"ide bagus Zeyna-san, tempat itu memang sangat bagus. Mari kita ke sana." ucap Akio yang langsung menjalankan mobilnya ke tempat tujuan.
Kini mereka pergi ke taman laut Hitachi, tempatnya lumayan jauh dari tempat tinggal Zeyna.Membutuhkan kurang lebih satu jam setengah untuk sampai di lokasi.****Kediaman Kiyotaka.....Begitulah yang tertulis di depan pagar rumah kediaman Rin.Rin dan keluarganya baru saja selesai sarapan."Rin, hari ini kamu ada aktivitas?" Tanya Miyuki."Em..."Rin tampak memikirkan aktivitas yang akan di jalaninya hari ini."Pagi sampai siang ini tidak ada, hanya saja hari ini aku mau ke taman bunga, untuk mengambil beberapa foto, kalau untuk malam ini aku ada pentas musik." jelas Rin."Kau masih melakukan kegiatan mu yang lain?" Tanya seorang pria yang merupakan papa dari Rin."Em...aku hanya menyukainya, lagi pula tidak mengganggu pekerjaanku kan." ucap Rin dengan santainya."Huh....""Tidak masalah Ryu-san, selama Rin bisa mengatur jabwalnya, jadi tidak masalahkan." ucap Miyuki di sertai senyuman khas miliknya.Ryuen Kiyotaka, papa Rin yang terkenal ketat dengan aturan.Papa Rin adalah seorang Pianis terkenal di Tokyo, prestasinya sudah sangat menjulang tinggi, bahkan mendunia.Jadi tidak salah jika bakat nya sebagai seorang pianis di turunkan pada Rin, putranya.Rin juga seorang Pianis, Rin sangat menyukai musik, tapi Rin juga menyukai hobinya sebagai foto grafer.Rin selalu mengisi kekosongannya dengan menghadiri tempat tempat indah dan memotret tempat itu, jika fotonya terlihat bagus dia akan menjualnya.Walaupun hidup sangat sangat berkecukupan, tapi Rin tidak pernah mau menghamburkan harta kedua orang tuanya, dia lebih suka mencarinya sendiri dan menghabiskan uangnya sendiri."Jadi, kamu akan pergi mana?" Tanya Miyuki."Em....aku akan pergi ke tempat yang belum pernah aku datangi sebelumnya." ucap Rin.Miyuki menaikkan sebelah alisnya, karna penasaran tempat mana yang akan di kunjungi putranya"Kemana? Bukankah kau sudah mengunjungi banyak tempat?" Tanya Ryuen yang juga penasaran."Aku ingin ke taman tepi laut Hitachi.""Bukankah kamu sudah pernah ke sana?" Tanya Miyuki."Iya, tapi kali ini aku datang dalam suasana yang berbeda, terakhir kali aku datang adalah musim gugur, jadi bunga yang bermerakan di sana berwarna kuning, kali ini adalah musim semi, aku mau melihat lautan bunga yang terhampar luas di taman itu." jelas Rin.Miyuki hanya tersenyum mendengar penjelasan putranya, begitupun dengan Ryuen yang tersenyum tipis mendengarnya.****Di sisi lain...Mereka sudah sampai ke pintu masuk taman Hitachi.Dari depan pintu masuk saja sudah terlihat taman yang begitu indah.Hamparan lautan yang terlihat luas di tambah bunga bunga nemophilia biru yang bermekaran. Sehingga terlihat seperti lautan bunga."Masyaallah, indahnya...." gumam Zeyna.Ayumi merangkul lengan Zeyna dan menariknya untuk lebih dekat dengan hampran lautan bunga itu."Bagaimana Zey, bagus kan jika di lihat lebih dekat." ucap Ayumi.Zeyna tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban.Kyoyo