"Kita bertemu lagi, Nona cantik..."
Suara yang menurut Zeyna tidak asing, dia melihat ke arah sumber suara dan melihat orang yang tadi pagi bertemu dengannya.Zeyna hanya menanggapinya dengan senyuman."Ada apa Zey?" Tanya Kyoyo yang sudah ada di belakang Zeyna."Bibi? Tidak ada bi, hanya bertemu dengan orang yang sama dalam waktu yang singkat." ucap Zeyna menatap ke arah pemuda itu."Rin?..." ucap Kyoyo.Pemuda itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya pada Kyoyo."Iya bibi, aku ke sini mau mengambil pesanan mama." ucapnya."Sebentar ya, bibi ambilkan dulu." ucap Kyoyo.Rin membalasnya dengan senyuman, sedangkan Zeyna seperti tidak ambil pusing, dia lebih memilih melakukan tugasnya agar cepat selesai.Rin Kiyotaka, seorang pemuda tampan, memiliki hobi sebagai fotografer, Rin memiliki profesi yang cukup mapan, yaitu sebagai seorang pianis yang cukup hebat, seperti papanya. memiliki sifat yang ceria dan mudah tersenyum.Rin terus menatap Zeyna yang sedari tadi sibuk dengan aktivitasnya."Em...Zeyna?...." Rin sedikit malu untuk bicara dengan Zeyna.Zeyna menatap ke arah Rin, "kenapa? Ada yang bisaku bantu?" Tanya Zeyna.Tatapan di mata Zeyna begitu membuat Rin kagum, tatapan itu tidak terlihat lembut tapi juga tidak dingin.Tatapan biasa yang membuat hati Rin bergejolak."Em....ehem....boleh kita saling mengenal?" Tanya Rin sedikit gugup."Silahkan." ucap Zeyna.Rin mengulurkan tangannya agar berjabat tangan dengan Zeyna."Rin Kiyotaka." ucapnya.Senyuman tipis terukir di wajah Zeyna, "Zeyna." Zeyna menakupkan tangannya, menolak lembut jabatan tangan Rin.Rin sedikit bingung, kenapa uluran tangannya tidak di sambut dengan Zeyna."Maaf, tapi kenapa kau tidak menyambut tangan ku?" Tanya Rin.Kembali dengan senyumannya, Zeyna berkata, "ini pertemuan pertama di antara kita, sangat panjang jika harus menjelaskan, lagi pula aku sedang tidak senggang, Permisi." ucap Zeyna, lalu pergi masuk ke dalam toko, karna dia telah selesai menata bunga dengan rapi.Rin masih bingung dengan ucapan Zeyna, tapi dia tidak memperdulikan hal itu.Di dalam pikirannya saat ini, dia tertarik dengan Zeyna.Dan ini adalah pertama kalinya dia tertarik dengan seorang wanita, biasanya semua wanita yang di pandangan teman temannya cantik, entah kenapa dia sangat tidak suka dengan wanita itu.Tapi saat ini, dia menemukan wanita yang sangat berbeda dari wanita lain yang pernah dia temui.Dan itu membuatnya tertarik dan ingin mengenal lebih jauh.Kyoyo keluar dan membawa pesanan mama Rin.Rin tersenyum dan menerima seikat bunga yang di pesan oleh mamanya."Terima kasih bibi." ucap Rin.Saat dia ingin pergi, dia teringat dengan Zeyna."Oh ya bibi, apa wanita tadi pekerja baru mu?" Tanya Rin."Em?? Maksud kamu Zeyna?"Rin menganggukkan kepala sebagai jawaban."Ou...Zeyna bukan pekerja baru, dia keponakan bibi, dan dia di sini hanya bantu bantu bibi saja." ucap Kyoyo."Em...begitu, kalau begitu, aku pamit pulang, terima kasih bibi." Rin pamit undur diri dan pergi dari sanaSepanjang perjalanan nya menuju rumah, selalu kepikiran dengan Zeyna.Mulai dari senyumannya, tatapan matanya, bahkan suara Zeyna yang memperingati nya tadi terus terbayang di kepala nya."Ini adalah pertemuan pertama di antara kita, sangat panjang jika harus menjelaskan, lagi pula aku sedang tidak senggang."Kata kata Zeyna terngiang ngiang di kepala Rin."Kalau begitu, aku akan terus mendekati mu, sampai aku mengetahui segalanya tentang mu." ucap Rin dengan senyuman terukir di wajah tampannya.