"Bastian, bagaimana keadaan di sana? Maaf aku baru mendengarnya.""Valdo, terima kasih atas perhatianmu!" Valdo menelepon Bik Ita untuk menanyakan kabar karena Sierra tidak mengangkat teleponnya siang itu dan Valdo pun akhirnya sempat bicara dengan Lidya hingga Lidya pun menceritakan semua yang terjadi. Tentu saja Valdo kaget sampai jantungnya berdebar begitu kencang, namun Valdo tidak berani memberitahu pada Jacob tentang kejadian itu. Jacob memang pernah memberitahu Valdo tentang kemunculan Ellyas dan Valdo sempat menelepon Sierra, namun Sierra memberitahu kalau semua baik-baik saja. Valdo pun lega mendengarnya, namun Valdo sempat menelepon Bastian dan meminta Bastian untuk waspada. Bastian juga memberitahu bahwa semuanya aman terkendali sejak ia memberikan rumah dan uang untuk Ellyas, tapi setelah itu, Valdo belum pernah menanyakan kabar lagi sampai ia menelepon Bik Ita baru saja. "Apa kau sudah menemukan di mana mereka, Bastian? Aku punya kenalan polisi dan aku bisa membantu
"Kami sudah menemukan lokasinya. Ada anggota polisi yang akan mengantarmu ke sana, Bastian." Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Valdo kembali menelepon Bastian. "Benarkah? Kau sudah menemukannya, Valdo?" "Temanku anggota polisi. Mereka melacak lokasi yang sama dengan Tory. Tapi hati-hati karena mereka ada banyak orang. Mereka rentenir yang katanya cukup kejam dan tidak segan membunuh."Bastian mengernyit mendengarnya. "Tidak segan membunuh? Sial! Sebenarnya orang macam apa yang bekerja sama dengan Ellyas itu! Brengsek!""Ellyas bukan orang baik, Bastian. Kali ini kalian harus hati-hati! Maaf aku tidak ada di sana sekarang tapi aku akan segera menyusul ke sana." "Tidak apa, Valdo. Sebelum kau tiba di sini aku yakin aku pasti sudah menyelesaikan semuanya. Terima kasih atas bantuanmu, Valdo!"Valdo pun menjelaskan pada Bastian bagaimana rencana yang sudah ia pikirkan tadi dan mereka pun berunding sebelum mereka menutup teleponnya. Tidak lama setelah mereka menutup teleponnya, Tor
"Bagaimana? Dia sudah menyiapkan uangnya?" tanya Bos rentenir begitu Ellyas menutup teleponnya. "Sudah. Tenang saja, Bos! Sierra tidak akan berani macam-macam karena keselamatan Rosella dan Julio sedang terancam sekarang." "Hmm, aku tidak mau tahu, Ellyas! Yang aku mau tahu adalah aku mendapatkan uangku! Dan ingat, jangan macam-macam denganku karena kalau sampai dia membawa polisi, aku tidak akan segan-segan membunuh!" ancam Bos rentenir itu lagi. Ellyas meneguk saliva mendengarnya, namun ia berusaha tetap tenang dan memaksakan senyumnya. "Anakku tidak sebodoh itu, Bos! Kau tenang saja!" Bos rentenir yang mendengarnya hanya melirik Ellyas. "Semoga saja, Ellyas!" Sambil menyeringai, Bos rentenir itu pun melangkah pergi meninggalkan Ellyas sambil memberikan perintah pada anak buahnya, entah perintah apa itu, namun beberapa anak buah sempat melirik ke arah Ellyas sampai membuat Ellyas seketika waspada. "Sial, apa yang sedang mereka rencanakan? Apa mereka berniat menbunuhku juga se
