Sedari pagi media infotainment dihebohkan oleh berita tentang kedekatan Arvian dengan seorang wanita. Entah dari mana gosip itu bermula, tetapi wanita yang bersama Arvian pada foto yang beredar luas itu terlihat seperti sosok Leanna. Hal ini membuat kehebohan di stasiun TV VO-Channel tempat Leanna bekerja.“Leanna, apa berita ini benar?” tanya Nindy sambil menunjukkan laman berita infotainment terkini di layar ponselnya dengan suara rendah berbisik.“Kok bisa?”“Apanya yang kok bisa? Jadi benar kamu sama Arvian ….”“Ya tidak mungkin, lah!”“Terus kenapa bisa muncul berita seperti ini?”“Mana aku tahu. Kami memang pergi ke pesta malam itu, tapi aku pergi dengan Kakek dan suamiku. Lagi pula di sana Arvian diundang sebagai pengisi acara, kok. Makanya kami kebetulan bertemu di sana,” jelas Leanna dengan suara yang tak kalah rendah, takut terdengar orang-orang di sekelilingnya yang masih heboh membicarakan siapa gadis beruntung yang mendapat perhatian Arvian.“Tapi di foto ini kalian duduk
Masalah gosip akhirnya dapat diselesaikan dengan mudah berkat kehadiran Reynald. Untung saja untuk sementara ini para wartawan itu percaya dengan apa yang sudah mereka katakan. Namun sayangnya, keakraban yang terlihat baik di depan kamera tersebut langsung sirna begitu kedua pria itu kembali masuk ke dalam gedung stasiun TV VO-Channel.Kali ini tatapan keduanya seperti sedang saling mengacungkan pedang hendak bertempur. Tatapan keduanya terlihat sengit saling menusuk satu sama lain.“Terima kasih untuk yang barusan!” ucap Arvian ketus.“Saya tidak datang untuk membantumu. Saya hanya ingin istri saya terhindar dari masalah.”“Baguslah, kalau kamu memihak Leanna.” Ucapan pujian yang Arvian ucapkan justru terdengar seperti sindiran.“Apa maksudmu?”“Kupikir kamu hanya akan peduli pada wanita cantik yang salalu mengikutimu di pesta itu.” Arvian masih menyindir dengan ketus.“Kalau bukan karena kamu duduk dan mengobrol dengan Leanna, dia pasti tidak akan terseret masalah seperti ini.” Reyn
Semenjak Leanna menyatakan permintannya, Reynald berusaha menjadi seorang suami yang baik untuk Leanna meskipun pria itu belum bisa memberikan cinta yang diinginkan Leanna, dan sebisa mungkin tidak melukai hati wanita itu. Reynald masih dengan setia mengantar dan menjemput Leanna bekerja, tetapi kalau jadwal kerjanya hingga larut malam atau ada keadaan darurat yang mengharuskannya kerja lembur, maka Leanna akan pulang menggunakan kendaraan umum. Meskipun Reynald sering memaksanya untuk minta diantar jemput oleh Pak Sugio, supir pribadi keluarga Maheswara, tetapi Leanna lebih suka menggunakan bus besar itu sebagai kendaraan yang mengantarnya pulangSore ini Leanna selesai bekerja lebih awal. Wanita itu berinisiatif pergi ke rumah sakit Savero dan menunggu hingga suaminya selesai bekerja di sana. Namun ada pemandangan yang sedari dulu selalu membuatnya kesal dan jengkel terlintas di hadapannya begitu menginjakkan kakinya ke lobi rumah sakit. Siapa lagi yang bisa membuat Leanna kesal dan
Terdengar suara letupan kencang dikuti suara riuh teriakan orang-orang di dekat pintu gerbang rumah sakit. Beberapa petugas keamanan rumah sakit yang berjaga di pintu gerbang segera berlari ke arah asal suara untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.Ardant yang kebetulan hendak mengambil mobilnya pun ikut penasaran dengan apa yang sedang terjadi di luar sana. Hingga salah satu petugas keamanan datang menghampirinya dengan raut wajah panik.“Dokter, tolong!” Ada korban tabrak lari di dekat halte bus depan rumah sakit!” teriak salah satu petugas keamanan rumah sakit yang lari tergopoh-gopoh dari gerbang ke halaman parkir.“Apa?!”“Ayo cepat, Dok!”Ardant pun segera mengikuti petugas kemanan tersebut ke tempat kejadian dan betapa terkejutnya dia begitu melihat siapa korbannya.“Leanna?!” Ardant segera memeriksa tanda vital Leanna kemudian memberikannya pertolongan pertama.“Dokter, ada beberapa korban lagi di sana! Sepertinya pengendara mobilnya menyetir dengan kecepatan tinggi sambil
