“Maaf, Mbak Erlin. Anda dinyatakan positif hamil.”
“Apa? Saya hamil? Bagaimana itu mungkin?”
Penjelasan dokter benar-benar membuat Erlin terkejut. Sejujurnya dia juga bingung karena mendapatkan panggilan tiba-tiba dari pihak rumah sakit dan diminta untuk datang. Erlin hanya menurut dan berpikir itu ada kaitannya dengan kondisi kesehatannya yang sempat memeriksakan diri di sana beberapa waktu yang lalu.
Namun dia sangat tidak menyangka bahwa dokter akan menyatakan hasil pemeriksaan yang begitu mengejutkan. Waktu itu Erlin memeriksakan diri dan berkonsultasi terkait jadwal menstruasinya yang tidak teratur. Tapi itu bukan alasan dia lantas dinyatakan hamil. Erlin tidak percaya karena dia tahu benar dirinya tidak pernah melakukan hubungan seksual dengan pria mana pun termasuk dengan kekasihnya sendiri yang bernama Ervan.
“Dokter tolong ya jangan bercanda. Apa maksud semua ini? Saya tiba-tiba dipanggil untuk datang, diperiksa, lalu dinyatakan hamil? Apa petugas medis masih sempat membuat lelucon?” kata Erlin merasa aneh.
“Begini, Mbak Erlin. Sebenarnya ada sedikit masalah yang harus kami sampaikan dan mungkin Mbak Erlin tidak akan senang mendengarnya,” ujar dokter perempuan bernama Nuri itu.
“Masalah apa, Dok?” tanya Erlin.
“Sebelumnya saya dan beberapa dokter yang terlibat ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya pada Mbak Erlin. Terjadi kesalahan besar yang dilakukan salah satu dokter di rumah sakit ini sewaktu menangani Mbak Erlin. Dokter itu melakukan proses inseminasi buatan pada orang yang salah dan korbannya adalah Mbak Erlin,” kata Dokter Nuri berusaha menyampaikan dengan nada halus dan seramah mungkin. Dia sadar apa yang akan dia sampaikan tidak akan mudah diterima oleh lawan bicaranya.
“Maksud dokter apa sih? Saya tidak mengerti,” keluh Erlin tidak mampu memahami informasinya secara utuh.
“Seperti yang sudah saya katakan tadi. Mbak Erlin sekarang sedang mengandung.”
“Dokter, jadwal menstruasi saya memang tidak teratur. Tapi saya tidak pernah melakukan hubungan seksual dengan pria mana pun. Jadi mana mungkin saya bisa hamil? Mau dapat benih dari mana coba? Dokter pasti salah diagnosa,” balas Erlin tetap teguh dengan keyakinannya sendiri.
"Jadi begini, Mbak. Memang ada beberapa alternatif cara yang bisa dipakai untuk membantu kehamilan tanpa melalui hubungan seksual. Ada yang namanya inseminasi buatan. Ini biasa digunakan untuk membantu pasutri yang kesulitan memiliki keturunan dengan cara normal," jelas dokter.
“Rumah sakit kami menyediakan layanan itu. Beberapa waktu lalu ada seseorang yang ingin menjalani program inseminasi buatan. Seharusnya kami melakukan injeksi sel sperma pada perempuan itu tapi ternyata terjadi kesalahan sehingga prosesnya terjadi pada Mbak Erlin. Mbak Erlin hamil karena menjadi korban inseminasi salah sasaran.”
“Apa?”
Istilah inseminasi buatan masih terdengar asing di telinga Erlin. Tapi sekarang dia ditampar oleh kenyataan bahwa dirinya hamil karena program itu. Erlin tak kuasa berkata-kata. Otaknya masih berusaha mencerna informasi berat yang tiba-tiba dia terima.
Erlin syok. Dokter Nuri pun bisa melihat ekspresi itu. Bagaimana tidak, Erlin masih berstatus sebagai mahasiswa semester lima jurusan Akuntansi di sebuah perguruan tinggi negeri.
