Malam Festival....Zeyna pergi bersama Kyoyo, karna Festival kali ini akan sangat ramai.Kyoyi khawatir jika membiarkan Zeyna pergi sendiri."Hay, Zey." sapa Ayumi.Zey tersenyum tipis dan melambaikan tangannya ke arah Ayumi.Ayumi bersama dengan Akio menghampiri Zeyna dan Kyoyo.Ayumi langsung merangkul lengan Zeyna dan tersenyum manis."Apa kamu baru sampai juga, Zey?" tanya Ayumi.Ayumi menatap Zeyna penuh arti, sedangkan Zeyna tidak mengerti kenapa Ayumi menatapnya seperti itu."Kak, kenapa kamu menatapku begitu?" tanya Zeyna yang merasa canggung saat di tatap demikian dengan Ayumi.Ayumi sedikit berjinjit dan membisikkan sesuatu pada Zeyna."Apa Rin sudah menemuimu?" bisik Ayumi."Ak....Hah? Maksudnya?"Ayumi tersenyum menusuk nusuk lengan Zeyna."Bukankah kau dan Rin sangat dekat? Dia bahkan memberitahu dirimu lebih dulu soal Festival kembang api ini. Ayolah Zey, jangan di rahasiakan dari kakakmu ini." ucap Ayumi yang masih menggoda Zeyna."Tidak. Kakak salah paham, saat itu Rin
Di rumah Rin....Hari ini Rin benar benar merasa sangat senang. Setelah Festival kembang api selesai, sepanjang jalan dia mendengar bisikan, bahwa putra tunggal dari seorang pianis hebat dan mantan model terkenal telah menyukai seseorang."Ini hanya awal kejutan dariku, setelah aku memantapkan hatiku, aku akan membuat kejutan yang lebih besar lagi." guman Rin disertai senyuman tipis di wajahnya.Rin berjalan ke arah kamarnya, akan tetapi dia dihentikan oleh suara seseorang."Rin!" Rin menatap sumber suara dan tersenyum."Mama? Kenapa?" tanya Rin yang menghampiri Mamanya."Mama mau ngomong sesuatu yang penting sama kamu." ucap Miyuki tegas.Rin kembali tersenyum, "Mama, ingin mempertanyakan masalah kembang api tadi?" tebak Rin yang tepat sasaran.Miyuki mengaggukkan kepala sebagai jawaban."Hem....memangnya, Papa tidak mengatakan apapun?" tanya Rin yang tersenyum ke arah mamanya.Miyuki kembali menggelengkan kepala sebagai jawaban."Mamaku tersayang, kejutan itu disiapkan Papa untuk o
Beberapa bulan kemudian.....Hari terakhir musim gugur....Cuaca hari ini menjadi lebih dingin dari biasanya. Karena beberapa hari lagi akan memasuki musim dingin.Hari ini Zeyna pergi ke supermarket untuk belanja kebutuhan bulanannya.Setelah selesai, Zey langsung menuju kasir dan membayar belanjaannya.Di kasir sebelah, Zeyna mendengar perdebatan seorang pria dengan wanita penjaga kasir."Maaf tuan, untuk saat ini kami belum melayani kartu debit. Anda bisa menggunakan uang cash." ucap sang kasir."Sudah ku bilang bukan, aku sedang tidak membawa uang cash, aku hanya membawa ini." ucap pria itu.Zeyna menatap ke samping dan melihat pria yang di kenalinya."Akio-kun?""Zeyna-san." Zeyna tersenyum, "hitung sekalian dengan milik saya." ucap Zeyna."Tidak perlu, Zey. Ini sangat merepotkanmu." ucap Akio."Tidak merepotkan, kok." ucap Zeyna disertai senyumannya.Akio hanya pasrah dengan keputusan Zeyna."Terima kasih, Zeyna-san." ucap Akio.Setelah di jumlahkan semua, Zeyna dan Akio keluar
