"Bagaimana malam pertama kalian kemarin, hah? Aku tidak menyangka kau akan keluar kamar secepat ini!" Jonathan terus tersenyum saat menemani Bastian sarapan pagi. Tory yang juga bergabung di sana pun menatap Bastian dengan tatapan yang berbinar-binar karena menunggu cerita yang sama, malam pertama Bastian dan Sierra yang pastinya begitu menggebu. Apalagi Tory tahu bagaimana Bastian sangat menginginkan Sierra, sudah pasti Bastian tidak akan membiarkan wanita itu beristirahat sedetik pun kemarin malam. Namun, anehnya alih-alih ekspresi puas, Bastian malah menunjukkan ekspresi kesalnya. "Malam pertama apa? Kami belum sempat melakukan apa-apa," sahut Bastian singkat sambil meneguk minumannya. "Eh?" Tory dan Jonathan mendadak saling melirik, sebelum kembali mengalihkan tatapan pada Bastian. "Apa aku tidak salah dengar, Bastian? Kalian belum melakukan apa-apa? Tapi apa itu mungkin? Kau sudah sah dengannya dan tidur satu kamar, lalu ... apa dia sedang datang bulan?" tanya Jonathan pen
"Hmm, Bastian, tunggu! Kau bercanda kan? Maksudku ... dihukum? Aku harus dihukum? Tapi mengapa?""Baiklah, akan kuberitahu salahmu, Sierra. Kemarin malam yang seharusnya menjadi malam pertama kita, kau malah mabuk ...."Bastian menceritakan kejadian kemarin malam pada Sierra dan Sierra pun menegang mendengarnya. "Hmm, Bastian, itu ... maafkan aku ... aku mabuk." "Aku tahu kau mabuk, Sayang ... tapi tetap saja kau meninggalkan aku saat senjataku sedang on dan kau tahu bagaimana rasanya? Bahkan setalah berendam begitu lama di tengah malam, dia masih belum mau tidur juga." Bastian melirik ke bagian bawahnya. Sierra pun mengerjapkan mata dengan tegang. "Bastian, kurasa ....""Tidak usah mengatakan apa-apa karena aku masih harus menjelaskan kesalahanmu yang kedua." "Bastian ....""Kesalahanmu yang kedua masih sama, kau meninggalkan aku lagi tadi pagi. Aku tidak masalah kalau kau sudah punya janji, Sayang. Yang menjadi masalah adalah kau meninggalkanku di saat lagi-lagi aku sedang on.
"Bastian ...." Suara lenguhan Sierra terdengar begitu keras di ruang jacuzzi itu karena Bastian tidak hentinya menyiksa Sierra dengan cara yang tidak pernah Sierra bayangkan sebelumnya. Dan rasanya juga tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Tubuh Sierra bergetar, lemas, geli, dan rasa-rasa lain yang tidak jelas. Sierra pun terus mendorong Bastian meminta Bastian menghentikan apa yang ia lakukan.Namun alih-alih berhenti, Bastian malah makin menggila sampai Sierra tidak tahu lagi apa saja yang sudah ia lakukan pada Bastian, menjambak, mencakar di bagian mana pun yang bisa diraihnya. Meskipun begitu, Bastian tetap tidak berhenti. Sampai akhirnya Bastian pun muncul ke permukaan dan menatap wajah istrinya yang napasnya sudah tidak karuan itu. "Kurasa kita harus pindah ke ranjang, Sayang ...," bisik Bastian sebelum pria itu menyambar bibir Sierra dan memagutnya dalam. Sierra kehabisan napas, namun Bastian begitu lihai dalam hal ini. Bastian memberikan celah pada Sierra untuk bern
Setelah merasakan istrinya yang begitu memabukkan, tidak ada kata berhenti bagi Bastian. Apalagi hasrat ini sudah terpendam begitu lama. Hanya satu kali berhubungan tidak akan cukup untuk Bastian. Bahkan Bastian mulai ragu apakah ia akan merasa cukup pada istrinya itu. Namun, sayangnya stamina Sierra tidak setangguh stamina Bastian di atas ranjang. Sierra sudah begitu lemas digempur oleh Bastian habis-habisan dari segala arah. Ternyata Bastian tidak menepati janjinya untuk pelan-pelan. Baiklah, awalnya Bastian memang menembus Sierra secara pelan-pelan dan sabar. Namun setelahnya, Bastian menjadi begitu liar dan melakukannya dengan banyak gaya sampai Sierra tidak sanggup lagi. Sierra tertidur begitu saja tanpa sempat membersihkan dirinya atau apa pun itu. Dan Bastian pun hanya menyelimuti istrinya sambil terus memandangi istrinya yang tertidur begitu pulas itu. "Sayang ... kau sudah tertidur selama tiga jam, Sayang ...," bisik Bastian membangunkan istrinya malam itu. Sebenar