dan Akio menghampiri mereka berduaKyoyo memegang kedua pundak Zeyna, "Zey, apa kamu tau setiap bunga memiliki arti tersendiri? Begitupun bunga ini, apa kamu tau arti dari bunga Nemophilia ini?" Tanya Kyoyo sambil memetik bunga itu dan meletakkan nya di selipan hijab Zeyna.Zeyna menggelengkan kepala sebagai jawaban.Kyoyo tersenyum, "bunga ini memiliki arti prosperity atau kesejahteraan, maka dari itu setiap orang yang datang ke sini berharap hidup mereka sejahtera. Jadi bibi berharap, kamu bisa tumbuh sejahtera seperti bunga ini." ucap Kyoyo dengan mengusap lembut pipi Zeyna.Tanpa sadar Kyoyo menitikkan air mata saat mengatakan hal itu.Membuat Zeyna menjadi khawatir dengan bibinya, sedangkan Akio dan Ayumi sudah pergi lebih dulu ke tempat lain."Bibi, kamu kenapa?" Ucap Zey sambil mengusap air mata Kyoyo.Kyoyo tersenyum, "bibi tidak apa sayang, bibi hanya masih tidak percaya, kalau kamu adalah putri dari Azam dan Azizah." ucap Kyoyo sambil mengusap air matanya."Apa ayah dan bunda pernah ke sini?" Tanya Zey penasaran.Tuk...."Apa Azizah tidak pernah menceritakan kisah mereka pada kalian?" Ucap Kyoyo yang mengetuk lembut kening Zeyna.Zeyna menggembungkan pipinya dan memegang keningnya yang di ketuk lembut oleh Kyoyo."Tidak, bunda saat di tanya begitu, bunda selalu bilang, 'kalian masih belum cukup umur untuk mengetahuinya' begitu." ucap Zeyna.Kyoyo tersenyum dan mengusap kepala Zeyna dengan lembut."Biar ayah dan bundamu saja yang cerita, sekarang kita menikmati liburan hari ini."Zey tersenyum dan menganggukkan kepala nya sebagai jawaban.Kyoyo dan Zeyna menghampiri Ayumi dan Akio yang duduk di bukit dan menatap hamparan luas lautan."Zeyna, kau terlihat sangat cocok dengan bunga itu." ucap Ayumi saat melihat bunga nemophilia yang terpasang di hijab Zeyna.Zeyna tersenyum mendengar ucapan Ayumi."Ne... Zey-chan, kamu tau, bunga nemophilia, selain memiliki arti kesejahteraan, bunga ini juga memiliki arti lain." ucap Ayumi."Dalam bahasa Yunani, nemophilia berarti, Nemos yang artinya hutan, dan Philos yang artinya cinta, jadi bunga ini memiliki arti mencintai hutan, sangat cocok untuk mu, Zeyna-chan." jelas Ayumi."Kenapa?" Tanya Zey bingung."Sebelum kamu datang, bibi Kyoyo pernah mengatakan bahwa kamu sangat mengukai hal hal baru, jadi kamu sangat menyukai yang nama nya petualangan bukan?" Ucap Ayumi.Zeyna menganggukkan kepala sebagai jawaban."Singkatnya, hutan adalah tempat sebuah petualang yang sangat di sukai banyak penjelajah, di dalam hutan banyak sekali rintangan yang kita lalui, maka dari itu aku mengatakan, Zeyna, kamu sangat cocok dengan bunga itu yang juga mencintai hutan." jelas Ayumi.Zeyna paham maksud dari Ayumi, walau menurut Zeyna berlebihan, tapi filosofi Ayumi tidak salah.Ayumi mengambil sesuatu yang telah di buatnya dan memasangkannya ke pada Zeyna."Em, sangat cocok." ucap Ayumi di sertai senyumannya."Ayumi-san, ini....."Ayumi memegang tangan Zeyna, "Zey, untuk ledepannya jangan panggil aku begitu, panggil aku