Setelah dari toko bunga, Rin langsung pulang. "Aku pulang...." ucap Rin. Akan tetapi tampak sunyi, tidak ada tanda tanda kalau kedua orang tuanya ada di rumah."Em?....dimana Mama dan Papa?" tanya Rin pada Ayano."Ou...tuan dan Nyonya hari ini menghadiri acara. Mungkin akan pulang sedikit malam." jelas Ayano.Rin tampak berpikir, dan beberapa saat kemudian dia tersenyum.Hal itu membuat Ayano terheran dengan sikapnya."Kau kenapa?" Rin tidak menjawab pertanyaan Ayano. Dia hanya tersenyum dan menepuk pundak Ayano dengan lembut, lalu pergi meninggalkan Ayano.Ayano menatap heran ke arah Rin, "sepertinya dia kerasukan roh rindu." Ayano menatap Rin yang perlahan hilang dari pandangannya.Sedangkan di kamar Rin.....Rin membuka kopernya dan mengambil sebuah paper bag yang sudah disiapkan sejak awal.Dia tersenyum menatap paper bag itu. Rin pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.Beberapa saat kemudian.....Rin sudah rapi dengan penampilannya. Hal itu mengundang tanda tanya saat
Rin dengan sigap menghentikan Zeyna dengan menarik lengan baju Zeyna.Zeyna terkejut dengan Rin yang menghentikannya tanpa menyentuh tangan Zeyna, hanya lengan bajunya saja."Maaf, Zey. Aku tidak bermaksud membahas itu. Aku hanya ingin memastikan perasaanku padamu. Aku takut terjatuh lebih dalam lagi. Aku takut tidak bisa melepasmu suatu saat nanti." ucap Rin yang masih menahan Zeyna agar tidak pergi.Zeyna paham maksud dari ucapan Rin, karena dia juga mengalami hal yang sama.Zeyna berbalik dan menatap Rin dengan tatapan yang sangat dalam.Ini pertama kalinya Rin menatap Zeyna yang menatapnya seperti ini."Jika kamu bertanya pada padaku, apakah aku pernah melanggar sebuah aturan dalam agamaku? Jawabannya pernah, Rin. Dan kamu tahu, aku sedang melanggarnya saat ini." Rin terkejut dengan ucapan Zeyna. Dia juga belum bisa mencerna ucapan Zeyna. Kenapa Zeyna mengatakan hal demikian? Itulah yang ada di benak Rin saat ini."Apa maksudnya, Zey. Aku tidak paham apa maksud ucapanmu." ucap Rin
Saat musim dingin, Rin, Zeyna, Akio dan Ayumi, membuat rencana akan pergi ke Hokkaido. Tempat liburan musim dingin yang paling populer, juga tempat yang paling bagus untuk berselancar. Mereka sudah berada di tempat perjanjian, hanya tinggal satu orang yang belum terlihat."Maaf membuat kalian menunggu. Cukup merepotkan untukku meminta izin dengan jadwal ku yang sudah disusun rapi oleh Ayano." jelas Rin yang mengatakan kesibukannya selama ini.Rin dengan penampilan santai, menggunakan jaket tebal, dan sarung tangan di tangan topi menutup kepalanya. Sehingga membuat penampilan Rin terlihat tidak kalah keren dari hari biasanya.Rin menatap ke arah Zeyna, dan dia melihat Zeyna yang mengenakan Syal yang diberikan oleh Rin.Rin tersenyum dan menghampiri Zeyna. Rin melepas penutup telinganya dan memberikannya pada Zeyna."Pakai, Zey. Hokkaido sangat dingin, untuk melindungi telinga kamu, agar tidak terkena angin dingin." ucap Rin disertai senyuman manisnya.Zeyna cukup terkejut dengan sika
"Ou...yang tadi itu adzan, ya. Aku tidak menyangka sangat menenangkan hati dan pikiran." ucap Rin.Zeyna hanya tersenyum mendengar ucapan Rin."Maaf, kalian berdua?..." suara seorang pria paruh baya mengalihkan perhatian Rin dan Zeyna.Keduanya sontak melihat ke sumber suara, dan terlihat seorang pria yang mengenakan pakaian juba dan sorban yang bertengger di lehernya menegur Zeyna dan Rin."Sudah mau masuk waktu shalat, kenapa masih di luar?" ucap Pria itu."Kalau begitu saya permisi. Assalamualaikum." ucap Zeyna yang pamit lebih dulu.Tinggal lah Rin dan pria itu. Rin tampak canggung saat ditinggal berdua."Kamu? Kenapa tidak segera masuk?" tanya pria itu."Maaf, pak. Saya Non Muslim. Saya hanya penasaran dengan suara yang begitu merdu tadi. Dan kebetulan saya bertemu teman saya." jelas Rin.Pria itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Baiklah, kalau begitu saya permisi." ucap pria itu.Rin tidak langsung kembali ke penginapan. Dia duduk di luar dan menunggu Zeyna selesai. Sete
