Pagi harinya....
Selesai sholat subuh, Zeyna tidak tidur lagi, melainkan membereskan barang barang yang belum sempat dia bereskan semalam.Tidak lupa Zayna juga membereskan kamar dan tempat tidurnya.Hari semakin terang, matahari juga mulai terbit.Hari ini adalah jabwal musim semi di jepangPosisi kamar Zeyna ada di lantai dua, dan saat Zayna membuka jendela dia akan di suguhkan bunga bunga flum yang mulai bermerakan.Pemandangan yang sangat indah, udara yang tidak terlalu dingin membuatnya terasa sangat nyaman."Masyaallah, indahnya." ucap Zeyna.Tok...tok....Suara ketukan pintu membuyarkan rasa kagum Zeyna pada memandangan yang dia lihat.Zeyna berjalan ke arah pintu dan membukanyanya."Bibi, selamat pagi." sapa Zeyna dengan senyuman manisnya."Pagi, Zey-chan, bibi kira kamu belum bangun, bibi ingin membantumu membereskan kamar." ucap Kyoyo."Tidak perlu bibi, Zey sudah membereskannya." ucap Zeyna.Kyoyo tersenyum, "baiklah, kamu bersiap setelah itu turun kita sarapan bersama ya." ucap Kyoyo."Baik bibi, Zey akan segera turun." ucap Zeyna.Setelah selesai, Zey turun dan sarapan bersama dengan Kyoyo.Desain rumah Kyoyo terlihat sederhana, akan tetapi memiliki dua lantai dan lantai atas khusus kamar Zeyna.Di sertiap ruangan juga tidak terlalu banyak berisikan foto atau gambar gambar, melainkan terpajang beberapa tanaman mini yang tersusun rapi di dalam tersebut, sehingga membuat sejuk mata memandang."Zey, hari ini kamu mau kemana?" Tanya Kyoyo."Em....belum tau bibi, Zey masih belum menyusun rencana mau pergi kemana." ucap Zeyna."Kalau begitu, kamu ikut bibi ke toko bunga mau? Hari ini musim semi, akan banyak bunga yang masuk dan itu sedikit merepotkan.""Dengan senang hati bibi, Zey juga mau menikmati pemandangan musim semi di sepanjang jalan."Zeyna begitu bersemangat, dia sangat senang saat di ajak oleh bibinya.Begitupun dengan Kyoyo yang juga merasa senang saat melihat keceriaan Zeyna.Selesai sarapan.....Sesuai yang sudah di bicarakan, mereka akan ke toko bunga.Kyoyo mengajak Zeyna berjalan kaki untuk pergi ke toko bunga, karna jarak yang tidak terlalu jauh dan Zey juga lebih memilih jalan kaki dari pada menggunakan sepeda.Sepanjang perjalanan menuju toko bunga, Zey tidak habis habis nya memuji keindahan yang dia lihat."Masyaallah cantik nya."Ini pertama kalinya untuk Zeyna melihat langsung bunga bunga bermekaran di musim semi, dan kelopak kelopak sakura yang juga berguguran karna tertiup angin.Membuat suasana menjadi lebih indah. Kyoyo hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala nya melihat Zeyna yang begitu terpesona.Cekrek....Seseorang memotret Zeyna dari jarak yang tidak terlalu jauh."Cantiknya...." gumam orang itu.Dia berjalan menghampiri Zeyna yang terlihat asik menikmati suasana."Permisi, Nona cantik...." ucap orang itu menggunakan bahasa jepang.Zeyna menatap pria itu dan mundur satu langkah menjauh dari nya.Awalnya lelaki itu bingung, tapi dia tetap menghormati Zeyna"Maaf, Saya tidak sengaja memotret kamu, dan hasilnya sangat bagus, saya berikan ini untuk kamu." ucap pria itu sambil menyerahkan foto Zeyna yang baru di potretnya.Zeyna menerima foto itu dan melihat hasilnya, benar benar bagus dan sangat alami."Terima kasih." ucap Zey."Sama