang sudah Jacob jadwalkan selama satu minggu berada di kota itu, salah satunya adalah melihat kantor cabang baru dan berkenalan dengan beberapa klien di sana. Namu, agenda yang paling banyak akan menyita waktunya, tentu saja adalah berkenalan lebih jauh dengan keluarga Sierra. Bahkan Jacob dan yang lain merasa begitu antusias dan menganggap perjalanan mereka kali ini adalah liburan. "Setelah Ayah mengunjungi klien bersama Bastian, Ayah akan menyusul kalian ke Lidya's Bakery," kata Jacob pagi itu. Baik Jacob maupun Bastian memutuskan untuk tidak membahas lagi masalah kemarin. Mereka memutuskan untuk tetap melanjutkan apa yang sudah terjadi sekarang dan tidak mengungkit lagi yang sudah lalu. Dan tentu saja keputusan ini terdengar sangat bijak karena mereka toh lebih bahagia tanpa banyak pertanyaan mengapa. Bastian pun membawa Jacob pagi itu untuk mengunjungi kantor Harrison Group, klien besar Bastian. Jacob pun bertemu dengan Marco yang sudah menunggunya di san
Sejak pulang kembali ke kotanya, Jacob dan yang lain pun mulai sibuk mempersiapkan pernikahan Bastian dan Sierra. Pernikahan diputuskan akan diselenggarakan secara sederhana. Walaupun jujur saja Bastian dan Jacob merasa berat karena mereka sama-sama ingin menunjukkan kepada dunia kebahagiaan mereka. Namun sekali lagi, demi reputasi Sierra yang dulunya sempat menjadi istri Jacob dan mantan istri, tentu saja rasanya publikasi akan dirasa kurang cocok. Sekalipun Jacob tetap bertahan dengan pura-pura lupa, tapi ternyata ia dan Bastian punya pikiran yang sama. Sierra sendiri untungnya juga lebih nyaman dengan pesta sederhana dan Lidya pun tidak keberatan dengan apapun itu. "Selama menurutmu itu baik, Ibu akan mendukungmu, Sierra. Bahkan Ibu juga berterima kasih karena semua orang tidak hanya memikirkan diri mereka sendiri tapi memikirkan reputasimu juga." "Biasanya pengusaha apalagi yang sekaya Pak Jacob itu paling menyukai pesta besar, dengan gedung mewah dan dengan undangan yang s
Layaknya pasangan lain yang akan menikah, Bastian dan Sierra pun mengalami yang namanya stres menjelang pernikahan. Lebih tepatnya Sierra sendiri yang stres karena Bastian tidak terlalu mempedulikan detail, yang penting ia dan Sierra menikah. Tapi justru ketidakpedulian Bastian itu yang membuat Sierra makin stres. "Kau saja bisa memikirkan detail lamaran, mengapa sekarang kau seolah tidak peduli dengan detail pernikahan?""Bukan tidak peduli, Sayang. Tapi aku menyerahkan semua padamu, Sayang. Aku ikut saja apa pun yang kau mau.""Tidak bisa begitu, Bastian! Aku juga tidak punya waktu memilih semua detailnya sendiri tapi kau tidak mau membantuku!" "Bukankah kita sudah memakai jasa Wedding Organizer, Sayang? Kau bisa meminta bantuan mereka atau kalau kau tidak mau repot, serahkan saja semuanya pada mereka." "Tapi selera mereka berbeda dengan seleraku, Bastian. Aku tidak bisa memasrahkan semuanya begitu saja pada mereka," seru Sierra kesal. Dan Bastian pun hanya bisa tertawa menden
"Baru satu hari tidak bertemu tapi aku sudah merindukanmu, Sayang," seru Bastian di teleponnya malam itu. Kemarin malam Bastian berpamitan ke keluarga Sierra untuk pulang ke kotanya karena ia dan Sierra akan dipingit selama satu minggu sampai hari H pernikahan nanti. Tentu saja awalnya Bastian tidak setuju dengan pingitan ini, tapi mengingat hal ini adalah tradisi, ia pun akhirnya pasrah. Sierra yang mendengar ucapan Bastian pun tersenyum. "Aku juga merindukanmu, Bastian. Akhir-akhir ini kau lebih sering di sini dan aku bisa melihatmu setiap hari." "Nanti setelah kita menikah, kau juga bisa melihatku setiap hari, Sierra.""Hmm, kau benar. Aku bahagia sekali, Bastian.""Apalagi aku, Sierra. Aku sudah tidak sabar menantikan hari pernikahan kita dan keluarga yang lain juga." Bastian pun menceritakan bagaimana sibuknya rumah keluarga Sagala hari itu menjelang pernikahan mereka. Dan Sierra pun terus tertawa mendengarnya. "Haha, mereka seperti itu karena mereka begitu antusias, Basti