"Apa menurutmu ada sesuatu yang terjadi, Bastian? Mengapa ucapan Ellyas dan Julio berbeda?" Sierra terus berpikir keras setelah mendengar perintah Ellyas di telepon, namun Bastian tetap tidak mengubah arah mobilnya menuju ke markas para rentenir. "Entahlah, Sierra! Tapi perasaanku mengatakan ada yang tidak beres. Salah satu di antara mereka berbohong tapi yang pasti bukan Julio."Sierra menahan napas mendengarnya. "Apa menurutmu Ellyas berniat menipu kita? Dia ingin mengambil sendiri uang itu padahal dia tidak memiliki Rosella dan Julio bersamanya?" "Melihat dari karakter Ellyas, itu mungkin saja, Sierra." Dan Sierra pun mendadak tegang. Jujur saja kalau ia sependapat dengan Bastian kali ini. Sierra pun akhirnya melirik ponselnya, seolah mempertimbangkan untuk menelepon Julio lagi atau tidak. Di satu sisi, Sierra ingin memastikan semuanya pada Julio.Tapi di sisi lain, ia juga takut kalau suara dering ponsel akan terdengar oleh para rentenir itu. "Apa Julio sudah mematikan deri
"Kembali ke tempat semula, Sierra! Lebih cepat lebih baik! Bawa uangnya segera!" Bastian membaca pesan terbaru dari Ellyas dan hanya mengangguk. Ellyas kembali mengubah lokasi penyerahan uang tebusannya. Yang awalnya di markas tepat tengah malam, dirubah menjadi di luar markas, dan sekarang dirubah lagi menjadi kembali ke markas karena rencana Ellyas sudah ketahuan.Tanpa Ellyas ketahui, Bastian sendiri dan yang lain saat ini sudah ada di dekat markas para rentenir dan dari posisi ini, mereka sudah bisa melihat beberapa orang anak buah di depan markas. Bastian, Jonathan, Tory, dan yang lain pun sudah berkumpul bersama untuk berunding bersama. "Saat ini Rosella dan Julio ada di salah satu kamar di dalam bangunan itu walaupun kita tidak tahu kamar yang mana, tapi berdasar apa yang Julio jelaskan sepertinya di kamar belakang yang mengarah langsung ke sawah." Mereka pun menatap ke arah belakang bangunan yang memang masih banyak sawah dan ada bangunan-bangunan rumah kecil. Markas p
Tory langsung mengirimkan pesan dan posisinya pada Bastian untuk memberitahukan tentang rencana pelecehan yang ia dengar. Bastian yang masih mengendap-endap bersama Jonathan langsung bersembunyi di samping tembok saat mendapat pesan di ponselnya. "Ada dua pria yang berencana melecehkan Rosella dan aku sedang mengikuti mereka sekarang. Mereka akan masuk lewat pintu belakang dan Bos mereka ada di depan sekarang." Bastian yang membaca pesan dari Tory pun langsung membelalak. "Sial, Jonathan! Ada anak buah yang berencana melecehkan Rosella.""Apa, Bastian? Apa katamu?" "Sial! Nanti akan kujelaskan! Sekarang kita ikuti Tory saja!" Dengan cepat dan tetap mengendap-endap, Bastian dan Jonathan pun menuju ke titik yang ditunjukkan oleh Tory. Namun, ternyata langkahnya tidak semudah itu karena tanpa sengaja Jonathan yang terburu-buru malah menginjak sesuatu yang menimbulkan bunyi.Kriek!"Oh, sial!" umpat Jonathan sambil langsung berlari menyembunyikan dirinya di balik mobil. Dua orang
"Ellyas belum menelepon lagi, Sierra? Bagaimana dengan Bastian? Ibu cemas sekali!" Lidya dan Sierra yang menunggu di dekat mobil mereka merasa benar-benar tidak tenang sekarang. Jantung mereka tidak berhenti berdebar kencang dan mereka bisa melihat dari kejauhan, beberapa anak buah yang nampak keluar dari markas. "Aku tidak tahu, Ibu. Tidak ada yang meneleponku lagi. Apa yang harus kita lakukan sekarang, Ibu?"Lidya dan Sierra yang seharusnya saling menenangkan satu sama lain, nyatanya malah tidak bisa tenang dan ingin menyusul ke sana namun anggota polisi melarang mereka. Polisi itu terus menenangkan Lidya dan Sierra, namun mereka tetap tidak bisa tenang. Sambil saling berpegangan tangan, Lidya pun terus memejamkan matanya dan ia tahu ia tidak boleh tetap di sini. Ia tidak bisa mengandalkan orang lain lagi. Tentu saja Lidya tahu niatan baik dari Jonathan dan Bastian, tapi tidak mungkin Lidya mengorbankan orang lain sekarang. "Sierra, Ibu harus ke sana! Ibu harus menyelamatkan