kakak, tidak ada penolakan. Oke."Mereka tersenyum melihat interaksi antara Ayumi dan Zeyna.Cekrek....."Sangat cantik...." ucap seorang pria yang mengambil foto Zeyna dan Ayumi dari samping.Mereka menatap ke sumber suara, ternyata ada Rin yang menyaksikan semuanya."Rin?..." mereka menatap heran dengan kehadiran Rin di sana.Sedangkan Rin hanya tersenyum dan berjalan menghampiri mereka."Ayumi-san, fotonya bagus, aku berikan padamu." ucap Rin yang menyerahkan foto yang baru dia ambil tadi.Ayumi tersenyum, "terima kasih Rin."Rin membalasnya dengan senyuman, lalu beralih menatap Zeyna.Perpaduan dress warna lembut, warna krim terang, di padukan dengan cardigan, dan hijab berwarna putih, di tambah kulit Zeyna yang memang putih bening membuat semua terasa cocok di lihat.Di tambah mahkota bunga nemophilia biru dan backgraund laut biru membuat siapa saja yang melihat Zeyna pasti terpana, termasuk Rin."Hai, Zeyna, kita bertemu lagi." ucap Rin dengan tatapan lembut dan juga senyuman manisnya.Melihat senyuman Rin, jantung Zeyna berdebar, tapi dia masih bisa menetralkannya."Em, senang bisa bertemu dengan mu." ucap Zeyna."Em, senang bisa bertemu denganmu" ucap ZeynaAngin pantai menghembus begitu menyejukkanKelopak kelopak bunga beterbangan ke arah mereka berduaRin benar benar terpikat dengan kecantikan Zeyna, jantungnya berdebar saat melihat senyumannya"Benar benar cantik...." gumam Rin****Kini mereka duduk di dataran yang sedikit tinggi untuk menikmati hamparan lautan bunga yang sangat indahRin sibuk mengambil banyak gambar, bahkan dia memotret Zeyna diam diamEkspresi dan senyuman yang alami membuat hasil yang sangat bagusZey menatap jam tangannya dan waktu hampir menunjukkan waktu makan siang dan waktu ZuhurZeyna menghampiri Kyoyo yang duduk bersama dengan Ayumi dan Akio"Bibi, sebentar lagi makan siang..." ucap ZeynaKyoyo paham maksud Zeyna "baiklah, ayo kita ke teman Shinjuku, kita makan siang di sana saja" ajak KyoyoKetiganya mengangguk kan kepala sebagai jawabanRin yang melihat mereka mulai bersiap ingin pergi pun menghampirinya"Bibi, kalian sudah mau pergi?" Tanya Rin"Iya Rin, ka
Setelah usai makan siang, Zeyna belum kunjung kembali.Hal itu membuat Kyoyo dan yang lainnya merasa khawatir, terutama Rin."Bibi, aku susul Zeyna ya." ucap Rin yang benar benar tidak tenang."Iya, kamu dan Akio susul Zeyna. Bibi takut terjadi apa apa padanya." ucap Kyoyo.Kyoyo begitu terlihat khawatir dengan Zeyna.Tanpa berpikir panjang, Rin dan Akio pergi ke tempat ibadah umat muslim yang ada di dekat taman.****Sedangkan di tempat Zeyna....Zeyna berusaha menghindari dua orang yang sedang mengganggunya."Maaf, biarkan saya lewat. Saya buru buru." ucap Zeyna dengan tegas.Dua pria itu tertawa melihat Zeyna. Keadaan sekitar juga terlihat sepi."Nona manis, jangan melawan. Ikut saja dengan kami. Kami pasti akan membuatmu nyaman." ucap salah satu dari mereka.Mendengar hal itu membuat Zeyna sangat jijik dengan mereka.Tatapan mesum dan penampilan yang berantakan membuat Zeyna ingin sekali memukulnya."Saya tegaskan sekali lagi. Minggir! Saya buru buru, atau saya akan berteriak kare
