Alisya ingat sekali ucapan yang membuat semangatnya kembali berkobar setelah sempat minder dengan kemampuan trainee lain."Tau gak, kenapa gerakan anak lain kelihatan lebih tajam dan powerfull dibanding kamu?" tanya Kak Acha kala itu. "Semakin kurus seseorang, gerakannya akan semakin tajam. Kamu udah bagus kok, tapi mungkin karena yang lain lebih kurus jadi keliatan gerakannya lebih bisa dilihat."Saat itu Alisya memang bisa dibilang lebih besar dibandingkan dengan trainee lain yang memang sangat kurus-kurus. "Kak Acha enak badannya kurus, Kakak juga sangat powerfull kalo nari. Wajar sih, masuk kelas debut."Acha tertawa renyah. "Dari segi power aku memang lebih. Tapi Alisya, nari itu bukan sekedar powerfull atau gak. Kamu punya kelebihan lain yang bisa kamu manfaatkan. Jujur aja, aku lumayan iri sama pinggang kamu yang ramping dan keliatan bagus banget karena pinggul kamu besar dan berbentuk.""Bentuk badan gak sama dengan kemampuan nari kali, Kak.""Salah, justru pinggul kamu bisa m
Ini pertama kalinya Alisya pergi ke club malam di Indonesia. Ia dan Dian diperbolehkan masuk dengan akses khusus, bersama Jason. Mereka ditempatkan di sebuah ruangan yang ada di belakang panggung. Katanya ada kelompok dancer lain yang juga akan tampil. Jadi event ini seperti sebuah kompetisi antar grup dancer, yang pemenangnya akan mendapatkan hadiah berupa uang, akses khusus ke club dan juga harga diri. Yang terakhir adalah yang terpenting karena akan menaikkan nama grup. Apalagi katanya pelanggan VVIP club ini kebanyakan adalah para eksekutif dari perusahaan besar di berbagai macam bidang, terutama di bidang entertainment. Jika mereka tertarik dengan grup tertentu, maka mungkin saja akan adanya kerjasama. Itu hal yang diincar oleh Jason, mengingat grup yang ia bentuk terhitung masih baru dan belum jelas masa depannya. Jason bilang ia ingin membuat sebuah agensi khusus penari. "Gak terlalu seksi apa?" pekik Dian, terkejut melihat pakaian Alisya saat ia keluar dari ruang ganti.Alisy
Di sisi Alisya, ia menyadari euforia yang terjadi akibat penampilannya tadi. Kepercayaan dirinya bertambah dan ia membayangkan seandainya ia benar-benar debut, mungkin ia bisa berdiri di panggung yang lebih besar. Saat musik diputar (lagu now dari Trouble Maker), ia dan Jason berjalan ke tengah dan lalu ia melingkarkan tangan ke lengan Jason."Tell me now, now, now~"Sesuai koreografi, mereka melangkah bersama ke depan dan Alisya berpose sensual sambil menyentuh pahanya sendiri. Lalu ia berjalan ke samping, berjongkok sebentar dan bangun dengan gerakan yang cukup seksi. Koreografi selanjutnya adalah ia menari sendirian di tengah, memakai koreografi asli tapi dengan gerakan yang lebih tajam karena ia hanya fokus menari. Bibirnya menyanyikan lirik lagu yang sudah ia hafal, walau tentu saja, sebatas gerakan bibir. "Shit! She's fuckin' hot!" umpat William, terpesona dengan gerakan lentur Alisya yang mengikuti beat lagu. "Cowoknya juga oke," gumam Dinar, tanpa sadar saat giliran Jason me
Untuk kedua kalinya Alisya kembali dihadapkan pada suasana yang menegangkan bersama Fabian. Dan kali ini Fabian menyetir mobil lebih cepat dibandingkan kemarin. Jelas sekali Fabian lebih murka, bisa dilihat dari urat lehernya yang nampak jelas dan cengkeramannya pada setir mobil. Alisya benar-benar dalam masalah saat ini. "Kamu pikir apa yang kamu lakukan?!" bentak Fabian, usai mereka masuk ke dalam apartemen. Alisya menunduk, sejujurnya ia agak takut melihat Fabian yang sedang di puncak emosi."Alisya, jawab!""Mas bilang aku boleh bergaul dengan orang seumuran aku," cicit Alisya."Kamu bisa mikir gak, sih?!"Alisya menggertakkan gigi, merasa tersinggung. "Kan Mas juga yang izinin aku buat pergi. Terus memangnya kenapa? Aku cuma lakuin hobi aku kok!""Hobi? Nari-nari di club itu hobi kamu?!""Sebelum diseret Papa pulang dari Korea aku tiap hari latihan nari kok, sampe tengah malem. Dan itu hal yang memang aku suka. Memangnya kenapa?""Bukan masalah narinya Alisya, tapi tempatnya. K