Rin bangun dengan ditolong oleh Zeyna. Di saat itu, Akio baru sampai garis Finish, dan Akio melihat Zeyna yang baru saja membantu Rin melalui sarung tangannya."Kalian berdua benar benar gila. Aku sangat kewalahan mengejar kalian." ucap Akio yang baru saja sampai."Kau saja yang lambat. Namanya juga balapan, mana ada balapan kalau pelan pelan." ucap Rin.Zeyna hanya tersenyum melihat perdebatan mereka."Rin, Akio-kun, kalian berdua sudah kalah. Makan siang hari ini kalian traktir." ucap Zeyna."SETUJU....." teriak Ayumi dari atas kereta gantung."Baiklah, makan siang hari ini Akio yang traktir." ucap Rin dengan santainya.Akio menganggukkan kepala sebagai jawaban, namun sedetik kemudian dia baru sadar dengan ucapan Rin."Hah....kok Aku?" ucap Akio yang baru menyadari ucapan Rin."Karena kau....Kalah." ucap Rin yang menekan kata kata 'kalah' pada Akio."Bukan, 'kah itu curang, perjanjian awal, 'kan kalau kita berdua kalah, kita yang traktir." ucap Akio yang masih tidak terima dengan uc
"Kau yakin dengan jawabanmu?" tanya Ayano."Em, kau kembalilah. Tolong bereskan barang barangku." ucap Rin tanpa menatap Ayano.Ayano terdiam sesaat, dia menatap Rin dengan tatapan serius."Rin, aku akan ikut denganmu." ucap Ayano.Rin yang tadinya memalingkan wajahnya kini menatap Ayano dengan tatapan tidak percaya."Apa maksudmu ikut dengan ku? Kau ingin jatuh miskin denganku?" ucap Rin tak percaya."Hahaha.....jatuh miskin? Harta ku sudah cukup untuk memenuhi hidupku sampai tua. Jika kau menumpang di kehidupanku juga masih cukup." ucap Ayano yang terkesan meledek Rin."Kau mengejekku, ya? Kau pikir aku tidak memiliki uang ku sendiri?" ucap Rin yang tidak mau kalah."Haha....sudahlah. Aku akan kembali ke rumah untuk mengambil semua barang barangmu, dan juga aku akan mengundurkan diri dan ikut denganmu." ucap Ayano.Ayano langsung pergi tanpa menatap reaksi Rin terlebih dahulu."Sepertinya aku cukup beruntung memilikimu, Ayano." ucap Rin yang menatap kepergian Ayano.Rin merebahkan t
Di rumah sakit....Rin masih belum ada perkembangan. Bahkan sudah dua hari ini Rin belum mau membuka matanya.Padahal sudah ada pergerakan dari tubuhnya.Ayano masih duduk di luar kamar rawat Rin, menatap kontak Zeyna yang didapatkannya dari Akio.Dua hari lalu...."Maaf, Ayano. Bukan aku tidak ingin membantumu. Hanya saja, Zeyna sudah kembali ke Indonesia. Dan untuk dia kembali kesini hanya untuk, Rin.....rasanya itu berat." jelas Kyoyo.Ayano tampak kecewa dengan jawaban dari Kyoyo."Setidaknya, bisakah aku meminta kontak Zeyna?" tanya Ayano."Maaf untuk itu. Aku tidak bisa sembarangan memberikan kontaknya pada orang lain." ucap Kyoyo.Ayano pergi dengan rasa kecewa, dirinya tidak bisa berbuat apapun."Kau ingin menghubungi, Zeyna?" ucap seorang pria.Ayano melihat ke sumber suara dan melihat Akio dan Ayumi yang sepertinya menunggu Ayano di luar."Kalian?""Jangan salah paham, kami menemuimu karena kami masih memiliki rasa kemanusiaan." ucap Ayumi sinis tanpa menatap Ayano."Ayumi."
