"Jika kamu berpikiran untuk bersama Zeyna mama tidak setuju."
Rin kembali teringat dengan ucapan mama nya waktu itu."Apa sesulit itukah tembok yang harus ku lalui untuk mendapatkan hati, Zeyna?" Gumam Rin."Apa hanya karena beda kepercayaan, maka dari itu Zeyna menghindari ku? Bukankah banyak ya zaman sekarang yang menikah beda agama?" Rin terus bergumam memikirkan ucapan Zeyna padanya.Seorang pria merangkul pundak Rin saat dia sedang melamun.Hal itu membuatnya terkejut, dan hampir saja memukul Akio"Ini aku, kau ingin memukulku?" Ucap Akio yang menepis tangan Rin."Kau membuatku terkejut, untung saja kau langsung menepis tanganku. Jika tidak, aku tidak tanggung jawab jika kau terluka." ucap Rin."Aku sudah memanggilmu berkali kali, tapi kau tidak mendengarkanku.""Huh....sebaiknya kita kembali, takutnya bibi dan yang lain khawatir." ucap Rin yang langsung melangkah tanpa menunggu Akio.Akio menganggukkan kepala dan mengikuti langkah Rin.Tapi baru beberapa langkah, Akio baru tersadar jika Zeyna tidak bersama Rin."Eh...tunggu, Zeyna di mana?" Tanya Akio."Sudah pergi lebih dulu."Mendengar nada bicara Rin, sepertinya Rin sedang kesal."Apa kau bertengkar dengan Zeyna?" Tanya Akio hati hati.Rin melirik ke arah Akio, "apa maksud ucapanmu?""Em...aku asal tebak saja, mendengar dari nada bicaramu yang kesal, sepertinya kau habis bertengkar.""Tidak salah sih, aku memang habis bertengkar dengan orang yang berani mengganggu, Zeyna." ucap Rin santaiAkio baru ingat kejadian yang baru saja terjadi."Aku lupa kalau kau tadi semarah itu dengan mereka. Apalagi saat mereka ingin menyentuh, Zeyna." Akio menatap Rin dengan tatapan menggoda."Apa jangan jangan....kau menyukai Zeyna ya?"Mendengar ucapan Akio seketika telinga Rin memerah"Apa yang kau bicarakan, aku dan Zeyna baru bertemu dua hari ini, mana mungkin rasa suka tumbuh begitu cepat." ucap Rin yang menghindar dari pandangan Akio."Benar juga. Aku dan Zeyna baru berkenalan dua hari ini. Tidak mungkin dia langsung suka denganku. Dan, aku? Pasti hanya kagum dengan keindahan wajahnya saja." ucap Rin dalam hati."Tapi marahmu tadi sangat terlihat Rin, kalau kau menyukai, Zeyna." ucap AkioRin tertunduk dan tidak mengatakan apapun."Sudahlah, jika kau menyukainya juga tidak apa, perlahan saja." ujar Akio sambil merangkul pundak Rin seperti awal.Mereka kembali berkumpul dengan yang lainnya.Rin sempat menatap Zeyna, akan tetapi Zeyna terlihat tidak peduli dengan Rin yang menatapnya.Rin tau, mungkin ucapannya tadi sedikit berlebihan. Dia bahkan menjadi canggung saat berada bersama Zeyna.