"Jika kamu berpikiran untuk bersama Zeyna mama tidak setuju."Rin kembali teringat dengan ucapan mama nya waktu itu."Apa sesulit itukah tembok yang harus ku lalui untuk mendapatkan hati, Zeyna?" Gumam Rin."Apa hanya karena beda kepercayaan, maka dari itu Zeyna menghindari ku? Bukankah banyak ya zaman sekarang yang menikah beda agama?" Rin terus bergumam memikirkan ucapan Zeyna padanya.Seorang pria merangkul pundak Rin saat dia sedang melamun.Hal itu membuatnya terkejut, dan hampir saja memukul Akio"Ini aku, kau ingin memukulku?" Ucap Akio yang menepis tangan Rin."Kau membuatku terkejut, untung saja kau langsung menepis tanganku. Jika tidak, aku tidak tanggung jawab jika kau terluka." ucap Rin."Aku sudah memanggilmu berkali kali, tapi kau tidak mendengarkanku." "Huh....sebaiknya kita kembali, takutnya bibi dan yang lain khawatir." ucap Rin yang langsung melangkah tanpa menunggu Akio.Akio menganggukkan kepala dan mengikuti langkah Rin.Tapi baru beberapa langkah, Akio baru ters
Zeyna dan Miyuki pergi ke acara panggung Rin dan ayahnya.Zeyna mengenakan pakaian yang baru saja dibelikan oleh Miyuki.Jujur dirinya merasa kurang nyaman dengan pakaian yang di belikan Miyuki.Bukan karena apapun, Zeyna menjadi pusat perhatian. Hal itu yang membuatnya tidak nyaman."Bibi, Zey ganti pakaian saja, ya. Zey merasa tidak nyaman." Ucap Zeyna yang merangkul lengan Miyuki."Em? Kenapa? Apa pakaiannya tidak enak dipakai?" "Bukan, Bibi. Tapi....Zey tidak nyaman menjadi pusat perhatian." Ucap Zeyna.Miyuki tersenyum dan mengusap tangan Zeyna yang di lengannya."Tidak perlu khawatir. Tidak akan ada yang berani macam macam denganmu, selama ada bibi." Ucap Miyuki.Miyuki mengajak Zeyna untuk masuk. Sepanjang perjalanan Zeyna menjadi pusat perhatian. Tatapan mereka membuat Zeyna tidak nyaman.Miyuki yang menyadari hal itu, langsung memberikan kode kepada dua orang bodyguard untuk membuat orang orang agar tidak menatap ke arah Zeyna dan Miyuki."Mama!..." Seorang pria memanggil M
"Baiklah. Bibi akan memikirkan dengan baik, apa yang bibi inginkan. Setelah acara selesai, bibi akan mengatakan apa yang bibi inginkan." Miyuki kembali ceria dan menggandeng tangan Zeyna untuk menuju aula panggung.Tanpa Zeyna sadari ekspresi Miyuki berubah.Jujur saja, Miyuki memikirkan hal lain saat Zeyna memberikan Rin sebuah gelang.Di pandangan Miyuki, dia melihat kalau putranya menaruh perasaan pada Zeyna, begitupun sebaliknya. Miyuki hanya takut jika perasaan keduanya tidak terwujud dan keduanya akan merasakan sakit yang luar biasa."Bibi berharap, semoga kamu dan Rin tidak memiliki rasa satu sama lain, Zeyna." Ucap Miyuki dalam hati.Miyuki dan Zeyna duduk di kursi yang sudah disiapkan oleh pelaksana acara. Secara, Miyuki adalah salah satu tamu istimewa mereka.Acara berjalan dengan baik. Hingga ada kesempatan di mana seorang pianis terkenal akan memainkan sebuah lagu yang berjudul A Thousand Years.Seseorang muncul di tengah panggung dan memberikan salam untuk semuanya.Par