Fakta kehamilan di luar nikah, sekalipun bukan terjadi karena hubungan terlarang, pasti akhirnya akan menciptakan banyak masalah. Masa depan Erlin terancam entah itu berkaitan dengan pendidikan atau hubungan percintaan.
Tangan Erlin bergetar meraba area perutnya yang masih rata. Rasanya seperti mimpi buruk membayangkan ada janin yang sedang tumbuh di rahimnya. Erlin tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya dan apa yang harus dia lakukan dengan kehamilan itu.
Erlin jelas tidak bisa menerima kehadirannya. Belum lagi memikirkan bagaimana respon orang tua dan masyarakat sekitarnya. Bagaimana pula nasib kisah asmaranya jika Ervan sampai tahu dia tengah berbadan dua.
Erlin memijat pelipis dan menyurai rambut panjangnya. Pertanda bahwa dia sedang sangat kalut. Dokter Nuri turut berempati dan memberikan segelas air agar pasiennya sedikit lebih tenang. Dokter Nuri kembali mengajukan permohonan maaf tapi Erlin bukan orang yang cukup sabar untuk menghadapi fakta pahit sebesar itu.
“Sudah cukup, Dok. Saya tidak butuh permintaan maaf dari dokter karena itu juga tidak bisa mengembalikan kondisi saya seperti semula,” ucap Erlin tegas. Dokter Nuri tidak tersinggung dan merasa kemarahan Erlin adalah sesuatu yang wajar.
“Saya tidak terima dengan semua ini. Saya merasa sangat dirugikan. Saya akan membuat tuntutan atas kesalahan dokter,” imbuh Erlin membuat Dokter Nuri tercengang.
“Maaf, Mbak. Tapi kamu tidak bisa membuat tuntutan atas Dokter Nuri,” ucap seorang laki-laki yang tiba-tiba menimpali. Pandangan Erlin dan Dokter Nuri sama-sama teralihkan pada sosok yang baru masuk ke ruangan itu.
“Dokter Antonio,” sapa Dokter Nuri. Sementara Erlin tidak mengenali laki-laki berjas putih itu.
“Jadi bagaimana hasilnya, Dokter Nuri?” tanya Dokter Antonio.
“Dia benar-benar sedang hamil,” jawab Dokter Nuri sedikit meringis. Eskpresi Dokter Antonio juga tak jauh berbeda. Sementara Erlin hanya melongo menyaksikan perbincangan kedua tenaga medis itu.
Setelah mengetahui hasil pemeriksaannya, Dokter Antonio mengambil alih untuk berbicara dengan Erlin. Dia menjelaskan bagaimana kesalahan inseminasi buatan itu bisa terjadi. Ternyata Dokter Antonio juga ikut andil dalam proses itu walau tidak secara langsung.
Dokter Antonio mengatakan bahwa bukan Dokter Nuri yang melakukan proses inseminasi itu pada Erlin. Itu sebabnya Erlin tidak bisa menuntut Dokter Nuri. Orang yang melakukan kesalahan utama sebenarnya adalah Dokter Raisa, dokter spesialis kandungan yang juga bertugas di rumah sakit itu.
Antonio tahu bagaimana watak Raisa dan Nuri. Nuri lebih ramah dan sabar. Itu sebabnya dia lebih memilih agar Nuri yang menjelaskan duduk perkaranya secara baik-baik pada pasien yang menjadi korban.
“Siapa pun pelakunya, saya tetap akan membuat tuntutan,” ujar Erlin tetap menunjukkan sikap tegas.
“Tolong, Mbak. Saya harap kita bisa membicarakan masalah ini dengan baik dan menyelesaikannya secara kekeluargaan. Lagi pula dengan membuat tuntutan juga tidak akan membuat kondisimu berubah,” bujuk Antonio.
Antonio juga mengerti bagaimana sulitnya menerima kehamilan yang tidak diinginkan. Antonio tahu mereka sudah melakukan kesalahan. Tapi tetap saja setiap orang yang bersalah masih mencari kesempatan untuk mencari aman.
