Bastian duduk di ruang kerjanya sambil menatap sebuah benda berkilauan di tangannya. Dan benda itu adalah sebuah cincin bertahtakan berlian yang sudah ia pesan secara khusus untuk melamar Sierra. Bastian pun tidak berhenti menatap cincinnya dan sudah membayangkan betapa indahnya cincin itu melingkar di jari Sierra. "Apa kau akan menyukai kejutanku nanti, Sayang?" "Ck, Sierra, kau benar-benar sudah membuatku gila, bahkan setelah berhasil menjadikanmu kekasih saja rasanya masih belum cukup, sama sekali belum cukup, Sayang.""Aku membutuhkanmu di setiap detik hidupku. Aku mencintaimu, Sierra," ucap Bastian dengan penuh perasaan sambil menatap cincin itu, seolah cincin itu adalah Sierra, kekasihnya. Bastian masih tersenyum dengan pikirannya sendiri saat tiba-tiba pintu ruang kerjanya diketuk dan Jonathan pun masuk ke dalam. "Apa aku mengganggu, Pak Bos? Tidak biasanya kau mengajakku bertemu di kantormu, biasanya kita bertemu di cafe atau restoran.""Jonathan, duduklah! Akan lebih ny
Sungguh, awalnya Jonathan tidak pernah berpikir untuk melakukan hal yang lebih pada Rosella karena Jonathan sangat menghormati Rosella, tidak hanya sebagai pasien tapi sebagai wanita. Berulang kali Jonathan menegaskan itu dalam hatinya saat rasa sayang yang berlebih tiba-tiba muncul. Dan sejauh ini sugesti yang ia tanamkan pada dirinya sendiri berjalan sangat baik. Namun, mendadak semua keteguhan hatinya luntur hanya karena beberapa kalimat dari Bastian dan Jonathan pun mulai menatap Rosella dengan tatapan yang berbeda. Seperti saat ini, saat Jonathan sudah berdua saja dengan Rosella di tempat prakteknya. Seperti biasa, Jonathan duduk berjongkok di hadapan Rosella dan mendongak menatap wanita yang sedang duduk di kursinya itu. Begitupun dengan Rosella yang juga menunduk menatap Jonathan, seolah mengenali Jonathan namun sungguh Jonathan tidak bisa menebak dengan pasti apa yang ada di pikiran Rosella saat ini. "Kau merindukan aku, Rosella? Kau tahu kalau aku sangat merindukanmu .
Jantung Jonathan masih berdebar tidak karuan saat akhirnya ia mendaratkan bibirnya ke bibir Rosella yang terasa dingin itu. Namun, baru saja bibir itu bersentuhan mendadak Jonathan bisa merasakan perubahan dalam diri Rosella. Debar jantung Rosella mendadak memacu begitu kencang sampai tubuh itu gemetar. Sontak Jonathan langsung menarik dirinya lagi. Bahkan Jonathan belum sempat berkenalan lebih dengan bibir manis itu, namun pupil mata Rosella sudah membesar sekarang. "Oh, sial! Apa yang sudah kulakukan!" rutuk Jonathan yang menyadari kalau Rosella mulai ketakutan. Jonathan pun segera melepaskan pelukannya dan membawa Rosella kembali duduk di kursinya. "Rosella, tenang! Tarik napasmu! Buang lagi. Tarik lagi. Maafkan aku, Rosella! Maafkan aku! Maafkan aku yang brengsek! Aku tidak akan mengulanginya lagi, Rosella. Sungguh, maafkan aku!" Jonathan merasa sangat bersalah apalagi melihat napas Rosella yang mendadak tersengal dan tatapan matanya yang begitu goyah, seolah Rosella sudah
"Selamat pagi, Tante!" sapa Bastian dan Jonathan pagi itu. Bastian dan Jonathan tiba di rumah keluarga Sierra dalam waktu yang hampir bersamaan dan mereka masuk bersama. Tentu saja penampilan kedua pria gagah itu sempat membuat Lidya tersenyum bahagia menyambutnya. Dua pria yang mungkin akan bersama dua anak perempuannya. Oh, ini indah sekali. Bahkan Lidya bermimpi saja tidak berani kalau kedua anaknya yang biasa saja bisa bertemu para pria luar biasa ini, yang satu pengusaha sukses dan yang satu dokter terkenal. Rasanya Lidya tidak bisa meminta lebih lagi. "Selamat pagi, Bastian! Selamat pagi, Jonathan! Masuklah!" Lidya mempersilakan kedua pria itu masuk dan duduk di ruang tamu. Mereka pun menunggu di sana, sebelum Lidya membawa Rosella keluar duluan dan Jonathan langsung menyambutnya dengan sumringah. "Hai, Rosella! Kau cantik sekali pagi ini!" puji Jonathan tanpa pernah bosan. Hampir setiap bertemu, Jonathan tidak pernah absen memuji Rosella dan Bastian yang melihatnya pun