"NGGAK....HIKS....RIIINNN....HIKS...." Mendengar tangisan Miyuki, Ryuen langsung turun dan melihat istrinya yang kini terduduk di lantai dan menangis histeris."Apa yang terjadi?" tanya Ryuen sedikit panik melihat istrinya.Miyuki masih tidak mau bicara, dia menatap Ryuen yang di sampingnya dengan tatapan amarah."INI SEMUA GARA GARA KAMU, RYUEN...HIKS...., SEANDAINYA KAMU TIDAK MENCARI MASALAH DAN MERUNDUNG PUTRAMU, DIA PASTI MASIH BAIK BAIK SAJA....HIKS..." ucap Miyuki yang benar benar emosi saat iniRyuen tampak bingung dengan ucapan istrinya. "Rin? Dia kenapa?" Miyuki, dengan air mata yang terus berlinang kembali menatap Ryuen dengan tajam."Kamu bertanya dia kenapa?" Miyuki menjeda ucapannya, "Dia mengalami kecelakaan, Ryuen. Saat ini kondisinya tidak akan yang tau....hiks....."Ryuen membawa tubuh istrinya ke dalam pelukannya."Maaf, sayang. Aku salah. Aku yakin putra kita akan baik baik saja." "Tapi bagaimana jika Rin kenapa napa...hiks...aku tidak sanggup menerimanya...."
Rin berhenti di sebuah club malam. Kedatangannya langsung menjadi perhatian banyaknya wanita yang ada di sana.Rin memesan dua botol Alkohol. Padahal selama ini dia tidak pernah menyentuh yang namanya Alkohol, bukan karena hal apapun. Karena tubuhnya tidak kuat jika harus mengkonsumsi Alkohol.Di tempat Ayano....Beberapa saat setelah ketinggalan jauh dari Rin, akhirnya Ayano menemukannya.Ayano berhenti di depan club. Dia melihat mobil Rin yang terparkir."Ck...apa yang akan dilakukannya lagi. Jangan bilang dia sedang minum minum untuk melampiaskan rasa kesalnya." Dengan rasa penuh kesal, Ayano masuk untuk memastikan.Benar saja, ternyata Rin minum minum, bahkan Rin juga sudah menghabiskan beberapa batang rokok."Dasar bodoh...." Ayano melangkah dengan langkah cepat menghampiri Rin.Menarik botol yang ada di tangannya dan melemparnya ke sembarang arah.PRANG....Seketika semua pandangan mengarah pada mereka. Musik yang tadinya menyala mengiringi goyangan mereka, kini terhenti dan m
Seminggu kemudian.....Di kediaman Kiyotaka....Setelah kepergian Zeyna, Rin menjadi frustasi. Yang biasa sifatnya ceria dan manja pada Mamanya, kini seketika hilang. Rin jarang keluar kamarnya, dia lebih tertutup. Bahkan, Rin juga tidak merespon grup Orkestra dan beberapa panggilan untuk manggung selama seminggu ini.Di ruang makan....Ryuen dan Miyuki sedang makan malam bersama. Namun kali ini tanpa kehadiran putra semata wayangnya. Bukan hari ini, dalam seminggu ini, Rin hampir tidak pernah keluar kamar dan memilih makan di kamarnya."Huh....anak itu masih belum mau keluar dari kamarnya?" ucap Ryuen yang tampak kesal dengan sifat kekanak kanakan putranya.Miyuki hanya diam dan memperhatikan Ryuen."Ayano!" Ayano yang ada di dekat sana langsung menghampiri Ryuen yang memanggilnya."Iya, tuan." "Berapa jadwal manggung yang sudah ditolak anak itu?" tanya Ryuen."Dalam satu minggu ini ada lima jadwal yang telah ditolak oleh, Rin. Ada dua jadwal manggung dengan grup Orkestra juga yang
