[Malam ini aku akan pulang terlambat sayang]
[Kau jaga diri baik-baik dirimu dan anak kita. Makan yang banyak dan bergizi dan ingat, jgn terlalu lelah, honey][love you sweety heart]Aku tersenyum membaca pesan dari suamiku, Frank Jefferson. Selama kami baru beberapa bulan menikah, Frank memperlakukanku layaknya ratu di rumahnya.Setiap perlakuannya begitu manis dan membuatku semakin mencintainya. AKu usap perutku sendiri yang kini sudah terlihat membuncit, dalam hati aku sangat bersyukur karena Tuhan memberikan aku kebahagian seperti ini. Mengenal Frank Jefferson dan mencintainya sungguh hadiah yang luar biasa Tuhan berikan padaku sekarang.Semoga kebahagiaan ini berlangsung untuk selamanya dan tak akan memudar. Itulah harapanku. Di usia kandunganku yang menginjak bulan ke lima ini, aku tak sedikit pun merasakan keluhan lagi. Mungkin karena sudah melewati tri semester awal jadi tubuhku sudah menyesuaikan hormon kehamilanku dan aku bersyukur karena itu aku bisa melakukan pekerjaanku seperti biasa, tanpa harus takut lagi.Kulirik jam yang menunjukkan pukul 12 siang lewat 25 menit. Aku beranjak dari tempat duduk dan menyiapkan diri untuk pergi berbelanja sebentar kemudian akan menjemput Alex dan Kimmy di sekolah mereka...."Nyonya, biar saya saja yang menyiapkan makan malam." Ucap Miss. Helen kepadaku yang saat itu tengah mencuci beberapa daging dan sayuran yang hendak aku masak malam ini."Tidak perlu, aku ingin memasak sendiri malam ini untuk anak-anak dan juga suamiku Miss.Kau membantuku meracik sayuran dan bumbu saja ya." Jawabku dengan tangan yang masih sibuk mencuci.Selama aku hamil, Miss. Helen masih dipekerjakan di rumah ini oleh Frank Jefferson, selain karena Miss. Helen belum berkeluarga walaupun usianya sudah hampir setengah baya, kinerjanya pun cukup bagus untuk urusan rumah tangga.Frank mempertahankannya karena ia tak mau aku terlalu lelah dengan pekerjaanku di rumah ini, mengingat sudah dua kali aku pingsan sejak kehamilanku ini waktu itu.Hal itulah yang membuat Frank lebih bersikap posesif dengan kehamilanku ini.Kehadiran Miss. Helen di rumah ini pun cukup membantuku, dan aku senang akan kehadirannya yang bagiku sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri."Sebaiknya Nyonya jangan terlalu lelah, biar saya saja yang melakukan pekerjaan berat di rumah ini, tuan juga berpesan seperti itu pada saya nyonya," ujar Miss. Helen padaku dan aku tersenyum simpul menanggapinya."Tidak Miss, aku suka melakukan pekerjaanku dan itu tidak membuatku lelah apalagi aku merasa bosan jika hanya duduk dan tidur seharian karena sejak dulu aku sudah biasa bekerja sendiri" jawabku."Aku senang kau berada di sini Miss. Helen karena aku jadi tak merasa sendirian saat anak-anak dan suamiku tak berada di rumah," sambungku menjelaskan.Kulihat Miss. Helen tersenyum malu mendengarnya, "Terima kasih Nyonya, saya merasa beruntung bisa mendapatkan perhatian dari Tuan dan Nyonya Jefferson," sahutnya senang.Tiga puluh menit berlalu, makan malam pun sudah siap dihidangkan, Alex dan Kimmy sudah berkumpul di meja makan. Mereka adalah dua adik tiri dari suamiku sendiri yang tinggal bersama kami setelah mereka menjadi yatim piatu."Wah, aku sudah tidak sabar untuk makan!" tutur Alex senang."Kau akan kembali gendut Alex jika sebentar bentar kau merasa lapar seperti itu," si kecil Kimmy berkomentar dengan memasang wajah meledek."Itu tak masalah selama Debbie masih menyukaiku walaupun penampilanku kembali gendut seperti waktu itu," Alex menjawab santai.Aku dan Miss. Helen tertawa sumringah mendengar percakapan dua sosok anak yang hampir beranjak remaja itu."Kalian makanlah dahulu, Frank akan pulang terlambat