Hari-hari berlalu sejak pernikahan dan baik Sierra maupun Bastian begitu menikmatinya. Demikian juga dengan semua anggota keluarga yang masih menginap di rumah Jacob. Setelah menginap beberapa hari pun, ini saatnya keluarga Lidya kembali ke rumah dan ke kotanya dan Bastian pun memutuskan mengantar mertuanya pulang sekaligus memeriksa kantornya di sana. "Lalita boleh ikut tidak, Mama?" "Lalita kan mau sekolah, Sayang. Kalau Lalita tidak sekolah, Mama mau saja mengajak Lalita jadi kita bisa bermain lagi bersama Julio dan Aunty Rosella." "Yah ... Lalita masih mau bermain sama Julio, Mama ...." Lalita langsung cemberut, tapi Stephanie sudah mulai bisa mengendalikan anak itu dan membujuknya. Sampai tidak lama kemudian, Lalita pun menurut dan kembali tertawa. Semua orang yang melihatnya pun merasa senang dan bangga pada Stephanie. "Baiklah, terima kasih semua! Aku dan keluargaku pulang dulu. Lain kali mampirlah ke rumah kami lagi ya!" kata Lidya sambil tertawa sumringah. "Tentu saj
Tiga bulan berlalu dan akhirnya Sierra pun resmi mengundurkan diri dari Harrison Group. Tapi bukan berarti Sierra melepaskan tanggung jawabnya begitu saja karena sebelum ia keluar, ia sudah menyerahkan semua tugasnya pada orang kepercayaan Marco yang baru dan mengajarinya dengan sepenuh hati selama tiga bulan ini. Sierra pun akhirnya bisa keluar dengan tenang tanpa beban dari perusahaan itu. Dan yang paling senang saat Sierra keluar dari Harrison Group tentu saja adalah Bastian. Akhirnya istrinya bebas. Bahkan Bastian sampai menunda acara bulan madu mereka sampai Sierra resmi mengundurkan diri dari Harrison Group. "Aku senang sekali, Sayang. Akhirnya kau bebas jadi aku bisa membawamu ke mana-mana, Sayang. Besok aku juga akan memperkenalkanmu sebagai pimpinan baru di perusahaan," kata Bastian malam itu saat mereka sudah ada di kamar mereka. "Astaga, mengapa begitu terburu-buru, Bastian?""Tidak buru-buru, tapi aku hanya terlalu bersemangat. Setelah pekerjaanku selesai, kita juga
Memiliki Bastian sebagai seorang suami merupakan keberuntungan sendiri bagi Sierra. Ternyata Bastian tidak hanya hebat bekerja di perusahaan dan bergoyang di ranjang, namun Bastian mempunyai semua kapasitas lengkap sebagai seorang suami. Bastian yang dulunya begitu acuh menjadi sangat perhatian setelah menikah dan ia selalu bisa membuat Sierra nyaman kapanpun dan di manapun. Bahkan Bastian selalu berusaha memenuhi semua kebutuhan Sierra tanpa terkecuali. Rasanya tidak pernah Sierra menginginkan sesuatu tapi ia tidak mendapatkannya. Seperti kata Bastian, semua yang bisa dilakukan sebagai manusia pasti bisa ia lakukan, asal jangan meminta sesuatu yang di luar kuasanya seperti minta cepat hamil, karena Bastian hanya bisa rajin membuatnya saja. Dan itu Bastian katakan berkali-kali sampai Sierra pun tidak merasa melow lagi malah gemas. "Bukankah kau baru saja selesai datang bulan? Ayo kita tancap!" bisik Bastian malam itu. Tapi Sierra langsung tergelak mendengarnya. "Haha, jangan!
"Aku sudah memimpikannya tiga kali, Bastian. Tiga hari berturut-turut." Sierra mencoba menceritakan mimpinya pada Bastian pagi itu. Sebenarnya Sierra sudah menahannya sendiri sejak pertama kali Sierra mendapatkan mimpinya, namun di hari ketiga, ia tidak tahan lagi. Iya kalau hal baik yang membuat mereka batal bulan madu, tapi bagaimana kalau hal buruk? Karena perasaan Sierra tidak pernah baik sejak mimpi itu. "Itu hanya bunga tidur, Sayang. Kurasa kau pasti terlalu tegang karena ini akan menjadi pertama kalinya kau terbang begitu jauh ke luar negeri." Bastian menangkup kedua lengan Sierra dan menatapnya sabar. Walaupun Sierra terlihat begitu cemas, tapi Bastian tetap tidak ikut cemas dan tetap berusaha menenangkan istrinya. "Tapi mimpi itu nyata sekali, Bastian. Aku ... kita tidak akan pergi berbulan madu karena suatu hal yang tidak jelas di mimpi itu ....""Seperti kau menabrak seseorang dengan mobilmu. Aku tahu ini terdengar mengerikan dan juga absurd tapi kau tetap harus hat