****Hari semakin sore. Rasanya sudah sangat puas menikmati liburan hari ini, dan Mereka memutuskan untuk kembali.Setelah selesai beberes...."Maaf, Zey. Bisa bicara sebentar?" Ucap Rin pada Zeyna.Zeyna yang masih sibuk mengutip sampah bekas mereka menatap ke arah Rin."Apa begitu penting?" Tanya Zeyna."Mungkin menurutmu tidak penting. Tapi menurutku sangat penting." ucap Rin."Jika kamu ingin mengatakan hal hal seperti tadi, lebih baik tidak perlu." ujar Zeyna yang masih berusaha menolak.Rin ingin menyentuh Zeyna. Tapi dengan sigap Zeyna menghindar dan menatap Rin dengan tatapan tajam."Zey, aku mohon, dengarkan penjelasanku dulu." Rin menangkupkan kedua tangannya memohon pada Zeyna."Huh..."Interaksi mereka disaksikan langsung oleh Kyoyo, Ayumi dan Akio"Katakan, kamu hanya punya waktu 2 menit." ucap Zeyna."Apa tidak bisa kalau tidak di sini?" Ujar Rin."Tidak, harus di sini. Aku tidak mau ada kesalahpahaman." ucap Zeyna.Rin hanya bisa mengikuti keinginan Zeyna dan tiba tiba saja Rin membungkuk di hadapan Zeyna.Hal itu membuat Zeyna dan yang lain terkejut dengan sikap Rin."Maaf, Zeyna. Maafkan aku yang sudah bersikap lancang mengatakan hal tadi. Aku tau, kamu merasa tidak nyaman dengan kehadiranku setelah aku mengatakan hal tadi. Jadi....jadi, bisakah kamu melupakan hal tadi, dan biarkan aku berteman denganmu?" Ucap Rin sungguh sungguh."Rin, angkat kepalamu, kamu tidak boleh membungkuk di hadapanku." ucap Zeyna yang merasa tidak nyaman dengan sikap Rin.Memang dia juga merasa tidak nyaman dengan ucapan Rin padanya, tapi tidak perlu sampai seperti ini."Tidak, Zey. aku tidak akan mengangkat kepalaku sebelum kamu memaafkanku." ucap Zeyna.Sejak awal Zeyna memang tidak marah, dia hanya tidak ingin memberikan harapan palsu pada Rin."Rin, angkat dulu kepala kamu." Zey semakin tidak enak saat dipandangi oleh orang banyak di dekat sana."Nggak, Zey, aku....""Iya, aku maafin. Tapi kamu jangan begini." ucap Zeyna.Mendengar ucapan Zeyna, Rin langsung mengangkat kepala nya dan menatap Zeyna."Kamu serius?""Aku emang gak marah sama kamu. Hanya saja....aku tidak ingin memberi harapan palsu buat kamu, jadi....jangan begitu lagi." ucap Zeyna yang memalingkan wajahnya ke arah yang lain.Rin tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban.****Mereka kini berjalan pulang, Rin tidak ikut bersama Zeyna dan yang lain, karna dirinya dijemput oleh supir pribadinya.****Hari demi hari telah berlalu, hubungan Zeyna dan Rin juga semakin dekat, bukan dalam konsep apapun, tapi dalam pertemanan, itu pun karena hubungan Akio dan Ayumi.Seperti biasa, Zeyna membantu Kyoyo di toko bungaKarna hari ini musim semi, banyak pesanan bunga yang harus diantar.Hari ini juga toko terlihat ramai, Dan banyak karangan bunga yang harus mereka selesaikan."Zeyna, kamu tolong selesaikan karangan bunga yang sudah bibi asingkan di sebelah sana ya." Ucap Kyoyo."Baik, bibi." Zeyna segera melakukan tugas yang diberikan Kyoyo.Karangan bunga Daisy di padukan dengan bunga Soba.Dengan sangat telaten dan sepenuh hati, Zeyna membuat buket dari dua bunga tersebut."Wah...Zey, ini sangat indah." Ucap Ayumi yang melihat hasil karangan Zeyna."Terima kasih, Kak. Tapi paduan Daisy dan Soba memang sangat cocok." Ujar Zeyna."Zey, apa bunganya sudah selesai?" Tanya Kyoyo yang menghampiri Zeyna.Zeyna menatap ke arah