Cindy menangis tanpa suara, hanya air mata yang terus berlinang.Cindy lupa apakah dia yang bersandar pada Steve atau Steve yang menekan Cindy di dadanya. Singkatnya, Cindy sedang bersandar di dadanya, air mata jatuh di kemeja biru Steve dan membasahinya.Steve berbisik, "Ini pertama kalinya seorang gadis menangis di bajuku seperti ini. Cindy, kamu harus ganti rugi satu baju lagi."Ini pertama kalinya dia memanggil nama Cindy.Cindy mengangkat kepala dan menatapnya.Matanya lembut dan damai, dengan kekuatan menenangkan.Yogi benar-benar berbeda darinya.Yogi adalah tipe orang yang biarpun sangat dekat, sulit menemukan emosi di mata, dia sangat dingin.Penampilan Cindy yang berlinang air mata dan menyedihkan sebenarnya sangat menggoda, betapa pun baiknya Steve, dia tetaplah seorang laki-laki, jadi dia tidak tahan.Jakunnya bergerak lalu dia berkata dengan suara serak, "Kamu nggak bisa menatap pria seperti ini. Kalau kamu menatapku lagi, aku akan menciummu."Cindy masih memandangnya, seo
Yogi menurunkan jendela dan mengulurkan tangan untuk mengibaskan abu rokok.Dia berkata kepada Diana di jok depan, "Pergi ambil kamera pengintai di gerbang rumah sakit."Tentu saja itu mengacu pada rekaman saat Cindy dan Sisca menyerang Yona, agar tidak jatuh ke tangan orang lain dan membuat keributan besar.Cedera yang disengaja, kalau dikejar, setidaknya akan berujung pada penahanan pidana.Diana mengiakan.Yogi menambahkan, "Panggil dokter bedah ibu Cindy dan dokter bedah ayah Yona."Diana, "Ya."Bukan suatu kebetulan, ternyata dokter bedah Nasnah dan Fiktor White adalah orang yang sama.Dokter yang bisa melakukan transplantasi jantung semuanya setingkat dokter kepala. Hanya ada dua ahli bedah jantung di Rumah Sakit Nusa.Di hadapan orang lain, Sagito Suban dijunjung tinggi, tapi sesampainya di hadapan Yogi, dia bahkan tidak berani masuk ke dalam mobil, dia hanya berdiri di tengah hujan dengan payung dan menjelaskan dengan serius."Platform donasi organ menentukan pasien mana yang m
"Aku tahu Cindy belum bangun, biarkan Cindy tidur," Steve berkata dengan pengertian, "Apa kamu sudah sarapan?"Sisca berkedip, "Aku akan membeli roti dan susu kedelai dalam perjalanan ke kantor nanti.""Aku membeli bahan untuk masak bubur di sini. Kalau kamu nggak terburu-buru, kamu bisa makan sebentar lagi."Sisca menyadari bahwa dia datang bukan hanya untuk membuat bubur, dia datang memasak untuk Cindy!Di zaman ini, masih ada laki-laki yang bisa memasak, bahkan laki-laki dengan latar belakang yang baik.Sisca langsung berkata, "Silakan, dapurnya ada di sana. Kamu boleh menggunakan apa pun yang kamu mau. Aku terburu-buru berangkat kerja, jadi aku nggak sarapan. Kalian saja yang makan."Steve tersenyum dan mengucapkan terima kasih, lalu membawa barang-barangnya ke dapur.Sisca segera mengeluarkan ponsel, mengambil foto Steve menyingsingkan lengan baju dan mencuci iga di wastafel, lalu mengirimkannya ke WhatsApp Cindy.Setelah Sisca selesai berdandan dan berangkat kerja, Steve sudah me
Internet? Cindy bingung, "Ya."Selina berkata, "Coba lihat dulu. Kupikir, kamu nggak perlu melakukan apa pun. Opini publik saat ini pada dasarnya sudah berbalik."Apa maksudnya?Cindy segera menutup layar panggilan dan membuka pencarian terpopuler di kota. Berita pertama adalah #Pernyataan Rumah Sakit Nusa#.Cindy membuka dan membaca dengan cepat.Sekitar pukul sepuluh pagi, Rumah Sakit Nusa tiba-tiba mengeluarkan artikel panjang yang menjelaskan seluk-beluk kejadian medis tersebut.Poin utama dari artikel lengkapnya adalah mereka mengakui bahwa komunikasi mereka tidak cukup tepat waktu dan mereka tidak memberi tahu pasien dan keluarga pasien segera setelah jantung tersebut "berubah kepemilikan", sehingga perjalanan mereka sia-sia.Sistem platform transplantasi tidak dijelaskan secara jelas kepada keluarga pasien, sehingga mengakibatkan keluarga pasien tidak bisa menerima dan menjadi emosional.Insiden tersebut sudah berkembang seperti itu, rumah sakit mereka juga memiliki tanggung jaw
