"Baiklah, selesai! Aku akan mengaturnya seperti itu! Bagaimana menurutmu, Sierra?" tanya Bastian sore itu setelah mereka mengadakan rapat untuk proyek baru mereka. "Lakukan seperti yang kau rencanakan, Bastian! Tidak perlu menanyakan pendapatku karena nantinya kau yang akan menjalani semuanya sendiri!"Bastian memicingkan mata mendengarnya. "Baiklah, makin lama kau semakin aneh. Tapi baiklah, mari kita selesaikan sisanya!"Bastian dan Sierra pun menyelesaikan pekerjaan yang perlu mereka selesaikan hari itu dan Sierra pun memanggil Tory untuk membantu Bastian. Sierra sendiri pergi dari ruang kerja Bastian dan berkeliling sendirian ke perusahaan itu. "Selamat sore, Bu Sierra!" sapa beberapa orang karyawan yang berpapasan dengan Sierra. "Selamat sore!" Sierra membalasnya dengan ramah, sebelum ia melangkah ke balkon di lantai 2 yang langsung bisa melihat lobby perusahaan di bawah sana. "Akhirnya hari ini tiba, hari terakhirku di sini. Besok aku tidak akan ke sini lagi dan lusa aku ak
"Sial, makan malam apa ini? Padahal aku mau berdua saja dengannya!" keluh Bastian tiada henti. Bahkan sampai akhirnya Bastian tiba di restoran dan duduk di meja VIP, Bastian juga masih tidak nyaman."Kau mau pesan apa, Lalita? Pesanlah, Sayang!" Sierra menatap Lalita yang duduk di hadapannya dan meminta Bik Mala membantunya. Sierra pun tersenyum menatap Jacob dan Bastian yang masih begitu kaku dan acuh. "Bastian, tanyalah pada ayahmu apa yang mau dia pesan!" pinta Sierra yang saat ini duduk di samping Bastian. Meja di ruang VIP berbentuk persegi panjang. Sierra pun duduk berjejer dengan Bastian, sedangkan Jacob sendiri duduk di tengah seperti posisinya di ruang makan di rumah mereka biasanya. "Mengapa aku harus melakukannya? Dia bisa melakukannya sendiri!" sahut Bastian acuh. Jacob pun tidak banyak bicara dan membuka buku menunya sendiri. "Bastian, jangan begitu! Tanyalah!" Sierra mengedikkan kepalanya ke arah Jacob, memberi kode pada Bastian untuk bertanya pada Jacob. Posisi
"Terima kasih sudah bersikap baik pada Pak Tua!""Bersikap baik seperti apa? Aku tidak merasa bersikap baik."Sierra tersenyum mendengar jawaban Bastian. Mereka sedang duduk di pinggir kolam renang berdua di rumah mereka setelah melewatkan makan malam yang super canggung itu. "Tapi aku tetap berterima kasih karena kau membuat Pak Tua itu sangat senang malam ini!""Ck, dia sangat berlebihan! Tapi sekalipun aku melakukan ini, aku melakukannya untukmu, Sierra. Bukan untuknya."Sierra tetap tersenyum mendengarnya. "Demi siapa pun itu, tetaplah bersikap baik padanya, Bastian!""Dan mengapa aku harus melakukannya, Sierra?""Karena dia ayahmu, Bastian. Karena dia ayah kandungmu."Bastian tertawa kesal. "Memang dia ayah kandungku secara sah, tapi kau tahu sendiri tindakannya membuatku tidak bisa menerimanya, Sierra.""Tapi kau tidak dapat memungkiri hatimu kalau kau masih menyimpan kepedulian padanya, Bastian. Aku melihatnya dan merasakannya. Kau peduli padanya, Bastian."Sierra memiringkan
"Ah, Bastian ...." Desahan seorang wanita terdengar, bersahutan dengan erangan pria silih berganti. Tidak hanya itu, suara-suara khas percintaan yang liar pun terdengar begitu melengking hingga membuat Sierra meradang. "Sial! Pasti dia membawa jalangnya lagi!" Tanpa mengetuk pintunya, Sierra pun langsung menghambur masuk ke kamar yang memang tidak terkunci itu. Brak! Dan pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Sebastian Sagala, anak tirinya, sedang memacu tubuh wanita di bawahnya. "Bukankah sudah kubilang kalau rumah ini bukan tempat maksiat? Berhenti sekarang juga!" geram Sierra dengan tatapan yang mengarah tajam pada anak tirinya itu. Bukan anak tiri sungguhan karena Sierra hanya berpura-pura menikah dengan ayah dari Bastian. Namun, tentu saja tidak ada yang tahu tentang perjanjian itu sehingga semua orang mengira bahwa Sierra benar-benar menikah dan menjadi istri yang sah dari Jacob Sagala, ayah kandung dari Sebastian Sagala. Sial! Seandainya hidup Sier
