Share

Bab 23 Peraturan

Penulis: Beaudeauxamat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Untuk kedua kalinya Alisya kembali dihadapkan pada suasana yang menegangkan bersama Fabian. Dan kali ini Fabian menyetir mobil lebih cepat dibandingkan kemarin. Jelas sekali Fabian lebih murka, bisa dilihat dari urat lehernya yang nampak jelas dan cengkeramannya pada setir mobil. Alisya benar-benar dalam masalah saat ini.

"Kamu pikir apa yang kamu lakukan?!" bentak Fabian, usai mereka masuk ke dalam apartemen.

Alisya menunduk, sejujurnya ia agak takut melihat Fabian yang sedang di puncak emosi.

"Alisya, jawab!"

"Mas bilang aku boleh bergaul dengan orang seumuran aku," cicit Alisya.

"Kamu bisa mikir gak, sih?!"

Alisya menggertakkan gigi, merasa tersinggung. "Kan Mas juga yang izinin aku buat pergi. Terus memangnya kenapa? Aku cuma lakuin hobi aku kok!"

"Hobi? Nari-nari di club itu hobi kamu?!"

"Sebelum diseret Papa pulang dari Korea aku tiap hari latihan nari kok, sampe tengah malem. Dan itu hal yang memang aku suka. Memangnya kenapa?"

"Bukan masalah narinya Alisya, tapi tempatnya. K
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 24 Menggoda Mas Bian part 1

    "Nyebelin banget, sumpah!" maki Alisya, di hadapan Dian. Kemarin, setelah bersitegang dengan Fabian di meja makan, Alisya memutuskan untuk masuk lagi ke kamarnya dan berniat berdiam diri di sana. Tapi Fabian tak membiarkannya melewatkan makan siang dan makan malam. Pria itu juga meminta jadwal kuliah Alisya dan menyuruh Alisya mengirimkan bukti apabila ke depannya terjadi perubahan jadwal. Alisya kesal karena ia merasa sangat dibatasi."Eum, tapi kayaknya itu demi kebaikan kamu deh, Sya," ucap Dian. Semalam ia cemas sekali, tapi ia bersyukur karena Alisya baik-baik saja. "Dan kupikir peraturan dari suami kamu cukup beralasan.""Tapi aku gak bisa kemana-mana tau, gak? Bahkan untuk ngerjain tugas aja harus lapor. Aku juga jadi gak bisa main ke kosan kamu lagi. Males banget dilarang ini itu, padahal kemaren dia nyuruh aku bergaul sama yang sepantaran, sekarang semuanya serba dilarang. Oh ya, Jason gimana?""Jason udah diobati, kok. Dia baik-baik aja," kata Dian, menenangkan Alisya. Dala

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 25 Fabian melunak?

    Pagi ini Alisya memakai kaos putih polos yang tipis dan celana tidur yang lumayan longgar. Ia sedang berada di dapur, menyiapkan kopi dan roti bakar. Juga memasak telur dan sosis untuk Fabian. Sepertinya sudah cukup lama ia tak memasak untuk lelaki itu. Semalam Fabian hanya memesankan makanan untuk mereka berdua dan makan sendirian di ruang kerjanya. Untuknya sendiri karena ia bosan makan salad buah, Alisya memilih memanggang dada ayam. Paling nanti siang ia akan mengatur jumlah kalori yang ia butuhkan. Alisya masih terobsesi dengan abs perut. Pokoknya ia akan mengembalikan bentuk terbaik yang pernah dimiliki oleh perutnya."Kamu bikin apa?" tanya Fabian, yang sudah siap dengan pakaian kerjanya."Dada ayam bakar," jawab Alisya pendek, sambil mematikan kompor. "Sarapan Mas udah aku taruh di meja."Fabian hanya bergumam dan melangkah ke meja untuk sarapan. Alisya sibuk mengupas kentang yang nanti akan ia rebus untuk membuat mashed potato. Kebetulan hari ini ia hanya memiliki kelas sian

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 26 Siapa Risa?