*****Hari ini berjalan dengan sangat baik, Zeyna pun di hari pertamanya di negara asing, merasa sangat senang.Dia mendapat teman baru yaitu Ayumi, usianya dua tahun di atas Zeyna.Hari semakin sore, Ayumi dan Akio juga sudah pulang lebih dulu.Tinggallah Zeyna dan Kyoyo di sana, Kyoyo tampak sedang mengerjakan pembukuan usahanya.Melihat Kyoyo yang tampak kesulitan, itu menarik perhatian Zeyna."Bibi, ada yang bisa Zey bantu?" Zeyna duduk di hadapan Kyoyo."Zeyna, bibi sedikit pusing dengan pembukuan bulan ini." ucap Kyoyo."Boleh Zey lihat?"Kyoyo memperlihatkan buku nya pada ZeynaZeyna bisa melihat kalau susunan pembukuan yang di buat oleh Kyoyo berantakan.Zey tersenyum dan menggelengkan kepalanya lembut."Zey bisa bantu bi, Zey akan menyusun ini, agar bibi tidak pusing lagi." ucap Zeyna di sertai senyuman manisnya."Tidak masalah? Nanti kamu pusing juga seperti bibi."Zey terkekeh lembut mendengar ucapan bibinya."Bibi jangan khawatir, insyaallah Zey bisa kok."Kyoyo tersenyum dan mengusap pundak Zeyna dengan lembut pula."Kalau begitu, bibi serahkan padamu ya."Zey menganggukkan kepala sebagai jawaban.Zeyna dan Kyoyo bersiap akan pulang ke rumah.Zey membantu Kyoyo menutup toko bunganya"Zey, kamu ingin makan sesuatu?" Tanya Kyoyo.Zeyna tampak berpikir, "Zey bingung bibi, karna Zey baru, jadi tidak tau." ucap Zeyna.Kyoyo terkekeh mendengar ucapan ZeynaMereka berdua berjalan di penuhi canda dan tawa.Tin....Sebuah klakson mobil menyadarkan Zeyna dan Kyoyo.Mereka berdua menatap ke sumber suara dan melihat sebuah mobil yang berhenti di samping mereka.Kaca mobil terbuka dan memperlihatkan seorang wanita cantik menyapa."Kyoyo, kalian baru pulang dari toko?" Ucap wanita itu."Ou...Miyuki ya...iya kami baru saja ingin kembali ke rumah." ucap Kyoyo."Kalau begitu, bareng aja sama kami." ucap wanita bernama Miyuki.Zeyna hanya diam melihat interaksi bibinya dengan wanita yang bernama Miyuki ini.Mendengar ucapan Miyuki, seorang pria dari kursi kemudi turun dan itu membuat Zeyna terheran."Kamu....""Sepertinya kita berjodoh Zeyna, dalam satu hari, aku dan kamu sudah bertemu tiga kali berturut turut, bagaimana menurutmu?" Ucap Rin yang berjalan ke arah Kyoyo dan Zeyna.Zeyna mundur satu langkah kebelakang saat Rin sudah hampir sampai di hadapan mereka.Rin kembali bingung dengan Zeyna, tapi dia tidak ambil peduli."Menurutku, itu murni kebetulan, belum ada sejarahnya jika bertemu dalam 3 kali sehari adalah jodoh, jadi, kamu jangan langsung menyimpulkan." ucap Zeyna membalas ucapan Rin.Rin terkekeh dengan ucapan Zeyna, begitupun dengan Miyuki dan Kyoyo.Miyuki turun dari mobil, menggandeng lengan Kyoyo dan pindah ke kursi belakang."Gadis manis, kamu temani Rin duduk di depan ya, bibi mau bicara dengannya." ucap Miyuki pada Zeyna sambil