"Uncle, yeay!"Julio terus memekik senang saat Jonathan mengajaknya berenang sore itu. Setelah makan siang tadi, Sierra dan yang lain hanya berjalan-jalan berkeliling, sebelum mereka memutuskan untuk berenang sedangkan masuk ke taman bermainnya diundur menjadi keesokan harinya agar bisa bermain puas dari pagi. Lidya, Rosella, dan Bik Ita pun nampak asik menikmati suasana santai mereka dengan duduk di kursi panjang dan melihat Julio dari kejauhan. Sedangkan Julio sendiri malah begitu asik berenang dengan Jonathan. Jonathan memang sudah mendapatkan hati Julio. Entah bagaimana Jonathan melakukannya, namun apapun caranya, cara itu berhasil. Bahkan Julio lebih menyukai Jonathan dibanding Bastian. Hal itu terbukti dari Julio yang selalu menempel pada Jonathan dan menuruti apapun kata Jonathan. Jonathan benar-benar terlihat seperti calon ayah yang sempurna bagi Julio. "Bukankah mereka sangat mesra, Sayang," kata Bastian yang sudah duduk berdua dengan Sierra di kursi santai di pinggir
Sierra terus memeluk Rosella malam itu di kamarnya. Lidya memilih tidur bersama Bik Ita, sedangkan Sierra tidur satu kamar dengan Julio dan Rosella. Entah berapa lama Sierra tidur, namun ia terbangun karena suara Julio yang begitu bersemangat. Julio terus mengguncang tubuh Sierra dan memanggilnya bangun. "Aunty, bangun! Aunty! Ayo kita ke taman bermain! Sudah pagi, Aunty!" pekik Julio yang tidak berhenti tertawa senang. Sontak saja Sierra membuka matanya dan benar saja, hari sudah terang. "Astaga, jam berapa ini, julio?" Sierra pun melirik ponselnya yang menunjukkan jam delapan pagi. "Kau benar, Julio, ini sudah pagi, Aunty terlambat bangun, tapi taman bermainnya belum buka, sabar ya. Kita sarapan dulu, mandi, lalu bersiap-siap. Oke?""Julio mau sekarang, Aunty.""Tapi taman bermainnya baru buka jam sepuluh, Sayang!""Kalau begitu Julio boleh berenang dulu kan, Aunty?""Astaga, sepagi ini?""Iya, ayo telepon Uncle Jonathan!""Eh, tunggu, jangan! Uncle Jonathan pasti masih tidu
Bastian terus tersenyum melihat Sierra yang begitu menikmati atraksi itu, begitu juga dengan semua anggota keluarga lain yang nampak begitu fokus. Baiklah, sekarang saatnya pertunjukkan pamungkasnya, bahkan Bastian sudah siap kalau lamarannya akan menjadi tontonan begitu banyak orang yang ada di sana. Secara diam-diam, Bastian pun menyelinap pergi menjauhi Sierra dan Sierra yang sedang begitu asik sama sekali tidak menyadarinya. Bastian pun langsung pergi ke mobilnya dan mengganti baju santainya dengan jas rapi. "Baiklah, seorang Sebastian Sagala ternyata bisa begitu tegang juga!" Bastian berkali-kali mengembuskan napas panjangnya sambil memegangi dadanya. Cukup lama Bastian menenangkan dirinya, sebelum akhirnya ia melangkah kembali ke tempat atraksi. Sedangkan di tempat atraksi sendiri, Sierra sudah begitu kaget saat ia diajak masuk ke area atraksi, padahal saat itu ia masih kebingungan mencari Bastian. "Maaf, aku tidak bisa, aku sedang mencari seseorang," bisik Sierra pada pe
Jantung Sierra masih memacu tidak karuan melihat Bastian yang bersimpuh di hadapannya dan melamarnya. "Menikahlah denganku, Sierra Nevada!" Air mata Sierra terus berlinang menatap kekasihnya itu dan Sierra pun terus tertawa bahagia dalam tangisnya. Untuk sesaat, mereka pun hanya saling menatap di sana karena Sierra benar-benar bingung harus menjawab apa saat ini. Ya, aku mau? Ayo kita menikah? Aku mau menikah denganmu? Bahkan pada saat seperti ini pun otak Sierra berpikir dengan begitu absurd.Sierra hanya sedang merasakan bahagia yang membuncah, perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, seolah seluruh tubuhnya dialiri rasa bahagia dan rasa sejuk, yang membuat tubuhnya bergetar hebat. Lidya sendiri yang melihatnya terus menitikkan air matanya sampai Bik Ita yang melihatnya langsung memeluk majikannya itu dari samping. "Ini indah sekali, Bu! Aku ikut bahagia untuk Bu Sierra.""Aku juga turut bahagia untuknya, Bik Ita. Dia sungguh sudah melalui banyak hal berat dulu, untu