Abram tersenyum melihat Ayla, tidak di sangka ternyata Ayla masih polos seperti dulu. Begitulah yang ada di pikiran Abram saat ini. Padahal dengan jelas Abram mengakuinya sebagai kekasih tanpa persetujuan darinya. Tentu itu akan membuat Abram merasa bersalah.
"Aku merasa tidak enak jika kamu marah karena kejadian tadi. Aku bertindak tanpa merundingkannya denganmu terlebih dahulu. Tapi percayalah semua yang aku lakukan hari ini semata-mata karena ingin melindungimu, Ay," ucap Abram.
"I-iya kak, aku tahu, kakak melakukan semua itu juga pasti punya alasan, dan aku juga yakin jika itu semua untuk kebaikanku, kak." ucap Ayla.
Abram tersenyum, kemudian ia mengacak pucuk rambut Ayla, "Sebenarnya akulah yang sengaja mengirim undangan ke perusahaan N.H group," ucap Abram sambil menoleh melihat bagaimana reaksi Ayla, "Aku berharap supaya kamu bisa bertemu dengannya. Setidaknya setelah pertemuan kalian malam ini, akan mudah untukmu menemuinya
"Sementara ini belum ada informasi terbaru yang saya terima Tuan muda. Hanya saja ..." Wisnu menggantung kata-katanya karena ia tidak yakin mengatakannya. Dan Wisnu juga berpikir apakah Wibbi tertarik dengan informasi ini."Ehem, ..." Wibbi berdehem, pertanda jika ia mengijinkan Wisnu untuk melanjutkan kata-katanya."Ini informasi soal tempat tinggal Nona Ayla." Ucap Wisnu sedikit lebih berhati-hati, karena Wisnu tahu jika Tuan mudanya saat ini sedikit sensitif mengenai apapun tentang Ayla.Wibbi seketika menghentikan aktivitasnya, ia mendongak melihat ke arah Wisnu. "Katakan!!" Perintah Wibbi."Mengenai tempat tinggal Nona Ayla saat ini, ternyata rumah tersebut adalah pemberian dari Tuan muda Adi Tama,"Brakk!!Wibbi menggebrak mejanya dengan kuat, sampai-sampai Wisnu terlonjak karenanya. "APA??!!" Teriak Wibbi terkejut dengan apa yang di sampaikan oleh Wisnu."I-
Setelah memerintahkan kepada Ayla untuk ke ruangannya, Wibbi berjalan dengan langkah panjangnya meninggalkan area pantry. Sementara Ayla berlari mengikuti Wibbi di belakangnya. "Kenapa lagi sih dia? Orang satu ini sangat susah di tebak apa maunya." Gerutu Ayla sambil berlari kecil mengejar Wibbi yang mulai menjauh.Wibbi tiba-tiba menghentikan langkahnya, sehingga membuat Ayla yang berlari kecil mengejar Wibbi menabrak punggungnya. "Auw," teriak Ayla sambil mengusap keningnya. "Tuan muda yang terhormat, anda kalau mau berhenti itu ngomong dulu dong. Kalau nabrak gini kan sakit, mana punggung kamu itu keras lagi." Gerutu Ayla yang kesal.Mendengar ocehan Ayla yang seakan menyalahkan dirinya, Wibbi pun berbalik badan lalu menatap ke arah Ayla, "Kamu berani menyalahkan ku?" Tanya Wibbi sambil menunjuk ke dirinya sendiri.Degg!!Ayla menyadari sesuatu jika Wibbi adalah tipe pendendam. Ia pun dengan sigap memundurk
Belum hilang keterkejutan Ayla karena melihat map dokumen yang begitu banyak, kini ia harus di kejutkan dengan perintah Wibbi yang seakan di luar prediksinya."Wey!! Apa kamu sudah gila?! Dokumen sebanyak ini mau di kerjakan semalaman juga tidak akan selesai." Ucap Ayla kesal. Lalu Ayla membanting dokumen yang ada di tangannya ke atas meja. "Aku tidak mau mengerjakannya lagi, kamu cari saja sekertaris kamu itu. Seharusnya dia yang mengerjakan tugas seperti ini bukan aku."Melihat Ayla yang begitu kesal, membuat Wibbi menyeringai senyum meremehkan. "Kenapa? Apa kamu sudah tidak sanggup? Yang menentukan tugas ini harus dikerjakan oleh siapa itu adalah aku. Kamu pikir siapa kamu yang berani mengaturku? Sudahlah, lakukan saja tugas kamu dengan benar supaya adik kamu tidak mengalami kesulitan disini." Ucap Wibbi.Ayla membelalakkan matanya saat mendengar ucapan Wibbi barusan. Bisa-bisanya Wibbi mengancamnya lagi. Se-menyenang