menoel dagu Zeyna.Kyoyo belum mengatakan apapun, dia langsung di tarik dan masuk ke dalam mobil.Tinggallah Rin dan Zeyna yang masih di luar mobil.Rin membukakan pintu mobil untuk Zeyna dan tersenyum."Silahkan." ucap nya.Dengan rasa canggung, Zeyna terpaksa masuk dan duduk di samping Rin."Terima kasih." ucapnya sebelum masuk ke mobilRin tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban.Mobil berjalan menuju rumah Kyoyo, di kursi depan hanya ada kesenyapan antara Rin dan ZeynaSedangkan di kursi belakang, tampak Kyoyo dan Miyuki yang saling bercengkrama."Kyoyo, apa gadis manis ini putri angkat mu?" Tanya Miyuki yang mengarah pada Zeyna."Bukan, dia keponakanku, dia dari Indonesia ingin bermain main di sini, maka dari itu dia tinggal bersama ku." jelas Kyoyo."Begitu ya. Halo sayang, aku Miyuki Kiyotaka, mama Rin." ucap Miyuki sambil mengulurkan tangannya.Rin melihat mama nya yang mengulurkan tangan pada Zeyna, dan dia kembali teringat saat dia mengulurkan tangan pada Zeyna tadi siang.Rin ingin tau, apa Zeyna melakukan hal yang sama seperti pada dirinya? Tapi apa yang dipikirkan Rin salah besar.Zeyna menerima uluran tangan Miyuki, "Zeyna." ucap Zey.Rin kembali di buat bingung, ingin sekali dia menanyakan hal itu, tapi menurutnya sangat tidak sopan jika bertanya lebih jauh sekarang, apalagi mereka baru bertemu beberapa kali."Nama panjang kamu?" Tanya Miyuki."Zeyna Arsyilla Savina." ucap Zeyna."Zeyna Arsyilla Savina." ucap Zeyna.Miyuki tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban."Nama yang indah, pasti ayah kamu yang memberimu nama itu." ucap Miyuki.Zeyna menatap Miyuki, "bibi kenal dengan ayah ku?" Tanya Zey penasaran."Tentu saja, aku sangat mengenal ayahmu, dia sangat ceroboh dan juga suka lupa dengan barang barang miliknya." ucap Miyuki.Zeyna tersenyum, "bibi benar, Ayahku memang sedikit ceroboh dan suka pelupa." Zeyna mulai tertarik bicara dengan Miyuki."Zey, Miyuki adalah teman masa kecil bibi, sudah pasti sangat mengenal ayahmu, bahkan Miyuki suka jahil dengan ayahmu dulu." ucap Kyoyo."Benarkah? Zey jadi tertarik ingin tau." ucap Zeyna."Lain kali kamu main ke rumah bibi ya, bibi akan banyak cerita tentang ayahmu, dan pertemuan ayahmu dengan ibumu." ucap Miyuki sambil menyerahkan alamat rumahnya pada Zeyna.Tanpa Zey sadari, sedari tadi dia berbicara dengan Miyuki, Rin terus memperharikannya, dan terukir senyuman tipis di wajah tampannya.****Kini merek
"ide bagus Zeyna-san, tempat itu memang sangat bagus. Mari kita ke sana." ucap Akio yang langsung menjalankan mobilnya ke tempat tujuan.Kini mereka pergi ke taman laut Hitachi, tempatnya lumayan jauh dari tempat tinggal Zeyna.Membutuhkan kurang lebih satu jam setengah untuk sampai di lokasi.****Kediaman Kiyotaka.....Begitulah yang tertulis di depan pagar rumah kediaman Rin.Rin dan keluarganya baru saja selesai sarapan."Rin, hari ini kamu ada aktivitas?" Tanya Miyuki."Em..."Rin tampak memikirkan aktivitas yang akan di jalaninya hari ini."Pagi sampai siang ini tidak ada, hanya saja hari ini aku mau ke taman bunga, untuk mengambil beberapa foto, kalau untuk malam ini aku ada pentas musik." jelas Rin."Kau masih melakukan kegiatan mu yang lain?" Tanya seorang pria yang merupakan papa dari Rin."Em...aku hanya menyukainya, lagi pula tidak mengganggu pekerjaanku kan." ucap Rin dengan santainya."Huh....""Tidak masalah Ryu-san, selama Rin bisa mengatur jabwalnya, jadi tidak masala