    "Ngapain?!""Ya ampun, galak banget," cengir Gio, yang rupanya siang-siang datang ke kantor Fabian bersama William. Dan merekalah yang tadi menginterupsi adegan Fabian dengan Alisya. Gio menoleh pada Alisya yang duduk tenang memperhatikan mereka. "Kamu beneran istrinya Fabian?"Alisya menelan ludah, bingung harus menjawab apa. Biasanya Fabian selalu mengakuinya sebagai sepupu, jadi ia menoleh pada Fabian."Iya, kenapa?" sahut Fabian dengan nada galak, mengejutkan Alisya.Gio dan William saling pandang, ekspresi mereka nampak tak nyaman. Lalu Gio berusaha tersenyum sopan pada Alisya. "Aku Gio dan ini William. Kita rekan sekaligus temen Fabian dari jaman kuliah.""Oh, saya Alisya," cicit Alisya, ingin mengulurkan tangan tapi keburu dicegah oleh Fabian."Jadi, kalian ngapain ke sini?" tuntut Fabian, tidak santai. "Gue minta maaf deh," kata William, mengeluarkan suara untuk pertama kalinya. Ia melirik Alisya sekilas, lalu menatap ke arah Fabian."Gue juga," sahut Gio, menampilkan cengiran

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 27 Menggoda Mas Bian part 2

    Anehnya, Fabian sama sekali tidak membahas mengenai dirinya yang pulang diantar Arka. Padahal Alisya yakin betul semalam Fabian juga melihatnya turun dari motor Arka. Fabian juga tak banyak bicara dan hanya menyerahkan ponselnya yang tertinggal tadi. Malam ini mereka langsung pergi ke kamar masing-masing. Alisya juga masih kepikiran dengan perkataan Fabian mengenai gadis bernama Risa. Fabian dengan jelas mengatakan masih mencintai Risa dan akan segera menceraikan jika sudah waktunya. Cerai? Alisya membayangkan dirinya menjadi janda di usia muda. Bukankah itu terdengar menyedihkan? Lalu Alisya tiba-tiba ingat pigura yang waktu itu tak sengaja ia jatuhkan. Apa itu foto Risa yang dimaksud Fabian?Pagi ini Alisya bangun kesiangan sampai lupa memasak untuk sarapan. Dilihatnya Fabian sudah berangkat kerja dan meninggalkan sarapan untuknya di meja makan. Sepertinya Fabian membeli sarapan dari minimarket dekat sini. Huft, padahal Alisya sudah bilang ia sedang diet. Kemarin ia bahkan tak sem

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 28 Dijebak

    "What?! Kamu bilang mau balikan sama mantan?" Alisya refleks menutup mulut Dian dengan tangannya demi meredam teriakan anak itu. "Jangan teriak-teriak napa?""Tapi kok kamu ngomong gitu? Jadi kamu mutusin buat balikan sama mantan?" tanya Dian dengan suara lebih pelan. "Sebenarnya aku penasaran pengen liat reaksinya aja sih," aku Alisya, menghela nafas."Emang reaksinya gimana?"Alisya mengangkat bahu. "Aku agak bingung. Dia bilang terserah aku, terus dia pergi abis ngomong gitu.""Eum, terus jadinya gimana?""Yaa, gak tau. Aku juga masih usaha biar dilirik, tapi kalo akhirnya tetep gagal mau gimana lagi? Kalo beneran jadi janda, aku harus mikir gimana caranya jadi janda berkelas," gumam Alisya. Dian mendesah. "Emang sih ngomong itu gampang, ngelakuinnya yang susah. Tapi aku cuma bisa kasih semangat dan dukung apapun pilihanmu.""Gak apa. Kamu udah baik banget. Aku inget beberapa kali aku pengen nyerah dan kamu tetep bantu aku biar semangat lagi. Makasih ya, Yan," ujar Alisya.Dian