Malam Festival musim semi....Malam ini adalah Festival musim semi yang ke tiga.Dan kali ini Zeyna baru bisa m3nghadiri atau ikut serta.Kali ini, Zeyna bersama dengan Ayumi, Akio dan Rin."Zey, mau coba manisan?" tanya Ayumi.Zeyna tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban.Ayumi menarik Zeyna ke tempat kedai manisan.Akio dan Rin menunggu di kursi bawah pohon sambil menunggu Zeyna dan Ayumi selesai berbelanja.Hanya ada kesenyapan di antara mereka berdua. Rin sibuk dengan ponsel nya, sedangkan Akio menatap orang orang yang lewat dan mengawasi Zeyna dan Ayumi dari jauh."Hey, Rin." Panggil Akio.Rin mengalihkan perhatiannya dan menatap Akio."Menurutmu, apa aku dan Ayumi bisa bersama?" tanya Akio yang menatap ke arah Ayumi dari jauh.Rin mengikuti arah pandang Akio, "menurutmu, bagaimana? Apa Ayumi menolakmu? Atau malah sebaliknya?" "Emm...aku tidak yakin." "Huh....kau sendiri saja tidak yakin. Bagaimana denganku?" ketus Rin."Dan, kau. Bagaimana hubunganmu dengan Zeyna?
Zeyna menutup bukunya, "kamu menggodaku, Rin?" Zeyna tersenyum tipis dan menatap Rin.Saat tatapan mereka bertemu, Rin langsung memalingkan wajahnya. Tampak wajah Rin yang merona karena ulah Zeyna."Pfft...hahaha....." Zeyna tertawa bahagia melihat ekspresi Rin.Rasanya sangat lucu melihat Rin yang seperti ini.Rin sendiri melihat Zeyna yang tertawa lepas juga ikut bahagia."Maaf, Rin. Aku bercanda." Ucap Zeyna disertai kekehan lembutnya."Kamu__benar benar ya, Zey." "Maaf, Rin."Zeyna terlihat sangat bahagia, senyuman tidak luntur dari wajahnya, dan tawa lembutnya membuat orang di sekitarnya juga ikut bahagia.Bus yang mereka tunggu tiba....Terlihat ada dua kursi yang kosong."Zey, kamu duduk sini." Ucap Rin yang mempersilahkan Zeyna untuk duduk."Terima kasih. Tapi, bagaimana denganmu?" "Jangan khawatirkan aku. Aku akan menjaga dan menghormatimu. Jadi aku akan berdiri di sini saja." Ucap Rin.Mendengar hal itu, Zeyna tersenyum."Terima kasih, Rin." Ucap Zeyna dengan tulus.Jantung
Sesampai di toko buku, Rin langsung ke kasir untuk bertanya tentang pesanannya. "Permisi...saya ingin mengabil pesanan saya dua hari lalu." Ucap Rin "Atas nama siapa?" ucap penjaga toko "Rin Kiyotaka." "Sebentar, saya periksa dulu." Tak lama sang penjaga toko kembali dengan membawa dua buku di tangannya. "Ini, tuan." "Berapa?" "1.441yen." Setelah membayar bukunya, Rin melihat jam tangannya, dan tersenyum. Dengan rasa gembira, Rin pergi dari toko buku dan bersiap ke tempat selanjutnya. Di cafe.... Seorang wanita cantik yang duduk di cafe sendirian. Menatap ke arah luar, menunggu kedatangan seseorang yang di tunggu. Tak lama sebuah mobil terparkir di depan cafe, dan seorang pria turun dari mobil. Seketika senyuman wanita itu terukir diwajahnya. "Maaf, membuatmu menunggu, Zeyna." ucap Rin yang baru saja sampai "Tidak apa, sepertinya aku yang datang lebih dulu dari waktu yang kita tentukan." ucap Zeyna. Dua hari lalu.... Di toko buku.... Zeyna tampak menusuri setiap r