"Em, senang bisa bertemu denganmu" ucap ZeynaAngin pantai menghembus begitu menyejukkanKelopak kelopak bunga beterbangan ke arah mereka berduaRin benar benar terpikat dengan kecantikan Zeyna, jantungnya berdebar saat melihat senyumannya"Benar benar cantik...." gumam Rin****Kini mereka duduk di dataran yang sedikit tinggi untuk menikmati hamparan lautan bunga yang sangat indahRin sibuk mengambil banyak gambar, bahkan dia memotret Zeyna diam diamEkspresi dan senyuman yang alami membuat hasil yang sangat bagusZey menatap jam tangannya dan waktu hampir menunjukkan waktu makan siang dan waktu ZuhurZeyna menghampiri Kyoyo yang duduk bersama dengan Ayumi dan Akio"Bibi, sebentar lagi makan siang..." ucap ZeynaKyoyo paham maksud Zeyna "baiklah, ayo kita ke teman Shinjuku, kita makan siang di sana saja" ajak KyoyoKetiganya mengangguk kan kepala sebagai jawabanRin yang melihat mereka mulai bersiap ingin pergi pun menghampirinya"Bibi, kalian sudah mau pergi?" Tanya Rin"Iya Rin, ka
Setelah usai makan siang, Zeyna belum kunjung kembali.Hal itu membuat Kyoyo dan yang lainnya merasa khawatir, terutama Rin."Bibi, aku susul Zeyna ya." ucap Rin yang benar benar tidak tenang."Iya, kamu dan Akio susul Zeyna. Bibi takut terjadi apa apa padanya." ucap Kyoyo.Kyoyo begitu terlihat khawatir dengan Zeyna.Tanpa berpikir panjang, Rin dan Akio pergi ke tempat ibadah umat muslim yang ada di dekat taman.****Sedangkan di tempat Zeyna....Zeyna berusaha menghindari dua orang yang sedang mengganggunya."Maaf, biarkan saya lewat. Saya buru buru." ucap Zeyna dengan tegas.Dua pria itu tertawa melihat Zeyna. Keadaan sekitar juga terlihat sepi."Nona manis, jangan melawan. Ikut saja dengan kami. Kami pasti akan membuatmu nyaman." ucap salah satu dari mereka.Mendengar hal itu membuat Zeyna sangat jijik dengan mereka.Tatapan mesum dan penampilan yang berantakan membuat Zeyna ingin sekali memukulnya."Saya tegaskan sekali lagi. Minggir! Saya buru buru, atau saya akan berteriak kare
"Jika kamu berpikiran untuk bersama Zeyna mama tidak setuju."Rin kembali teringat dengan ucapan mama nya waktu itu."Apa sesulit itukah tembok yang harus ku lalui untuk mendapatkan hati, Zeyna?" Gumam Rin."Apa hanya karena beda kepercayaan, maka dari itu Zeyna menghindari ku? Bukankah banyak ya zaman sekarang yang menikah beda agama?" Rin terus bergumam memikirkan ucapan Zeyna padanya.Seorang pria merangkul pundak Rin saat dia sedang melamun.Hal itu membuatnya terkejut, dan hampir saja memukul Akio"Ini aku, kau ingin memukulku?" Ucap Akio yang menepis tangan Rin."Kau membuatku terkejut, untung saja kau langsung menepis tanganku. Jika tidak, aku tidak tanggung jawab jika kau terluka." ucap Rin."Aku sudah memanggilmu berkali kali, tapi kau tidak mendengarkanku." "Huh....sebaiknya kita kembali, takutnya bibi dan yang lain khawatir." ucap Rin yang langsung melangkah tanpa menunggu Akio.Akio menganggukkan kepala dan mengikuti langkah Rin.Tapi baru beberapa langkah, Akio baru ters
