Sebuah papan bertuliskan "The Wedding of Bastian & Sierra" terpajang di depan pintu masuk tempat acara itu. Semakin masuk ke dalam, foto-foto kedua mempelai saat pre-wedding pun berjejer di sana. Foto-foto yang indah yang menunjukkan perasaan hati kedua mempelai yang terlihat begitu bahagia dan penuh cinta. Para tamu undangan pun begitu antusias dan rona bahagia pun terpancar di wajah semua orang. Terutama saat sang mempelai wanita akhirnya datang. "Silakan, Bu Sierra," seru seorang WO yang mengatur acara. Para tamu sontak menoleh ke arah pintu masuk, tidak terkecuali Bastian yang sudah menunggu dengan jantung yang berdebar kencang. Sierra sendiri sudah begitu tegang. Namun, ia berusaha tetap tersenyum. Satu tangannya memeluk lengan Lidya dan tangan yang lain memegang buket bunga. Sierra sempat menyapa sejenak tamu undangan, sebelum ia mengarahkan tatapannya pada pria yang menunggunya di sana. Sebastian Sagala, pria hot dengan sejuta pesona yang tidak lama lagi akan menjadi su
Sementara tanpa ada yang tahu, di ujung sana, ada jantung lain yang juga sudah berdebar hebat. Seorang psikiater terkenal hampir saja terkena serangan jantung saat melihat wanita pujaannya melangkah dengan begitu anggun, bahkan anggunnya pengantin hari itu tidak dapat mengalahkan anggunnya wanita pujaannya itu. Penampilan Rosella yang senada dengan Lidya dan Stephanie membuatnya terlihat memukau, dengan make up dan tatanan rambut yang pas, membuat Jonathan pun begitu tidak tahan untuk merengkuh wanita itu ke dalam pelukannya. Hanya saja sayangnya, mereka sedang terpisah saat ini. Tempat duduk mereka terpisah jauh. Jonathan duduk bersama para sahabatnya di pihak pria, sedangkan Rosella duduk bersama keluarganya di pihak wanita. Dan tidak ada hal lain yang Jonathan lakukan selain terus menoleh mencuri pandang ke arah Rosella. Sesekali Jonathan akan mengalihkan tatapannya ke arah Bastian dan Sierra di atas altar namun sedetik kemudian, tatapan itu kembali menoleh ke arah Rosella.
"Tos!" "Kami bersulang untuk pasangan pengantin baru!" seru salah satu sahabat Bastian. "Bersulang!" Semua orang mengangkat gelasnya malam itu dan melanjutkan pesta secara private. Pesta pernikahan digelar pada pagi hari tadi dan selesai pada siang hari, tapi sebagian besar tamu undangan tetap di sana untuk melihat matahari terbenam dan mengobrol sampai sore menjelang. Semua orang pun mengobrol dengan begitu akrab dan sangat senang bersama, walaupun pasangan pengantinnya sendiri sudah merasa begitu lelah. Tidak! Bukan pasangan. Tepatnya hanya Sierra saja yang lelah karena Bastian masih terlihat strong. Bastian dan Sierra hampir tidak mendapat waktu istirahat karena mereka kembali ke kamar hanya untuk mandi dan berganti baju, sebelum melanjutkan acara makan malam bersama tamu lain. Bahkan Bastian dan Sierra pun tadi mandi di kamar yang berbeda karena Sierra butuh petugas make up untuk membantunya membuka gaun pengantinnya jadi sekalian ia mandi di kamar itu. Sierra pun baru be
Sierra mengernyit dalam tidurnya saat ia merasakan geli di sekitar lehernya dan tubuhnya yang lain. Sierra pun mengangkat bahunya dan memutar posisi tubuhnya namun ia malah masuk ke dalam pelukan yang begitu hangat. "Mmpphh ...," gumam Sierra sambil terus bergerak menyamankan dirinya sendiri. Dan Bastian pun hanya tertawa melihat istrinya yang begitu manja. Bastian berendam cukup lama tadi malam. Ya, tadi malam, karena sekarang sudah pagi. Matahari pun sudah cukup tinggi, tapi Bastian masih menutup rapat gordennya agar tidak membangunkan sang putri tidur, walaupun Bastian sendiri tidak bisa tidur semalaman. Setelah lama berendam, sebenarnya Bastian berniat tidur, namun melihat Sierra yang masih tertidur hanya dengan penutup bawah tubuhnya mendadak membuat Bastian kembali on. Memang Bastian belum sempat memakaikan Sierra baju dan hanya menyelimuti Sierra, sebelum ia masuk ke kamar mandi. Namun begitu Bastian keluar, Sierra sudah menendang selimut itu sampai tubuh polos wanita