"Nyebelin banget, sumpah!" maki Alisya, di hadapan Dian. Kemarin, setelah bersitegang dengan Fabian di meja makan, Alisya memutuskan untuk masuk lagi ke kamarnya dan berniat berdiam diri di sana. Tapi Fabian tak membiarkannya melewatkan makan siang dan makan malam. Pria itu juga meminta jadwal kuliah Alisya dan menyuruh Alisya mengirimkan bukti apabila ke depannya terjadi perubahan jadwal. Alisya kesal karena ia merasa sangat dibatasi."Eum, tapi kayaknya itu demi kebaikan kamu deh, Sya," ucap Dian. Semalam ia cemas sekali, tapi ia bersyukur karena Alisya baik-baik saja. "Dan kupikir peraturan dari suami kamu cukup beralasan.""Tapi aku gak bisa kemana-mana tau, gak? Bahkan untuk ngerjain tugas aja harus lapor. Aku juga jadi gak bisa main ke kosan kamu lagi. Males banget dilarang ini itu, padahal kemaren dia nyuruh aku bergaul sama yang sepantaran, sekarang semuanya serba dilarang. Oh ya, Jason gimana?""Jason udah diobati, kok. Dia baik-baik aja," kata Dian, menenangkan Alisya. Dala
Pagi ini Alisya memakai kaos putih polos yang tipis dan celana tidur yang lumayan longgar. Ia sedang berada di dapur, menyiapkan kopi dan roti bakar. Juga memasak telur dan sosis untuk Fabian. Sepertinya sudah cukup lama ia tak memasak untuk lelaki itu. Semalam Fabian hanya memesankan makanan untuk mereka berdua dan makan sendirian di ruang kerjanya. Untuknya sendiri karena ia bosan makan salad buah, Alisya memilih memanggang dada ayam. Paling nanti siang ia akan mengatur jumlah kalori yang ia butuhkan. Alisya masih terobsesi dengan abs perut. Pokoknya ia akan mengembalikan bentuk terbaik yang pernah dimiliki oleh perutnya."Kamu bikin apa?" tanya Fabian, yang sudah siap dengan pakaian kerjanya."Dada ayam bakar," jawab Alisya pendek, sambil mematikan kompor. "Sarapan Mas udah aku taruh di meja."Fabian hanya bergumam dan melangkah ke meja untuk sarapan. Alisya sibuk mengupas kentang yang nanti akan ia rebus untuk membuat mashed potato. Kebetulan hari ini ia hanya memiliki kelas sian
"Ngapain?!""Ya ampun, galak banget," cengir Gio, yang rupanya siang-siang datang ke kantor Fabian bersama William. Dan merekalah yang tadi menginterupsi adegan Fabian dengan Alisya. Gio menoleh pada Alisya yang duduk tenang memperhatikan mereka. "Kamu beneran istrinya Fabian?"Alisya menelan ludah, bingung harus menjawab apa. Biasanya Fabian selalu mengakuinya sebagai sepupu, jadi ia menoleh pada Fabian."Iya, kenapa?" sahut Fabian dengan nada galak, mengejutkan Alisya.Gio dan William saling pandang, ekspresi mereka nampak tak nyaman. Lalu Gio berusaha tersenyum sopan pada Alisya. "Aku Gio dan ini William. Kita rekan sekaligus temen Fabian dari jaman kuliah.""Oh, saya Alisya," cicit Alisya, ingin mengulurkan tangan tapi keburu dicegah oleh Fabian."Jadi, kalian ngapain ke sini?" tuntut Fabian, tidak santai. "Gue minta maaf deh," kata William, mengeluarkan suara untuk pertama kalinya. Ia melirik Alisya sekilas, lalu menatap ke arah Fabian."Gue juga," sahut Gio, menampilkan cengiran
Anehnya, Fabian sama sekali tidak membahas mengenai dirinya yang pulang diantar Arka. Padahal Alisya yakin betul semalam Fabian juga melihatnya turun dari motor Arka. Fabian juga tak banyak bicara dan hanya menyerahkan ponselnya yang tertinggal tadi. Malam ini mereka langsung pergi ke kamar masing-masing. Alisya juga masih kepikiran dengan perkataan Fabian mengenai gadis bernama Risa. Fabian dengan jelas mengatakan masih mencintai Risa dan akan segera menceraikan jika sudah waktunya. Cerai? Alisya membayangkan dirinya menjadi janda di usia muda. Bukankah itu terdengar menyedihkan? Lalu Alisya tiba-tiba ingat pigura yang waktu itu tak sengaja ia jatuhkan. Apa itu foto Risa yang dimaksud Fabian?Pagi ini Alisya bangun kesiangan sampai lupa memasak untuk sarapan. Dilihatnya Fabian sudah berangkat kerja dan meninggalkan sarapan untuknya di meja makan. Sepertinya Fabian membeli sarapan dari minimarket dekat sini. Huft, padahal Alisya sudah bilang ia sedang diet. Kemarin ia bahkan tak sem