Zeyna dan Miyuki pergi ke acara panggung Rin dan ayahnya.Zeyna mengenakan pakaian yang baru saja dibelikan oleh Miyuki.Jujur dirinya merasa kurang nyaman dengan pakaian yang di belikan Miyuki.Bukan karena apapun, Zeyna menjadi pusat perhatian. Hal itu yang membuatnya tidak nyaman."Bibi, Zey ganti pakaian saja, ya. Zey merasa tidak nyaman." Ucap Zeyna yang merangkul lengan Miyuki."Em? Kenapa? Apa pakaiannya tidak enak dipakai?" "Bukan, Bibi. Tapi....Zey tidak nyaman menjadi pusat perhatian." Ucap Zeyna.Miyuki tersenyum dan mengusap tangan Zeyna yang di lengannya."Tidak perlu khawatir. Tidak akan ada yang berani macam macam denganmu, selama ada bibi." Ucap Miyuki.Miyuki mengajak Zeyna untuk masuk. Sepanjang perjalanan Zeyna menjadi pusat perhatian. Tatapan mereka membuat Zeyna tidak nyaman.Miyuki yang menyadari hal itu, langsung memberikan kode kepada dua orang bodyguard untuk membuat orang orang agar tidak menatap ke arah Zeyna dan Miyuki."Mama!..." Seorang pria memanggil M
"Baiklah. Bibi akan memikirkan dengan baik, apa yang bibi inginkan. Setelah acara selesai, bibi akan mengatakan apa yang bibi inginkan." Miyuki kembali ceria dan menggandeng tangan Zeyna untuk menuju aula panggung.Tanpa Zeyna sadari ekspresi Miyuki berubah.Jujur saja, Miyuki memikirkan hal lain saat Zeyna memberikan Rin sebuah gelang.Di pandangan Miyuki, dia melihat kalau putranya menaruh perasaan pada Zeyna, begitupun sebaliknya. Miyuki hanya takut jika perasaan keduanya tidak terwujud dan keduanya akan merasakan sakit yang luar biasa."Bibi berharap, semoga kamu dan Rin tidak memiliki rasa satu sama lain, Zeyna." Ucap Miyuki dalam hati.Miyuki dan Zeyna duduk di kursi yang sudah disiapkan oleh pelaksana acara. Secara, Miyuki adalah salah satu tamu istimewa mereka.Acara berjalan dengan baik. Hingga ada kesempatan di mana seorang pianis terkenal akan memainkan sebuah lagu yang berjudul A Thousand Years.Seseorang muncul di tengah panggung dan memberikan salam untuk semuanya.Par
Malam Festival musim semi....Malam ini adalah Festival musim semi yang ke tiga.Dan kali ini Zeyna baru bisa m3nghadiri atau ikut serta.Kali ini, Zeyna bersama dengan Ayumi, Akio dan Rin."Zey, mau coba manisan?" tanya Ayumi.Zeyna tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban.Ayumi menarik Zeyna ke tempat kedai manisan.Akio dan Rin menunggu di kursi bawah pohon sambil menunggu Zeyna dan Ayumi selesai berbelanja.Hanya ada kesenyapan di antara mereka berdua. Rin sibuk dengan ponsel nya, sedangkan Akio menatap orang orang yang lewat dan mengawasi Zeyna dan Ayumi dari jauh."Hey, Rin." Panggil Akio.Rin mengalihkan perhatiannya dan menatap Akio."Menurutmu, apa aku dan Ayumi bisa bersama?" tanya Akio yang menatap ke arah Ayumi dari jauh.Rin mengikuti arah pandang Akio, "menurutmu, bagaimana? Apa Ayumi menolakmu? Atau malah sebaliknya?" "Emm...aku tidak yakin." "Huh....kau sendiri saja tidak yakin. Bagaimana denganku?" ketus Rin."Dan, kau. Bagaimana hubunganmu dengan Zeyna?