bibinya, "sudah, Bibi." Zey menyerahkan buket bunga yang telah disiapkanKring....Pintu toko terbuka dan memperlihatkan seorang wanita cantik."Kyoyo, apa pesananku sudah selesai?" Tanya wanita itu."Ou...Miyuki. pesananmu sudah selesai." Kyoyo membawa buket di tangannya dan memberikannya pada Miyuki."Wah....seperti biasa. Rangkaianmu memang yang terbaik, Kyoyo." Ucap Miyuki sambil menghirup buket bunga itu."Kau berlebihan. Aku hanya memilihkan bunganya saja. yang merangkai bunga ini, Zeyna." Ucap Kyoyo."Zeyna?" Miyuki menatap ke arah Zeyna yang berdiri di samping Ayumi.Miyuki berjalan menghampiri Zeyna, "sudah lama tidak bertemu, Zeyna. Bibi sangat merindukanmu." Miyuki memeluk Zeyna untuk melepas rasa rindunya."Maaf, Bibi. Zey belum bisa main ke rumah, Bibi." Ucap Zeyna."Tidak apa, Sayang." Miyuki melepas pelukannya."Oh ya, Zey. Apa kamu sibuk hari ini?" Tanya Miyuki."Seperti yang bibi lihat. Masih banyak rangkaian bunga yang harus Zey kerjakan." Ucap Zeyna."Tapi ini bukan tugasmu kan? Aku akan meminta pada Kyoyo, untuk membiarkanmu ikut denganku." Ucap Miyuki dengan mengedipkan sebelah matanya.Zeyna sedikit bingung dengan ucapan Miyuki. Dirinya juga tidak paham maksud dari ucapan Miyuki.Beberapa saat kemudian....Miyuki kembali menghampiri Zeyna bersama dengan Kyoyo."Ayo, Zey. Ikut Bibi." Ucap Miyuki dengan senyuman manisnya."Em??...."Zeyna masih tidak mengerti dengan ucapan Miyuki.Zeyna menatap Kyoyo meminta penjelasan."Miyuki akan mengajak kamu untuk menonton panggung Orkestra, Rin dan Ayahnya." Ucap Kyoyo."Panggung Orkestra, Rin dan Ayahnya?"Miyuki menganggukkan kepala sebagai jawaban."Tapi....bagaimana dengan, Bibi?" Ucap Zey menatap ke arah Kyoyo."Tidak perlu khawatir, Sayang. Ada Ayumi dan juga Akio yang membantu, Bibi." Ucap Kyoyo.Zeyna akhirnya menyetujui ajakan Miyuki.Di mobil..."Pak, kita ke toko pakaian tempat biasa." Ucap Miyuki."Baik, Nyonya."Mobil jalan ke tempat yang dikatakan Miyuki.Sampai di tempat...."Ayo, Zey."Zeyna keluar dari mobil dengan tatapan bingung."Apa panggung Orkestranya di toko pakaian?" Tanya Zeyna dengan polosnya.Miyuki yang mendengar ucapan Zeyna terkekeh."Hahaha....tidak, Sayang. Kita kesini untuk membeli pakaian untuk kamu." Ucap Miyuki.Zeyna menatap pakaiannya, "Maaf, Bibi. Kalau pakaian Zey tidak bagus. Tapi kita bisa kembali ke rumah, Bibi Kyoyo saja. Zey akan berganti pakaian sebentar." Ucap Zeyna.Miyuki mengusap kepala Zeyna dengan lembut."Tidak, Zey. Siapa yang bilang kalau pakaian kamu tidak bagus? Semua yang kamu pakai tampak indah. Bibi hanya ingin membelikan untukmu saja." Jelas Miyuki."Tapi, Bibi. Zey tidak ingin merepotkan.""Kamu itu, ya. Sangat mirip sekali dengan ibumu." Miyuki mencubit gemas pipi Zeyna."Ini sama sekali tidak merepotkan. Jadi kamu tidak boleh menolak. Anggap saja ini hadiah pertama, Bibi untuk kamu. Oke?"Akhirnya Zey menerima niat Miyuki yang ingin membelikannya pakaian.Zeyna dan Miyuki pergi ke acara panggung