Di sebuah apartemen, seorang pria bertubuh besar masuk dan menemui seorang wanita cantik bertubuh seksi, siapa lagi kalau bukan Carol Gilmore.
"Untuk apa kau datang ke sini? Sudah kukatakan berulang kali, jangan menemuiku lagi!!" seru Carol tak senang."Sayang, aku merindukanmu. Haruskah kau selalu perlakukan aku begini?" sahut pria bertato itu."Cukup, kita sudah selesai Billy!Jadi jangan ganggu aku karena sebentar lagi aku akan menikah, jadi sekali lagi aku tekankan jangan sekali-kali kau datang kemari ataupun berusaha untuk menemuiku lagi!Kau mengerti?!" perintah Carol keras."Menikah? Kau akan menikah, sayang?!" pria yang bernama Billy itu bertanya seakan tak percaya."Ya!! Apa itu sudah cukup jelas?! Aku akan menikah dalam waktu dekat ini, jadi aku mohon jangan sekali-kali kau muncul di hadapanku lagi!" sungut Carol.Dengan langkahnya yang mantap, pria bertubuh besar itu menghampiri Carol dan mencengkeram erat kedua bahu wanita seksi itu."Katakan padaku dengan siapa kau akan menikah, Carol?! Karena selama aku hidup aku tak akan menerima pernikahanmu dengan siapapun!" serunya marah, wajahnya tampak garang dan memerah.Namun, itu tak membuat Carol takut, ia justru tersenyum dingin menanggapinya."Apa hakmu melarangku melakukan pernikahan, Billy? Aku bebas melakukan apa yang aku suka, termasuk menikah dengan pria yang aku cintai!" ucapnya angkuh."Cinta? Lantas apa selama ini kau menganggap aku apa, Carol? Bukankah kita bisa kembali lagi seperti dulu..., bahkan kau sendiri yang datang padaku waktu itu dan memintaku untuk kembali padamu...?" Billy bertanya bingung, suaranya tampak bergetar.Dengan kasar ia melepas cengkeraman Billy tangan di kedua bahunya. "Itu dulu, sekarang aku berubah pikiran." Sahutnya seraya membuang muka."Kau-. Apa selama ini yang kurang dariku, Carol?Aku mencintaimu tulus, akan kulakukan apa saja yang kau minta tapi apa yang kudapat selama ini...?" ucap Billy, wajahnya tampak putus asa, sungguh berbanding terbalik dengan bentuk tubuhnya yang besar dan berotot."Aku lelah Billy, tolong pergilah...! Aku sedang tak ingin berdebat denganmu," sahut Carol acuh.Tak ada yang bisa dilakukan, seakan ia begitu putus asa. Billy pun berbalik dengan tatapan lesu dan menunduk, namun beberapa detik kemudian wajahnya berubah kaku dan kedua matanya tampak terfokus pada sesuatu di atas meja nakas, sebuah lembaran kertas.Dengan cepat, ia mengambilnya dan mulai membacanya. Tak butuh waktu banyak, seketika itu juga ekspresi wajahnya berubah tegang dengan kedua mata yang membulat sempurna.Carol yang baru menyadari hal itu, langsung berusaha menyambar lembaran kertas itu di tangan Billy, namun dengan sigap pria itu dapat menghalanginya."Berikan itu padaku Billy!!Kau dengar itu!!" teriak Carol panik."Kau- hamil?? Tiga bulan Carol?!Mungkinkah ini anakku?" Billy bertanya dengan suara bergetar dan menatap Carol seakan tak percaya, ekspresi wajahnya tampak senang.Seperti bingung dengan keadaan, Carol hanya diam dan tampak gelisah."Tidak!!Itu bukan anakmu!!" Carol berseru menyangkal keras."Katakan padaku, apa ini ada hubungan dengan kehamilanmu? Bagaimana kau akan menikah kalau kau kini dalam keadaan hamil, Carol?!" Billy bertanya curiga."Itu bukan urusanmu, Billy Dog!!Keluarlah dari sini!! Apa kau ingin aku berbuat nekad, hah?!" Carol berseru mengancam."Aku yakin ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku, Carol..., karena aku sangat yakin itu adalah anakku!!" seru Billy Dog yakin."Persetan!! Milik siapa anak ini bukanlah urusan!!" sahut Carol marah kali ini kalimat itu memancing Billy untuk mendekati Carol dan mencengkram erat kembali bahunya."Kau tak bisa berbohong padaku, Carol Gilmore..., karena akulah yang lebih tahu siapa dirimu!Aku mengenalmu jauh lebih baik dari orang lain selama ini! Jadi seberapa pun kau berusaha menutupinya, aku tahu itu adalah sebuah kebohongan!!" ucap Billy Dog serius.