"Kau yakin dengan jawabanmu?" tanya Ayano."Em, kau kembalilah. Tolong bereskan barang barangku." ucap Rin tanpa menatap Ayano.Ayano terdiam sesaat, dia menatap Rin dengan tatapan serius."Rin, aku akan ikut denganmu." ucap Ayano.Rin yang tadinya memalingkan wajahnya kini menatap Ayano dengan tatapan tidak percaya."Apa maksudmu ikut dengan ku? Kau ingin jatuh miskin denganku?" ucap Rin tak percaya."Hahaha.....jatuh miskin? Harta ku sudah cukup untuk memenuhi hidupku sampai tua. Jika kau menumpang di kehidupanku juga masih cukup." ucap Ayano yang terkesan meledek Rin."Kau mengejekku, ya? Kau pikir aku tidak memiliki uang ku sendiri?" ucap Rin yang tidak mau kalah."Haha....sudahlah. Aku akan kembali ke rumah untuk mengambil semua barang barangmu, dan juga aku akan mengundurkan diri dan ikut denganmu." ucap Ayano.Ayano langsung pergi tanpa menatap reaksi Rin terlebih dahulu."Sepertinya aku cukup beruntung memilikimu, Ayano." ucap Rin yang menatap kepergian Ayano.Rin merebahkan t
Di rumah sakit....Rin masih belum ada perkembangan. Bahkan sudah dua hari ini Rin belum mau membuka matanya.Padahal sudah ada pergerakan dari tubuhnya.Ayano masih duduk di luar kamar rawat Rin, menatap kontak Zeyna yang didapatkannya dari Akio.Dua hari lalu...."Maaf, Ayano. Bukan aku tidak ingin membantumu. Hanya saja, Zeyna sudah kembali ke Indonesia. Dan untuk dia kembali kesini hanya untuk, Rin.....rasanya itu berat." jelas Kyoyo.Ayano tampak kecewa dengan jawaban dari Kyoyo."Setidaknya, bisakah aku meminta kontak Zeyna?" tanya Ayano."Maaf untuk itu. Aku tidak bisa sembarangan memberikan kontaknya pada orang lain." ucap Kyoyo.Ayano pergi dengan rasa kecewa, dirinya tidak bisa berbuat apapun."Kau ingin menghubungi, Zeyna?" ucap seorang pria.Ayano melihat ke sumber suara dan melihat Akio dan Ayumi yang sepertinya menunggu Ayano di luar."Kalian?""Jangan salah paham, kami menemuimu karena kami masih memiliki rasa kemanusiaan." ucap Ayumi sinis tanpa menatap Ayano."Ayumi."
"NGGAK....HIKS....RIIINNN....HIKS...." Mendengar tangisan Miyuki, Ryuen langsung turun dan melihat istrinya yang kini terduduk di lantai dan menangis histeris."Apa yang terjadi?" tanya Ryuen sedikit panik melihat istrinya.Miyuki masih tidak mau bicara, dia menatap Ryuen yang di sampingnya dengan tatapan amarah."INI SEMUA GARA GARA KAMU, RYUEN...HIKS...., SEANDAINYA KAMU TIDAK MENCARI MASALAH DAN MERUNDUNG PUTRAMU, DIA PASTI MASIH BAIK BAIK SAJA....HIKS..." ucap Miyuki yang benar benar emosi saat iniRyuen tampak bingung dengan ucapan istrinya. "Rin? Dia kenapa?" Miyuki, dengan air mata yang terus berlinang kembali menatap Ryuen dengan tajam."Kamu bertanya dia kenapa?" Miyuki menjeda ucapannya, "Dia mengalami kecelakaan, Ryuen. Saat ini kondisinya tidak akan yang tau....hiks....."Ryuen membawa tubuh istrinya ke dalam pelukannya."Maaf, sayang. Aku salah. Aku yakin putra kita akan baik baik saja." "Tapi bagaimana jika Rin kenapa napa...hiks...aku tidak sanggup menerimanya...."
