"Kau tidak ke kantor, Bos? Aku sudah menunggumu untuk rapat," kata Tory di teleponnya. "Bukankah Sierra sudah masuk hari ini? Biarkan saja dia yang memimpin rapat!""Eh, haha, lama-lama kalian jadi kompak ya, saat salah satu tidak ada maka yang lain akan menggantikannya. Kalau kau benar-benar menyingkirkannya nanti, kau tidak akan bisa sesantai ini, Bos!""Sial, Tory! Kau pikir aku membutuhkannya untuk menggantikanku, hah? Aku hanya memanfaatkan keberadaannya sekarang!""Ah, begitu ya! Hehe, baiklah! Tapi di mana kau sekarang, Bos?""Aku sedang pergi ke suatu tempat, nanti saja kuceritakan, kututup teleponnya sekarang!"Blep!Tanpa menunggu jawaban Tory lagi, Bastian pun langsung menutup teleponnya. "Eh, Bos! Bos! Ah, dia selalu seperti itu, menutup telepon sebelum aku selesai bicara!" Saat Tory masih berdiri dan menggerutu kesal di ruang kerja Bastian, Sierra pun masuk ke sana tanpa mengetuk pintunya. "Mana Bastian, Tory? Ada berkas yang harus dia pelajari.""Eh, selamat pagi, Bu
"Kau tidak apa, Jagoan?" tanya Bastian saat mendekati Julio. Bastian sempat mengacak singkat rambut Julio, sebelum ia berjongkok di depan Julio dan melihat lengan dan lututnya. "Astaga, lukamu cukup lumayan ya! Apa kau tidak merasa kesakitan?" Bastian menatap anak kecil yang terlihat begitu tangguh itu. Bahkan sejak tadi anak itu sama sekali tidak terlihat menangis padahal lengan dan lututnya tergores hingga berdarah. Julio yang ditanya pun menggeleng. "Tidak sakit, Uncle! Hmm, sebenarnya sakit tapi anak laki-laki tidak boleh menangis. Aku masih bisa menahan rasa sakitnya, hanya sedikit." Julio mengangkat tangannya dan menunjukkan ibu jari dan telunjuknya pada Bastian, memberi kode kalau sakitnya hanya sedikit. Bastian yang mendengarnya pun memicingkan matanya. Anak ini benar-benar setangguh Sierra, ibu dan anak yang mirip, bahkan wajah anak ini juga sedikit mirip dengan Sierra. Mendadak Bastian pun merasa sedikit kesal karena sudah hampir bisa dipastikan bahwa anak ini ad
Sierra masih berada di dalam rapatnya saat ponselnya berbunyi dan pengurus yayasan meneleponnya. Sierra pun langsung berpamitan keluar dan mengangkat teleponnya dengan jantung yang berdebar kencang. Pengurus yayasan hampir tidak pernah meneleponnya kalau semuanya baik-baik saja, wanita itu baru akan menelepon kalau tiba-tiba Rosella atau Julio sakit. "Halo, Bu, ada apa?" tanya Sierra begitu ia mengangkat teleponnya. "Bu Sierra, maaf mengganggu, tapi Julio sedikit terluka." "Apa maksudnya dengan terluka? Dia baik-baik saja kan?" Sierra sudah mulai cemas. Pengurus yayasan pun menceritakan bahwa Julio sempat keluar dan bertemu penjahat, sebelum akhirnya diselamatkan oleh seorang pria baik hati dan jantung Sierra tidak berhenti berdebar kencang mendengarnya. "Astaga, syukurlah ada pria itu! Terima kasih sudah mengabariku, Bu! Sekarang Julio baik-baik saja kan?" "Dia baik-baik saja. Dia bahkan sama sekali tidak menangis. Aku hanya tidak tenang kalau kau tidak mengetahui tentang
"B-Bastian? Nama pria itu Bastian?" ulang Sierra dengan jantung yang mendadak berdebar kencang. "Iya, Aunty! Namanya keren. Uncle-nya juga baik!" Sierra menahan napasnya sejenak mendengar nama itu. Sungguh kebetulan sekali, tapi bukankah nama Bastian tidak hanya satu di dunia ini. Sierra pun mengembuskan napas panjangnya dan mengangguk kaku. "Ah, ya, nama yang keren, Sayang! Tapi sekarang tidurlah dulu! Nanti telepon Aunty saat Julio sudah membuat janji dengan Uncle Superhero ya!" Julio pun mengangguk bersemangat lalu ia pun memejamkan matanya dan terlelap. Sierra sempat melihat keadaan Rosella, sebelum Sierra pun kembali ke kantor karena ia tidak bisa pergi terlalu lama. Semua orang sudah berkumpul di ruang makan saat Sierra pulang malam itu dan Sierra pun langsung bergabung di sana. "Selamat malam semuanya!" sapa Sierra. Sierra sempat melirik Bastian yang sudah duduk di sampingnya dengan perasaan yang galau memikirkan nama Uncle superhero tadi. Dan Bastian sendiri ju