***"Jeanny..., apa terjadi sesuatu padamu dan Frank? Sudah beberapa hari ini, kau sering diam dan melamun tidak seperti biasanya." Tanya si kecil Kimmy mengejutkanku saat aku tengah duduk seorang diri di teras belakang rumah.Saat itu pun aku tersadar dan menjawab lirih."Tidak, sayang. Tak ada yang perlu kau khawatirkan. Aku dan Frank hanya bertengkar biasa." Jawabku dengan senyuman yang dipaksakan."Bertengkar? Apakah Frank menyakitimu lagi, Jeanny?" sahutnya cemas."Sudah aku bilang sayang, tidak ada yang perlu kau khawatirkan karena kami hanya bertengkar biasa dan hal itu wajar dalam setiap hubungan suami istri" jawabku menenangkan."Sungguhkah? Ta-pi kau tak akan pergi lagi, kan, Jeanny? Kau sudah berjanji tak akan meninggalkan kami lagi." Tanya Kimmy menatapku sendu.Oh, ya Tuhan hatiku sakit saat mendengarnya.Apa yang harus aku katakan pada gadis kecil yang masih lugu ini?Aku tak sanggup untuk mengatakannya...Kalau mungkin suatu saat nanti aku pergi dan meninggalkan keluarga Jefferson lagi, seperti waktu itu."Kimmy'ku sayang, kadang hidup tak selamanya berjalan seperti yang kita inginkan. Seberapa pun usaha kita untuk mengejar ataupun mempertahankan sesuatu, tapi jika Tuhan dan takdir berkehendak lain, semua bisa berubah dalam sekejap mata." Sahutku lirih, aku mendesah pelan dan kemudian melanjutkan kembali ucapanku."Seperti halnya sekarang, aku selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk kalian semua, untuk keluarga Jefferson tapi jika Tuhan berkata lain, semua bisa berubah kapan saja, bahkan sampai yang terburuk sekalipun," tuturku berusaha menjelaskan."Tidak, aku tak mau itu terjadi, Jeanny!Aku bahagia kau ada disini bersamaku, Alex dan juga Frank jadi jangan katakan hal-hal yang buruk seperti itu, Jeanny. Aku mohon." Sahut Kimmy, kedua tangan kecilnya kini memelukku erat seakan tak ingin dilepaskan.Aku hanya bisa membalas pelukannya dengan mengelus rambut pirangnya dengan penuh sayang."Maafkan aku, Kimmy. Aku sudah berusaha yang terbaik untuk kebahagiaan dan keutuhan keluarga kita, semoga saja Tuhan selalu berpihak pada kita," ucapku lirih dengan kedua mata yang kini berubah berkabut.Beberapa hari ini Frank tak bisa fokus dengan pekerjaan. Sejak kehadiran Carol Gilmore di rumahnya dan membawa kabar yang sama sekali yang tak ia sangka. Kabar itulah yang telah membuat pengaruh buruk pada kehidupan pernikahannya dengan Jeanny yang baru seumur jagung.Baru saja ia mereguk manisnya berumah tangga dengan wanita yang begitu dicintainya, kini ia harus dihadapkan oleh persoalan pelik yang mungkin saja dapat menghancurkan pernikahannya bersama dengan Jeanny Anderson. Tentu saja ia tak mau itu sampai terjadi. Sekuat tenaga ia akan mempertahankan Jeanny dalam hidupnya, ia tak mau istrinya itu pergi dan meninggalkannya lagi seperti waktu itu.Lantas apa yang harus ia lakukan sekarang?Kini ia merasa buntu dan hampir putus asa.Susah payah ia meyakinkan Jeanny kalau ia begitu mencintainya dan tak mungkin berkhianat apalagi memilih Carol Gilmore, tapi tetap saja istrinya itu seperti meragukannya.Ia bisa mengerti perasaan istrinya sekarang, bagaimana Jeanny tak merasa sakit hati