Rin dan ayahnya.Zeyna mengenakan pakaian yang baru saja dibelikan oleh Miyuki.Jujur dirinya merasa kurang nyaman dengan pakaian yang di belikan Miyuki.Bukan karena apapun, Zeyna menjadi pusat perhatian. Hal itu yang membuatnya tidak nyaman."Bibi, Zey ganti pakaian saja, ya. Zey merasa tidak nyaman." Ucap Zeyna yang merangkul lengan Miyuki."Em? Kenapa? Apa pakaiannya tidak enak dipakai?" "Bukan, Bibi. Tapi....Zey tidak nyaman menjadi pusat perhatian." Ucap Zeyna.Miyuki tersenyum dan mengusap tangan Zeyna yang di lengannya."Tidak perlu khawatir. Tidak akan ada yang berani macam macam denganmu, selama ada bibi." Ucap Miyuki.Miyuki mengajak Zeyna untuk masuk. Sepanjang perjalanan Zeyna menjadi pusat perhatian. Tatapan mereka membuat Zeyna tidak nyaman.Miyuki yang menyadari hal itu, langsung memberikan kode kepada dua orang bodyguard untuk membuat orang orang agar tidak menatap ke arah Zeyna dan Miyuki."Mama!..." Seorang pria memanggil M
"Baiklah. Bibi akan memikirkan dengan baik, apa yang bibi inginkan. Setelah acara selesai, bibi akan mengatakan apa yang bibi inginkan." Miyuki kembali ceria dan menggandeng tangan Zeyna untuk menuju aula panggung.Tanpa Zeyna sadari ekspresi Miyuki berubah.Jujur saja, Miyuki memikirkan hal lain saat Zeyna memberikan Rin sebuah gelang.Di pandangan Miyuki, dia melihat kalau putranya menaruh perasaan pada Zeyna, begitupun sebaliknya. Miyuki hanya takut jika perasaan keduanya tidak terwujud dan keduanya akan merasakan sakit yang luar biasa."Bibi berharap, semoga kamu dan Rin tidak memiliki rasa satu sama lain, Zeyna." Ucap Miyuki dalam hati.Miyuki dan Zeyna duduk di kursi yang sudah disiapkan oleh pelaksana acara. Secara, Miyuki adalah salah satu tamu istimewa mereka.Acara berjalan dengan baik. Hingga ada kesempatan di mana seorang pianis terkenal akan memainkan sebuah lagu yang berjudul A Thousand Years.Seseorang muncul di tengah panggung dan memberikan salam untuk semuanya.Par
Malam Festival musim semi....Malam ini adalah Festival musim semi yang ke tiga.Dan kali ini Zeyna baru bisa m3nghadiri atau ikut serta.Kali ini, Zeyna bersama dengan Ayumi, Akio dan Rin."Zey, mau coba manisan?" tanya Ayumi.Zeyna tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban.Ayumi menarik Zeyna ke tempat kedai manisan.Akio dan Rin menunggu di kursi bawah pohon sambil menunggu Zeyna dan Ayumi selesai berbelanja.Hanya ada kesenyapan di antara mereka berdua. Rin sibuk dengan ponsel nya, sedangkan Akio menatap orang orang yang lewat dan mengawasi Zeyna dan Ayumi dari jauh."Hey, Rin." Panggil Akio.Rin mengalihkan perhatiannya dan menatap Akio."Menurutmu, apa aku dan Ayumi bisa bersama?" tanya Akio yang menatap ke arah Ayumi dari jauh.Rin mengikuti arah pandang Akio, "menurutmu, bagaimana? Apa Ayumi menolakmu? Atau malah sebaliknya?" "Emm...aku tidak yakin." "Huh....kau sendiri saja tidak yakin. Bagaimana denganku?" ketus Rin."Dan, kau. Bagaimana hubunganmu dengan Zeyna?
