"Kamu ngapain?" tanya Fabian dengan nada dingin."M-Mas, k-kok Mas ada di sini?" cicit Alisya, berusaha keras untuk berpura-pura tidak tahu bahwa Fabian ada di hotel ini.Fabian menghela nafas. "Saya tanya sekali lagi, kamu ngapain ngikutin saya?"Alisya gelagapan. "Itu...""Alisya, saya tahu kamu berbohong," desis Fabian, lalu menoleh pada Dinar yang rupanya juga berada di sana. "Din, tolong sampaikan permintaan maafku ke Seto. Aku mendadak ada urusan, jadi gak bisa dateng ke pesta pertunangannya. Bilang aja kalo hadiahnya akan aku kirim ke kantornya lusa.""Iya, Mas," gumam Dinar, agak bingung juga harus bereaksi bagaimana."Dan Alisya, kita pulang," titah Fabian dengan ekspresi yang kentara sekali tidak ingin dibantah."Iya...," lirih Alisya, melirik pada Dian yang langsung memberi isyarat berupa anggukan. Kemudian Alisya mengikuti langkah kaki Fabian keluar dari hotel. Ia hanya menunduk gelisah sambil memikirkan alasan yang pas agar Fabian tidak lebih marah. Ini pertama kalinya ia
"Mantan trainee idol?!" pekik Dian, nyaris memekakkan telinga Alisya."Iya, aku di Korea jadi trainee di salah satu agensi K-Pop," angguk Alisya, cengengesan."Wah, keren banget. Pantes kamu pinter nyanyi sambil nge-dance.""Sebenarnya kalo kamu liat trainee lain, kemampuanku belum sehebat mereka kok," ujar Alisya, rendah hati. Tapi ia jujur. Kemampuannya tak bisa dibandingkan dengan trainee lain, terutama yang sudah masuk ke kelas debut seperti Kak Acha. "Tapi tetep aja, masuk ke agensi aja udah keren. Sayang banget kamu dipaksa pulang ke Indonesia. Mungkin kamu bisa debut jadi idol nantinya," sungut Dian, entah kenapa malah anak itu yang kesal."Apa boleh buat," gumam Alisya, tersenyum menenangkan. "Tapi setidaknya, ada banyak hal yang sudah aku pelajari. Terutama cara membentuk tubuh. Sebenarnya kemaren badanku udah bagus, tapi karena jarang latihan jadi keliatan agak jelek.""Jelek dari mana?!" desis Dian, tak terima. Kalau Alisya jelek, lantas ia bagaimana?"Yah, intinya aku jug
Kesal, kesal, kesal! Rasanya kekesalan Alisya sudah di ubun-ubun. Wanita itu memang benar karena Fabian tidak pulang sampai pagi. Pria itu baru pulang di pagi hari dan langsung pergi ke kamarnya. Alisya menghela nafas. Tapi ia lebih kaget lagi saat melihat Dinar ikut masuk ke dalam apartemen. "Pagi, Alisya," sapa perempuan itu. Alisya hanya menatapnya tanpa minat. "Pagi," balasnya. "Mau berangkat kuliah ya?""Masih sarapan, Kak," jawab Alisya sekenanya. Ia masih sebal dengan basa-basi dari Dinar. Untung wanita itu tak lagi mengganggunya dan malah menonton berita di televisi. Fabian keluar kamar. Sepertinya habis mandi dan sudah memakai baju kantor. Dinar langsung melangkah mendekati Fabian, tepat di depan mata Alisya yang sedang memakan saladnya. Perempuan itu terlihat mengusap rambut Fabian yang masih lembab."Belum kering banget, Mas Bi.""Takut telat.""Dasinya juga belum rapi," kata Dinar seraya membantu Fabian memasang dasinya dari awal. Alisya diam-diam menghela nafas, lalu
Alisya ingat sekali ucapan yang membuat semangatnya kembali berkobar setelah sempat minder dengan kemampuan trainee lain."Tau gak, kenapa gerakan anak lain kelihatan lebih tajam dan powerfull dibanding kamu?" tanya Kak Acha kala itu. "Semakin kurus seseorang, gerakannya akan semakin tajam. Kamu udah bagus kok, tapi mungkin karena yang lain lebih kurus jadi keliatan gerakannya lebih bisa dilihat."Saat itu Alisya memang bisa dibilang lebih besar dibandingkan dengan trainee lain yang memang sangat kurus-kurus. "Kak Acha enak badannya kurus, Kakak juga sangat powerfull kalo nari. Wajar sih, masuk kelas debut."Acha tertawa renyah. "Dari segi power aku memang lebih. Tapi Alisya, nari itu bukan sekedar powerfull atau gak. Kamu punya kelebihan lain yang bisa kamu manfaatkan. Jujur aja, aku lumayan iri sama pinggang kamu yang ramping dan keliatan bagus banget karena pinggul kamu besar dan berbentuk.""Bentuk badan gak sama dengan kemampuan nari kali, Kak.""Salah, justru pinggul kamu bisa m
