Semenjak Leanna menyatakan permintannya, Reynald berusaha menjadi seorang suami yang baik untuk Leanna meskipun pria itu belum bisa memberikan cinta yang diinginkan Leanna, dan sebisa mungkin tidak melukai hati wanita itu. Reynald masih dengan setia mengantar dan menjemput Leanna bekerja, tetapi kalau jadwal kerjanya hingga larut malam atau ada keadaan darurat yang mengharuskannya kerja lembur, maka Leanna akan pulang menggunakan kendaraan umum. Meskipun Reynald sering memaksanya untuk minta diantar jemput oleh Pak Sugio, supir pribadi keluarga Maheswara, tetapi Leanna lebih suka menggunakan bus besar itu sebagai kendaraan yang mengantarnya pulangSore ini Leanna selesai bekerja lebih awal. Wanita itu berinisiatif pergi ke rumah sakit Savero dan menunggu hingga suaminya selesai bekerja di sana. Namun ada pemandangan yang sedari dulu selalu membuatnya kesal dan jengkel terlintas di hadapannya begitu menginjakkan kakinya ke lobi rumah sakit. Siapa lagi yang bisa membuat Leanna kesal dan
Terdengar suara letupan kencang dikuti suara riuh teriakan orang-orang di dekat pintu gerbang rumah sakit. Beberapa petugas keamanan rumah sakit yang berjaga di pintu gerbang segera berlari ke arah asal suara untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.Ardant yang kebetulan hendak mengambil mobilnya pun ikut penasaran dengan apa yang sedang terjadi di luar sana. Hingga salah satu petugas keamanan datang menghampirinya dengan raut wajah panik.“Dokter, tolong!” Ada korban tabrak lari di dekat halte bus depan rumah sakit!” teriak salah satu petugas keamanan rumah sakit yang lari tergopoh-gopoh dari gerbang ke halaman parkir.“Apa?!”“Ayo cepat, Dok!”Ardant pun segera mengikuti petugas kemanan tersebut ke tempat kejadian dan betapa terkejutnya dia begitu melihat siapa korbannya.“Leanna?!” Ardant segera memeriksa tanda vital Leanna kemudian memberikannya pertolongan pertama.“Dokter, ada beberapa korban lagi di sana! Sepertinya pengendara mobilnya menyetir dengan kecepatan tinggi sambil
Suara ketukan pintu di pagi buta itu membangunkan Leanna dari tidurnya. Seorang perawat muda yang bertugas memeriksa kondisinya pagi ini masuk ke dalam kamarnya. Ketika terbangun Leanna sempat terkejut mendapati Reynald masih terlelap di sisi tempat tidurnya. Dengan segera Leanna menempatkan salah satu jari telunjuknya ke depan bibir, mengisyaratkan agar si perawat muda itu mengecilkan suaranya ketika memberikan penjelasan tentang kondisi dan obat yang akan diberikan. Leanna tidak ingin membangunkan pria yang terlihat sangat kelelahan itu. Setelah perawat muda itu undur diri, Leanna menatap pria yang tengah tertidur itu sambil tersenyum. Senang rasanya masih bisa melihat Reynald di sampingnya, walaupun ketika mobil hitam yang bergerak kencang itu sempat membuat Leanna takut kehilangan kesempatan untuk terus bersama pria yang dicintainya ini. Merasa seperti sedang diperhatikan, Reynald bergerak perlahan sebelum terbangun dari tidurnya. Pria itu menyugar rambutnya yang berantakan ke be
“Apa barang-barangmu sudah dirapikan semuanya?” tanya Reynald saat pria itu masuk ke dalam kamar rawat Leanna. Siang ini Leanna sudah diperbolehkan pulang. Selebihnya hanya perlu rawat jalan saja. “Sudah, Dok.” “Oke, ayo kita pulang.” Reynald mengambil tas Leanna dan membantu membawakannya. Sedangkan tangannya satu lagi menggandeng tangan Leanna dengan erat. “Loh, bukannya Dokter harus bekerja? Aku telepon Pak Sugio saja, ya?” “Tidak perlu. Saya ambil jatah libur beberapa hari ini.” “Beberapa hari?” Leanna agak sedikit heran dengan ucapan Reynald. “Hmm … bukankah saya masih punya hutang kencan dan bulan madu ya sama kamu?” “Hah?!” “Kenapa kaget begitu?” Reynald menoleh sekilas untuk melihat ekspresi wajah Leanna yang terkejut mendengar ucapannya. “Hutang apa?” tanya Leanna seakan tidak percaya pada pendengarannya barusan. “Saya kan sudah bilang kemarin. Jadi mulai hari ini saya akan melakukan hal yang pernah saya lewatkan saat bersamamu.” “Lalu, ini kita sebenarnya mau ke ma