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 29

    Saat-saat genting, tiba-tiba terdengar suara dobrakan dari pintu. Beberapa kali hingga dua pria jahanam itu terpaksa menghentikan aksinya demi menoleh ke arah pintu. Pintu dibuka paksa dan seseorang langsung menyerbu masuk untuk memberikan tinjuan keras ke wajah Pak Anuar. Dosen itu terpelanting. Danu yang tak lagi bisa membekap Alisya juga ikut dihajar. Tubuh Alisya merosot ke bawah, seseorang yang lain langsung menangkapnya."Alisya, gak apa?"Itu Jason dan yang sedang menghajar dua pria cabul itu adalah Arka. Tubuh Alisya gemetaran dan ia menangis keras-keras. Rasa takutnya masih ada. Jason melepaskan jaketnya dan menyelimuti Alisya. "Maaf ya, kita telat. Dian telpon gue karena lo gak ada kabar," ucap Jason, berusaha menenangkan Alisya yang menangis. "Bajingan! Besok saya laporkan kalian berdua ke Dekan!" pekik Arka usai menghajar dua orang itu dengan brutal. "Ayo pergi," ajak Jason, membimbing Alisya untuk mengikutinya keluar dari ruangan.Alisya benar-benar tak bisa berpikir l

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 30 Omo?! Kisseu?

    Fabian mengetuk pintu kamar mandi."Alisya? Kamu gak papa?"Alisya tak menjawab, Fabian makin cemas."Alisya, jawab saya. Kamu gak papa?"Tapi Alisya hanya sibuk menangis."Kalo kamu gak jawab juga, pintunya saya dobrak. Alisya, kamu gak papa, kan?! Alisya!"Fabian menjadi semakin gusar. Nekat, ia membuka pintu kamar mandi yang ternyata sama sekali tidak dikunci oleh Alisya. Fabian kaget saat melihat Alisya terduduk di lantai kamar mandi dengan shower menyala yang otomatis mengenai tubuhnya. Gadis itu masih memakai pakaian lengkap. Ia duduk sambil bersandar dan memeluk kakinya erat-erat. Fabian buru-buru mematikan shower dan mengambil handuk untuk Alisya. "Alisya, kamu ngapain?""Aku ... udah kotor, Mas," isak Alisya."Gak, Alisya. Kamu apaan sih?" keluh Fabian, berjongkok dan menyelimuti tubuh Alisya dengan handuk dari atas kepala. "Dua bajingan itu udah nyentuh aku. Aku jijik sama diriku sendiri!" pekik Alisya."Kamu gak kotor!" balas Fabian, menangkup wajah Alisya. "Nggak!" peki

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 31 Ke kampus lagi

    Keadaan Alisya mulai membaik di hari kedua. Karena Alisya mati-matian menolak dibawa ke rumah sakit, Fabian sampai memanggil seorang dokter pribadi untuk memeriksa Alisya. Mama Jihan juga datang untuk merawatnya dan Fabian menepati janjinya untuk tak mengatakan apapun. Sang mertua yang menjaganya saat Fabian pergi ke kantor hari ini. "Kamu kok kurus banget, sih. Makan yang banyak dong, Nak," omel Mama Jihan saat menyuapi Alisya makan siang. Mau tak mau Alisya harus makan bubur buatan Mama Jihan, padahal Alisya tak terlalu menyukai makanan lembek itu. Waktu itu Fabian sangat tepat saat membuatkannya sup. Suhu tubuhnya sudah normal, walau perasaannya belum pulih sepenuhnya. Kemarin Fabian bertanya apa ia mau pergi ke psikiater, dan Alisya langsung menolak karena takut. "Udah sehat?" tanya Fabian yang pulang kerja lebih awal. Ia memeriksa kening Alisya dan bernafas lega."Kalo ada apa-apa, langsung hubungi Mama ya Bi," pesan sang mertua, sebelum meninggalkan apartemen Fabian. Sebenarn