Di Indonesia....Zeyna dan keluarganya melakukan aktivitas seperti biasanya.Dimana, Azzam biasanya pagi pagi sekali sudah pergi ke pesantren untuk mengajar biasanya Azizah ikut membantu, tapi karena putrinya baru kembali, dirinya memilih di rumah menghabiskan waktu bersama putrinya. Sedangkan Reyhan memiliki kesibukan di rumah sakit.Azizah dan Zeyna duduk di ruang tamu untuk menghabiskan waktu bersama.Saat masih asyik berbicara, tiba tiba Zeyna teringat dengan ucapan Kyoyo tentang kisah cinta kedua orang tuanya.Zeyna mendekati Azizah dan bergelayut manja di lengannya."Bunda~, Zey, 'kan sudah dewasa. Zey ingin tau bagaimana, kisah Ayah dan Bunda saat pertama kali bertemu." ucap Zeyna.Azizah tersenyum mendengar permintaan putrinya."Kenapa, emm? Sepertinya kamu sangat penasaran." Zeyna tersenyum dan menganggukkan kepala, "Zey, memang sangat penasaran, Bun." ucap Zeyna.Jujur saja, Zeyna penasaran bukan karena ingin tahu tentang romansa kedua orang tuanya. Tapi dirinya ingin tau,
Malam harinya....Rin duduk di jendela menatap langit malam. Rin tidak jadi mengisi acara di hotel. Dirinya lebih memilih pulang ke rumah dan istirahat. Hal itu juga mengundang amarah Ryuen. Brak....Pintu utama dibuka dengan keras, Ryuen dengan penuh emosi pulang ke rumah mencari putranya."RIN! DIMANA KAU?" teriak Ryuen.Ayano yang mendengar teriakan Ryuen langsung menghampirinya."Ayano, di mana anak itu?" ucap Ryuen dengan nada dingin plus tatapan tajamnya."Rin ada di kamarnya, tuan." ucap Ayano.Ryuen dengan segera naik ke lantai dua menuju kamar putranya.Akan tetapi, Ayano menghalangi Ryuen agar tidak kesana."Apa maksudnya ini, Ayano?" tanya Ryuen."Maaf, tuan. Jika anda ingin marah dengan Rin, saya sarankan jangan. Karena kondisinya saat ini sedang tidak baik baik saja. Untuk masalah yang terjadi hari ini, saya sudah memberi pengertian pada mereka. Dan mereka memakluminya." ucap Ayano."Mereka memang memakluminya, tapi saya sudah merasa malu. Gara gara ulah anak itu, saya d
Di bandara....Zeyna duduk bersama dengan Kyoyo dan Ayumi.Kyoyo sejak tadi menggenggam tangan Zeyna dan mengusap usap dengan lembut."Sampai di Indonesia, jangan lupa kabari Bibi, ya sayang." ucap Kyoyo.Zeyna menggenggam tangan Kyoyo yang ada di tangannya."Pasti, Zey kabari, Bibi. Maaf ya, selama di sini, Zey selalu buat Bibi repot. Bahkan beberapa hari lalu, Zey buat Bibi malu." ucap Zeyna dengan penuh rasa bersalah."Apa yang kamu bicarakan, nak? Jangan berkata begitu. Bibi sama sekali tidak merasa direpotkan dengan hadirnya kamu di kehidupan, Bibi. Bibi sangat senang dengan adanya kamu di sini." ucap Kyoyo.Zeyna tertunduk sedih, "Bibi, Zey juga mau minta maaf, karena Zey, hubungan Bibi dengan Bibi Miyuki menjadi renggang. Padahal kalian adalah sahabat." ucap Zeyna.Kyoyo mengusap kepala Zeyna dengan lembut."Jika itu menyangkut putriku, Bibi tidak peduli. Mau sahabat atau bahkan saudara sekalipun. Jika dia berani membuat putriku menangis, maka Bibi akan sangat marah dengannya."
Di taman....Zeyna dan Ayumi menikmati malam ini dengan kulineran.Hobi keduanya jika di satukan di malam Festival.Di perjalanan Rin...."Rin, ini penawaran terbaik dari Mama. Atau tidak bertemu sama sekali." ucap Miyuki.Rin terdiam, jujur saja dia tidak bisa melawan Mamanya. Jika Mamanya sudah bicara serius seperti ini, tidak ada kesempatan untuk melawan."Apa jawabanmu, Rin. 'Iya' atau 'tidak'?" tanya Miyuki.Rin memikirkan semuanya dengan sangat matang."Em." Rin berdehem disertai anggukan kepala."Baiklah, kita ketaman sekarang. Ingat, 'hanya bertemu'." ucap Miyuki yang menekankan suaranya.Rin hanya menatap sendu dan menggenggam kedua tangannya dengan erat. Dirinya yang ingin berjuang untuk Zeyna, tapi dirinya sendiri merasa tidak mampu memperjuangkan kebebasannya sendiri.["Zey, apa yang harus ku lakukan?"] ucap Rin dalam hati.Di teman....Zeyna duduk di kursi taman sambil menikmati makanan yang dibelinya bersama Ayumi.Sedangkan Akio ke luar taman untuk menjemput Kyoyo yang