Suara ketukan pintu di pagi buta itu membangunkan Leanna dari tidurnya. Seorang perawat muda yang bertugas memeriksa kondisinya pagi ini masuk ke dalam kamarnya. Ketika terbangun Leanna sempat terkejut mendapati Reynald masih terlelap di sisi tempat tidurnya. Dengan segera Leanna menempatkan salah satu jari telunjuknya ke depan bibir, mengisyaratkan agar si perawat muda itu mengecilkan suaranya ketika memberikan penjelasan tentang kondisi dan obat yang akan diberikan. Leanna tidak ingin membangunkan pria yang terlihat sangat kelelahan itu. Setelah perawat muda itu undur diri, Leanna menatap pria yang tengah tertidur itu sambil tersenyum. Senang rasanya masih bisa melihat Reynald di sampingnya, walaupun ketika mobil hitam yang bergerak kencang itu sempat membuat Leanna takut kehilangan kesempatan untuk terus bersama pria yang dicintainya ini. Merasa seperti sedang diperhatikan, Reynald bergerak perlahan sebelum terbangun dari tidurnya. Pria itu menyugar rambutnya yang berantakan ke be
“Apa barang-barangmu sudah dirapikan semuanya?” tanya Reynald saat pria itu masuk ke dalam kamar rawat Leanna. Siang ini Leanna sudah diperbolehkan pulang. Selebihnya hanya perlu rawat jalan saja. “Sudah, Dok.” “Oke, ayo kita pulang.” Reynald mengambil tas Leanna dan membantu membawakannya. Sedangkan tangannya satu lagi menggandeng tangan Leanna dengan erat. “Loh, bukannya Dokter harus bekerja? Aku telepon Pak Sugio saja, ya?” “Tidak perlu. Saya ambil jatah libur beberapa hari ini.” “Beberapa hari?” Leanna agak sedikit heran dengan ucapan Reynald. “Hmm … bukankah saya masih punya hutang kencan dan bulan madu ya sama kamu?” “Hah?!” “Kenapa kaget begitu?” Reynald menoleh sekilas untuk melihat ekspresi wajah Leanna yang terkejut mendengar ucapannya. “Hutang apa?” tanya Leanna seakan tidak percaya pada pendengarannya barusan. “Saya kan sudah bilang kemarin. Jadi mulai hari ini saya akan melakukan hal yang pernah saya lewatkan saat bersamamu.” “Lalu, ini kita sebenarnya mau ke ma
Sejak Leanna dan Reynald kembali ke rumah dari liburan mereka yang singkat, Reynald lebih sering menghabiskan waktu di ruang kerja Kakek. Bahkan sepulang bekerja pun seringkali pria itu membawa banyak tumpukan berkas yang diam-diam diserahkan Nico padanya ke dalam kamar. Entah apa yang sebenarnya sedang terjadi, tetapi Leanna tahu kalau ada sesuatu yang tidak beres di dalam perusahaan Kakek. Leanna juga tahu kalau Reynald sengaja meminta Nico melimpahkan semua pekerjaan Kakek padanya mengingat kondisi Kakek yang kurang baik akhir-akhir ini.Sudah tengah malam saat Reynald mendesah pelan sambil meletakkan berkas terakhir yang harus diperiksanya. Pria itu memijat pelipisnya pelan saat Leanna meletakkan secangkir kopi hangat di atas meja kerjanya.“Apa ada masalah, Dok?” tanya Leanna yang berdiri di samping Reynald sambil menatap tumpukan berkas di meja kerja pria itu.“Ya, begitulah.” Reynald menyeruput kopinya pelan. Dia selalu suka wangi kopi buatan Leanna. Entah bagaimana caranya wan
Entah apa yang sebenarnya sedang berlangsung di tubuh kerajaan bisnis Kakek, tetapi menurut laporan Nico, tampaknya mereka semua sedang mencari titik kelemahan Kakek untuk mengambil alih Savero Group. Melihat kondisi Kakek sekarang, Reynald tidak mungkin hanya diam saja. Apalagi ketika dia ingat apa yang Nico bilang padanya barusan.“Tuan Muda, sepertinya para dewan direksi mulai tidak nyaman dengan kondisi kesehatan Tuan Besar. Mereka benar-benar ingin Tuan Besar menentukan ahli warisnya sesegera mungkin. Kalau tidak, mereka yang akan memutuskan siapa penerus selanjutnya dan Tuan pasti tahu apa yang akan terjadi, kan? Perebutan saham dan kekuasaan. Jadi tolong pikirkan baik-baik saran saya sebelumnya.”Sudah setengah jam lebih Reynald berada di teras halaman depan rumah Leanna. Pikirannya sedang campur aduk memikirkan apa yang baru saja Nico katakan hingga dia tidak menyadari kedatangan Leanna yang menghampirinya.“Ada apa? Apa ada masalah?” tanya Leanna begitu melihat raut wajah Rey