[Malam ini aku akan pulang terlambat sayang][Kau jaga diri baik-baik dirimu dan anak kita. Makan yang banyak dan bergizi dan ingat, jgn terlalu lelah, honey][love you sweety heart]Aku tersenyum membaca pesan dari suamiku, Frank Jefferson. Selama kami baru beberapa bulan menikah, Frank memperlakukanku layaknya ratu di rumahnya.Setiap perlakuannya begitu manis dan membuatku semakin mencintainya. AKu usap perutku sendiri yang kini sudah terlihat membuncit, dalam hati aku sangat bersyukur karena Tuhan memberikan aku kebahagian seperti ini. Mengenal Frank Jefferson dan mencintainya sungguh hadiah yang luar biasa Tuhan berikan padaku sekarang.Semoga kebahagiaan ini berlangsung untuk selamanya dan tak akan memudar. Itulah harapanku. Di usia kandunganku yang menginjak bulan ke lima ini, aku tak sedikit pun merasakan keluhan lagi. Mungkin karena sudah melewati tri semester awal jadi tubuhku sudah menyesuaikan hormon kehamilanku dan aku bersyukur karena itu aku bisa melakukan pekerjaanku s
Pagi itu setelah aku mengantar Alex dan Kimmy ke sekolah aku sibuk menyiram tanaman di halaman rumah. Inilah kegiatan yang biasa aku lakukan di rumah jika aku mulai bosan di dalam rumah, karena Frank tak menginginkan aku bepergian jauh selain mengantar Alex dan Kimmy ke sekolah selama kehamilanku ini. Sungguh suami yang posesif, tapi aku mencintainya bahkan begitu mencintainya.Aku setengah terkejut saat sebuah mobil toyota merah berhenti tepat di depan rumah ini."Siapa?" batinku bertanya.Sepasang kaki yang jenjang dan indah dengan sepatu bertumit tinggi keluar dari mobil itu. Seorang wanita berpenampilan cantik bagai sosialita dengan memakai kacamata hitam dan rambut hitam panjangnya terurai indah. Sepertinya aku pernah melihat wanita itu, tapi entah di mana. Wajahnya yang tak asing kuingat namun ingatanku masih samar dan belum jelas.Ia berjalan mendekatiku dengan langkah seksinya yang terasa angkuh."Apa ada yang bisa saya bantu Miss?" tanyaku menyapa."Benar ini rumah keluarga J
"Ada apa, Sayang? Apa kau sakit hari ini?" tanya Frank sepulang dirinya bekerja malam itu sebagai manager di salah satu sebuah perusahaan besar di New York city.Mungkin ia merasakan keanehan karena aku tak membalas beberapa pesan darinya siang tadi dan tak menyambutnya ketika ia pulang kerja seperti biasanya. Seharian ini yang kulakukan hanya berbaring dan menangis, sungguh konyol.Aku sendiri tak mengerti apa yang harus kutangisi. Semua itu belum terbukti benar jika Frank benar memiliki hubungan spesial dengan wanita yang bernama Carol Gilmore, apalagi sampai memiliki anak yang masih dalam kandungan perempuan itu.Cemburu, rasa cemburu jelas ada karena itu manusiawi. Istri mana yang tak cemburu jika melihat atau mengetahui kenyataan kalau suaminya memiliki wanita lain di belakangnya.Tapi perasaan ini lebih dari itu, aku hanya merasa takut. Takut untuk kehilangan cinta dari Frank Jefferson yang kini menjadi suamiku secara sah. Aku takut kehilangannya."Sayang, makanlah sesuatu janga