Rin berhenti di sebuah club malam. Kedatangannya langsung menjadi perhatian banyaknya wanita yang ada di sana.Rin memesan dua botol Alkohol. Padahal selama ini dia tidak pernah menyentuh yang namanya Alkohol, bukan karena hal apapun. Karena tubuhnya tidak kuat jika harus mengkonsumsi Alkohol.Di tempat Ayano....Beberapa saat setelah ketinggalan jauh dari Rin, akhirnya Ayano menemukannya.Ayano berhenti di depan club. Dia melihat mobil Rin yang terparkir."Ck...apa yang akan dilakukannya lagi. Jangan bilang dia sedang minum minum untuk melampiaskan rasa kesalnya." Dengan rasa penuh kesal, Ayano masuk untuk memastikan.Benar saja, ternyata Rin minum minum, bahkan Rin juga sudah menghabiskan beberapa batang rokok."Dasar bodoh...." Ayano melangkah dengan langkah cepat menghampiri Rin.Menarik botol yang ada di tangannya dan melemparnya ke sembarang arah.PRANG....Seketika semua pandangan mengarah pada mereka. Musik yang tadinya menyala mengiringi goyangan mereka, kini terhenti dan m
Seminggu kemudian.....Di kediaman Kiyotaka....Setelah kepergian Zeyna, Rin menjadi frustasi. Yang biasa sifatnya ceria dan manja pada Mamanya, kini seketika hilang. Rin jarang keluar kamarnya, dia lebih tertutup. Bahkan, Rin juga tidak merespon grup Orkestra dan beberapa panggilan untuk manggung selama seminggu ini.Di ruang makan....Ryuen dan Miyuki sedang makan malam bersama. Namun kali ini tanpa kehadiran putra semata wayangnya. Bukan hari ini, dalam seminggu ini, Rin hampir tidak pernah keluar kamar dan memilih makan di kamarnya."Huh....anak itu masih belum mau keluar dari kamarnya?" ucap Ryuen yang tampak kesal dengan sifat kekanak kanakan putranya.Miyuki hanya diam dan memperhatikan Ryuen."Ayano!" Ayano yang ada di dekat sana langsung menghampiri Ryuen yang memanggilnya."Iya, tuan." "Berapa jadwal manggung yang sudah ditolak anak itu?" tanya Ryuen."Dalam satu minggu ini ada lima jadwal yang telah ditolak oleh, Rin. Ada dua jadwal manggung dengan grup Orkestra juga yang
Di Indonesia....Zeyna dan keluarganya melakukan aktivitas seperti biasanya.Dimana, Azzam biasanya pagi pagi sekali sudah pergi ke pesantren untuk mengajar biasanya Azizah ikut membantu, tapi karena putrinya baru kembali, dirinya memilih di rumah menghabiskan waktu bersama putrinya. Sedangkan Reyhan memiliki kesibukan di rumah sakit.Azizah dan Zeyna duduk di ruang tamu untuk menghabiskan waktu bersama.Saat masih asyik berbicara, tiba tiba Zeyna teringat dengan ucapan Kyoyo tentang kisah cinta kedua orang tuanya.Zeyna mendekati Azizah dan bergelayut manja di lengannya."Bunda~, Zey, 'kan sudah dewasa. Zey ingin tau bagaimana, kisah Ayah dan Bunda saat pertama kali bertemu." ucap Zeyna.Azizah tersenyum mendengar permintaan putrinya."Kenapa, emm? Sepertinya kamu sangat penasaran." Zeyna tersenyum dan menganggukkan kepala, "Zey, memang sangat penasaran, Bun." ucap Zeyna.Jujur saja, Zeyna penasaran bukan karena ingin tahu tentang romansa kedua orang tuanya. Tapi dirinya ingin tau,