Di sebuah supermarket terlihat antrian begitu panjang ke arah meja kasir. Maklum saja karena hari ini adalah weekend, jadi banyak para pekerja kantoran yang libur di hari ini. Tak terkecuali Ayla, ia juga terlihat ikut mengantri di sana dengan di temani sang adik (Ferdi).Banyaknya belanjaan di dalam troli mereka berdua, membuat troli tersebut penuh dengan berbagai macam sayuran dan juga aneka kebutuhan yang lain. Dan memang Semenjak di Jakarta, Ayla memilih belanja seminggu sekali untuk mengisi persediaan di dalam kulkasnya.Mengingat kesibukan mereka berdua jadi maklum saja kalau mereka tidak mempunyai banyak waktu luang hanya untuk sekedar belanja keperluan dapur. Di tambah lagi akhir-akhir ini Ayla sering lembur, maka semakin sedikit waktu senggang yang ia miliki.Setelah cukup lama mengantri, kini giliran Ayla dan Ferdi untuk membayar belanjaan mereka di kasir. Ayla mengeluarkan satu persatu isi di dalam troli untuk di hi
Ayla terlihat sibuk menyiapkan keperluan untuk meeting di lantai 24. Karena hari ini akan di adakan meeting bulanan untuk mengevaluasi kinerja semua departemen di N.H group. "Ay, bantu aku mem-fotocopy semua dokumen ini, biar aku saja yang menyusun minuman dan snack nya di sini." Ucap Bayu."Ok," jawab Ayla penuh semangat, kemudian ia mengambil dokumen dari tangan Bayu dan berjalan menuju ke mesin fotocopy yang tak jauh dari ruangan meeting."Ayla, ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Ikut aku sebentar." Ucap Mayang dengan wajah yang terlihat tidak senang kepada Ayla.'Apa lagi yang ingin mbak Mayang bicarakan denganku?' batin Ayla penuh tanya.Ayla yang sibuk memfotokopi dokumen menoleh ke arah Mayang. "Iya mbak Mayang," jawab Ayla. Kemudian Ayla menghentikan aktifitasnya, dan meletakkan dokumen itu di atas meja samping mesin fotocopy.Ayla berjalan di belakang Mayang. Setelah s
Hari ini pikiran Wibbi benar-benar kacau hanya karena sikap Ayla yang cuek kepadanya. Ia pun memanggil Wisnu untuk menuju ke ruangannya. Wibbi ingin tahu ada apa dengan Ayla hari ini? Apa ada masalah sehingga sikap Ayla berbeda?Setelah mengetuk pintu terlihat Wisnu memasuki ruangan Wibbi. "Apa kamu sudah menyelesaikan masalah rumah yang sudah aku katakan 3 hari yang lalu?" Tanya Wibbi tanpa menunggu Wisnu bicara terlebih dahulu."Sudah tuan muda, seharusnya hari ini Nona Ayla menerima telepon dari pihak supermarket untuk memberikan kabar gembira ini." Jawab Wisnu.Wibbi mendongak melihat ke arah Wisnu. "Tapi kenapa sikap dia hari ini terlihat aneh? Kalau pihak supermarket sudah menelpon memberikan kabar, seharusnya dia bahagia? Apa jangan-jangan dia tahu jika rumah itu dariku?" Tanya Wibbi."Menurut saya seharusnya Nona muda tidak tahu akan hal ini Tuan muda. Karena kita telah bekerjasama de
Ayla menggenggam pergelangan tangan dan mengusapnya perlahan untuk mengurangi rasa sakit akibat di tarik paksa oleh Wibbi tadi. Bahkan akibat ulah Wibbi, pergelangan tangan Ayla memerah. Kini Wibbi telah duduk di kursi belakang kemudi mobil. Wibbi hanya terdiam setelah apa yang di lakukannya barusan. Dia sendiri juga tidak tahu kenapa dia melakukan hal itu.Keduanya kini telah berada di dalam mobil, namun tak ada satu pun yang membuka suara. Wibbi berusaha meredakan emosinya yang sepertinya akan meledak sebentar lagi, makanya ia memilih diam. Sedangkan Ayla bertanya-tanya kenapa Wibbi sampai semarah itu kepadanya, namun untuk bertanya ia tidak punya keberanian.Ayla yang masih menggenggam dan mengusap pergelangan tangannya itu hanya melihat ke depan. Tak ada keberaniannya untuk sekedar melirik ke arah Wibbi, dan mema
Saat ini Wibbi dan Ayla berada di rumah baru (yang menurut Ayla adalah rumah hadiah undian dari supermarket). Mereka berdua melihat-lihat bagian dalam rumah, terdapat 2 kamar tidur di lantai 1, dan 1 kamar di lantai 2. Wajah bahagia Ayla tergambar jelas. Ia tidak menyangka jika rumah undiannya sebagus ini.Tidak seperti yang ia bayangkan, karena biasanya rumah hadiah itu adalah rumah tipe 36, yaitu rumah yang sangat sederhana. Namun saat melihat apa yang ada di depannya, semua yang ada di pikirannya hilang. Melihat rumah minimalis yang begitu bagus dan terkesan elegan, membuat Ayla berpikir bahwa ia adalah orang yang sangat beruntung. Dan jika di lihat sekilas orang tak akan percaya jika itu adalah rumah hadiah undian.Sebelum menuju ke rumah baru, Wibbi mengantarkan Ayla ke kantor pusat pemilik supermarket untuk mengurus