Steve kembali ke kantor setelah kelas selesai dan melihat pesan Cindy yang berterima kasih padanya.Selain mengucapkan terima kasih, Cindy juga memotret tanaman hijau di dekat jendela untuk ditunjukkan kepadanya dan mengatakan bahwa sinar matahari sangat bagus.Steve mengerutkan bibir, "Ini mint? Kenapa bisa terpikir untuk menanam mint?"Cindy, "Lebih mudah dirawat. Kalau butuh, cukup potong daunnya. Indah, rasanya enak dan wanginya."Steve tidak bisa menahan tawa, "Terima kasih, aku mendapatkan masukan bermanfaat. Aku akan beli satu pot juga nanti untuk ditanam di rumah.""Nggak perlu beli. Tanaman ini sangat mudah hidup. Aku gali beberapa batang untukmu. Nanti akan segera tumbuh menjadi satu pot penuh."Dari balasan Cindy, Steve merasa suasana hati Cindy sedang bagus.Setelah memikirkannya beberapa saat, dia menjawab, "Oh, apa minum arak benar-benar membuatmu bahagia?"Cindy tersenyum, "Nggak, aku ingin bilang kamu nggak perlu repot-repot bertanya kepada rekanmu di fakultas kedoktera
Ini sangat aneh.Cindy sudah menjadi sekretaris Yogi selama tiga tahun, dia tahu betul bahwa hari Senin adalah hari tersibuk Yogi.Apalagi Yogi sangat enggan pulang ke Keluarga Walker, kenapa dia tiba-tiba muncul di momen yang agak canggung ini?Cindy mengernyit. Mereka tidak bertemu selama dua bulan, Yogi tidak berubah sama sekali.Kota Shigo sudah memasuki musim hujan, suhunya lebih dingin. Dia mengenakan mantel kasmir panjang di luar jas hitam. Dia baru saja memasuki rumah dan melepas mantel untuk diberikan kepada pelayan.Cindy baru saja keluar dari dapur, mata Yogi pun terangkat dan tertuju pada Cindy.Keduanya saling memandang selama lima atau enam detik, Yogi berbalik terlebih dahulu dan mengambil handuk panas yang disodorkan pelayan untuk menyeka tangan dengan tenang.Cindy merasa sedikit tidak nyaman.Cindy membawa sup ke meja ruang makan. Santi sedang menata piring dan alat makan. Ketika melihat Cindy, dia memuji, "Sup kerang ini kelihatannya enak. Dalam cuaca seperti ini, ha
Cindy tidak berusaha menengahi seperti dulu. Sikapnya sama seperti tamu biasa, ketika tuan rumah bertengkar, dia memilih untuk berpura-pura tidak ada dan tetap diam.Santi buru-buru berdiri dan menghentikan Yogi, "Kenapa kalian bertengkar lagi karena satu patah kata? Yogi, kamu belum makan. Makan lebih banyak, kalau nggak, nanti kamu sibuk di sore hari dan nggak punya waktu untuk makan, perutmu akan sakit lagi."Yogi terhalang jalannya sehingga ekspresinya terlihat dingin.Santi tidak punya pilihan selain memanggil Cahyadi, "Cahyadi."Cahyadi menahan diri selama beberapa detik, akhirnya mengalah, "Aku mau tanya pada pergantian dewan direksi di akhir tahun, apa kamu nggak mau mempertahankan Pak Pujo dan Pak Angito lagi?"Yogi duduk lagi, tapi tidak makan."Ya."Cahyadi mengerutkan kening, "Mereka adalah veteran perusahaan."Yogi berkata acuh tak acuh, "Jadi mereka mengandalkan senioritas untuk menindas orang.""Mereka sudah memberikan kontribusi yang besar kepada Grup Mega, wajar saja m
Cindy mengerutkan kening dalam hati, tak tahu apakah itu niat Santi atau niat Cahyadi?Topik ini terlalu berbahaya, jadi Cindy mengalihkan pandangannya dan berkata, "Bibi, aku nggak mengerti maksudmu, tapi aku merasa orang nggak bisa monoton. Aku juga ingin keluar dan mencoba yang terbaik. Bibi dan Paman menganggapku sebagai putri, saat seekor burung dewasa, dia harus meninggalkan induknya dan pergi ke luar untuk membangun sarang sendiri. Benar 'kan?"Santi berbicara dengan sentuhan emosional, Cindy juga berbicara dengan sentuhan emosional, sehingga berhasil melewati topik tersebut.Cindy berbicara tanpa cela sehingga Santi hanya bisa berkata, "Ayo minum teh." Dia tidak menyebut lagi.Cindy merasa tidak pantas untuk tinggal lama-lama, jadi dia menghabiskan teh di tangan dan meletakkan cangkir, "Sudah sore. Bibi perlu tidur siang, jadi aku pergi dulu."Santi berkata, "Cahyadi ada di ruang kerja di lantai dua. Naiklah dan ucapkan selamat tinggal padanya. Nggak tahu kapan kamu akan datang