"Bagaimana malam pertama kalian kemarin, hah? Aku tidak menyangka kau akan keluar kamar secepat ini!" Jonathan terus tersenyum saat menemani Bastian sarapan pagi. Tory yang juga bergabung di sana pun menatap Bastian dengan tatapan yang berbinar-binar karena menunggu cerita yang sama, malam pertama Bastian dan Sierra yang pastinya begitu menggebu. Apalagi Tory tahu bagaimana Bastian sangat menginginkan Sierra, sudah pasti Bastian tidak akan membiarkan wanita itu beristirahat sedetik pun kemarin malam. Namun, anehnya alih-alih ekspresi puas, Bastian malah menunjukkan ekspresi kesalnya. "Malam pertama apa? Kami belum sempat melakukan apa-apa," sahut Bastian singkat sambil meneguk minumannya. "Eh?" Tory dan Jonathan mendadak saling melirik, sebelum kembali mengalihkan tatapan pada Bastian. "Apa aku tidak salah dengar, Bastian? Kalian belum melakukan apa-apa? Tapi apa itu mungkin? Kau sudah sah dengannya dan tidur satu kamar, lalu ... apa dia sedang datang bulan?" tanya Jonathan pen
"Hmm, Bastian, tunggu! Kau bercanda kan? Maksudku ... dihukum? Aku harus dihukum? Tapi mengapa?""Baiklah, akan kuberitahu salahmu, Sierra. Kemarin malam yang seharusnya menjadi malam pertama kita, kau malah mabuk ...."Bastian menceritakan kejadian kemarin malam pada Sierra dan Sierra pun menegang mendengarnya. "Hmm, Bastian, itu ... maafkan aku ... aku mabuk." "Aku tahu kau mabuk, Sayang ... tapi tetap saja kau meninggalkan aku saat senjataku sedang on dan kau tahu bagaimana rasanya? Bahkan setalah berendam begitu lama di tengah malam, dia masih belum mau tidur juga." Bastian melirik ke bagian bawahnya. Sierra pun mengerjapkan mata dengan tegang. "Bastian, kurasa ....""Tidak usah mengatakan apa-apa karena aku masih harus menjelaskan kesalahanmu yang kedua." "Bastian ....""Kesalahanmu yang kedua masih sama, kau meninggalkan aku lagi tadi pagi. Aku tidak masalah kalau kau sudah punya janji, Sayang. Yang menjadi masalah adalah kau meninggalkanku di saat lagi-lagi aku sedang on.
"Bastian ...." Suara lenguhan Sierra terdengar begitu keras di ruang jacuzzi itu karena Bastian tidak hentinya menyiksa Sierra dengan cara yang tidak pernah Sierra bayangkan sebelumnya. Dan rasanya juga tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Tubuh Sierra bergetar, lemas, geli, dan rasa-rasa lain yang tidak jelas. Sierra pun terus mendorong Bastian meminta Bastian menghentikan apa yang ia lakukan.Namun alih-alih berhenti, Bastian malah makin menggila sampai Sierra tidak tahu lagi apa saja yang sudah ia lakukan pada Bastian, menjambak, mencakar di bagian mana pun yang bisa diraihnya. Meskipun begitu, Bastian tetap tidak berhenti. Sampai akhirnya Bastian pun muncul ke permukaan dan menatap wajah istrinya yang napasnya sudah tidak karuan itu. "Kurasa kita harus pindah ke ranjang, Sayang ...," bisik Bastian sebelum pria itu menyambar bibir Sierra dan memagutnya dalam. Sierra kehabisan napas, namun Bastian begitu lihai dalam hal ini. Bastian memberikan celah pada Sierra untuk bern
Setelah merasakan istrinya yang begitu memabukkan, tidak ada kata berhenti bagi Bastian. Apalagi hasrat ini sudah terpendam begitu lama. Hanya satu kali berhubungan tidak akan cukup untuk Bastian. Bahkan Bastian mulai ragu apakah ia akan merasa cukup pada istrinya itu. Namun, sayangnya stamina Sierra tidak setangguh stamina Bastian di atas ranjang. Sierra sudah begitu lemas digempur oleh Bastian habis-habisan dari segala arah. Ternyata Bastian tidak menepati janjinya untuk pelan-pelan. Baiklah, awalnya Bastian memang menembus Sierra secara pelan-pelan dan sabar. Namun setelahnya, Bastian menjadi begitu liar dan melakukannya dengan banyak gaya sampai Sierra tidak sanggup lagi. Sierra tertidur begitu saja tanpa sempat membersihkan dirinya atau apa pun itu. Dan Bastian pun hanya menyelimuti istrinya sambil terus memandangi istrinya yang tertidur begitu pulas itu. "Sayang ... kau sudah tertidur selama tiga jam, Sayang ...," bisik Bastian membangunkan istrinya malam itu. Sebenar