"Eh ... apa ... apa maksudnya? Mengapa aku?" Sierra langsung salah tingkah dan memutuskan untuk berpura-pura bodoh. Stephanie pun menatap Sierra dengan penuh kebencian. "Dasar wanita sinting! Belum cukup kau mengusir Noah dan sekarang kau juga mau mencelakakan Bastian, hah? Apa kau seorang psikopat?"Laura ikut bergidik mendengarnya. "Ck, sebenarnya apa yang sudah dilakukan Sierra padamu, Bastian? Kalau memang dia melakukan kekerasan, kita harus melaporkannya ke polisi bukan? Mungkin saja dia memang punya jiwa psikopat!"Sierra tertawa kesal dan gemas mendengarnya. "Yang benar saja! Kalian itu yang punya jiwa psikopat sampai bisa berpikir kalau aku berusaha mencelakakan Bastian!" "Lalu kalau bukan begitu, mengapa bibir Bastian bisa terluka, hah?" sembur Stephanie dengan nada meninggi. Bastian yang sejak tadi terus mengamati ekspresi Sierra pun akhirnya tersenyum penuh kemenangan karena dugaannya benar bahwa Sierra tidak lebih dari seorang wanita pembohong. Bastian yakin Sierra tid
Beberapa hari berlalu dan Sierra pun makin merasa tidak nyaman dengan anak tirinya itu. Saat rapat berlangsung, Bastian akan secara terang-terangan menatap Sierra sampai Sierra merasa salah tingkah. Saat makan bersama di rumah pun, Bastian yang memang duduk di samping Sierra juga selalu berusaha mencari perhatian. Untuk sementara, kontak fisik memang berkurang, namun tatapan intens itu malah membuat jantung Sierra terus berdebar kencang tidak terkendali. Dan Sierra mulai sesak napas. Rasanya babak baru dalam tugasnya sebagai istri Jacob sudah dimulai. Saat kemarin ia harus menghadapi Bastian yang sinis dan kasar, sekarang ia harus menghadapi Bastian yang mengintimidasi dengan cara lain, yang entah mengapa Sierra malah merasa makin tertekan sekarang. Untung saja, akhir pekan datang dengan cepat sehingga Sierra punya sedikit waktu untuk bernapas lega dengan mengunjungi Julio di yayasan. Sierra pun sudah menyiapkan banyak alibi sebelum meminta ijin pada Jacob sore itu. "Be
Bastian melirik jam tangannya begitu ia tiba di restoran tempat ia dan Julio akan bertemu. Julio belum tiba dan Bastian pun memutuskan untuk menunggu sambil bekerja dengan ponselnya. Sampai tidak lama kemudian, pintu restoran terbuka dan Julio masuk ke sana. Bertepatan dengan itu, Bastian pun menoleh dan tatapannya langsung menangkap sosok Julio yang kecil itu. "Julio, di sini!" panggil Bastian dengan sedikit keras. Julio yang melihatnya pun langsung tertawa sumringah. "Aunty, itu Uncle Bastian!" seru Julio sambil mendongak menatap seseorang yang digandengnya. Refleks, tatapan Bastian pun mengarah ke seorang wanita dengan kaki jenjangnya. Tatapan Bastian pun naik ke arah dress santai di atas lutut yang dipakai oleh wanita itu yang mencetak dengan jelas tubuh ramping itu. Bastian pun dapat melihat rambut ikal yang tergerai indah, sebelum Bastian menatap betapa cantiknya wajah wanita itu. Namun, begitu tatapan Bastian benar-benar sampai pada wajah wanita itu dan saat ta
Bastian benar-benar belum bisa percaya bahwa Sierra ternyata adalah Aunty-nya Julio, bukan mamanya. Bastian sampai tidak mampu berkata-kata lagi. Namun, baik Bastian maupun Sierra memutuskan untuk duduk saja di meja kotak mereka tanpa membahas masalah itu lagi. Mereka tidak mau menjadi bahan tontonan. "Kau mau minum apa, Julio?" tanya Sierra yang sudah mengabaikan Bastian dan sibuk membolak-balik buku menu. Julio mau milkshake coklat, Aunty." "Milkshake coklat. Baiklah!" "Aunty, gambar apa ini? Nanti kita belikan Mama yang seperti ini ya!" "Baik, Sayang! Nanti kita belikan Mama yang ini. Tapi itu saja pesanannya," kata Sierra sambil menyerahkan buku menunya pada pelayan yang berdiri di samping mejanya. "Apa Uncle sering makan di sini?" tanya Julio saat mereka sedang menunggu makanan. "Tidak juga. Uncle hanya datang ke sini saat sedang menjamu orang penting saja." Apa itu berarti Julio dan Aunty adalah orang penting?" Bastian terdiam sejenak mendengarnya, sebelum ia meli