Dor!Bos rentenir, Ellyas, dan para anak buah yang masih ada di dalam markas begitu kaget mendengar suara tembakan sampai mereka terdiam sejenak. "Suara apa itu? Ada yang menembak? Ada polisi? Brengsek! Kalian keluarlah dan tangani masalah di luar!" Bos rentenir itu langsung mengedikkan kepala pada anak buahnya. "Baik, Bos!" Beberapa anak buah pun langsung keluar untuk membantu teman-temannya. Sementara Bos rentenir kembali menatap Ellyas dan bangkit dari kursinya lalu melangkah mendekati Ellyas. "Ellyas, kau lihat sendiri hasil perbuatanmu, hah? Anak dan menantumu itu memanggil polisi?" Dengan cepat Bos rentenir itu membuka pisau lipatnya. Ellyas pun gemetar sekarang. Sejak tadi Ellyas masih tetap dalam posisi berlutut dengan wajah yang babak belur dan ia tidak berani berkutik karena dikepung oleh banyak anak buah. "Eh, Bos ... Bos ... bukan ... ini bukan salahku! Ancamanku sudah jelas! Kau sudah mendengar sendiri juga kan apa yang kukatakan di telepon! Aku sudah memperingatka
"Kau lihat, ini foto Julio waktu bayi, Rosella! Dia tampan sekali! Dia mirip sepertimu!" Lidya dan Sierra duduk di ranjang bersama Rosella sore itu dan perlahan memasukkan kenangan demi kenangan indah ke otak Rosella, menggantikan kenangan yang buruk dan kekosongan selama enam tahun terakhir ini. Satu minggu telah berlalu sejak acara kremasi Ellyas selesai dan semua orang pun mulai move on dari semua hal tentang pria itu. Mereka memutuskan untuk menutup semua kenangan lama yang menyakitkan itu dan memulai lembaran yang baru tanpa ketakutan dan perasaan was-was sama sekali. Valdo dan keluarga Jacob juga sudah pulang kembali ke kota mereka, sedangkan keluarga Sierra sendiri memilih fokus untuk kesembuhan Rosella. Walaupun Lidya dan Sierra juga sesekali pergi ke toko roti dan perusahaan, tapi mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah selama satu minggu ini demi Rosella. Kondisi Rosella memang sudah mendapatkan kesadarannya kembali sejak kejadian itu, namun ia belum 100% norma
"Sekali lagi kami turut berduka cita, Bu Lidya." "Terima kasih, Pak Jacob!" Jacob dan keluarganya langsung berangkat mengunjungi keluarga Sierra begitu mereka mendengar kabar dari Valdo tentang meninggalnya ayah dari Sierra. Mereka sempat ikut dalam acara persemayaman jenazah Ellyas dan doa bersama, sebelum keesokan harinya tubuh Ellyas itu akan dikremasi. Tidak ada anggota keluarga lain yang mereka punya karena itu, acara itu hanya dihadiri oleh keluarga Sierra, keluarga Jacob, dan Valdo. Tidak ada juga yang banyak bicara dalam acara itu selain ucapan turut berduka cita. Semua orang nampak tetap diam memendam perasaan masing-masing yang masih tidak karuan. Rosella tetap diam dan hanya terus berkedip di pelukan Stephanie yang sangat menyayanginya. Stephanie terus mengumpati Ellyas saat mendengar cerita lengkap dari Bastian kemarin. Bahkan Stephanie tidak peduli kalau pria itu sudah meninggal. "Dasar pria tua brengsek yang tidak berguna! Bisa-bisanya dia mengorbankan anaknya l