Zeyna menutup bukunya, "kamu menggodaku, Rin?" Zeyna tersenyum tipis dan menatap Rin.Saat tatapan mereka bertemu, Rin langsung memalingkan wajahnya. Tampak wajah Rin yang merona karena ulah Zeyna."Pfft...hahaha....." Zeyna tertawa bahagia melihat ekspresi Rin.Rasanya sangat lucu melihat Rin yang seperti ini.Rin sendiri melihat Zeyna yang tertawa lepas juga ikut bahagia."Maaf, Rin. Aku bercanda." Ucap Zeyna disertai kekehan lembutnya."Kamu__benar benar ya, Zey." "Maaf, Rin."Zeyna terlihat sangat bahagia, senyuman tidak luntur dari wajahnya, dan tawa lembutnya membuat orang di sekitarnya juga ikut bahagia.Bus yang mereka tunggu tiba....Terlihat ada dua kursi yang kosong."Zey, kamu duduk sini." Ucap Rin yang mempersilahkan Zeyna untuk duduk."Terima kasih. Tapi, bagaimana denganmu?" "Jangan khawatirkan aku. Aku akan menjaga dan menghormatimu. Jadi aku akan berdiri di sini saja." Ucap Rin.Mendengar hal itu, Zeyna tersenyum."Terima kasih, Rin." Ucap Zeyna dengan tulus.Jantung
Sesampai di toko buku, Rin langsung ke kasir untuk bertanya tentang pesanannya. "Permisi...saya ingin mengabil pesanan saya dua hari lalu." Ucap Rin "Atas nama siapa?" ucap penjaga toko "Rin Kiyotaka." "Sebentar, saya periksa dulu." Tak lama sang penjaga toko kembali dengan membawa dua buku di tangannya. "Ini, tuan." "Berapa?" "1.441yen." Setelah membayar bukunya, Rin melihat jam tangannya, dan tersenyum. Dengan rasa gembira, Rin pergi dari toko buku dan bersiap ke tempat selanjutnya. Di cafe.... Seorang wanita cantik yang duduk di cafe sendirian. Menatap ke arah luar, menunggu kedatangan seseorang yang di tunggu. Tak lama sebuah mobil terparkir di depan cafe, dan seorang pria turun dari mobil. Seketika senyuman wanita itu terukir diwajahnya. "Maaf, membuatmu menunggu, Zeyna." ucap Rin yang baru saja sampai "Tidak apa, sepertinya aku yang datang lebih dulu dari waktu yang kita tentukan." ucap Zeyna. Dua hari lalu.... Di toko buku.... Zeyna tampak menusuri setiap r
Kini Zeyna sudah berada di rumah. Cuaca musim panas ini menurutnya tidak terlalu panas. Karena di tempatnya lebih panas dibandingkan di sini. Zeyna merebahkan tubuhnya di sofa dan kembali teringat dengan ucapan Rin. Flashback.... "Memangnya, jika aku masuk agamamu, aku akan mempelajari semua itu?" tanya Rin dengan wajah polosnya. "Hah? Aku hanya bercanda, Rin. Jangan dibawa serius gitu." ucap Zeyna. "Tapi, bagaimana jika aku tidak bercanda?" ucap Rin dengan serius. Zeyna terpaku dengan ucapan Rin. Jantungnya juga menjadi berdebar, dan wajahnya merona. "Em...ba...bagaimana dengan persiapan penampilanmu hari ini? Ak...apa semua baik baik saja?" ucap Zeyna yang mengalihkan perhatian. "Huh...persiapanku tidak ada yang bermasalah. Aku ini orang yang hebat, jadi itu semua sangat mudah bagiku." ucap Rin yang sedikit menyombongkan dirinya. "Jangan sombong, Rin. Tidak ada yang tau masa depan. Jadi jangan meninggikan diri terlalu berlebihan. Jika tidak sesuai kamu akan kecewa." ucap Zey