"A-pa kau bilang tadi? Hamil?!" seru Frank tak percaya, mata tajamnya membulat sempurna seakan apa yang baru saja ia dengar membuatnya syok seketika."Ya, aku ha-mil Frank Jefferson. Sama seperti istri yang kau cintai itu dan ini adalah hasil buah cinta kita," sahut Carol dengan menyunggingkan senyuman bangganya, namun bagi Frank senyuman itu adalah senyuman palsu yang tak tahu malu.Ucapan Carol bagi Frank terdengar seperti meledek dan menguji kesabarannya yang hampir habis, ia pun mendengus kasar dan tertawa pahit."Kau benar-benar wanita sinting Carol Gilmore! aku tak menyangka ternyata teman wanita yang selama ini aku kenal adalah wanita picik!!!" umpatnya kasar."Terserah apa katamu Frank, aku bisa membuktikannya kalau ucapanku ini benar!" sahut Carol kemudian ia menggapai beberapa lembar kertas di atas meja rak yang tak jauh di belakangnya."Lihat ini!! dan setelah itu apakah kau bisa menyangkal semua ucapanku Frank Jefferson?! seru Carol seraya menunjukkan beberapa lembar kerta
"Sungguh suatu kehormatan, akhirnya Mrs. Jefferson mau menemuiku.." sindir Carol dengan nada mengejek.Siang itu, aku dan Carol bertemu di sebuah restoran kecil di Houston St, New York sesuai yang dijanjikan aku pergi menemuinya. Ia datang lebih awal dari yang dijanjikan, dan tatapan kami bertemu dengan pikiran yang hanyut satu sama lain. Dapat kulihat tatapan sinisnya ketika melihat penampilanku saat ini, yang tampak santai mengenakan dress selutut dengan warna coral.Sedangkan kulihat seperti biasa, penampilannya selalu tampak seksi hanya mengenakan setelan mini berleher terbuka dengan warna merah terang yang mencolok mata. Rambutnya yang hitam panjang kali ini diikat kebelakang seakan sengaja membuat tubuhnya terekspos liar. Sungguh berbanding terbalik denganku kini.Kedua tangannya saling bersidekap dengan angkuh dan kedua matanya yang besar menatapku tajam memprovokasi. Aku hanya membalasnya dengan senyuman tenang, seakan tak merasa bergeming dengan sikapnya yang mendominasi."Ma
"Garth?!" seruku tak percaya dengan wajah terkejut dan gugup.Kenapa dari sekian banyak orang di dunia ini dan di saat seperti ini, aku bertemu dengan dia?!Garth Gaskins, pria yang paling aku takutkan dan paling kuhindari selama ini."Jeanny..? sungguh pertemuan yang tak terduga sekali." Sapa Garth dengan senyuman khasnya yang mungkin dapat membuat setiap wanita terpesona, namun itu tidak bagiku.Tatapannya menyelidik jatuh memperhatikan seluruh tubuhku, dari atas sampai bawah dan itu sangat membuatku tidak nyaman sama sekali."Banyak sekali perubahan sejak terakhir kita bertemu, Jea-nny, atau mungkin Mrs. Jefferson lebih tepatnya?" ucapnya, senyuman mautnya tak lepas di wajahnya sekarang. "Dan lihatlah! kau masih tetap cantik walaupun perutmu itu-, yach sedikit membuncit. Aku turut senang melihatnya...," sambungnya mantap dan aku hanya bisa diam mendengarnya."Ma-af, aku harus pergi." Ucapku tak berniat berlama-lama lagi, tanpa menunggu jawaban dari Garth segera aku berbalik pergi,
Beberapa hari ini Frank tak bisa fokus dengan pekerjaan. Sejak kehadiran Carol Gilmore di rumahnya dan membawa kabar yang sama sekali yang tak ia sangka. Kabar itulah yang telah membuat pengaruh buruk pada kehidupan pernikahannya dengan Jeanny yang baru seumur jagung.Baru saja ia mereguk manisnya berumah tangga dengan wanita yang begitu dicintainya, kini ia harus dihadapkan oleh persoalan pelik yang mungkin saja dapat menghancurkan pernikahannya bersama dengan Jeanny Anderson. Tentu saja ia tak mau itu sampai terjadi. Sekuat tenaga ia akan mempertahankan Jeanny dalam hidupnya, ia tak mau istrinya itu pergi dan meninggalkannya lagi seperti waktu itu.Lantas apa yang harus ia lakukan sekarang?Kini ia merasa buntu dan hampir putus asa.Susah payah ia meyakinkan Jeanny kalau ia begitu mencintainya dan tak mungkin berkhianat apalagi memilih Carol Gilmore, tapi tetap saja istrinya itu seperti meragukannya.Ia bisa mengerti perasaan istrinya sekarang, bagaimana Jeanny tak merasa sakit hati