Setelah mengetahui terjadi kesalahan dalam proses inseminasi buatan, Antonio selaku dokter yang bertanggung jawab langsung mencari siapa korbannya dan memanggilnya ke rumah sakit. Dia meminta bantuan Dokter Nuri untuk memastikan kondisi pasien untuk mengetahui akibat proses inseminasi itu. Ternyata benar korbannya dinyatakan hamil.
Antonio berusaha membujuk Erlin agar mau menempuh jalan damai. Dia tidak ingin sampai banyak orang tahu dan masalah itu didengar oleh pimpinan rumah sakit. Setidaknya ada tiga dokter yang bisa terseret jika masalah itu tersebar.
Tapi membujuk Erlin juga bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Membujuknya tidak sama seperti merayu anak kecil dengan memberikan permen.
“Ya kalau begitu sama saja. Memaafkan kalian juga tidak akan membuat saya tidak jadi hamil,” balas Erlin tak mau kalah. Mendengar hal itu, Antonio sempat menghembuskan napas berat agar tidak ikut terbawa emosi. Antonio berusaha tetap tenang menghadapi sikap Erlin dengan usianya yang memang masih muda dan mengedepankan ego.
“Tolong mengertilah bahwa masalah ini bisa beresiko besar pada pekerjaan kami. Jadi kami sangat mengharap kerja samanya,” pinta Antonio setengah memohon.
“Saya yang minta tolong agar kalian jangan egois mementingkan pekerjaan. Di sini nasib masa depan saya yang dipertaruhkan. Kuliah saya belum selesai, belum menikah tapi tiba-tiba dinyatakan hamil. Apa yang akan saya katakan pada orang-orang? Apalagi saya juga tidak tahu siapa ayahnya,” ujar Erlin menumpahkan sedikit kegundahan hati.
“Tapi saya tahu siapa ayah dari anak itu,” balas Antonio tak kalah membuat Erlin tercengang.
“Siapa orangnya?”
“Siapa orangnya?” tanya Erlin penasaran. Namun belum sempat Antonio memberikan jawaban, ponsel di dalam tas Erlin sudah lebih dulu berdering. Ada satu panggilan dari teman kuliahnya. “Ada apa, Windy?” ujar Erlin setelah panggilan tersambung. “Kamu di mana sih? Jam segini belum kelihatan di kampus. Kamu enggak bolos kan?” cecar temannya yang bernama Windy dari seberang. “Bolos sih enggak. Tapi mungkin telat sebentar. Aku masih ada urusan,” jawab Erlin. “Ya ampun urusan apa sih? Lebih baik kamu segera ke kampus deh. Pokoknya usahakan jangan telat,” titah Windy. “Emangnya kenapa sih sampai segitunya?” tanya Erlin heran dengan sikap Windy yang tak biasa. “Kalau hanya karena ada gosip terbaru yang ingin kamu ceritakan, bisa pending nanti aja deh. Serius aku lagi ribet sekarang,” imbuh Erlin. Dia tahu biasanya Windy bersikap heboh jika mendapatkan isu terbaru seputar anak-anak di kampus. Bisa dikatakan mereka berdua adalah partner in crime dalam urusan berburu gosip. “Aduh...justru ak
“Van, aku bisa jelasin semuanya sama kamu. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan,” kata Erlin panik. Dia benar-benar tidak ingin Ervan salah paham. “Sekarang jawab aku dengan jujur, Erlin. Apa test pack ini punya kamu?” tanya Ervan dengan tegas. Erlin hanya menggigit bibir dan tak langsung menjawab. “Jawab aku!” bentak Ervan. “Iya itu memang punyaku. Tapi...” “Tapi apa? Kamu hamil? Siapa laki-laki itu, Erlin? Jadi selama ini kamu sudah berselingkuh di belakangku begitu?” cecar Ervan emosi. Dia tidak memberikan kesempatan pada Erlin untuk menjelaskan. “Enggak. Aku enggak pernah selingkuh,” bantah Erlin lemah. “Tapi faktanya sekarang kamu hamil. Itu apa namanya kalau bukan main di belakang? Selama ini aku tidak pernah menyentuhmu berlebihan jadi jelas itu bukan anakku,” tegas Ervan. “Aku sangat mencintai kamu dan aku tidak pernah mengkhianati kamu dengan laki-laki lain. Semua ini terjadi karena kesalahan,” kata Erlin masih berusaha memberi penjelasan. “Semua ini memang kesalahan.
