Leanna terbangun dalam dekapan yang membuatnya nyaman dan tidur nyenyak semalam. Lengan Reynald masih melingkar erat di pinggang Leanna. Tubuh wanita itu bahkan menegang di balik selimut, tetapi begitu teringat apa yang telah terjadi semalam membuatnya berusaha menyembunyikan wajah pada dada bidang pria itu.“Kamu sudah bangun, Leanna?” Reynald mengecup puncak kepala Leanna sambil mengetatkan pelukannya. “Apa punggungmu sakit? Kenapa kaku begini?” Sentuhan pria itu sempat membuat Leanna bergidik. Leanna menggeleng pelan masih dengan menyembunyikan wajahnya.“Kamu kenapa?” tanya pria itu lagi berusaha mengangkat wajah Leanna yang disembunyikan di dadanya.“Aku malu, Dokter!” sahut Leanna pelan“Malu kenapa?”“Dokter jangan lihat aku. Pokoknya aku malu!” Leanna semakin membenamkan wajahnya di dada bidang Reynald.“Loh, kenapa? Kamu kelihatan cantik kalau bangun tidur begini.”Reynald mengangkat wajah Leanna perlahan. Menatapnya sambil tersenyum kemudian mencium bibirnya lembut.“Kalau w
Hanya dalam sekejap saja mobil Reynald dan Ardant berhenti tepat di depan halte bus tempat Leanna menunggu. Reynald menghampiri istrinya yang berusaha menahan panik dan memberi aba-aba agar Laila bisa bernapas teratur. Kemudian menarik wanita itu sedikit menepi agar Rysha dan Ardant bisa segera memeriksa keadaan Laila.Leanna memeluk gadis kecil yang terlihat khawatir menatap keadaan bundanya. Berusaha menenangkan gadis kecil bernama Vanya itu dan meyakinkan kalau sang bunda akan baik-baik saja.“Kita harus segera membawanya ke rumah sakit, Rey! Bisa kamu telepon Dokter Vira untuk stand by? Aku pikir dia akan segera melahirkan,” kata Rysha sambil membantu Laila masuk ke dalam mobil Reynald.Reynald mengangguk. Segera menelepon rekan sejawatnya yang dimaksud sambil masuk ke dalam mobil dan segera melajukannya ke rumah sakit.“Bertahanlah sedikit lagi. Mereka sudah siap di depan pintu IGD!” kata Reynald saat melihat Leanna dan Rysha membantu Laila bergantian melalui kaca spion.Sesekali
Semenjak tinggal di rumah Kakek, Reynald sering kali menghabiskan waktu di ruang kerja sang kakek untuk membantunya menyelesaikan beberapa masalah bisnis mereka. Tidak jarang Reynald membawa beberapa berkas pekerjaan Kakek ke kamar dan mempelajarinya hingga larut malam.“Dokter, mau kubuatkan kopi?” tanya Leanna begitu pria itu masuk ke dalam kamar dengan membawa setumpuk berkas yang harus diperiksanya.Pria itu hanya menjawab dengan sebuah senyuman dan anggukan pelan.“Kalau begitu, aku buatkan dulu. Tunggu sebentar, ya.”“Leanna ….”“Ya.”Reynald menarik lengan Leanna pelan kemudian mengecup bibir wanita itu sekilas sambil tersenyum. “Maaf kalau belakangan ini aku sibuk sekali.” Reynald menatap lembut Leanna seakan merasa bersalah.“Tidak apa-apa. Aku mengerti, kok.” Leanna hanya tersenyum simpul kemudian kembali melangkah menuju dapur untuk membuat secangkir kopi kesukaan suaminya itu.Walaupun Leanna tidak tahu segala macam hal tentang bisnis, tetapi sepertinya ada hal serius yang
Tuan Darwin Rahardjo seperti enggan berlama-lama menatap Leanna. Pria paruh baya itu memilih segera memalingkan wajahnya dan menatap Reynald kemudian mengajak Kakek Antony bergabung dengan rekannya yang lain. “Tony, sebaiknya kita berbincang di depan saja dengan Bratayuda!”“Baik. Mari kita ke depan!” sahut Kakek Antony sambil tersenyum.“Kamu juga ikut kami, Rey!” titah pria paruh baya itu dengan intonasi tak bisa dibantah kemudian berjalan bersama Rysha mendahului mereka. Leanna sempat melihat ekspresi Rysha yang sepertinya terlihat senang sekali memiliki lebih banyak waktu bersama Reynald di pesta ini.“Kamu tidak apa-apa kan menunggu di sini?” tanya Reynald pada Leanna.“Iya, tidak apa-apa. Lagi pula aku tidak akan paham jika yang kalian bicarakan tentang bisnis,” jawab Leanna sambil tersenyum miris. Walaupun sedikit kecewa, tetapi sebisa mungkin dia bersikap biasa saja.“Telepon aku jika terjadi sesuatu, oke?” kata Reynald lagi yang dijawab dengan anggukan pelan oleh Leanna.Seka