sama...." pria itu tampak ragu "em...boleh saya tau nama kamu?" Tanya nya.Zeyna tersenyum, "Zeyna." ucap nya.Lelaki di hadapannya benar benar terpanah dengan senyuman Zeyna.Tatapan yang lembut dan senyum yang membuat siapa pun yang melihatnya pasti terpesona."Zey....ayo." ucap Kyoyo dari jarak yang cukup jauh.Zeyna sampai lupa kalau dia harus membantu bibinya."Em...iya bibi." Zeyna segera pergi dari sana dan tak lupa mengucapkan terima kasih pada pria yang telah memotretnya."Terima kasih..." Zeyna langsung menghampiri bibinya."Eh...tunggu...." pria itu hanya bisa menatap kepergiaan Zeyna."Padahal aku belum memberitaukan namaku." ucapnya sedikit kecewa.Setelah itu dia tampak tersenyum saat mengingat wajah Zeyna di bawah gugurnya kelopak Sakura.****Di toko bunga...."Selamat pagi." ucap Kyoyo."Pagi, Kyoyo-san." ucap dua orang yang sudah ada di toko dan membersihkan toko."Kalian berdua, kesini sebentar." ucap Kyoyo.Mereka berdua menghampiri Kyoyo dan meninggalkan pekerjaan mereka sebentar."Ini Zeyna, keponakan saya, mulai sekarang dia akan bantu bantu di sini, jadi tolong bersikap baik dengannya, dan bimbing dia." ucap Kyoyo yang memperkenalkan Zeyna."Zeyna, ini Ayumi dan Akio, usia mereka di atas kamu." ucap Kyoyo yang memperkanalkan dua pekerjanya."Ayumi Shinohara-desu." ucap gadis mungil yang memegang sapu."Akio Kazuki." ucap pria yang memegang kain."Zeyna, senang berkenalan dengan kalian." ucap Zeyna.Keduanya saling pandang dan tersenyum."Senang juga berkenalan dengan mu, Zeyna." ucap keduanya."Zey, ayumi dan Akio adalah pekerja bibi di sini, kamu bisa tanya tanya ke mereka ya." ucap Kyoyo."Baik bibi."Ayumi langsung menghampiri Zeyna dan merangkul lengan nya.Tubuhnya Ayumi lebih pendek dari Zeyna, lebih kurang sebahu Zeyna, akan tetapi usianya di atas Zeyna."Zeyna, kau bisa memanggilku Ayumi atau Ayumi-Onechan pun juga boleh." ucap Ayumi.Cat: Onechan atau Anechan memiliki arti kakak perempuan. Atau bisa juga dengan sebutan Onesan atau Anesan"Ayumi, jaga sikap mu, dan cepat bereskan pekerjaanmu, atau bibi Kyoyo akan melahapmu hidup hidup." ucap Akio."Zeyna, jangan dengarkan kata kata nya, kau bisa memanggil kami dengan sebutan yang menurutmu nyaman." ucap Akio yang beralih pada Zeyna."Em, terima kasih, Ayumi-san, Akio-kun.""Hey Akio, kau terlihat tidak senang jika aku mendapat teman baru, kau takut kesepian ya." ucap Ayumi.Tuk...."Jangan berpikiran sembarangan Ayumi, cepat lakukan tugas mu, atau Kyoyo-san akan memarahi mu" ucap AkioAyumi memegang keningnya yang di sentil oleh AkioZeyna hanya tersenyum melihat tingkah mereka berdua."Zeyna, ayo ikut bibi." ucap Kyoyo yang memanggil Zeyna.Zeyna melihat bibinya dan menghampiri Kyoyo.Kyoyo mengajak Zeyna untuk membantunya menata bunga bunga yang baru saja sampai.Bunga bunga di tata dengan sangat rapi di rak bunga depan toko.Zeyna begitu fokus mengerjakan tugasnya, hingga suara seseorang mengalihkan aktivitasnya."Kita bertemu lagi, Nona cantik...""Kita bertemu lagi, Nona cantik..."Suara yang menurut Zeyna tidak asing, dia melihat ke arah sumber suara dan melihat orang yang tadi pagi bertemu dengannya.Zeyna hanya menanggapinya dengan senyuman."Ada apa Zey?" Tanya Kyoyo yang sudah ada di belakang Zeyna."Bibi? Tidak