Malam harinya....Rin duduk di jendela menatap langit malam. Rin tidak jadi mengisi acara di hotel. Dirinya lebih memilih pulang ke rumah dan istirahat. Hal itu juga mengundang amarah Ryuen. Brak....Pintu utama dibuka dengan keras, Ryuen dengan penuh emosi pulang ke rumah mencari putranya."RIN! DIMANA KAU?" teriak Ryuen.Ayano yang mendengar teriakan Ryuen langsung menghampirinya."Ayano, di mana anak itu?" ucap Ryuen dengan nada dingin plus tatapan tajamnya."Rin ada di kamarnya, tuan." ucap Ayano.Ryuen dengan segera naik ke lantai dua menuju kamar putranya.Akan tetapi, Ayano menghalangi Ryuen agar tidak kesana."Apa maksudnya ini, Ayano?" tanya Ryuen."Maaf, tuan. Jika anda ingin marah dengan Rin, saya sarankan jangan. Karena kondisinya saat ini sedang tidak baik baik saja. Untuk masalah yang terjadi hari ini, saya sudah memberi pengertian pada mereka. Dan mereka memakluminya." ucap Ayano."Mereka memang memakluminya, tapi saya sudah merasa malu. Gara gara ulah anak itu, saya d
Di bandara....Zeyna duduk bersama dengan Kyoyo dan Ayumi.Kyoyo sejak tadi menggenggam tangan Zeyna dan mengusap usap dengan lembut."Sampai di Indonesia, jangan lupa kabari Bibi, ya sayang." ucap Kyoyo.Zeyna menggenggam tangan Kyoyo yang ada di tangannya."Pasti, Zey kabari, Bibi. Maaf ya, selama di sini, Zey selalu buat Bibi repot. Bahkan beberapa hari lalu, Zey buat Bibi malu." ucap Zeyna dengan penuh rasa bersalah."Apa yang kamu bicarakan, nak? Jangan berkata begitu. Bibi sama sekali tidak merasa direpotkan dengan hadirnya kamu di kehidupan, Bibi. Bibi sangat senang dengan adanya kamu di sini." ucap Kyoyo.Zeyna tertunduk sedih, "Bibi, Zey juga mau minta maaf, karena Zey, hubungan Bibi dengan Bibi Miyuki menjadi renggang. Padahal kalian adalah sahabat." ucap Zeyna.Kyoyo mengusap kepala Zeyna dengan lembut."Jika itu menyangkut putriku, Bibi tidak peduli. Mau sahabat atau bahkan saudara sekalipun. Jika dia berani membuat putriku menangis, maka Bibi akan sangat marah dengannya."
Di taman....Zeyna dan Ayumi menikmati malam ini dengan kulineran.Hobi keduanya jika di satukan di malam Festival.Di perjalanan Rin...."Rin, ini penawaran terbaik dari Mama. Atau tidak bertemu sama sekali." ucap Miyuki.Rin terdiam, jujur saja dia tidak bisa melawan Mamanya. Jika Mamanya sudah bicara serius seperti ini, tidak ada kesempatan untuk melawan."Apa jawabanmu, Rin. 'Iya' atau 'tidak'?" tanya Miyuki.Rin memikirkan semuanya dengan sangat matang."Em." Rin berdehem disertai anggukan kepala."Baiklah, kita ketaman sekarang. Ingat, 'hanya bertemu'." ucap Miyuki yang menekankan suaranya.Rin hanya menatap sendu dan menggenggam kedua tangannya dengan erat. Dirinya yang ingin berjuang untuk Zeyna, tapi dirinya sendiri merasa tidak mampu memperjuangkan kebebasannya sendiri.["Zey, apa yang harus ku lakukan?"] ucap Rin dalam hati.Di teman....Zeyna duduk di kursi taman sambil menikmati makanan yang dibelinya bersama Ayumi.Sedangkan Akio ke luar taman untuk menjemput Kyoyo yang