“Sepertinya kamu senang hari ini? Apalagi penyanyi dan artis terkenal itu bersedia menemanimu selama pesta berlangsung,” sindir Reynald sambil melepas dasinya kemudian memasukkan salah satu tangannya ke dalam kantong celana tanda dia dalam mode serius. Mendengar sindiran yang tajam seperti itu semakin membuat hati Leanna panas. Wanita itu pun mendongak balas menatap Reynald. Kekesalannya sudah di ubun-ubun kepalanya dan siap meledak kapan saja. “Maksud Dokter apa? Dokter cemburu sama Arvian?” tanya Leanna tanpa basa-basi. Nada suaranya kini mulai terdengar ketus dan itu membuat Reynald semakin memicingkan matanya tidak suka. “Saya cuma ingin mengingatkanmu saja. Di pesta itu semua mengenal keluarga kita, setidaknya kamu bisa menjaga sikapmu di sana. Jangan sampai orang berpikiran yang tidak-tidak begitu melihatmu bersama pria lain.” Walaupun pria itu mengucapkannya dengan nada yang dibuat selembut mungkin, tetapi nyatanya masih terdengar dingin di telinga Leanna. Leanna mendesah pe
Sedari pagi media infotainment dihebohkan oleh berita tentang kedekatan Arvian dengan seorang wanita. Entah dari mana gosip itu bermula, tetapi wanita yang bersama Arvian pada foto yang beredar luas itu terlihat seperti sosok Leanna. Hal ini membuat kehebohan di stasiun TV VO-Channel tempat Leanna bekerja.“Leanna, apa berita ini benar?” tanya Nindy sambil menunjukkan laman berita infotainment terkini di layar ponselnya dengan suara rendah berbisik.“Kok bisa?”“Apanya yang kok bisa? Jadi benar kamu sama Arvian ….”“Ya tidak mungkin, lah!”“Terus kenapa bisa muncul berita seperti ini?”“Mana aku tahu. Kami memang pergi ke pesta malam itu, tapi aku pergi dengan Kakek dan suamiku. Lagi pula di sana Arvian diundang sebagai pengisi acara, kok. Makanya kami kebetulan bertemu di sana,” jelas Leanna dengan suara yang tak kalah rendah, takut terdengar orang-orang di sekelilingnya yang masih heboh membicarakan siapa gadis beruntung yang mendapat perhatian Arvian.“Tapi di foto ini kalian duduk
Masalah gosip akhirnya dapat diselesaikan dengan mudah berkat kehadiran Reynald. Untung saja untuk sementara ini para wartawan itu percaya dengan apa yang sudah mereka katakan. Namun sayangnya, keakraban yang terlihat baik di depan kamera tersebut langsung sirna begitu kedua pria itu kembali masuk ke dalam gedung stasiun TV VO-Channel.Kali ini tatapan keduanya seperti sedang saling mengacungkan pedang hendak bertempur. Tatapan keduanya terlihat sengit saling menusuk satu sama lain.“Terima kasih untuk yang barusan!” ucap Arvian ketus.“Saya tidak datang untuk membantumu. Saya hanya ingin istri saya terhindar dari masalah.”“Baguslah, kalau kamu memihak Leanna.” Ucapan pujian yang Arvian ucapkan justru terdengar seperti sindiran.“Apa maksudmu?”“Kupikir kamu hanya akan peduli pada wanita cantik yang salalu mengikutimu di pesta itu.” Arvian masih menyindir dengan ketus.“Kalau bukan karena kamu duduk dan mengobrol dengan Leanna, dia pasti tidak akan terseret masalah seperti ini.” Reyn
Semenjak Leanna menyatakan permintannya, Reynald berusaha menjadi seorang suami yang baik untuk Leanna meskipun pria itu belum bisa memberikan cinta yang diinginkan Leanna, dan sebisa mungkin tidak melukai hati wanita itu. Reynald masih dengan setia mengantar dan menjemput Leanna bekerja, tetapi kalau jadwal kerjanya hingga larut malam atau ada keadaan darurat yang mengharuskannya kerja lembur, maka Leanna akan pulang menggunakan kendaraan umum. Meskipun Reynald sering memaksanya untuk minta diantar jemput oleh Pak Sugio, supir pribadi keluarga Maheswara, tetapi Leanna lebih suka menggunakan bus besar itu sebagai kendaraan yang mengantarnya pulangSore ini Leanna selesai bekerja lebih awal. Wanita itu berinisiatif pergi ke rumah sakit Savero dan menunggu hingga suaminya selesai bekerja di sana. Namun ada pemandangan yang sedari dulu selalu membuatnya kesal dan jengkel terlintas di hadapannya begitu menginjakkan kakinya ke lobi rumah sakit. Siapa lagi yang bisa membuat Leanna kesal dan