Sesampainya di rumah....Rin merebahkan tubuhnya di kasur, hari ini benar benar lelah.Rin menatap tangannya yang terpasang gelang pemberian Zeyna.Seketika dia tersenyum dan kembali teringat saat pertama kali bertemu dengan Zeyna.POV: Rin.Hari ini adalah awal musim semi. Seperti biasa aku melakukan pemotretan alam yang terlihat sangat indah.Kelopak kelopak sakura beterbangan terbawa angin.Saat aku ingin memotret kelopak sakura yang beterbangan terbawa angin, aku melihat seorang wanita cantik bagai bidadari yang terlihat menikmati angin sejuk itu."Cantik...." gumamku.Rin memotret Wanita itu. Senyuman yang terlihat alami. Sehingga hasilnya sangat sempurna.Aku mendekati wanita itu, "permisi, Nona cantik..." Wanita itu berbalik dan menatapku. Mata coklat terang dan senyumannya membuat dadaku berdenyut dan jantungku seketika berdetak dengan cepat seperti habis berlari.Wanita cantik itu mundur satu langkah kebelakang. Hal itu membuatku sedikit bingung. Tapi aku wajar, mungkin dia
Hari ini adalah persiapan Festival kembang api di musim panas. Kali ini, keluarga Rin berpartisipasi dalam acara kali ini. Sumbangan dana yang diperlukan disalurkan langsung oleh Papa Rin untuk mengisi acara malam ini. "Rin, semua persiapan sudah aku buat di sini. Coba kau lihat apa ada yang kurang?" ucap Ayano yang menyerahkan sebuah kertas pada Rin. Rin melihat persiapan yang dirancang Ayano. "Hey, Ayano. Aku ingin memesan beberapa kembang api lagi." ucap Rin yang masih menatap ke kertas yang diberikan oleh Ayano. "Hah?....apa yang ini masih kurang?" ucap Ayano yang heran dengan temannya ini. "Tidak. Ini sudah lebih dari cukup." "Lalu, untuk apa kau membeli beberapa lagi?" "Aku ingin membuat sebuah kejutan yang spesial untuk seseorang." "Seseorang? Apa wanita yang ada di foto kemarin?" tanya Ayano. Rin menatap Ayano, "Kau selalu banyak tanya, ya." ucap Rin sedikit kesal. Rin berjalan ke mobilnya dan meninggalkan Ayano di sana. "Hey! Tunggu...." Ayano menyus
"Kau yakin dengan jawabanmu?" tanya Ayano."Em, kau kembalilah. Tolong bereskan barang barangku." ucap Rin tanpa menatap Ayano.Ayano terdiam sesaat, dia menatap Rin dengan tatapan serius."Rin, aku akan ikut denganmu." ucap Ayano.Rin yang tadinya memalingkan wajahnya kini menatap Ayano dengan tatapan tidak percaya."Apa maksudmu ikut dengan ku? Kau ingin jatuh miskin denganku?" ucap Rin tak percaya."Hahaha.....jatuh miskin? Harta ku sudah cukup untuk memenuhi hidupku sampai tua. Jika kau menumpang di kehidupanku juga masih cukup." ucap Ayano yang terkesan meledek Rin."Kau mengejekku, ya? Kau pikir aku tidak memiliki uang ku sendiri?" ucap Rin yang tidak mau kalah."Haha....sudahlah. Aku akan kembali ke rumah untuk mengambil semua barang barangmu, dan juga aku akan mengundurkan diri dan ikut denganmu." ucap Ayano.Ayano langsung pergi tanpa menatap reaksi Rin terlebih dahulu."Sepertinya aku cukup beruntung memilikimu, Ayano." ucap Rin yang menatap kepergian Ayano.Rin merebahkan t
Di rumah sakit....Rin masih belum ada perkembangan. Bahkan sudah dua hari ini Rin belum mau membuka matanya.Padahal sudah ada pergerakan dari tubuhnya.Ayano masih duduk di luar kamar rawat Rin, menatap kontak Zeyna yang didapatkannya dari Akio.Dua hari lalu...."Maaf, Ayano. Bukan aku tidak ingin membantumu. Hanya saja, Zeyna sudah kembali ke Indonesia. Dan untuk dia kembali kesini hanya untuk, Rin.....rasanya itu berat." jelas Kyoyo.Ayano tampak kecewa dengan jawaban dari Kyoyo."Setidaknya, bisakah aku meminta kontak Zeyna?" tanya Ayano."Maaf untuk itu. Aku tidak bisa sembarangan memberikan kontaknya pada orang lain." ucap Kyoyo.Ayano pergi dengan rasa kecewa, dirinya tidak bisa berbuat apapun."Kau ingin menghubungi, Zeyna?" ucap seorang pria.Ayano melihat ke sumber suara dan melihat Akio dan Ayumi yang sepertinya menunggu Ayano di luar."Kalian?""Jangan salah paham, kami menemuimu karena kami masih memiliki rasa kemanusiaan." ucap Ayumi sinis tanpa menatap Ayano."Ayumi."