ada bi, hanya bertemu dengan orang yang sama dalam waktu yang singkat." ucap Zeyna menatap ke arah pemuda itu."Rin?..." ucap Kyoyo.Pemuda itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya pada Kyoyo."Iya bibi, aku ke sini mau mengambil pesanan mama." ucapnya."Sebentar ya, bibi ambilkan dulu." ucap Kyoyo.Rin membalasnya dengan senyuman, sedangkan Zeyna seperti tidak ambil pusing, dia lebih memilih melakukan tugasnya agar cepat selesai.Rin Kiyotaka, seorang pemuda tampan, memiliki hobi sebagai fotografer, Rin memiliki profesi yang cukup mapan, yaitu sebagai seorang pianis yang cukup hebat, seperti papanya. memiliki sifat yang ceria dan mudah tersenyum.Rin terus menatap Zeyna yang sedari tadi sibuk dengan aktivitasnya
"Zeyna Arsyilla Savina." ucap Zeyna.Miyuki tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban."Nama yang indah, pasti ayah kamu yang memberimu nama itu." ucap Miyuki.Zeyna menatap Miyuki, "bibi kenal dengan ayah ku?" Tanya Zey penasaran."Tentu saja, aku sangat mengenal ayahmu, dia sangat ceroboh dan juga suka lupa dengan barang barang miliknya." ucap Miyuki.Zeyna tersenyum, "bibi benar, Ayahku memang sedikit ceroboh dan suka pelupa." Zeyna mulai tertarik bicara dengan Miyuki."Zey, Miyuki adalah teman masa kecil bibi, sudah pasti sangat mengenal ayahmu, bahkan Miyuki suka jahil dengan ayahmu dulu." ucap Kyoyo."Benarkah? Zey jadi tertarik ingin tau." ucap Zeyna."Lain kali kamu main ke rumah bibi ya, bibi akan banyak cerita tentang ayahmu, dan pertemuan ayahmu dengan ibumu." ucap Miyuki sambil menyerahkan alamat rumahnya pada Zeyna.Tanpa Zey sadari, sedari tadi dia berbicara dengan Miyuki, Rin terus memperharikannya, dan terukir senyuman tipis di wajah tampannya.****Kini merek
"ide bagus Zeyna-san, tempat itu memang sangat bagus. Mari kita ke sana." ucap Akio yang langsung menjalankan mobilnya ke tempat tujuan.Kini mereka pergi ke taman laut Hitachi, tempatnya lumayan jauh dari tempat tinggal Zeyna.Membutuhkan kurang lebih satu jam setengah untuk sampai di lokasi.****Kediaman Kiyotaka.....Begitulah yang tertulis di depan pagar rumah kediaman Rin.Rin dan keluarganya baru saja selesai sarapan."Rin, hari ini kamu ada aktivitas?" Tanya Miyuki."Em..."Rin tampak memikirkan aktivitas yang akan di jalaninya hari ini."Pagi sampai siang ini tidak ada, hanya saja hari ini aku mau ke taman bunga, untuk mengambil beberapa foto, kalau untuk malam ini aku ada pentas musik." jelas Rin."Kau masih melakukan kegiatan mu yang lain?" Tanya seorang pria yang merupakan papa dari Rin."Em...aku hanya menyukainya, lagi pula tidak mengganggu pekerjaanku kan." ucap Rin dengan santainya."Huh....""Tidak masalah Ryu-san, selama Rin bisa mengatur jabwalnya, jadi tidak masala
"Em, senang bisa bertemu denganmu" ucap ZeynaAngin pantai menghembus begitu menyejukkanKelopak kelopak bunga beterbangan ke arah mereka berduaRin benar benar terpikat dengan kecantikan Zeyna, jantungnya berdebar saat melihat senyumannya"Benar benar cantik...." gumam Rin****Kini mereka duduk di dataran yang sedikit tinggi untuk menikmati hamparan lautan bunga yang sangat indahRin sibuk mengambil banyak gambar, bahkan dia memotret Zeyna diam diamEkspresi dan senyuman yang alami membuat hasil