Pada suatu hari Adian pergi ke rumah sakit untuk menemui temannya yang bernama Antonio. Antonio adalah salah satu dokter di sana. Mereka berteman dekat sejak masih SMA karena kebetulan juga bertetangga. Belakangan ini Adian memang memiliki misi khusus dan cukup rahasia. Dia melakukannya dengan bantuan Antonio. Antonio adalah teman yang sangat dia percaya. Hari itu dia datang untuk mendiskusikan kelanjutan dari misinya. Dia langsung masuk ke dalam ruangan Antonio karena sebelumnya juga sudah membuat janji. "Hai, Bro. Enggak ada jadwal ngajar di kampus hari ini?" sapa Antonio santai. Dia tidak menyikapi Adian dengan cara formal seperti pasien pada umumnya. "Kebetulan lagi kosong," jawab Adian singkat. "Jadi gimana prosesnya? Apa sudah berhasil?" tanya Adian. "Wah...langsung to the point aja nih orang. Sepertinya kamu udah enggak sabar ya pengen punya bayi," seloroh Antonio. "Udah enggak usah bercanda deh, Ton" balas Adian. "Jujur ya, Bro. Aku masih heran aja sama kamu. Kamu pengen
"Dokter Nuri tidak salah ingat kan? Prosesnya terjadi sekitar satu bulan yang lalu," tanya Antonio memastikan. "Tapi saya memang tidak pernah melakukannya," tegas Dokter Nuri tetap dengan jawaban yang sama. "Apa yang sebenarnya sudah terjadi?" tanya Adian tak mengerti. "Mohon maaf sebelumnya. Waktu itu saya juga merasa ada hal yang aneh karena saya seperti hanya diperiksa biasa. Tidak dilakukan tindakan apa pun. Jadi saya pikir hanya semacam tes kesuburan," kata Wulan mengakui. "Astaga...kenapa tidak bilang dari tadi?" keluh Antonio sembari mengusap wajahnya dengan kasar. "Jika bukan Dokter Nuri, lalu siapa yang menanganimu waktu itu?" tanya Antonio. "Kalau tidak salah namanya Dokter Raisa," jawab Wulan. "Kacau! Dia salah satu penggemar beratmu, Adian. Pasti dia yang sudah merekayasa semua ini," ujar Antonio membuat kesimpulan. Di rumah sakit itu memang hanya ada dua dokter spesialis kandungan yaitu Dokter Nuri dan Dokter Raisa. Dokter Raisa cukup dekat dengan Antonio namun pri
"No. Saya enggak setuju," tegas Adian setelah mendengar niat Erlin untuk menggugurkan kandungan. "Lho, ini hidup saya dan saya bisa memperjuangkan masa depan saya sendiri. Bapak enggak berhak melarang," balas Erlin dengan ketus. Erlin sudah tidak peduli sekalipun laki-laki itu adalah dosennya. Dia pikir mereka tidak sedang dalam proses belajar mengajar di kampus jadi tak masalah jika dia sedikit mengabaikan etika. Perdebatan akhirnya terjadi di antara mereka berdua. "Tapi yang ada dalam kandungan kamu itu anak saya. Kamu enggak bisa ambil keputusan secara sepihak," kata Adian keberatan. "Kok jadi ribet begini sih urusannya? Saya enggak punya kewajiban buat nurut sama bapak karena bapak juga bukan suami saya," ujar Erlin tak mau kalah. Adian terdiam karena dia memang tidak punya status lebih atas Erlin. Tapi dia jelas tidak mau jika calon anaknya sampai dibunuh dengan cara aborsi. Adian sangat menginginkan kehadiran anak itu. "Lagian kenapa sih bapak pakai cara inseminasi segala?