malam ini jadi kalian tak perlu menunggunya ya," ujarku di sela-sela canda mereka."Ayo, makanlah yang banyak karena menjadi gendut itu tak masalah selama itu tak berlebihan karena makan juga baik untuk kesehatan kita selama kita bisa menjaga pola makan yang sehat," tuturku memberikan penjelasan."Dan lagi pula, kau jauh lebih mengemaskan jika kau kembali gendut seperti waktu itu Alex," sambungku meledek."Benarkah?!" tanya Alex tak percaya dan kami pun semua tertawa saat itu bersama sama.Saat itu sudah pukul sebelas malam lewat dan Frank baru pulang dari kantornya.Aku sambut dia di pintu rumah dengan senyum semanis mungkin di depannya sekarang yang kini tampak lelah."Seharusnya kau tak perlu menungguku honey.Ini sudah malam dan kau malah menungguku pulang sampai selarut ini, ini tak baik untuk kesehatanmu dan juga anak kita." Ucapnya cemas seraya mengecup lembut keningku dan menyentuh dengan sayang perutku yang sudah terlihat membuncit."Tak apa, aku tak bisa tidur jika suamiku belum pulang dan aku begitu merindukannya," sahutku jujur.Frank tersenyum senang mendengar jawabanku yang baginya mungkin terlalu berlebihan. "Benarkah? kini Mrs. Jefferson sudah pintar menggoda rupanya," tuturnya meledek."Kau sendiri yang mengajariku dengan kata-kata manis dan rayuan maut setiap saat dan itu membuatku terbiasa," jawabku malu, wajahku mungkin saat ini menjadi merah padam karena malu."Apakah kau sudah makan, Frank? Aku akan menyiapkan makan malam jika kau belum makan," aku bertanya mengalihkan perhatian."Belum.., aku sangat lapar honey.Lapar untuk memakanmu malam ini." Sahut Frank menggoda, wajahnya kini menempel di leherku dan menciumnya di sana."Kau mesum," lirihku merasa geli seketika saat ciuman Frank yang tiba-tiba itu.Setelah Frank mandi air hangat kini ia tampak segar dengan hanya memakai handuk sebatas pinggang, aku yang saat itu tengah duduk setengah berbaring di ranjang menikmati novel kegemaranku, menjadi lepas perhatian."Istriku menungguku rupanya." Tuturnya tersenyum menggoda dan menghampiriku.Bau wangi khas yang sudah aku kenal kini memenuhi indra penciumanku."Apa kau akan tidur dengan hanya memakai penutup itu Frank?" candaku senang."Itu jika kau mau Mrs. Jefferson..., tanpa mengenakan apa pun juga aku rela melakukannya untuk istriku yang cantik ini," sahutnya menggoda."Kau- , selalu menggodaku setiap saat," tuturku berlagak tak senang.Frank mencium sekilas bibirku yang kini sedikit manyun."Kau yang selalu menggodaku dengan wajah dan ekspresi seperti itu." Sahutnya lirih di telingaku, mendengarnya spontan aku pun mencubit mesra pahanya yang terbuka dan kamipun tertawa bahagia bersama-sama.Kami berdua berpelukan mesra, kubaringkan kepalaku di dada Frank yang bidang dan terbuka."Aku bahagia Frank, aku berharap kita akan selalu seperti ini setiap saat," ucapku lirih.Frank mengelus sayang rambutku yang terurai di bawah tubuhnya. "Apa pun yang kau minta, honey..., aku akan berusaha untuk tetap membuatmu bahagia dan tersenyum bersamaku. Kau dan anak kita adalah hal terindah yang pernah kumiliki, aku akan berusaha semampuku untuk menjaga kalian sampai kapan pun, sampai maut memisahkan kita," sahutnya serius."Terima kasih sayang..., kau sudah menjadi suami sempurna bagiku," pujiku bahagia."Sama-sama honey, terima kasih untukmu juga karena kau sudah menjadi istri dan ibu dari anakku.Pagi itu setelah aku mengantar Alex dan Kimmy ke sekolah aku sibuk menyiram tanaman di halaman rumah. Inilah kegiatan yang biasa aku lakukan di rumah jika aku mulai bosan di dalam rumah, karena Frank tak menginginkan aku bepergian jauh selain mengantar Alex dan Kimmy ke sekolah selama kehamilanku ini. Sungguh suami