"Dasar kurang ajar! Berani sekali kau memintaku menggantikan wanitamu! Lepaskan aku, Brengsek!" geram Sierra penuh amarah. Namun, alih-alih melepaskan, Bastian malah menyatukan kedua tangan Sierra di atas kepala wanita itu dan menahannya. "Berhenti bersikap seperti wanita terhormat, Sierra! Bukankah kau sudah biasa melakukannya? Lagipula aku jauh lebih perkasa dibanding ayahku dan kau pasti lebih puas bersamaku!" "Kau sangat tidak sopan, Bastian! Lepaskan aku atau aku akan berteriak agar semua orang tahu kalau kau sedang berusaha melecehkan ibu tirimu sendiri!" "Oh, aku takut sekali mendengarnya, Sierra!" Bastian menyeringai mencemooh di depan wajah Sierra. Tepat pada saat itu, pintu kamar mendadak dibuka dengan kasar. Brak! "Kudengar kalian ribut lagi, hah? Dan apa yang sedang kalian coba lakukan?" pekik seorang pria tua yang nampak membelalak kaget. Seketika Sierra terdiam menatap Jacob, sedangkan Bastian langsung tertawa sinis melihat ayahnya itu. "Oh, ini dia sang pem
Byur! Suara air kolam renang terpecah saat Bastian mendorong Sierra hingga tercebur ke sana. "Arrgghh!" Sierra yang tidak siap benar-benar tidak sempat mengatur napasnya sampai ia bergerak panik bahkan menelan air cukup banyak. "Uhuk ... uhuk ...." Sierra terus terbatuk saat akhirnya ia berhasil mengeluarkan kepalanya dari dalam air dan ia pun langsung menyeka wajahnya. "Bastian! Beraninya kau melakukan ini padaku?" pekik Sierra begitu kesal. Namun, Bastian hanya menyeringai sambil tetap berdiri di posisinya. "Ini baru permulaan, Sierra! Kalau kau membuat keributan lagi, aku bisa bertindak lebih jauh daripada ini!" ancam Bastian sambil menatap Sierra berapi-api. Sierra sendiri pun menatap Bastian dengan tatapan penuh amarah, sementara Stephanie tersenyum penuh kemenangan melihatnya. Dengan penuh percaya diri, Stephanie mendekati Bastian dan langsung memeluk lengan pria itu. "Terima kasih sudah membelaku, Bastian!" Bastian yang mendengarnya pun langsung melirik Stephanie
Bastian melangkah dengan kesal ke ruang kerja Sierra siang itu. Sudah lama ia tinggal di Malaysia sejak ibunya meninggal dan sejak itu ia memang tidak pernah menginjakkan kaki ke perusahaan ini. Tidak heran kalau tidak ada yang mengenalnya, namun rasanya tetap menyebalkan saat para karyawan itu lebih mengenal Sierra daripada dirinya yang merupakan anak kandung dari Jacob Sagala. "Ini ruang kerjanya, silakan, Pak! Maafkan aku sekali lagi yang tidak mengenali Anda," kata seorang karyawan yang mengantar Bastian sampai ke ruang kerja Sierra. Bastian tidak menanggapinya dan langsung saja masuk bersama asistennya ke ruang kerja Sierra tanpa mengetuk pintunya. "Jadi apa ini ruang kerjaku nanti?" seru Bastian begitu ia masuk ke sana. Sontak Sierra dan Valdo yang masih duduk di tempatnya langsung menoleh kaget menatap Bastian di sana. "B-Bastian?" pekik Sierra sambil refleks bangkit berdiri dari kursinya. Begitu juga dengan Valdo yang langsung ikut berdiri. "Mengapa ekspresi kalian
"Berikan aku waktu untuk tetap di sini sampai aku menyelesaikan tugasku, Bastian," pinta Sierra yang masih berusaha membuat kesepakatan dengan Bastian. "Dan apa untungnya bagiku?" "Tentu saja aku bisa membantumu di perusahaan ini. Aku butuh waktu ...." "Aku bukan temanmu, Sierra!" sela Bastian sebelum Sierra sempat menyelesaikan ucapannya. "Hubungan kita juga sama sekali tidak baik sampai kita bisa mencapai kata sepakat. Jadi, jangan bermimpi membuat kesepakatan apa pun denganku!" Jawaban Bastian pun membuat Sierra mendadak terdiam dan menganga. "Kalau tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi, silakan kemasi barangmu dan keluar dari ruang kerjaku!" kata Bastian lagi dengan tegas. Dan Sierra pun terus uring-uringan setelah ia keluar dari sana. "Ini benar-benar membuatku gila, Valdo! Dia sama sekali tidak bisa diajak bicara baik-baik, Valdo!" "Bastian memang bukan orang yang ramah, Sierra." "Ya, ya, seharusnya aku tahu itu! Dia pria yang brengsek! Tapi aku tidak peduli, Vald