Di sebuah apartemen, seorang pria bertubuh besar masuk dan menemui seorang wanita cantik bertubuh seksi, siapa lagi kalau bukan Carol Gilmore."Untuk apa kau datang ke sini? Sudah kukatakan berulang kali, jangan menemuiku lagi!!" seru Carol tak senang."Sayang, aku merindukanmu. Haruskah kau selalu perlakukan aku begini?" sahut pria bertato itu."Cukup, kita sudah selesai Billy!Jadi jangan ganggu aku karena sebentar lagi aku akan menikah, jadi sekali lagi aku tekankan jangan sekali-kali kau datang kemari ataupun berusaha untuk menemuiku lagi!Kau mengerti?!" perintah Carol keras."Menikah? Kau akan menikah, sayang?!" pria yang bernama Billy itu bertanya seakan tak percaya."Ya!! Apa itu sudah cukup jelas?! Aku akan menikah dalam waktu dekat ini, jadi aku mohon jangan sekali-kali kau muncul di hadapanku lagi!" sungut Carol.Dengan langkahnya yang mantap, pria bertubuh besar itu menghampiri Carol dan mencengkeram erat kedua bahu wanita seksi itu."Katakan padaku dengan siapa kau akan m
"Garth?!" seruku tak percaya dengan wajah terkejut dan gugup.Kenapa dari sekian banyak orang di dunia ini dan di saat seperti ini, aku bertemu dengan dia?!Garth Gaskins, pria yang paling aku takutkan dan paling kuhindari selama ini."Jeanny..? sungguh pertemuan yang tak terduga sekali." Sapa Garth dengan senyuman khasnya yang mungkin dapat membuat setiap wanita terpesona, namun itu tidak bagiku.Tatapannya menyelidik jatuh memperhatikan seluruh tubuhku, dari atas sampai bawah dan itu sangat membuatku tidak nyaman sama sekali."Banyak sekali perubahan sejak terakhir kita bertemu, Jea-nny, atau mungkin Mrs. Jefferson lebih tepatnya?" ucapnya, senyuman mautnya tak lepas di wajahnya sekarang. "Dan lihatlah! kau masih tetap cantik walaupun perutmu itu-, yach sedikit membuncit. Aku turut senang melihatnya...," sambungnya mantap dan aku hanya bisa diam mendengarnya."Ma-af, aku harus pergi." Ucapku tak berniat berlama-lama lagi, tanpa menunggu jawaban dari Garth segera aku berbalik pergi,
"Sungguh suatu kehormatan, akhirnya Mrs. Jefferson mau menemuiku.." sindir Carol dengan nada mengejek.Siang itu, aku dan Carol bertemu di sebuah restoran kecil di Houston St, New York sesuai yang dijanjikan aku pergi menemuinya. Ia datang lebih awal dari yang dijanjikan, dan tatapan kami bertemu dengan pikiran yang hanyut satu sama lain. Dapat kulihat tatapan sinisnya ketika melihat penampilanku saat ini, yang tampak santai mengenakan dress selutut dengan warna coral.Sedangkan kulihat seperti biasa, penampilannya selalu tampak seksi hanya mengenakan setelan mini berleher terbuka dengan warna merah terang yang mencolok mata. Rambutnya yang hitam panjang kali ini diikat kebelakang seakan sengaja membuat tubuhnya terekspos liar. Sungguh berbanding terbalik denganku kini.Kedua tangannya saling bersidekap dengan angkuh dan kedua matanya yang besar menatapku tajam memprovokasi. Aku hanya membalasnya dengan senyuman tenang, seakan tak merasa bergeming dengan sikapnya yang mendominasi."Ma