yang posesif, tapi aku mencintainya bahkan begitu mencintainya.Aku setengah terkejut saat sebuah mobil toyota merah berhenti tepat di depan rumah ini."Siapa?" batinku bertanya.Sepasang kaki yang jenjang dan indah dengan sepatu bertumit tinggi keluar dari mobil itu. Seorang wanita berpenampilan cantik bagai sosialita dengan memakai kacamata hitam dan rambut hitam panjangnya terurai indah. Sepertinya aku pernah melihat wanita itu, tapi entah di mana. Wajahnya yang tak asing kuingat namun ingatanku masih samar dan belum jelas.Ia berjalan mendekatiku dengan langkah seksinya yang terasa angkuh."Apa ada yang bisa saya bantu Miss?" tanyaku menyapa."Benar ini rumah keluarga J
"Ada apa, Sayang? Apa kau sakit hari ini?" tanya Frank sepulang dirinya bekerja malam itu sebagai manager di salah satu sebuah perusahaan besar di New York city.Mungkin ia merasakan keanehan karena aku tak membalas beberapa pesan darinya siang tadi dan tak menyambutnya ketika ia pulang kerja seperti biasanya. Seharian ini yang kulakukan hanya berbaring dan menangis, sungguh konyol.Aku sendiri tak mengerti apa yang harus kutangisi. Semua itu belum terbukti benar jika Frank benar memiliki hubungan spesial dengan wanita yang bernama Carol Gilmore, apalagi sampai memiliki anak yang masih dalam kandungan perempuan itu.Cemburu, rasa cemburu jelas ada karena itu manusiawi. Istri mana yang tak cemburu jika melihat atau mengetahui kenyataan kalau suaminya memiliki wanita lain di belakangnya.Tapi perasaan ini lebih dari itu, aku hanya merasa takut. Takut untuk kehilangan cinta dari Frank Jefferson yang kini menjadi suamiku secara sah. Aku takut kehilangannya."Sayang, makanlah sesuatu janga
"A-pa kau bilang tadi? Hamil?!" seru Frank tak percaya, mata tajamnya membulat sempurna seakan apa yang baru saja ia dengar membuatnya syok seketika."Ya, aku ha-mil Frank Jefferson. Sama seperti istri yang kau cintai itu dan ini adalah hasil buah cinta kita," sahut Carol dengan menyunggingkan senyuman bangganya, namun bagi Frank senyuman itu adalah senyuman palsu yang tak tahu malu.Ucapan Carol bagi Frank terdengar seperti meledek dan menguji kesabarannya yang hampir habis, ia pun mendengus kasar dan tertawa pahit."Kau benar-benar wanita sinting Carol Gilmore! aku tak menyangka ternyata teman wanita yang selama ini aku kenal adalah wanita picik!!!" umpatnya kasar."Terserah apa katamu Frank, aku bisa membuktikannya kalau ucapanku ini benar!" sahut Carol kemudian ia menggapai beberapa lembar kertas di atas meja rak yang tak jauh di belakangnya."Lihat ini!! dan setelah itu apakah kau bisa menyangkal semua ucapanku Frank Jefferson?! seru Carol seraya menunjukkan beberapa lembar kerta
"Sungguh suatu kehormatan, akhirnya Mrs. Jefferson mau menemuiku.." sindir Carol dengan nada mengejek.Siang itu, aku dan Carol bertemu di sebuah restoran kecil di Houston St, New York sesuai yang dijanjikan aku pergi menemuinya. Ia datang lebih awal dari yang dijanjikan, dan tatapan kami bertemu dengan pikiran yang hanyut satu sama lain. Dapat kulihat tatapan sinisnya ketika melihat penampilanku saat ini, yang tampak santai mengenakan dress selutut dengan warna coral.Sedangkan kulihat seperti biasa, penampilannya selalu tampak seksi hanya mengenakan setelan mini berleher terbuka dengan warna merah terang yang mencolok mata. Rambutnya yang hitam panjang kali ini diikat kebelakang seakan sengaja membuat tubuhnya terekspos liar. Sungguh berbanding terbalik denganku kini.Kedua tangannya saling bersidekap dengan angkuh dan kedua matanya yang besar menatapku tajam memprovokasi. Aku hanya membalasnya dengan senyuman tenang, seakan tak merasa bergeming dengan sikapnya yang mendominasi."Ma