yang sangat bagusZey menatap jam tangannya dan waktu hampir menunjukkan waktu makan siang dan waktu ZuhurZeyna menghampiri Kyoyo yang duduk bersama dengan Ayumi dan Akio"Bibi, sebentar lagi makan siang..." ucap ZeynaKyoyo paham maksud Zeyna "baiklah, ayo kita ke teman Shinjuku, kita makan siang di sana saja" ajak KyoyoKetiganya mengangguk kan kepala sebagai jawabanRin yang melihat mereka mulai bersiap ingin pergi pun menghampirinya"Bibi, kalian sudah mau pergi?" Tanya Rin"Iya Rin, ka
Setelah usai makan siang, Zeyna belum kunjung kembali.Hal itu membuat Kyoyo dan yang lainnya merasa khawatir, terutama Rin."Bibi, aku susul Zeyna ya." ucap Rin yang benar benar tidak tenang."Iya, kamu dan Akio susul Zeyna. Bibi takut terjadi apa apa padanya." ucap Kyoyo.Kyoyo begitu terlihat khawatir dengan Zeyna.Tanpa berpikir panjang, Rin dan Akio pergi ke tempat ibadah umat muslim yang ada di dekat taman.****Sedangkan di tempat Zeyna....Zeyna berusaha menghindari dua orang yang sedang mengganggunya."Maaf, biarkan saya lewat. Saya buru buru." ucap Zeyna dengan tegas.Dua pria itu tertawa melihat Zeyna. Keadaan sekitar juga terlihat sepi."Nona manis, jangan melawan. Ikut saja dengan kami. Kami pasti akan membuatmu nyaman." ucap salah satu dari mereka.Mendengar hal itu membuat Zeyna sangat jijik dengan mereka.Tatapan mesum dan penampilan yang berantakan membuat Zeyna ingin sekali memukulnya."Saya tegaskan sekali lagi. Minggir! Saya buru buru, atau saya akan berteriak kare
"Jika kamu berpikiran untuk bersama Zeyna mama tidak setuju."Rin kembali teringat dengan ucapan mama nya waktu itu."Apa sesulit itukah tembok yang harus ku lalui untuk mendapatkan hati, Zeyna?" Gumam Rin."Apa hanya karena beda kepercayaan, maka dari itu Zeyna menghindari ku? Bukankah banyak ya zaman sekarang yang menikah beda agama?" Rin terus bergumam memikirkan ucapan Zeyna padanya.Seorang pria merangkul pundak Rin saat dia sedang melamun.Hal itu membuatnya terkejut, dan hampir saja memukul Akio"Ini aku, kau ingin memukulku?" Ucap Akio yang menepis tangan Rin."Kau membuatku terkejut, untung saja kau langsung menepis tanganku. Jika tidak, aku tidak tanggung jawab jika kau terluka." ucap Rin."Aku sudah memanggilmu berkali kali, tapi kau tidak mendengarkanku." "Huh....sebaiknya kita kembali, takutnya bibi dan yang lain khawatir." ucap Rin yang langsung melangkah tanpa menunggu Akio.Akio menganggukkan kepala dan mengikuti langkah Rin.Tapi baru beberapa langkah, Akio baru ters
Zeyna dan Miyuki pergi ke acara panggung Rin dan ayahnya.Zeyna mengenakan pakaian yang baru saja dibelikan oleh Miyuki.Jujur dirinya merasa kurang nyaman dengan pakaian yang di belikan Miyuki.Bukan karena apapun, Zeyna menjadi pusat perhatian. Hal itu yang membuatnya tidak nyaman."Bibi, Zey ganti pakaian saja, ya. Zey merasa tidak nyaman." Ucap Zeyna yang merangkul lengan Miyuki."Em? Kenapa? Apa pakaiannya tidak enak dipakai?" "Bukan, Bibi. Tapi....Zey tidak nyaman menjadi pusat perhatian." Ucap Zeyna.Miyuki tersenyum dan mengusap tangan Zeyna yang di lengannya."Tidak perlu khawatir. Tidak akan ada yang berani macam macam denganmu, selama ada bibi." Ucap Miyuki.Miyuki mengajak Zeyna untuk masuk. Sepanjang perjalanan Zeyna menjadi pusat perhatian. Tatapan mereka membuat Zeyna tidak nyaman.Miyuki yang menyadari hal itu, langsung memberikan kode kepada dua orang bodyguard untuk membuat orang orang agar tidak menatap ke arah Zeyna dan Miyuki."Mama!..." Seorang pria memanggil M