"Kau yakin dengan jawabanmu?" tanya Ayano."Em, kau kembalilah. Tolong bereskan barang barangku." ucap Rin tanpa menatap Ayano.Ayano terdiam sesaat, dia menatap Rin dengan tatapan serius."Rin, aku akan ikut denganmu." ucap Ayano.Rin yang tadinya memalingkan wajahnya kini menatap Ayano dengan tatapan tidak percaya."Apa maksudmu ikut dengan ku? Kau ingin jatuh miskin denganku?" ucap Rin tak percaya."Hahaha.....jatuh miskin? Harta ku sudah cukup untuk memenuhi hidupku sampai tua. Jika kau menumpang di kehidupanku juga masih cukup." ucap Ayano yang terkesan meledek Rin."Kau mengejekku, ya? Kau pikir aku tidak memiliki uang ku sendiri?" ucap Rin yang tidak mau kalah."Haha....sudahlah. Aku akan kembali ke rumah untuk mengambil semua barang barangmu, dan juga aku akan mengundurkan diri dan ikut denganmu." ucap Ayano.Ayano langsung pergi tanpa menatap reaksi Rin terlebih dahulu."Sepertinya aku cukup beruntung memilikimu, Ayano." ucap Rin yang menatap kepergian Ayano.Rin merebahkan t
Di rumah sakit....Rin masih belum ada perkembangan. Bahkan sudah dua hari ini Rin belum mau membuka matanya.Padahal sudah ada pergerakan dari tubuhnya.Ayano masih duduk di luar kamar rawat Rin, menatap kontak Zeyna yang didapatkannya dari Akio.Dua hari lalu...."Maaf, Ayano. Bukan aku tidak ingin membantumu. Hanya saja, Zeyna sudah kembali ke Indonesia. Dan untuk dia kembali kesini hanya untuk, Rin.....rasanya itu berat." jelas Kyoyo.Ayano tampak kecewa dengan jawaban dari Kyoyo."Setidaknya, bisakah aku meminta kontak Zeyna?" tanya Ayano."Maaf untuk itu. Aku tidak bisa sembarangan memberikan kontaknya pada orang lain." ucap Kyoyo.Ayano pergi dengan rasa kecewa, dirinya tidak bisa berbuat apapun."Kau ingin menghubungi, Zeyna?" ucap seorang pria.Ayano melihat ke sumber suara dan melihat Akio dan Ayumi yang sepertinya menunggu Ayano di luar."Kalian?""Jangan salah paham, kami menemuimu karena kami masih memiliki rasa kemanusiaan." ucap Ayumi sinis tanpa menatap Ayano."Ayumi."
"NGGAK....HIKS....RIIINNN....HIKS...." Mendengar tangisan Miyuki, Ryuen langsung turun dan melihat istrinya yang kini terduduk di lantai dan menangis histeris."Apa yang terjadi?" tanya Ryuen sedikit panik melihat istrinya.Miyuki masih tidak mau bicara, dia menatap Ryuen yang di sampingnya dengan tatapan amarah."INI SEMUA GARA GARA KAMU, RYUEN...HIKS...., SEANDAINYA KAMU TIDAK MENCARI MASALAH DAN MERUNDUNG PUTRAMU, DIA PASTI MASIH BAIK BAIK SAJA....HIKS..." ucap Miyuki yang benar benar emosi saat iniRyuen tampak bingung dengan ucapan istrinya. "Rin? Dia kenapa?" Miyuki, dengan air mata yang terus berlinang kembali menatap Ryuen dengan tajam."Kamu bertanya dia kenapa?" Miyuki menjeda ucapannya, "Dia mengalami kecelakaan, Ryuen. Saat ini kondisinya tidak akan yang tau....hiks....."Ryuen membawa tubuh istrinya ke dalam pelukannya."Maaf, sayang. Aku salah. Aku yakin putra kita akan baik baik saja." "Tapi bagaimana jika Rin kenapa napa...hiks...aku tidak sanggup menerimanya...."