"NGGAK....HIKS....RIIINNN....HIKS...." Mendengar tangisan Miyuki, Ryuen langsung turun dan melihat istrinya yang kini terduduk di lantai dan menangis histeris."Apa yang terjadi?" tanya Ryuen sedikit panik melihat istrinya.Miyuki masih tidak mau bicara, dia menatap Ryuen yang di sampingnya dengan tatapan amarah."INI SEMUA GARA GARA KAMU, RYUEN...HIKS...., SEANDAINYA KAMU TIDAK MENCARI MASALAH DAN MERUNDUNG PUTRAMU, DIA PASTI MASIH BAIK BAIK SAJA....HIKS..." ucap Miyuki yang benar benar emosi saat iniRyuen tampak bingung dengan ucapan istrinya. "Rin? Dia kenapa?" Miyuki, dengan air mata yang terus berlinang kembali menatap Ryuen dengan tajam."Kamu bertanya dia kenapa?" Miyuki menjeda ucapannya, "Dia mengalami kecelakaan, Ryuen. Saat ini kondisinya tidak akan yang tau....hiks....."Ryuen membawa tubuh istrinya ke dalam pelukannya."Maaf, sayang. Aku salah. Aku yakin putra kita akan baik baik saja." "Tapi bagaimana jika Rin kenapa napa...hiks...aku tidak sanggup menerimanya...."
Rin berhenti di sebuah club malam. Kedatangannya langsung menjadi perhatian banyaknya wanita yang ada di sana.Rin memesan dua botol Alkohol. Padahal selama ini dia tidak pernah menyentuh yang namanya Alkohol, bukan karena hal apapun. Karena tubuhnya tidak kuat jika harus mengkonsumsi Alkohol.Di tempat Ayano....Beberapa saat setelah ketinggalan jauh dari Rin, akhirnya Ayano menemukannya.Ayano berhenti di depan club. Dia melihat mobil Rin yang terparkir."Ck...apa yang akan dilakukannya lagi. Jangan bilang dia sedang minum minum untuk melampiaskan rasa kesalnya." Dengan rasa penuh kesal, Ayano masuk untuk memastikan.Benar saja, ternyata Rin minum minum, bahkan Rin juga sudah menghabiskan beberapa batang rokok."Dasar bodoh...." Ayano melangkah dengan langkah cepat menghampiri Rin.Menarik botol yang ada di tangannya dan melemparnya ke sembarang arah.PRANG....Seketika semua pandangan mengarah pada mereka. Musik yang tadinya menyala mengiringi goyangan mereka, kini terhenti dan m
Seminggu kemudian.....Di kediaman Kiyotaka....Setelah kepergian Zeyna, Rin menjadi frustasi. Yang biasa sifatnya ceria dan manja pada Mamanya, kini seketika hilang. Rin jarang keluar kamarnya, dia lebih tertutup. Bahkan, Rin juga tidak merespon grup Orkestra dan beberapa panggilan untuk manggung selama seminggu ini.Di ruang makan....Ryuen dan Miyuki sedang makan malam bersama. Namun kali ini tanpa kehadiran putra semata wayangnya. Bukan hari ini, dalam seminggu ini, Rin hampir tidak pernah keluar kamar dan memilih makan di kamarnya."Huh....anak itu masih belum mau keluar dari kamarnya?" ucap Ryuen yang tampak kesal dengan sifat kekanak kanakan putranya.Miyuki hanya diam dan memperhatikan Ryuen."Ayano!" Ayano yang ada di dekat sana langsung menghampiri Ryuen yang memanggilnya."Iya, tuan." "Berapa jadwal manggung yang sudah ditolak anak itu?" tanya Ryuen."Dalam satu minggu ini ada lima jadwal yang telah ditolak oleh, Rin. Ada dua jadwal manggung dengan grup Orkestra juga yang