"Apa gaunnya bisa dilonggarkan sedikit?" Sierra terus bernapas gugup saat melihat tampilan dirinya di cermin. Ia sedang berada di ruangan VIP di dekat tempat resepsi acara dan ia baru saja selesai di make up. Tentu saja hasil make upnya begitu menakjubkan dan Sierra terlihat begitu cantik. Bahkan Sierra sempat pangling melihat dirinya sendiri yang terlihat seperti ratu sehari itu.Namun, karena rasa tegangnya, ia terus merasa gaunnya terlalu sempit."Eh, itu sudah ukuran yang sama saat fitting, Bu," jawab wanita yang mengatur gaun Sierra. "Astaga, apa aku menggendut? Rasanya sempit sekali!" Sierra terus memegangi bagian perut dan dadanya yang seolah tertekan. "Mungkin karena Anda terlalu tegang, Bu. Sebenarnya ini tidak sempit, di bagian ini juga masih ada space."Sierra kembali mengembuskan napas panjang. Entah benar atau tidak gaunnya sempit karena ia terlalu tegang namun Sierra merasa tidak bisa bernapas sekarang. Lidya yang melihat ketegangan di wajah Sierra pun hanya tersen
"Hoi, Sebastian Sagala! Aku tidak menyangka kau menjadi yang pertama menikah di antara kita, hah!" Empat orang pria yang begitu ribut mendadak masuk ke dalam ruangan tempat Bastian berada. Bastian pun langsung tertawa sumringah menatap para sahabatnya yang datang khusus untuk menghadiri pernikahannya. Mereka semua tinggal di luar negeri dan baru tiba tadi malam. Mereka khusus menghadiri pesta dan ada yang akan langsung pulang lagi setelah pesta. Para sahabat Bastian adalah pria dewasa yang juga masih lajang di umurnya yang sudah di atas 30 tahun, dan mereka masih betah bermain-main sama seperti Bastian dulu. Tapi jangan salah, semuanya pengusaha sukses yang mempunyai moto work hard, play harder, termasuk salah satunya adalah Jonathan, hanya saja, Jonathan adalah salah satu tipe yang kalem. "Akhirnya aku melihat kalian lengkap, hah? Susah sekali mencari waktu berkumpul seperti dulu lagi," sembur Bastian sambil memeluk sahabatnya satu persatu. "Kau tahu kami ini orang sibuk kan,
Sebuah papan bertuliskan "The Wedding of Bastian & Sierra" terpajang di depan pintu masuk tempat acara itu. Semakin masuk ke dalam, foto-foto kedua mempelai saat pre-wedding pun berjejer di sana. Foto-foto yang indah yang menunjukkan perasaan hati kedua mempelai yang terlihat begitu bahagia dan penuh cinta. Para tamu undangan pun begitu antusias dan rona bahagia pun terpancar di wajah semua orang. Terutama saat sang mempelai wanita akhirnya datang. "Silakan, Bu Sierra," seru seorang WO yang mengatur acara. Para tamu sontak menoleh ke arah pintu masuk, tidak terkecuali Bastian yang sudah menunggu dengan jantung yang berdebar kencang. Sierra sendiri sudah begitu tegang. Namun, ia berusaha tetap tersenyum. Satu tangannya memeluk lengan Lidya dan tangan yang lain memegang buket bunga. Sierra sempat menyapa sejenak tamu undangan, sebelum ia mengarahkan tatapannya pada pria yang menunggunya di sana. Sebastian Sagala, pria hot dengan sejuta pesona yang tidak lama lagi akan menjadi su