"Baiklah. Bibi akan memikirkan dengan baik, apa yang bibi inginkan. Setelah acara selesai, bibi akan mengatakan apa yang bibi inginkan." Miyuki kembali ceria dan menggandeng tangan Zeyna untuk menuju aula panggung.Tanpa Zeyna sadari ekspresi Miyuki berubah.Jujur saja, Miyuki memikirkan hal lain saat Zeyna memberikan Rin sebuah gelang.Di pandangan Miyuki, dia melihat kalau putranya menaruh perasaan pada Zeyna, begitupun sebaliknya. Miyuki hanya takut jika perasaan keduanya tidak terwujud dan keduanya akan merasakan sakit yang luar biasa."Bibi berharap, semoga kamu dan Rin tidak memiliki rasa satu sama lain, Zeyna." Ucap Miyuki dalam hati.Miyuki dan Zeyna duduk di kursi yang sudah disiapkan oleh pelaksana acara. Secara, Miyuki adalah salah satu tamu istimewa mereka.Acara berjalan dengan baik. Hingga ada kesempatan di mana seorang pianis terkenal akan memainkan sebuah lagu yang berjudul A Thousand Years.Seseorang muncul di tengah panggung dan memberikan salam untuk semuanya.Par
"Kau yakin dengan jawabanmu?" tanya Ayano."Em, kau kembalilah. Tolong bereskan barang barangku." ucap Rin tanpa menatap Ayano.Ayano terdiam sesaat, dia menatap Rin dengan tatapan serius."Rin, aku akan ikut denganmu." ucap Ayano.Rin yang tadinya memalingkan wajahnya kini menatap Ayano dengan tatapan tidak percaya."Apa maksudmu ikut dengan ku? Kau ingin jatuh miskin denganku?" ucap Rin tak percaya."Hahaha.....jatuh miskin? Harta ku sudah cukup untuk memenuhi hidupku sampai tua. Jika kau menumpang di kehidupanku juga masih cukup." ucap Ayano yang terkesan meledek Rin."Kau mengejekku, ya? Kau pikir aku tidak memiliki uang ku sendiri?" ucap Rin yang tidak mau kalah."Haha....sudahlah. Aku akan kembali ke rumah untuk mengambil semua barang barangmu, dan juga aku akan mengundurkan diri dan ikut denganmu." ucap Ayano.Ayano langsung pergi tanpa menatap reaksi Rin terlebih dahulu."Sepertinya aku cukup beruntung memilikimu, Ayano." ucap Rin yang menatap kepergian Ayano.Rin merebahkan t
Di rumah sakit....Rin masih belum ada perkembangan. Bahkan sudah dua hari ini Rin belum mau membuka matanya.Padahal sudah ada pergerakan dari tubuhnya.Ayano masih duduk di luar kamar rawat Rin, menatap kontak Zeyna yang didapatkannya dari Akio.Dua hari lalu...."Maaf, Ayano. Bukan aku tidak ingin membantumu. Hanya saja, Zeyna sudah kembali ke Indonesia. Dan untuk dia kembali kesini hanya untuk, Rin.....rasanya itu berat." jelas Kyoyo.Ayano tampak kecewa dengan jawaban dari Kyoyo."Setidaknya, bisakah aku meminta kontak Zeyna?" tanya Ayano."Maaf untuk itu. Aku tidak bisa sembarangan memberikan kontaknya pada orang lain." ucap Kyoyo.Ayano pergi dengan rasa kecewa, dirinya tidak bisa berbuat apapun."Kau ingin menghubungi, Zeyna?" ucap seorang pria.Ayano melihat ke sumber suara dan melihat Akio dan Ayumi yang sepertinya menunggu Ayano di luar."Kalian?""Jangan salah paham, kami menemuimu karena kami masih memiliki rasa kemanusiaan." ucap Ayumi sinis tanpa menatap Ayano."Ayumi."