"Semua sudah berakhir, Valdo! Semua sudah berakhir!"Bastian langsung menelepon Valdo begitu mereka sudah tiba di rumah. Bastian menceritakan semuanya sampai Valdo terdiam tanpa kata mendengarnya. Ada rasa menyesal tidak bisa membantu di sana, namun ada rasa lega juga karena akhirnya semuanya selesai dengan selamat. "Aku masih tidak bisa membayangkan betapa mengerikan kejadian di sana tadi, Bastian.""Hmm, sangat mengerikan, menegangkan, dan melelahkan! Tapi semua baik-baik saja, Valdo. Syukurlah!" Valdo mengangguk dan kembali bernapas lega. "Keluarga Sierra baik-baik saja?" tanya Valdo lagi. Bastian pun melirik para wanita yang masih duduk tanpa kata di sofa ruang tamu. Bahkan mereka belum beranjak dari sana sama sekali sejak mereka tiba di rumah tadi. "Well, bagaimana mengatakannya? Mereka masih syok, tapi kurasa mereka akan baik-baik saja. Termasuk Rosella yang secara mengejutkan menyelamatkan Sierra tadi. Mereka ... tidak bisa diajak bicara saat ini, Valdo." Valdo kembali
Ellyas menyetir mobilnya dengan kecepatan penuh. Gabungan antara hasrat ingin kabur dan rasa sakit yang makin menjadi-jadi membuat kaki Ellyas menginjak gas itu begitu kuat dan seluruh berat tubuhnya tertumpu pada gas mobil itu. Broom! Broom!Suara deru mobil itu membuat semua orang membelalak kaget. Sierra, Lidya, dan Rosella yang sudah menoleh melihatnya pun langsung panik. Namun, Ellyas nampak tidak peduli dengan apa pun yang ada di hadapannya karena yang ia tahu adalah bahwa ia harus kabur dari sana. Pandangan Ellyas sudah kabur dan napasnya sudah sangat berat. Samar-samar ia melihat seorang anak kecil yang menghalangi jalannya dan Ellyas sama sekali tidak berniat untuk memperlambat laju mobilnya. Ia sendiri pun tidak mengenali lagi siapa anak itu karena otaknya sudah tidak sinkron. Tapi apa pun yang terjadi, biar saja, yang penting ia bisa kabur. Bahkan Ellyas sempat menyeringai, namun kepalanya agak terantuk karena kesadarannya yang timbul tenggelam. Ellyas berusaha men
"Ayo, kita pergi dari sini!" Lidya dan Sierra memapah Rosella sambil menggandeng Julio keluar dari kamar sempit itu, sedangkan Bastian masih berkelahi dengan beberapa orang melindungi para wanita.Sierra sempat menoleh ke arah suaminya yang sedang terkena pukulan itu dan Sierra masih menangis di sana. "Bastian ...." "Pergi, Sierra, kembali ke mobil, cepat!" teriak Bastian. Sierra pun mengangguk dan mencoba melangkah lagi melewati kekacauan yang masih berlangsung. Di sudut di mana Sierra berada terdapat lebih banyak anak buah dibanding sudut yang lain yang sudah berhasil ditangani oleh polisi. Mereka pun masih terus melangkah saat tiba-tiba ada seorang pria yang terlempar ke arah depan mereka. Buk!"Akkhh!" Sierra dan Lidya memekik bersamaan. Pria itu baru saja berkelahi dengan Jonathan sampai ia terlempar ke sana dan begitu pria itu melihat para wanita, ia langsung membelalak. "Mau ke mana kalian, hah?" Pria itu langsung berdiri dan baru saja akan menangkap Sierra dan yang la
"Akkkhh!" Tidak terhitung berapa kali Ellyas dihajar habis-habisan oleh dua orang pria bertubuh besar itu. Yang mereka serang adalah bagian wajah Ellyas sampai bengkak dan membiru serta kaki Ellyas sampai Ellyas terus merintih. Sementara bagian tubuhnya yang lain masih utuh tanpa luka karena Bos mereka sudah berpesan agar tidak ada bagian yang membusuk. Kalau semasa hidup Ellyas tidak bisa melunasi hutangnya maka setelah Ellyas mati, Ellyas harus melunasi hutangnya dari uang hasil menjual organ tubuh pria itu. Kedua pria itu pun masih terus menyeringai sambil duduk di kursi dan tertawa puas saat tiba-tiba pintu ruangan itu didobrak kasar. Brak!"Kami polisi, angkat tangan!" Dua orang polisi menghambur masuk dan membuat kedua pria itu terkejut. "Apa ini?" pekik salah seorang pria. "Kalian sudah dikepung!" sahut polisi itu. Para polisi bantuan memang datang lagi dan mereka ikut membantu menangkap para rentenir termasuk Bos rentenir, namun para rentenir itu melawan dan terjadi