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 39 Sugar baby

    "Apa?! I-istri?!" pekik Kak Clara dengan ekspresi syok, tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.Yang masuk tadi adalah Clara, sang sekretaris lucu yang naksir Fabian. Tentu saja wanita itu syok melihat bosnya sedang berciuman mesra dengan Alisya. Alisya jadi benar-benar merasa tak enak hati melihat ekspresi melodramatis di wajah Clara. Clara juga menatapnya seolah ia adalah pengkhianat."Dek Alisya, kamu tega!" ucapnya dengan nada dramatis, lalu berbalik dan melangkah pergi keluar ruangan Fabian."Kak Clara!" pekik Alisya, berusaha mencegah kepergian Clara. Langkah Clara terhenti, berbalik. "Padahal Kakak udah percaya banget sama kamu. Tapi kamu gak ngasih tau apa-apa.""Aku bisa jelasin...""Cukup! Sudah terlambat, Dek Alisya.""Kak Clara, maaf ya," cicit Alisya, merasa bersalah. Ia menghampiri sekretaris itu dengan hati-hati. "Harusnya aku jujur dari awal.""Padahal Kak Clara tulus bantuin kamu," ucapnya dengan ekspresi murung. "Kan Kak Clara malu jadinya ngaku-ngaku di depan

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 38 I D C

    Sepanjang perjalanan pulang, Fabian hanya membisu. Alisya ikut terdiam sambil sesekali melirik suaminya yang nampak begitu terganggu dengan ucapan Via tadi. Memangnya apa yang diperbuat oleh Fabian terhadap gadis bernama Risa itu. Lalu Alisya menggeleng. Ia tak mau memikirkannya. Rasanya semakin kesal saja. Di apartemen, Alisya meletakkan belanjaannya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Saat keluar, ia kaget karena Fabian tak kunjung masuk ke dalam kamarnya yang kini sudah bertransformasi menjadi kamar mereka. Alisya mencari Fabian ke ruangan lain dan mendapati Fabian sedang merenung di ruang kerjanya."Mas?"Fabian tersentak. "Kamu gak tidur? Katanya capek." "Mas ngapain di sini?" tanya Alisya, duduk di meja Fabian.Fabian menghela nafas. "Saya ada kerjaan, jadi...""Mas," potong Alisya, mendesah kecil dan mendekati Fabian. Ia menyentuh wajah pria itu dengan kedua tangannya. "Aku gak suka sama si Via-Via itu."Fabian menahan tangan Alisya. "Mungkin saya harus jujur sam

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 37 Siapa sih Risa?!

    Ketika Fabian kembali, suasana terasa agak sunyi. Fabian melirik heran pada raut tegang teman-temannya, lalu menoleh pada Alisya. Gadis itu malah menatapnya dan tersenyum manis."Telponnya udah, Mas? Aku pengen pesen makanan tapi nungguin Mas dulu," ucap Alisya dengan nada santai. Fabian mengangguk dan segera memanggil pelayan. Karena yang lain sudah memesan makanan, jadi mereka hanya memesan untuk mereka saja. Alisya memesan beberapa varian dumpling dan bebek panggang, juga penutup berupa egg tart dan green tea sorbet. Cukup banyak untuk dirinya sendiri. Sementara yang lain mulai nampak rileks karena Alisya sepertinya tak menggubris perkataan Via tadi.Benarkah seperti itu?"Kayaknya aku mesen kebanyakan ya, Mas," ucap Alisya, saat pelayan mengantarkan pesanan mereka. "Kalo gak abis, nanti Mas yang abisin ya?""Ya udah, makan aja dulu," angguk Fabian. Alisya menikmati makanannya dengan santai, tapi ia hanya mencicipi sedikit-sedikit saja setiap menu. Ia melirik ke arah yang lain ya

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 36 Kencan, tapi...