Rin berhenti di sebuah club malam. Kedatangannya langsung menjadi perhatian banyaknya wanita yang ada di sana.Rin memesan dua botol Alkohol. Padahal selama ini dia tidak pernah menyentuh yang namanya Alkohol, bukan karena hal apapun. Karena tubuhnya tidak kuat jika harus mengkonsumsi Alkohol.Di tempat Ayano....Beberapa saat setelah ketinggalan jauh dari Rin, akhirnya Ayano menemukannya.Ayano berhenti di depan club. Dia melihat mobil Rin yang terparkir."Ck...apa yang akan dilakukannya lagi. Jangan bilang dia sedang minum minum untuk melampiaskan rasa kesalnya." Dengan rasa penuh kesal, Ayano masuk untuk memastikan.Benar saja, ternyata Rin minum minum, bahkan Rin juga sudah menghabiskan beberapa batang rokok."Dasar bodoh...." Ayano melangkah dengan langkah cepat menghampiri Rin.Menarik botol yang ada di tangannya dan melemparnya ke sembarang arah.PRANG....Seketika semua pandangan mengarah pada mereka. Musik yang tadinya menyala mengiringi goyangan mereka, kini terhenti dan m
Seminggu kemudian.....Di kediaman Kiyotaka....Setelah kepergian Zeyna, Rin menjadi frustasi. Yang biasa sifatnya ceria dan manja pada Mamanya, kini seketika hilang. Rin jarang keluar kamarnya, dia lebih tertutup. Bahkan, Rin juga tidak merespon grup Orkestra dan beberapa panggilan untuk manggung selama seminggu ini.Di ruang makan....Ryuen dan Miyuki sedang makan malam bersama. Namun kali ini tanpa kehadiran putra semata wayangnya. Bukan hari ini, dalam seminggu ini, Rin hampir tidak pernah keluar kamar dan memilih makan di kamarnya."Huh....anak itu masih belum mau keluar dari kamarnya?" ucap Ryuen yang tampak kesal dengan sifat kekanak kanakan putranya.Miyuki hanya diam dan memperhatikan Ryuen."Ayano!" Ayano yang ada di dekat sana langsung menghampiri Ryuen yang memanggilnya."Iya, tuan." "Berapa jadwal manggung yang sudah ditolak anak itu?" tanya Ryuen."Dalam satu minggu ini ada lima jadwal yang telah ditolak oleh, Rin. Ada dua jadwal manggung dengan grup Orkestra juga yang
Di Indonesia....Zeyna dan keluarganya melakukan aktivitas seperti biasanya.Dimana, Azzam biasanya pagi pagi sekali sudah pergi ke pesantren untuk mengajar biasanya Azizah ikut membantu, tapi karena putrinya baru kembali, dirinya memilih di rumah menghabiskan waktu bersama putrinya. Sedangkan Reyhan memiliki kesibukan di rumah sakit.Azizah dan Zeyna duduk di ruang tamu untuk menghabiskan waktu bersama.Saat masih asyik berbicara, tiba tiba Zeyna teringat dengan ucapan Kyoyo tentang kisah cinta kedua orang tuanya.Zeyna mendekati Azizah dan bergelayut manja di lengannya."Bunda~, Zey, 'kan sudah dewasa. Zey ingin tau bagaimana, kisah Ayah dan Bunda saat pertama kali bertemu." ucap Zeyna.Azizah tersenyum mendengar permintaan putrinya."Kenapa, emm? Sepertinya kamu sangat penasaran." Zeyna tersenyum dan menganggukkan kepala, "Zey, memang sangat penasaran, Bun." ucap Zeyna.Jujur saja, Zeyna penasaran bukan karena ingin tahu tentang romansa kedua orang tuanya. Tapi dirinya ingin tau,