Ini pertama kalinya Alisya pergi ke club malam di Indonesia. Ia dan Dian diperbolehkan masuk dengan akses khusus, bersama Jason. Mereka ditempatkan di sebuah ruangan yang ada di belakang panggung. Katanya ada kelompok dancer lain yang juga akan tampil. Jadi event ini seperti sebuah kompetisi antar grup dancer, yang pemenangnya akan mendapatkan hadiah berupa uang, akses khusus ke club dan juga harga diri. Yang terakhir adalah yang terpenting karena akan menaikkan nama grup. Apalagi katanya pelanggan VVIP club ini kebanyakan adalah para eksekutif dari perusahaan besar di berbagai macam bidang, terutama di bidang entertainment. Jika mereka tertarik dengan grup tertentu, maka mungkin saja akan adanya kerjasama. Itu hal yang diincar oleh Jason, mengingat grup yang ia bentuk terhitung masih baru dan belum jelas masa depannya. Jason bilang ia ingin membuat sebuah agensi khusus penari. "Gak terlalu seksi apa?" pekik Dian, terkejut melihat pakaian Alisya saat ia keluar dari ruang ganti.Alisy
Di sisi Alisya, ia menyadari euforia yang terjadi akibat penampilannya tadi. Kepercayaan dirinya bertambah dan ia membayangkan seandainya ia benar-benar debut, mungkin ia bisa berdiri di panggung yang lebih besar. Saat musik diputar (lagu now dari Trouble Maker), ia dan Jason berjalan ke tengah dan lalu ia melingkarkan tangan ke lengan Jason."Tell me now, now, now~"Sesuai koreografi, mereka melangkah bersama ke depan dan Alisya berpose sensual sambil menyentuh pahanya sendiri. Lalu ia berjalan ke samping, berjongkok sebentar dan bangun dengan gerakan yang cukup seksi. Koreografi selanjutnya adalah ia menari sendirian di tengah, memakai koreografi asli tapi dengan gerakan yang lebih tajam karena ia hanya fokus menari. Bibirnya menyanyikan lirik lagu yang sudah ia hafal, walau tentu saja, sebatas gerakan bibir. "Shit! She's fuckin' hot!" umpat William, terpesona dengan gerakan lentur Alisya yang mengikuti beat lagu. "Cowoknya juga oke," gumam Dinar, tanpa sadar saat giliran Jason me
Untuk kedua kalinya Alisya kembali dihadapkan pada suasana yang menegangkan bersama Fabian. Dan kali ini Fabian menyetir mobil lebih cepat dibandingkan kemarin. Jelas sekali Fabian lebih murka, bisa dilihat dari urat lehernya yang nampak jelas dan cengkeramannya pada setir mobil. Alisya benar-benar dalam masalah saat ini. "Kamu pikir apa yang kamu lakukan?!" bentak Fabian, usai mereka masuk ke dalam apartemen. Alisya menunduk, sejujurnya ia agak takut melihat Fabian yang sedang di puncak emosi."Alisya, jawab!""Mas bilang aku boleh bergaul dengan orang seumuran aku," cicit Alisya."Kamu bisa mikir gak, sih?!"Alisya menggertakkan gigi, merasa tersinggung. "Kan Mas juga yang izinin aku buat pergi. Terus memangnya kenapa? Aku cuma lakuin hobi aku kok!""Hobi? Nari-nari di club itu hobi kamu?!""Sebelum diseret Papa pulang dari Korea aku tiap hari latihan nari kok, sampe tengah malem. Dan itu hal yang memang aku suka. Memangnya kenapa?""Bukan masalah narinya Alisya, tapi tempatnya. K
"Nyebelin banget, sumpah!" maki Alisya, di hadapan Dian. Kemarin, setelah bersitegang dengan Fabian di meja makan, Alisya memutuskan untuk masuk lagi ke kamarnya dan berniat berdiam diri di sana. Tapi Fabian tak membiarkannya melewatkan makan siang dan makan malam. Pria itu juga meminta jadwal kuliah Alisya dan menyuruh Alisya mengirimkan bukti apabila ke depannya terjadi perubahan jadwal. Alisya kesal karena ia merasa sangat dibatasi."Eum, tapi kayaknya itu demi kebaikan kamu deh, Sya," ucap Dian. Semalam ia cemas sekali, tapi ia bersyukur karena Alisya baik-baik saja. "Dan kupikir peraturan dari suami kamu cukup beralasan.""Tapi aku gak bisa kemana-mana tau, gak? Bahkan untuk ngerjain tugas aja harus lapor. Aku juga jadi gak bisa main ke kosan kamu lagi. Males banget dilarang ini itu, padahal kemaren dia nyuruh aku bergaul sama yang sepantaran, sekarang semuanya serba dilarang. Oh ya, Jason gimana?""Jason udah diobati, kok. Dia baik-baik aja," kata Dian, menenangkan Alisya. Dala