Di Indonesia....Zeyna dan keluarganya melakukan aktivitas seperti biasanya.Dimana, Azzam biasanya pagi pagi sekali sudah pergi ke pesantren untuk mengajar biasanya Azizah ikut membantu, tapi karena putrinya baru kembali, dirinya memilih di rumah menghabiskan waktu bersama putrinya. Sedangkan Reyhan memiliki kesibukan di rumah sakit.Azizah dan Zeyna duduk di ruang tamu untuk menghabiskan waktu bersama.Saat masih asyik berbicara, tiba tiba Zeyna teringat dengan ucapan Kyoyo tentang kisah cinta kedua orang tuanya.Zeyna mendekati Azizah dan bergelayut manja di lengannya."Bunda~, Zey, 'kan sudah dewasa. Zey ingin tau bagaimana, kisah Ayah dan Bunda saat pertama kali bertemu." ucap Zeyna.Azizah tersenyum mendengar permintaan putrinya."Kenapa, emm? Sepertinya kamu sangat penasaran." Zeyna tersenyum dan menganggukkan kepala, "Zey, memang sangat penasaran, Bun." ucap Zeyna.Jujur saja, Zeyna penasaran bukan karena ingin tahu tentang romansa kedua orang tuanya. Tapi dirinya ingin tau,
Malam harinya....Rin duduk di jendela menatap langit malam. Rin tidak jadi mengisi acara di hotel. Dirinya lebih memilih pulang ke rumah dan istirahat. Hal itu juga mengundang amarah Ryuen. Brak....Pintu utama dibuka dengan keras, Ryuen dengan penuh emosi pulang ke rumah mencari putranya."RIN! DIMANA KAU?" teriak Ryuen.Ayano yang mendengar teriakan Ryuen langsung menghampirinya."Ayano, di mana anak itu?" ucap Ryuen dengan nada dingin plus tatapan tajamnya."Rin ada di kamarnya, tuan." ucap Ayano.Ryuen dengan segera naik ke lantai dua menuju kamar putranya.Akan tetapi, Ayano menghalangi Ryuen agar tidak kesana."Apa maksudnya ini, Ayano?" tanya Ryuen."Maaf, tuan. Jika anda ingin marah dengan Rin, saya sarankan jangan. Karena kondisinya saat ini sedang tidak baik baik saja. Untuk masalah yang terjadi hari ini, saya sudah memberi pengertian pada mereka. Dan mereka memakluminya." ucap Ayano."Mereka memang memakluminya, tapi saya sudah merasa malu. Gara gara ulah anak itu, saya d
Di bandara....Zeyna duduk bersama dengan Kyoyo dan Ayumi.Kyoyo sejak tadi menggenggam tangan Zeyna dan mengusap usap dengan lembut."Sampai di Indonesia, jangan lupa kabari Bibi, ya sayang." ucap Kyoyo.Zeyna menggenggam tangan Kyoyo yang ada di tangannya."Pasti, Zey kabari, Bibi. Maaf ya, selama di sini, Zey selalu buat Bibi repot. Bahkan beberapa hari lalu, Zey buat Bibi malu." ucap Zeyna dengan penuh rasa bersalah."Apa yang kamu bicarakan, nak? Jangan berkata begitu. Bibi sama sekali tidak merasa direpotkan dengan hadirnya kamu di kehidupan, Bibi. Bibi sangat senang dengan adanya kamu di sini." ucap Kyoyo.Zeyna tertunduk sedih, "Bibi, Zey juga mau minta maaf, karena Zey, hubungan Bibi dengan Bibi Miyuki menjadi renggang. Padahal kalian adalah sahabat." ucap Zeyna.Kyoyo mengusap kepala Zeyna dengan lembut."Jika itu menyangkut putriku, Bibi tidak peduli. Mau sahabat atau bahkan saudara sekalipun. Jika dia berani membuat putriku menangis, maka Bibi akan sangat marah dengannya."
Di taman....Zeyna dan Ayumi menikmati malam ini dengan kulineran.Hobi keduanya jika di satukan di malam Festival.Di perjalanan Rin...."Rin, ini penawaran terbaik dari Mama. Atau tidak bertemu sama sekali." ucap Miyuki.Rin terdiam, jujur saja dia tidak bisa melawan Mamanya. Jika Mamanya sudah bicara serius seperti ini, tidak ada kesempatan untuk melawan."Apa jawabanmu, Rin. 'Iya' atau 'tidak'?" tanya Miyuki.Rin memikirkan semuanya dengan sangat matang."Em." Rin berdehem disertai anggukan kepala."Baiklah, kita ketaman sekarang. Ingat, 'hanya bertemu'." ucap Miyuki yang menekankan suaranya.Rin hanya menatap sendu dan menggenggam kedua tangannya dengan erat. Dirinya yang ingin berjuang untuk Zeyna, tapi dirinya sendiri merasa tidak mampu memperjuangkan kebebasannya sendiri.["Zey, apa yang harus ku lakukan?"] ucap Rin dalam hati.Di teman....Zeyna duduk di kursi taman sambil menikmati makanan yang dibelinya bersama Ayumi.Sedangkan Akio ke luar taman untuk menjemput Kyoyo yang