"Garth?!" seruku tak percaya dengan wajah terkejut dan gugup.Kenapa dari sekian banyak orang di dunia ini dan di saat seperti ini, aku bertemu dengan dia?!Garth Gaskins, pria yang paling aku takutkan dan paling kuhindari selama ini."Jeanny..? sungguh pertemuan yang tak terduga sekali." Sapa Garth dengan senyuman khasnya yang mungkin dapat membuat setiap wanita terpesona, namun itu tidak bagiku.Tatapannya menyelidik jatuh memperhatikan seluruh tubuhku, dari atas sampai bawah dan itu sangat membuatku tidak nyaman sama sekali."Banyak sekali perubahan sejak terakhir kita bertemu, Jea-nny, atau mungkin Mrs. Jefferson lebih tepatnya?" ucapnya, senyuman mautnya tak lepas di wajahnya sekarang. "Dan lihatlah! kau masih tetap cantik walaupun perutmu itu-, yach sedikit membuncit. Aku turut senang melihatnya...," sambungnya mantap dan aku hanya bisa diam mendengarnya."Ma-af, aku harus pergi." Ucapku tak berniat berlama-lama lagi, tanpa menunggu jawaban dari Garth segera aku berbalik pergi,
Di sebuah apartemen, seorang pria bertubuh besar masuk dan menemui seorang wanita cantik bertubuh seksi, siapa lagi kalau bukan Carol Gilmore."Untuk apa kau datang ke sini? Sudah kukatakan berulang kali, jangan menemuiku lagi!!" seru Carol tak senang."Sayang, aku merindukanmu. Haruskah kau selalu perlakukan aku begini?" sahut pria bertato itu."Cukup, kita sudah selesai Billy!Jadi jangan ganggu aku karena sebentar lagi aku akan menikah, jadi sekali lagi aku tekankan jangan sekali-kali kau datang kemari ataupun berusaha untuk menemuiku lagi!Kau mengerti?!" perintah Carol keras."Menikah? Kau akan menikah, sayang?!" pria yang bernama Billy itu bertanya seakan tak percaya."Ya!! Apa itu sudah cukup jelas?! Aku akan menikah dalam waktu dekat ini, jadi aku mohon jangan sekali-kali kau muncul di hadapanku lagi!" sungut Carol.Dengan langkahnya yang mantap, pria bertubuh besar itu menghampiri Carol dan mencengkeram erat kedua bahu wanita seksi itu."Katakan padaku dengan siapa kau akan m
Beberapa hari ini Frank tak bisa fokus dengan pekerjaan. Sejak kehadiran Carol Gilmore di rumahnya dan membawa kabar yang sama sekali yang tak ia sangka. Kabar itulah yang telah membuat pengaruh buruk pada kehidupan pernikahannya dengan Jeanny yang baru seumur jagung.Baru saja ia mereguk manisnya berumah tangga dengan wanita yang begitu dicintainya, kini ia harus dihadapkan oleh persoalan pelik yang mungkin saja dapat menghancurkan pernikahannya bersama dengan Jeanny Anderson. Tentu saja ia tak mau itu sampai terjadi. Sekuat tenaga ia akan mempertahankan Jeanny dalam hidupnya, ia tak mau istrinya itu pergi dan meninggalkannya lagi seperti waktu itu.Lantas apa yang harus ia lakukan sekarang?Kini ia merasa buntu dan hampir putus asa.Susah payah ia meyakinkan Jeanny kalau ia begitu mencintainya dan tak mungkin berkhianat apalagi memilih Carol Gilmore, tapi tetap saja istrinya itu seperti meragukannya.Ia bisa mengerti perasaan istrinya sekarang, bagaimana Jeanny tak merasa sakit hati
Beberapa hari ini Frank tak bisa fokus dengan pekerjaan. Sejak kehadiran Carol Gilmore di rumahnya dan membawa kabar yang sama sekali yang tak ia sangka. Kabar itulah yang telah membuat pengaruh buruk pada kehidupan pernikahannya dengan Jeanny yang baru seumur jagung.Baru saja ia mereguk manisnya berumah tangga dengan wanita yang begitu dicintainya, kini ia harus dihadapkan oleh persoalan pelik yang mungkin saja dapat menghancurkan pernikahannya bersama dengan Jeanny Anderson. Tentu saja ia tak mau itu sampai terjadi. Sekuat tenaga ia akan mempertahankan Jeanny dalam hidupnya, ia tak mau istrinya itu pergi dan meninggalkannya lagi seperti waktu itu.Lantas apa yang harus ia lakukan sekarang?Kini ia merasa buntu dan hampir putus asa.Susah payah ia meyakinkan Jeanny kalau ia begitu mencintainya dan tak mungkin berkhianat apalagi memilih Carol Gilmore, tapi tetap saja istrinya itu seperti meragukannya.Ia bisa mengerti perasaan istrinya sekarang, bagaimana Jeanny tak merasa sakit hati