"NGGAK....HIKS....RIIINNN....HIKS...." Mendengar tangisan Miyuki, Ryuen langsung turun dan melihat istrinya yang kini terduduk di lantai dan menangis histeris."Apa yang terjadi?" tanya Ryuen sedikit panik melihat istrinya.Miyuki masih tidak mau bicara, dia menatap Ryuen yang di sampingnya dengan tatapan amarah."INI SEMUA GARA GARA KAMU, RYUEN...HIKS...., SEANDAINYA KAMU TIDAK MENCARI MASALAH DAN MERUNDUNG PUTRAMU, DIA PASTI MASIH BAIK BAIK SAJA....HIKS..." ucap Miyuki yang benar benar emosi saat iniRyuen tampak bingung dengan ucapan istrinya. "Rin? Dia kenapa?" Miyuki, dengan air mata yang terus berlinang kembali menatap Ryuen dengan tajam."Kamu bertanya dia kenapa?" Miyuki menjeda ucapannya, "Dia mengalami kecelakaan, Ryuen. Saat ini kondisinya tidak akan yang tau....hiks....."Ryuen membawa tubuh istrinya ke dalam pelukannya."Maaf, sayang. Aku salah. Aku yakin putra kita akan baik baik saja." "Tapi bagaimana jika Rin kenapa napa...hiks...aku tidak sanggup menerimanya...."
Rin berhenti di sebuah club malam. Kedatangannya langsung menjadi perhatian banyaknya wanita yang ada di sana.Rin memesan dua botol Alkohol. Padahal selama ini dia tidak pernah menyentuh yang namanya Alkohol, bukan karena hal apapun. Karena tubuhnya tidak kuat jika harus mengkonsumsi Alkohol.Di tempat Ayano....Beberapa saat setelah ketinggalan jauh dari Rin, akhirnya Ayano menemukannya.Ayano berhenti di depan club. Dia melihat mobil Rin yang terparkir."Ck...apa yang akan dilakukannya lagi. Jangan bilang dia sedang minum minum untuk melampiaskan rasa kesalnya." Dengan rasa penuh kesal, Ayano masuk untuk memastikan.Benar saja, ternyata Rin minum minum, bahkan Rin juga sudah menghabiskan beberapa batang rokok."Dasar bodoh...." Ayano melangkah dengan langkah cepat menghampiri Rin.Menarik botol yang ada di tangannya dan melemparnya ke sembarang arah.PRANG....Seketika semua pandangan mengarah pada mereka. Musik yang tadinya menyala mengiringi goyangan mereka, kini terhenti dan m
Seminggu kemudian.....Di kediaman Kiyotaka....Setelah kepergian Zeyna, Rin menjadi frustasi. Yang biasa sifatnya ceria dan manja pada Mamanya, kini seketika hilang. Rin jarang keluar kamarnya, dia lebih tertutup. Bahkan, Rin juga tidak merespon grup Orkestra dan beberapa panggilan untuk manggung selama seminggu ini.Di ruang makan....Ryuen dan Miyuki sedang makan malam bersama. Namun kali ini tanpa kehadiran putra semata wayangnya. Bukan hari ini, dalam seminggu ini, Rin hampir tidak pernah keluar kamar dan memilih makan di kamarnya."Huh....anak itu masih belum mau keluar dari kamarnya?" ucap Ryuen yang tampak kesal dengan sifat kekanak kanakan putranya.Miyuki hanya diam dan memperhatikan Ryuen."Ayano!" Ayano yang ada di dekat sana langsung menghampiri Ryuen yang memanggilnya."Iya, tuan." "Berapa jadwal manggung yang sudah ditolak anak itu?" tanya Ryuen."Dalam satu minggu ini ada lima jadwal yang telah ditolak oleh, Rin. Ada dua jadwal manggung dengan grup Orkestra juga yang