"A-pa kau bilang tadi? Hamil?!" seru Frank tak percaya, mata tajamnya membulat sempurna seakan apa yang baru saja ia dengar membuatnya syok seketika."Ya, aku ha-mil Frank Jefferson. Sama seperti istri yang kau cintai itu dan ini adalah hasil buah cinta kita," sahut Carol dengan menyunggingkan senyuman bangganya, namun bagi Frank senyuman itu adalah senyuman palsu yang tak tahu malu.Ucapan Carol bagi Frank terdengar seperti meledek dan menguji kesabarannya yang hampir habis, ia pun mendengus kasar dan tertawa pahit."Kau benar-benar wanita sinting Carol Gilmore! aku tak menyangka ternyata teman wanita yang selama ini aku kenal adalah wanita picik!!!" umpatnya kasar."Terserah apa katamu Frank, aku bisa membuktikannya kalau ucapanku ini benar!" sahut Carol kemudian ia menggapai beberapa lembar kertas di atas meja rak yang tak jauh di belakangnya."Lihat ini!! dan setelah itu apakah kau bisa menyangkal semua ucapanku Frank Jefferson?! seru Carol seraya menunjukkan beberapa lembar kerta
"Ada apa, Sayang? Apa kau sakit hari ini?" tanya Frank sepulang dirinya bekerja malam itu sebagai manager di salah satu sebuah perusahaan besar di New York city.Mungkin ia merasakan keanehan karena aku tak membalas beberapa pesan darinya siang tadi dan tak menyambutnya ketika ia pulang kerja seperti biasanya. Seharian ini yang kulakukan hanya berbaring dan menangis, sungguh konyol.Aku sendiri tak mengerti apa yang harus kutangisi. Semua itu belum terbukti benar jika Frank benar memiliki hubungan spesial dengan wanita yang bernama Carol Gilmore, apalagi sampai memiliki anak yang masih dalam kandungan perempuan itu.Cemburu, rasa cemburu jelas ada karena itu manusiawi. Istri mana yang tak cemburu jika melihat atau mengetahui kenyataan kalau suaminya memiliki wanita lain di belakangnya.Tapi perasaan ini lebih dari itu, aku hanya merasa takut. Takut untuk kehilangan cinta dari Frank Jefferson yang kini menjadi suamiku secara sah. Aku takut kehilangannya."Sayang, makanlah sesuatu janga
Pagi itu setelah aku mengantar Alex dan Kimmy ke sekolah aku sibuk menyiram tanaman di halaman rumah. Inilah kegiatan yang biasa aku lakukan di rumah jika aku mulai bosan di dalam rumah, karena Frank tak menginginkan aku bepergian jauh selain mengantar Alex dan Kimmy ke sekolah selama kehamilanku ini. Sungguh suami yang posesif, tapi aku mencintainya bahkan begitu mencintainya.Aku setengah terkejut saat sebuah mobil toyota merah berhenti tepat di depan rumah ini."Siapa?" batinku bertanya.Sepasang kaki yang jenjang dan indah dengan sepatu bertumit tinggi keluar dari mobil itu. Seorang wanita berpenampilan cantik bagai sosialita dengan memakai kacamata hitam dan rambut hitam panjangnya terurai indah. Sepertinya aku pernah melihat wanita itu, tapi entah di mana. Wajahnya yang tak asing kuingat namun ingatanku masih samar dan belum jelas.Ia berjalan mendekatiku dengan langkah seksinya yang terasa angkuh."Apa ada yang bisa saya bantu Miss?" tanyaku menyapa."Benar ini rumah keluarga J
[Malam ini aku akan pulang terlambat sayang][Kau jaga diri baik-baik dirimu dan anak kita. Makan yang banyak dan bergizi dan ingat, jgn terlalu lelah, honey][love you sweety heart]Aku tersenyum membaca pesan dari suamiku, Frank Jefferson. Selama kami baru beberapa bulan menikah, Frank memperlakukanku layaknya ratu di rumahnya.Setiap perlakuannya begitu manis dan membuatku semakin mencintainya. AKu usap perutku sendiri yang kini sudah terlihat membuncit, dalam hati aku sangat bersyukur karena Tuhan memberikan aku kebahagian seperti ini. Mengenal Frank Jefferson dan mencintainya sungguh hadiah yang luar biasa Tuhan berikan padaku sekarang.Semoga kebahagiaan ini berlangsung untuk selamanya dan tak akan memudar. Itulah harapanku. Di usia kandunganku yang menginjak bulan ke lima ini, aku tak sedikit pun merasakan keluhan lagi. Mungkin karena sudah melewati tri semester awal jadi tubuhku sudah menyesuaikan hormon kehamilanku dan aku bersyukur karena itu aku bisa melakukan pekerjaanku s