Bastian tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Mungkin ada setan yang merasukinya sampai ia melihat wanita di hadapannya sekarang ini sebagai seorang wanita, bukan istri dari ayahnya. Berada di dekat Sierra selalu menaikkan tegangan dalam diri Bastian, entah itu emosi maupun hasrat yang mendadak meroket tak terkendali. Wajah cantik yang begitu tegas, sorot mata yang tanpa kenal takut, bibir indah yang selalu mengaum, dan aroma tubuh yang begitu memabukkan. Sierra tidak pernah seiya sekata dengan Bastian. Wanita itu selalu membantahnya dan melawannya hingga sebuah desakan kuat muncul dalam diri Bastian untuk menaklukan wanita itu. Ya, kalau dulu hasrat Bastian begitu menggebu untuk menyingkirkan Sierra, namun hasrat itu mulai terbelah saat ini, ada sebagian hasrat yang sangat kuat untuk menaklukan Sierra dan membuat wanita itu patuh kepadanya. Mungkin, itu juga yang membuat Bastian mencari alasan untuk membungkam wanita itu dan membuat bibir yang selalu membantah itu takluk pad
Sierra menggosok bibirnya di depan cermin wastafel setelah ia mandi malam itu, berharap bisa menghilangkan rasa bibir Bastian di sana. Tidak dapat dipungkiri rasa itu menempel di bibirnya, bagaimana bibir Bastian mencecap bibirnya dengan mendesak, namun tetap lembut dengan napas hangat pria itu yang beraroma mint. Sungguh, Sierra tergoda untuk membalasnya tadi, namun untung saja Sierra masih sadar akan status hubungan mereka. "Dasar Bastian brengsek! Bahkan dengan status ibu tiri pun dia masih melakukan itu padaku! Di mana otaknya!" Sambil mendengus kesal, Sierra terus menyentuh bibirnya, namun mendadak ia terdiam saat sebuah ingatan muncul. Sierra bersumpah ia melihat luka di sudut bibir Bastian tadi sebelum Sierra menggigitnya. Apa mungkin itu bekas pukulan? Bastian juga terus mengatakan tentang anak, apakah benar Bastian yang menyelamatkan Julio? Seketika Sierra pun merinding membayangkan kemungkinan kalau Uncle superhero itu adalah Bastian yang sama. Dengan cepat, Sierra
"Eh ... apa ... apa maksudnya? Mengapa aku?" Sierra langsung salah tingkah dan memutuskan untuk berpura-pura bodoh. Stephanie pun menatap Sierra dengan penuh kebencian. "Dasar wanita sinting! Belum cukup kau mengusir Noah dan sekarang kau juga mau mencelakakan Bastian, hah? Apa kau seorang psikopat?"Laura ikut bergidik mendengarnya. "Ck, sebenarnya apa yang sudah dilakukan Sierra padamu, Bastian? Kalau memang dia melakukan kekerasan, kita harus melaporkannya ke polisi bukan? Mungkin saja dia memang punya jiwa psikopat!"Sierra tertawa kesal dan gemas mendengarnya. "Yang benar saja! Kalian itu yang punya jiwa psikopat sampai bisa berpikir kalau aku berusaha mencelakakan Bastian!" "Lalu kalau bukan begitu, mengapa bibir Bastian bisa terluka, hah?" sembur Stephanie dengan nada meninggi. Bastian yang sejak tadi terus mengamati ekspresi Sierra pun akhirnya tersenyum penuh kemenangan karena dugaannya benar bahwa Sierra tidak lebih dari seorang wanita pembohong. Bastian yakin Sierra tid
Beberapa hari berlalu dan Sierra pun makin merasa tidak nyaman dengan anak tirinya itu. Saat rapat berlangsung, Bastian akan secara terang-terangan menatap Sierra sampai Sierra merasa salah tingkah. Saat makan bersama di rumah pun, Bastian yang memang duduk di samping Sierra juga selalu berusaha mencari perhatian. Untuk sementara, kontak fisik memang berkurang, namun tatapan intens itu malah membuat jantung Sierra terus berdebar kencang tidak terkendali. Dan Sierra mulai sesak napas. Rasanya babak baru dalam tugasnya sebagai istri Jacob sudah dimulai. Saat kemarin ia harus menghadapi Bastian yang sinis dan kasar, sekarang ia harus menghadapi Bastian yang mengintimidasi dengan cara lain, yang entah mengapa Sierra malah merasa makin tertekan sekarang. Untung saja, akhir pekan datang dengan cepat sehingga Sierra punya sedikit waktu untuk bernapas lega dengan mengunjungi Julio di yayasan. Sierra pun sudah menyiapkan banyak alibi sebelum meminta ijin pada Jacob sore itu. "Be