Malam harinya....Rin duduk di jendela menatap langit malam. Rin tidak jadi mengisi acara di hotel. Dirinya lebih memilih pulang ke rumah dan istirahat. Hal itu juga mengundang amarah Ryuen. Brak....Pintu utama dibuka dengan keras, Ryuen dengan penuh emosi pulang ke rumah mencari putranya."RIN! DIMANA KAU?" teriak Ryuen.Ayano yang mendengar teriakan Ryuen langsung menghampirinya."Ayano, di mana anak itu?" ucap Ryuen dengan nada dingin plus tatapan tajamnya."Rin ada di kamarnya, tuan." ucap Ayano.Ryuen dengan segera naik ke lantai dua menuju kamar putranya.Akan tetapi, Ayano menghalangi Ryuen agar tidak kesana."Apa maksudnya ini, Ayano?" tanya Ryuen."Maaf, tuan. Jika anda ingin marah dengan Rin, saya sarankan jangan. Karena kondisinya saat ini sedang tidak baik baik saja. Untuk masalah yang terjadi hari ini, saya sudah memberi pengertian pada mereka. Dan mereka memakluminya." ucap Ayano."Mereka memang memakluminya, tapi saya sudah merasa malu. Gara gara ulah anak itu, saya d
Di bandara....Zeyna duduk bersama dengan Kyoyo dan Ayumi.Kyoyo sejak tadi menggenggam tangan Zeyna dan mengusap usap dengan lembut."Sampai di Indonesia, jangan lupa kabari Bibi, ya sayang." ucap Kyoyo.Zeyna menggenggam tangan Kyoyo yang ada di tangannya."Pasti, Zey kabari, Bibi. Maaf ya, selama di sini, Zey selalu buat Bibi repot. Bahkan beberapa hari lalu, Zey buat Bibi malu." ucap Zeyna dengan penuh rasa bersalah."Apa yang kamu bicarakan, nak? Jangan berkata begitu. Bibi sama sekali tidak merasa direpotkan dengan hadirnya kamu di kehidupan, Bibi. Bibi sangat senang dengan adanya kamu di sini." ucap Kyoyo.Zeyna tertunduk sedih, "Bibi, Zey juga mau minta maaf, karena Zey, hubungan Bibi dengan Bibi Miyuki menjadi renggang. Padahal kalian adalah sahabat." ucap Zeyna.Kyoyo mengusap kepala Zeyna dengan lembut."Jika itu menyangkut putriku, Bibi tidak peduli. Mau sahabat atau bahkan saudara sekalipun. Jika dia berani membuat putriku menangis, maka Bibi akan sangat marah dengannya."
Di taman....Zeyna dan Ayumi menikmati malam ini dengan kulineran.Hobi keduanya jika di satukan di malam Festival.Di perjalanan Rin...."Rin, ini penawaran terbaik dari Mama. Atau tidak bertemu sama sekali." ucap Miyuki.Rin terdiam, jujur saja dia tidak bisa melawan Mamanya. Jika Mamanya sudah bicara serius seperti ini, tidak ada kesempatan untuk melawan."Apa jawabanmu, Rin. 'Iya' atau 'tidak'?" tanya Miyuki.Rin memikirkan semuanya dengan sangat matang."Em." Rin berdehem disertai anggukan kepala."Baiklah, kita ketaman sekarang. Ingat, 'hanya bertemu'." ucap Miyuki yang menekankan suaranya.Rin hanya menatap sendu dan menggenggam kedua tangannya dengan erat. Dirinya yang ingin berjuang untuk Zeyna, tapi dirinya sendiri merasa tidak mampu memperjuangkan kebebasannya sendiri.["Zey, apa yang harus ku lakukan?"] ucap Rin dalam hati.Di teman....Zeyna duduk di kursi taman sambil menikmati makanan yang dibelinya bersama Ayumi.Sedangkan Akio ke luar taman untuk menjemput Kyoyo yang