    Demi rencana ini Alisya sampai nekat membeli pakaian baru di butik dekat kampus. Di jam yang sudah ditentukan, ia menunggu di lobi apartemen sambil memperhatikan setiap mobil yang masuk dan keluar. Begitu mobil yang ia kenali berhenti di depannya, Alisya buru-buru masuk. Entah kenapa ia merasa Fabian nampak sangat tampan walaupun baru pulang kerja."Seat belt-nya," ucap Fabian, memajukan tubuh untuk memasangkan sabuk pengaman Alisya. Namun ia tak segera menjauh, melainkan mencuri kecupan di bibir gadis itu. Alisya cukup tersipu terhadap kecupan ringan itu. "Tapi aku masih heran deh, Mas. Kok tiba-tiba jadi mesra banget sama aku? Perasaan kemaren sampe pura-pura punya pacar dan nyuruh aku cari cowok lain yang seumuran."Fabian menatap Alisya sejenak, mendesah kecil dan mulai menjalankan mobilnya. "Kamu mau jawaban yang jujur?""Yang jujur, dong.""Eum jujur aja sih, kamu emang cantik. Banget. Kamu memang sangat menarik dari segi penampilan. Dengan kamu terus-terusan godain saya, rasan

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 35 Momongan?

    Hari ini, pagi terasa begitu berbeda dibandingkan dengan sebelumnya. Alisya sedang menggoreng telur dan Fabian berdiri di belakangnya, memeluknya. Kuliah Alisya dimulai agak siang, sementara Fabian sepertinya memutuskan untuk datang lebih siang ke kantor. Mereka benar-benar seperti pengantin baru yang lengket satu sama lain. "Udah ah, Mas. Kemaren aja gak mau sama anak kecil," omel Alisya."Kan saya udah minta maaf.""Gak mau duduk?" Fabian malah membenamkan wajahnya ke leher Alisya. Alisya mendesah, mematikan kompor dan meletakkan telur di piring. Ia menepuk-nepuk tangan Fabian yang berada di atas perutnya. "Mas, aku baru kepikiran.""Kepikiran apa?""Gimana kalo aku hamil?"Fabian terdiam sejenak. "Kamu gak mau hamil?""Kan aku, masih kuliah. Kayaknya aku belom siap deh," ucap Alisya seraya melepaskan tangan Fabian dan membalikkan badan. Fabian tersenyum kecil dan mengangguk. "Kalo gitu kita ke dokter ya. Tapi kemaren kita gak pake pengaman."Alisya setengah cemberut melihat per

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 34 Lembar baru

    Alisya mendesah saat Fabian mengecup bahunya dari belakang. Sepertinya pria itu sudah bangun. Tangan Fabian yang bertengger di perutnya mulai naik turun, mengelusi kulit mulus Alisya. Nafas hangat sang pria kembali menginvasi leher belakang Alisya, membuat gadis itu menggelinjang kegelian."Mas...""Badan kamu wangi banget, saya suka," bisik Fabian, kembali berusaha menggoda gadis itu. Alisya membalikkan badannya, menghadap ke arah Fabian yang langsung menempelkan kening mereka. Untuk pertama kalinya ia benar-benar menjadi seorang istri. Alisya menyentuh rahang pria itu, merasakan jambangnya yang kasar namun ada sensasi menyenangkan saat mengelusnya. "Kamu suka?" tanya Fabian, mengelus tangan Alisya yang nangkring di wajahnya."Dulu aku gak suka cowok yang ada bulu di muka. Tapi kayaknya aku berubah pikiran setiap liat Mas," kekeh Alisya. "Kenapa gak suka?""Eum, di sekitarku penuh sama cowok-cowok ganteng yang mukanya putih mulus," cengir Alisya."Saya jelek ya?""Nggak!" bantah A

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 33 Ayo mulai...