Sejak Leanna dan Reynald kembali ke rumah dari liburan mereka yang singkat, Reynald lebih sering menghabiskan waktu di ruang kerja Kakek. Bahkan sepulang bekerja pun seringkali pria itu membawa banyak tumpukan berkas yang diam-diam diserahkan Nico padanya ke dalam kamar. Entah apa yang sebenarnya sedang terjadi, tetapi Leanna tahu kalau ada sesuatu yang tidak beres di dalam perusahaan Kakek. Leanna juga tahu kalau Reynald sengaja meminta Nico melimpahkan semua pekerjaan Kakek padanya mengingat kondisi Kakek yang kurang baik akhir-akhir ini.Sudah tengah malam saat Reynald mendesah pelan sambil meletakkan berkas terakhir yang harus diperiksanya. Pria itu memijat pelipisnya pelan saat Leanna meletakkan secangkir kopi hangat di atas meja kerjanya.“Apa ada masalah, Dok?” tanya Leanna yang berdiri di samping Reynald sambil menatap tumpukan berkas di meja kerja pria itu.“Ya, begitulah.” Reynald menyeruput kopinya pelan. Dia selalu suka wangi kopi buatan Leanna. Entah bagaimana caranya wan
Entah apa yang sebenarnya sedang berlangsung di tubuh kerajaan bisnis Kakek, tetapi menurut laporan Nico, tampaknya mereka semua sedang mencari titik kelemahan Kakek untuk mengambil alih Savero Group. Melihat kondisi Kakek sekarang, Reynald tidak mungkin hanya diam saja. Apalagi ketika dia ingat apa yang Nico bilang padanya barusan.“Tuan Muda, sepertinya para dewan direksi mulai tidak nyaman dengan kondisi kesehatan Tuan Besar. Mereka benar-benar ingin Tuan Besar menentukan ahli warisnya sesegera mungkin. Kalau tidak, mereka yang akan memutuskan siapa penerus selanjutnya dan Tuan pasti tahu apa yang akan terjadi, kan? Perebutan saham dan kekuasaan. Jadi tolong pikirkan baik-baik saran saya sebelumnya.”Sudah setengah jam lebih Reynald berada di teras halaman depan rumah Leanna. Pikirannya sedang campur aduk memikirkan apa yang baru saja Nico katakan hingga dia tidak menyadari kedatangan Leanna yang menghampirinya.“Ada apa? Apa ada masalah?” tanya Leanna begitu melihat raut wajah Rey
“Mereka ingin aku menikah dengan Rysha dan … menceraikan kamu kalau aku ingin mempertahankan bisnis yang sudah Kakek bangun dari dulu dengan susah payah,” kata Reynald berat sambil menatap nanar ke arah Leanna. Ada sedikit rasa tercekik begitu mengucapkan kalimat yang akan menyakiti Leanna itu. Namun dia harus jujur tentang keadaan yang sebenarnya pada Leanna.Leanna cukup terkejut mendengar penjelasan yang Reynald berikan tersebut. Jantungnya seakan melompat keluar dan menyesakkan dadanya begitu mendengar kalimat tentang perceraian itu.“Ka-kalau memang itu jalan yang terbaik untuk mempertahankan bisnis Kakek … Dokter boleh menceraikanku,” kata Leanna terbata. Tanpa berpikir lebih jauh, kalimat itu terlontar begitu saja dari bibirnya.Leanna menarik napas panjang kemudian kembali berkata, “Aku tahu aku bukan siapa-siapa. Aku juga bukan orang kaya yang bisa menyelamatkan bisnis Kakek, tetapi kalau memang ini jalan satu-satunya, aku akan merelakannya. Aku juga tahu kalau Dokter belum b
Sudah hampir sebulan ini Reynald jarang pulang ke rumah. Semenjak menolak permintaan Tuan Darwin, Reynald menjadi seperti mesin pekerja. Pria itu harus rela menyisihkan sebagian waktunya untuk membantu mengurus masalah di perusahaan Kakek. Belum lagi pekerjaannya di rumah sakit yang cukup padat. Hal ini sering membuat Leanna merasa khawatir. Terkadang menghubungi suaminya itu pun menjadi sangat sulit, walaupun Leanna selalu berusaha mengerti pekerjaan dan kegiatan pria itu.Seperti pagi ini di sela waktu istirahatnya, Leanna kembali mencoba menghubungi Reynald. Namun teleponnya sama sekali tidak dijawab. Kalaupun dijawab, bisa satu atau dua jam yang akan datang. Itu pun hanya berupa pesan singkat seperti yang sedang dibaca Leanna saat jam istirahat makan siangnya ini.Hari ini pekerjaanku padat. Kamu pulang dengan Pak Sugio saja, ya.Hanya kalimat singkat seperti itu yang Leanna terima sebagai jawaban kekhawatirannya. Tanpa sadar Leanna termenung menatapi layar ponselnya hingga tak sa