"Sial, Bastian! Tolong Rosella! Tidak ada waktu lagi! Aku tidak mau mereka melakukan sesuatu pada Rosella!"Jonathan yang masih kewalahan menahan serangan anak buah pun terus menoleh dan berteriak lirih ke arah Bastian. Hati Jonathan sudah tidak tenang sama sekali dan ia mencemaskan Rosella dan Julio sampai rasanya ia hampir menangis sekarang, namun ia tidak bisa menyelamatkan mereka karena mereka belum bisa lepas dari kepungan para pria brengsek ini. "Kita akan menyelamatkannya, Jonathan!" "Tidak! Kau yang pergi, Bastian! Aku akan menghalangi mereka di sini! Cepat!" Entah mendapat kekuatan dari mana, namun Jonathan langsung berteriak sambil mendorong beberapa pria bertubuh besar sekaligus. Jonathan melindungi Bastian agar Bastian bisa menyelamatkan Rosella. "Pergi, Bastian! Pergi!" seru Jonathan lagi. Di saat yang sama, Sierra dan Lidya sudah berlari bersama satu anggota polisi yang mengikutinya. "Hati-hati, Bu!" Mereka sempat ketahuan oleh beberapa anak buah sampai polisi it
Dor!Bos rentenir, Ellyas, dan para anak buah yang masih ada di dalam markas begitu kaget mendengar suara tembakan sampai mereka terdiam sejenak. "Suara apa itu? Ada yang menembak? Ada polisi? Brengsek! Kalian keluarlah dan tangani masalah di luar!" Bos rentenir itu langsung mengedikkan kepala pada anak buahnya. "Baik, Bos!" Beberapa anak buah pun langsung keluar untuk membantu teman-temannya. Sementara Bos rentenir kembali menatap Ellyas dan bangkit dari kursinya lalu melangkah mendekati Ellyas. "Ellyas, kau lihat sendiri hasil perbuatanmu, hah? Anak dan menantumu itu memanggil polisi?" Dengan cepat Bos rentenir itu membuka pisau lipatnya. Ellyas pun gemetar sekarang. Sejak tadi Ellyas masih tetap dalam posisi berlutut dengan wajah yang babak belur dan ia tidak berani berkutik karena dikepung oleh banyak anak buah. "Eh, Bos ... Bos ... bukan ... ini bukan salahku! Ancamanku sudah jelas! Kau sudah mendengar sendiri juga kan apa yang kukatakan di telepon! Aku sudah memperingatka
"Ellyas belum menelepon lagi, Sierra? Bagaimana dengan Bastian? Ibu cemas sekali!" Lidya dan Sierra yang menunggu di dekat mobil mereka merasa benar-benar tidak tenang sekarang. Jantung mereka tidak berhenti berdebar kencang dan mereka bisa melihat dari kejauhan, beberapa anak buah yang nampak keluar dari markas. "Aku tidak tahu, Ibu. Tidak ada yang meneleponku lagi. Apa yang harus kita lakukan sekarang, Ibu?"Lidya dan Sierra yang seharusnya saling menenangkan satu sama lain, nyatanya malah tidak bisa tenang dan ingin menyusul ke sana namun anggota polisi melarang mereka. Polisi itu terus menenangkan Lidya dan Sierra, namun mereka tetap tidak bisa tenang. Sambil saling berpegangan tangan, Lidya pun terus memejamkan matanya dan ia tahu ia tidak boleh tetap di sini. Ia tidak bisa mengandalkan orang lain lagi. Tentu saja Lidya tahu niatan baik dari Jonathan dan Bastian, tapi tidak mungkin Lidya mengorbankan orang lain sekarang. "Sierra, Ibu harus ke sana! Ibu harus menyelamatkan