    Malam ini Fabian mengajak Alisya untuk bersiap-siap. Sebenarnya Alisya tak paham. Apa Fabian mengajaknya pergi kencan? Kemarin Fabian tak pernah lagi mengungkit-ungkit panggilan sayangnya terhadap Alisya hingga Alisya nyaris yakin bahwa ia hanya salah dengar saja. Sikap Fabian juga lembut, tapi bukan sesuatu yang menunjukkan ke arah kemesraan. Lalu mengenai Windy juga, Fabian hanya bilang bahwa Mama Jihan akan mengurus segalanya. Alisya kembali libur kuliah. Kebetulan memang hari Sabtu. Dan Alisya menghabiskan hari Sabtu ini dengan mencuci pakaian yang belum sempat ia cuci. Ia juga agak mengeluh karena pola makannya sangat tidak teratur kemarin. Perutnya malah kembali buncit karena asal memakan makanan. Yah, apa boleh buat. Ia harus memulai lagi diet dan work out-nya dari nol. Tapi siang ini Fabian menghubunginya untuk bersiap-siap pukul 6 sore. Jangan bilang Fabian ingin mengajaknya berkencan.Alisya tak memiliki banyak pakaian cantik. Pakaian tercantik yang dimilikinya adalah gaun p

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 32 Ehem

    "Dia yang duluan narik rambut saya, Bu. Tanya aja sama anak-anak. Sekelas jadi saksi kok, kalo Alisya yang nyerang duluan," kata Windy, membela diri. Alisya yang duduk di kursi berbeda langsung menatap tajam Windy. "Saya membela diri karena dia ngatain saya lonte, Bu.""Eh, lo duluan yang nyemperin gue dan ngajak ribut," elak Windy, lalu menatap Ketua Prodi. "Dia mukul meja saya tiba-tiba, Bu. Padahal saya dan temen-temen saya gak ngapa-ngapain."Alisya langsung naik darah. "Gak ngapa-ngapain gimana?!""Sudah! Hentikan!" pekik Ketua Prodi, pusing karena dua gadis itu saling melempar tuduhan. "Kalian berdua itu sudah mahasiswa, ribut kok kayak bocah-bocah SD."Alisya dan Windy langsung tertunduk melihat kemarahan wanita paruh baya berkacamata tebal yang menjabat sebagai Ketua Prodi, sekaligus dosen yang tadinya akan mengajar mereka. Bu Puan namanya. Kali ini Bu Puan hanya bisa menghela nafas melihat kelakukan anak didiknya itu. Di depannya juga berjejer teman-teman Windy dan Alisya yan

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 31 Ke kampus lagi

    Keadaan Alisya mulai membaik di hari kedua. Karena Alisya mati-matian menolak dibawa ke rumah sakit, Fabian sampai memanggil seorang dokter pribadi untuk memeriksa Alisya. Mama Jihan juga datang untuk merawatnya dan Fabian menepati janjinya untuk tak mengatakan apapun. Sang mertua yang menjaganya saat Fabian pergi ke kantor hari ini. "Kamu kok kurus banget, sih. Makan yang banyak dong, Nak," omel Mama Jihan saat menyuapi Alisya makan siang. Mau tak mau Alisya harus makan bubur buatan Mama Jihan, padahal Alisya tak terlalu menyukai makanan lembek itu. Waktu itu Fabian sangat tepat saat membuatkannya sup. Suhu tubuhnya sudah normal, walau perasaannya belum pulih sepenuhnya. Kemarin Fabian bertanya apa ia mau pergi ke psikiater, dan Alisya langsung menolak karena takut. "Udah sehat?" tanya Fabian yang pulang kerja lebih awal. Ia memeriksa kening Alisya dan bernafas lega."Kalo ada apa-apa, langsung hubungi Mama ya Bi," pesan sang mertua, sebelum meninggalkan apartemen Fabian. Sebenarn

DMCA.com Protection Status