Di sebuah apartemen, seorang pria bertubuh besar masuk dan menemui seorang wanita cantik bertubuh seksi, siapa lagi kalau bukan Carol Gilmore."Untuk apa kau datang ke sini? Sudah kukatakan berulang kali, jangan menemuiku lagi!!" seru Carol tak senang."Sayang, aku merindukanmu. Haruskah kau selalu perlakukan aku begini?" sahut pria bertato itu."Cukup, kita sudah selesai Billy!Jadi jangan ganggu aku karena sebentar lagi aku akan menikah, jadi sekali lagi aku tekankan jangan sekali-kali kau datang kemari ataupun berusaha untuk menemuiku lagi!Kau mengerti?!" perintah Carol keras."Menikah? Kau akan menikah, sayang?!" pria yang bernama Billy itu bertanya seakan tak percaya."Ya!! Apa itu sudah cukup jelas?! Aku akan menikah dalam waktu dekat ini, jadi aku mohon jangan sekali-kali kau muncul di hadapanku lagi!" sungut Carol.Dengan langkahnya yang mantap, pria bertubuh besar itu menghampiri Carol dan mencengkeram erat kedua bahu wanita seksi itu."Katakan padaku dengan siapa kau akan m
"Garth?!" seruku tak percaya dengan wajah terkejut dan gugup.Kenapa dari sekian banyak orang di dunia ini dan di saat seperti ini, aku bertemu dengan dia?!Garth Gaskins, pria yang paling aku takutkan dan paling kuhindari selama ini."Jeanny..? sungguh pertemuan yang tak terduga sekali." Sapa Garth dengan senyuman khasnya yang mungkin dapat membuat setiap wanita terpesona, namun itu tidak bagiku.Tatapannya menyelidik jatuh memperhatikan seluruh tubuhku, dari atas sampai bawah dan itu sangat membuatku tidak nyaman sama sekali."Banyak sekali perubahan sejak terakhir kita bertemu, Jea-nny, atau mungkin Mrs. Jefferson lebih tepatnya?" ucapnya, senyuman mautnya tak lepas di wajahnya sekarang. "Dan lihatlah! kau masih tetap cantik walaupun perutmu itu-, yach sedikit membuncit. Aku turut senang melihatnya...," sambungnya mantap dan aku hanya bisa diam mendengarnya."Ma-af, aku harus pergi." Ucapku tak berniat berlama-lama lagi, tanpa menunggu jawaban dari Garth segera aku berbalik pergi,
"Sungguh suatu kehormatan, akhirnya Mrs. Jefferson mau menemuiku.." sindir Carol dengan nada mengejek.Siang itu, aku dan Carol bertemu di sebuah restoran kecil di Houston St, New York sesuai yang dijanjikan aku pergi menemuinya. Ia datang lebih awal dari yang dijanjikan, dan tatapan kami bertemu dengan pikiran yang hanyut satu sama lain. Dapat kulihat tatapan sinisnya ketika melihat penampilanku saat ini, yang tampak santai mengenakan dress selutut dengan warna coral.Sedangkan kulihat seperti biasa, penampilannya selalu tampak seksi hanya mengenakan setelan mini berleher terbuka dengan warna merah terang yang mencolok mata. Rambutnya yang hitam panjang kali ini diikat kebelakang seakan sengaja membuat tubuhnya terekspos liar. Sungguh berbanding terbalik denganku kini.Kedua tangannya saling bersidekap dengan angkuh dan kedua matanya yang besar menatapku tajam memprovokasi. Aku hanya membalasnya dengan senyuman tenang, seakan tak merasa bergeming dengan sikapnya yang mendominasi."Ma