"Apa kau mau memakai garpu ini lagi?" Bastian menyodorkan garpu milik Sierra sambil tersenyum miring. "Tidak!" jawab Sierra tegas sambil langsung meminta sendok baru pada pelayan. Bastian pun tidak berhenti tersenyum menatap Sierra. Bahkan, Bastian sengaja terus memakai garpu Sierra untuk memakan sisa steaknya dan terus mengulum garpu itu sampai membuat Sierra makin kesal. "Wah, Julio kenyang sekali, Uncle!" "Hmm, baguslah kalau kau kenyang, Julio! Tapi kau bilang mau membelikan makanan untuk Mamamu kan? Pesan saja, nanti Uncle akan membayarnya." "Tidak perlu! Aku bisa membayarnya sendiri," sela Sierra cepat. Tanpa mempedulikan Bastian, Sierra pun segera bangkit berdiri dan pergi dari sana untuk memesan makanan untuk Rosella. Dan Julio yang melihatnya pun terkikik. "Hehe, Aunty memang galak, Uncle. Tapi sebenarnya dia baik kok. Aunty cantik kan, Uncle?" Bastian memicingkan mata mendengarnya. "Hmm, cantik! Tentu saja dia cantik," aku Bastian jujur. "Hehe, Uncle suka ya sa
Bastian melangkah perlahan saat Sierra akhirnya menyerah dan membawanya masuk ke bangunan yayasan. Ada dua bangunan rumah yang letaknya berdekatan. Yang satu adalah tempat berkumpulnya anak-anak yatim piatu dan yang satu lagi adalah tempat berkumpulnya para wanita dewasa. Yayasan itu sendiri memang menampung wanita korban pelecehan dan anak yatim piatu. Ada beberapa ibu dan anak kandung yang bisa tidur di kamar yang sama, salah satunya adalah Rosella dan Julio yang menempati sebuah kamar di gedung untuk para wanita dewasa. Beberapa orang terlihat lalu lalang di rumah yang mirip asrama itu dan mereka menyapa Sierra dengan ramah karena memang mereka sudah mengenal Sierra. Sierra sendiri tersenyum ramah sambil terus melangkah. Sesekali Sierra akan menoleh ke belakang dan tatapannya bertemu dengan tatapan Bastian yang masih menatapnya penuh tanya. Bastian pun masih terus mengikuti langkah Sierra sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling dan menunduk singkat saat ada yang terseny
Sierra masih tidak bisa menghentikan tangisannya saat ia sudah menemani Julio dan Rosella tidur. Walaupun Sierra berusaha tetap terlihat tegar di depan Julio karena Sierra selalu mengajarkan Julio untuk tidak cengeng, tapi nyatanya air mata Sierra terus mengalir lagi dan lagi. Hati Sierra begitu sakit. Entah bagaimana menjelaskannya, namun memiliki seorang kakak yang mengalami gangguan kejiwaan sama sekali bukan hal yang membanggakan dan Sierra pun selalu bersedih setiap ada satu orang baru yang mengetahuinya. Rasanya seolah bertambah orang yang akan berpikiran buruk tentang Rosella. Sierra pun makin merasa bersalah karena secara tidak langsung dirinyalah yang membuat Rosella menjadi seperti ini. Seketika ingatannya pun melayang pada malam tragis itu saat Sierra dan Rosella sedang melarikan diri dari kejaran para pria yang menangkapnya. Waktu itu Sierra tidak tahu pasti siapa para pria itu, rentenir atau penagih hutang lain, namun mereka menarik paksa Sierra dan Rosella dari rum
Sierra seketika mematung mendengar ucapan Bastian. Untuk sesaat, suasana hening dan Sierra pun menoleh ke arah Bastian. Bastian sendiri sudah melangkah mendekati Sierra sambil menatapnya dengan begitu hangat. "Aku sudah salah sangka padamu dan bersikap seperti orang bodoh. Maafkan aku!" kata Bastian lagi saat ia sudah tiba di hadapan Sierra. Mereka pun berdiri berhadapan dipisahkan oleh pintu mobil Sierra yang masih terbuka. Dan Sierra pun salah tingkah. Pertama, Sierra sama sekali tidak menyangka kalau Bastian akan menunggunya. Dan kedua, Sierra juga tidak menyangka bahwa pria itu bisa meminta maaf seperti ini. Sierra masih terdiam dan tidak bicara lagi, sampai akhirnya Bastian yang kenmbali berbicara. "Aku tidak tahu kalau Rosella itu benar ada dan dia adalah kakakmu."Sierra menelan saliva mendengarnya dan ia pun berusaha untuk bersikap seperti Sierra biasanya. Tentu saja rasanya akan aneh kalau mendadak ia dan Bastian bersikap lembut seperti barusan. "Ehem ... itu ... kau .