Di Indonesia....Zeyna dan keluarganya melakukan aktivitas seperti biasanya.Dimana, Azzam biasanya pagi pagi sekali sudah pergi ke pesantren untuk mengajar biasanya Azizah ikut membantu, tapi karena putrinya baru kembali, dirinya memilih di rumah menghabiskan waktu bersama putrinya. Sedangkan Reyhan memiliki kesibukan di rumah sakit.Azizah dan Zeyna duduk di ruang tamu untuk menghabiskan waktu bersama.Saat masih asyik berbicara, tiba tiba Zeyna teringat dengan ucapan Kyoyo tentang kisah cinta kedua orang tuanya.Zeyna mendekati Azizah dan bergelayut manja di lengannya."Bunda~, Zey, 'kan sudah dewasa. Zey ingin tau bagaimana, kisah Ayah dan Bunda saat pertama kali bertemu." ucap Zeyna.Azizah tersenyum mendengar permintaan putrinya."Kenapa, emm? Sepertinya kamu sangat penasaran." Zeyna tersenyum dan menganggukkan kepala, "Zey, memang sangat penasaran, Bun." ucap Zeyna.Jujur saja, Zeyna penasaran bukan karena ingin tahu tentang romansa kedua orang tuanya. Tapi dirinya ingin tau,
Malam harinya....Rin duduk di jendela menatap langit malam. Rin tidak jadi mengisi acara di hotel. Dirinya lebih memilih pulang ke rumah dan istirahat. Hal itu juga mengundang amarah Ryuen. Brak....Pintu utama dibuka dengan keras, Ryuen dengan penuh emosi pulang ke rumah mencari putranya."RIN! DIMANA KAU?" teriak Ryuen.Ayano yang mendengar teriakan Ryuen langsung menghampirinya."Ayano, di mana anak itu?" ucap Ryuen dengan nada dingin plus tatapan tajamnya."Rin ada di kamarnya, tuan." ucap Ayano.Ryuen dengan segera naik ke lantai dua menuju kamar putranya.Akan tetapi, Ayano menghalangi Ryuen agar tidak kesana."Apa maksudnya ini, Ayano?" tanya Ryuen."Maaf, tuan. Jika anda ingin marah dengan Rin, saya sarankan jangan. Karena kondisinya saat ini sedang tidak baik baik saja. Untuk masalah yang terjadi hari ini, saya sudah memberi pengertian pada mereka. Dan mereka memakluminya." ucap Ayano."Mereka memang memakluminya, tapi saya sudah merasa malu. Gara gara ulah anak itu, saya d
Di bandara....Zeyna duduk bersama dengan Kyoyo dan Ayumi.Kyoyo sejak tadi menggenggam tangan Zeyna dan mengusap usap dengan lembut."Sampai di Indonesia, jangan lupa kabari Bibi, ya sayang." ucap Kyoyo.Zeyna menggenggam tangan Kyoyo yang ada di tangannya."Pasti, Zey kabari, Bibi. Maaf ya, selama di sini, Zey selalu buat Bibi repot. Bahkan beberapa hari lalu, Zey buat Bibi malu." ucap Zeyna dengan penuh rasa bersalah."Apa yang kamu bicarakan, nak? Jangan berkata begitu. Bibi sama sekali tidak merasa direpotkan dengan hadirnya kamu di kehidupan, Bibi. Bibi sangat senang dengan adanya kamu di sini." ucap Kyoyo.Zeyna tertunduk sedih, "Bibi, Zey juga mau minta maaf, karena Zey, hubungan Bibi dengan Bibi Miyuki menjadi renggang. Padahal kalian adalah sahabat." ucap Zeyna.Kyoyo mengusap kepala Zeyna dengan lembut."Jika itu menyangkut putriku, Bibi tidak peduli. Mau sahabat atau bahkan saudara sekalipun. Jika dia berani membuat putriku menangis, maka Bibi akan sangat marah dengannya."
Di taman....Zeyna dan Ayumi menikmati malam ini dengan kulineran.Hobi keduanya jika di satukan di malam Festival.Di perjalanan Rin...."Rin, ini penawaran terbaik dari Mama. Atau tidak bertemu sama sekali." ucap Miyuki.Rin terdiam, jujur saja dia tidak bisa melawan Mamanya. Jika Mamanya sudah bicara serius seperti ini, tidak ada kesempatan untuk melawan."Apa jawabanmu, Rin. 'Iya' atau 'tidak'?" tanya Miyuki.Rin memikirkan semuanya dengan sangat matang."Em." Rin berdehem disertai anggukan kepala."Baiklah, kita ketaman sekarang. Ingat, 'hanya bertemu'." ucap Miyuki yang menekankan suaranya.Rin hanya menatap sendu dan menggenggam kedua tangannya dengan erat. Dirinya yang ingin berjuang untuk Zeyna, tapi dirinya sendiri merasa tidak mampu memperjuangkan kebebasannya sendiri.["Zey, apa yang harus ku lakukan?"] ucap Rin dalam hati.Di teman....Zeyna duduk di kursi taman sambil menikmati makanan yang dibelinya bersama Ayumi.Sedangkan Akio ke luar taman untuk menjemput Kyoyo yang