"A-pa kau bilang tadi? Hamil?!" seru Frank tak percaya, mata tajamnya membulat sempurna seakan apa yang baru saja ia dengar membuatnya syok seketika."Ya, aku ha-mil Frank Jefferson. Sama seperti istri yang kau cintai itu dan ini adalah hasil buah cinta kita," sahut Carol dengan menyunggingkan senyuman bangganya, namun bagi Frank senyuman itu adalah senyuman palsu yang tak tahu malu.Ucapan Carol bagi Frank terdengar seperti meledek dan menguji kesabarannya yang hampir habis, ia pun mendengus kasar dan tertawa pahit."Kau benar-benar wanita sinting Carol Gilmore! aku tak menyangka ternyata teman wanita yang selama ini aku kenal adalah wanita picik!!!" umpatnya kasar."Terserah apa katamu Frank, aku bisa membuktikannya kalau ucapanku ini benar!" sahut Carol kemudian ia menggapai beberapa lembar kertas di atas meja rak yang tak jauh di belakangnya."Lihat ini!! dan setelah itu apakah kau bisa menyangkal semua ucapanku Frank Jefferson?! seru Carol seraya menunjukkan beberapa lembar kerta
"Ada apa, Sayang? Apa kau sakit hari ini?" tanya Frank sepulang dirinya bekerja malam itu sebagai manager di salah satu sebuah perusahaan besar di New York city.Mungkin ia merasakan keanehan karena aku tak membalas beberapa pesan darinya siang tadi dan tak menyambutnya ketika ia pulang kerja seperti biasanya. Seharian ini yang kulakukan hanya berbaring dan menangis, sungguh konyol.Aku sendiri tak mengerti apa yang harus kutangisi. Semua itu belum terbukti benar jika Frank benar memiliki hubungan spesial dengan wanita yang bernama Carol Gilmore, apalagi sampai memiliki anak yang masih dalam kandungan perempuan itu.Cemburu, rasa cemburu jelas ada karena itu manusiawi. Istri mana yang tak cemburu jika melihat atau mengetahui kenyataan kalau suaminya memiliki wanita lain di belakangnya.Tapi perasaan ini lebih dari itu, aku hanya merasa takut. Takut untuk kehilangan cinta dari Frank Jefferson yang kini menjadi suamiku secara sah. Aku takut kehilangannya."Sayang, makanlah sesuatu janga
Pagi itu setelah aku mengantar Alex dan Kimmy ke sekolah aku sibuk menyiram tanaman di halaman rumah. Inilah kegiatan yang biasa aku lakukan di rumah jika aku mulai bosan di dalam rumah, karena Frank tak menginginkan aku bepergian jauh selain mengantar Alex dan Kimmy ke sekolah selama kehamilanku ini. Sungguh suami yang posesif, tapi aku mencintainya bahkan begitu mencintainya.Aku setengah terkejut saat sebuah mobil toyota merah berhenti tepat di depan rumah ini."Siapa?" batinku bertanya.Sepasang kaki yang jenjang dan indah dengan sepatu bertumit tinggi keluar dari mobil itu. Seorang wanita berpenampilan cantik bagai sosialita dengan memakai kacamata hitam dan rambut hitam panjangnya terurai indah. Sepertinya aku pernah melihat wanita itu, tapi entah di mana. Wajahnya yang tak asing kuingat namun ingatanku masih samar dan belum jelas.Ia berjalan mendekatiku dengan langkah seksinya yang terasa angkuh."Apa ada yang bisa saya bantu Miss?" tanyaku menyapa."Benar ini rumah keluarga J
[Malam ini aku akan pulang terlambat sayang][Kau jaga diri baik-baik dirimu dan anak kita. Makan yang banyak dan bergizi dan ingat, jgn terlalu lelah, honey][love you sweety heart]Aku tersenyum membaca pesan dari suamiku, Frank Jefferson. Selama kami baru beberapa bulan menikah, Frank memperlakukanku layaknya ratu di rumahnya.Setiap perlakuannya begitu manis dan membuatku semakin mencintainya. AKu usap perutku sendiri yang kini sudah terlihat membuncit, dalam hati aku sangat bersyukur karena Tuhan memberikan aku kebahagian seperti ini. Mengenal Frank Jefferson dan mencintainya sungguh hadiah yang luar biasa Tuhan berikan padaku sekarang.Semoga kebahagiaan ini berlangsung untuk selamanya dan tak akan memudar. Itulah harapanku. Di usia kandunganku yang menginjak bulan ke lima ini, aku tak sedikit pun merasakan keluhan lagi. Mungkin karena sudah melewati tri semester awal jadi tubuhku sudah menyesuaikan hormon kehamilanku dan aku bersyukur karena itu aku bisa melakukan pekerjaanku s