"Kenapa kamu nekat melakukan kesalahan sebesar ini, Raisa?" ujar Antonio sedang memarahi Dokter Raisa di ruangannya setelah mereka diadili oleh pimpinan rumah sakit. Sekarang Raisa sudah diberhentikan. Antonio sangat menyayangkan karir Raisa harus berakhir dengan cara seperti itu. "Aku dibutakan oleh rasa cemburu. Aku sudah tertarik pada Adian sejak lama. Harusnya sebagai teman, kamu mengerti hal itu dan membantuku," tukas Raisa. "Kamu benar-benar sudah gila, Raisa. Tindakanmu sangat ceroboh hanya karena ketertarikan pada seorang laki-laki. Aku sungguh tidak menyangka kamu bisa berbuat sejauh itu," keluh Antonio. "Sudah cukup. Kamu hanya bisa marah-marah dan menghakimiku dari satu sisi. Kamu tidak akan mengerti bagaimana perasaanku sebagai seorang perempuan, Anton" tegas Raisa dengan nada tinggi. Dia sudah lelah terus dipojokkan. "Aku mengerti. Tapi kamu yang terlalu bodoh, Raisa. Kamu melakukan sesuatu yang merugikan dirimu sendiri hanya karena seorang laki-laki yang bahkan tidak
Darman terkejut mendengar penuturan Adian. Dia tidak mengerti apa maksud Adian yang mengatakan akan bertanggung jawab tapi tidak bisa menikahi Erlin. Darman meminta Adian menjelaskan semuanya secara gamblang.Adian mengatakan kurang lebih seperti apa yang dia katakan pada Erlin sebelumnya. Namun tentu saja gagasan itu ditolak mentah-mentah oleh Darman. Darman tidak setuju putrinya seolah dijadikan perempuan bayaran untuk melahirkan anak Adian.“Tidak bisa begitu, Nak Adian. Saya tahu mungkin Nak Adian punya banyak uang. Tapi saya tidak akan membiarkan putri saya diperlakukan seperti itu. Kalau kamu memang mau bertanggung jawab, maka kamu harus menikahi Erlin,” tegas Darman sama persis seperti tantangan yang diberikan Erlin sebelumnya. Rupanya anak dan ayah itu langsung sepemikiran walau tak sempat berunding.“Kamu harus segera membuat keputusan selagi kandungan Erlin masih kecil. Kalau memang kamu tidak bersedia, terpaksa saya juga akan memilih jalan aborsi untuk menyelamatkan kehidup
“Papa yakin rela menyerahkan putri kita untuk menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak mencintainya? Erlin itu putri kita satu-satunya lho, Pa. Mama takut dia tidak bahagia bersama Adian,” bisik Gayatri sebelum acara dimulai. Ada kecemasan tersendiri bagi Gayatri karena mengetahui pernikahan putrinya hanya didasari oleh rasa terpaksa. Entah dari pihak Adian maupun dari pihak keluarganya sendiri. Seandainya masih ada pilihan lain, mungkin mereka juga tidak akan setuju menikahkan Erlin dengan Adian. Pernikahan yang sama sekali tidak pernah dibayangkan sebelumnya.Beberapa hari yang lalu, Adian datang ke rumah keluarga Darman. Dia menyatakan persetujuannya untuk menikahi Erlin. Meski bukan berarti Adian setuju sepenuhnya karena dia juga masih mengajukan beberapa perjanjian tertulis.Setelah kesepakatan dibuat, hari dan tanggal pernikahan langsung ditentukan dengan cepat. Mereka tidak bisa menunda waktu lama karena khawatir orang lain akan tahu tentang kehamilan Erlin. Terlebih p
“Papa.”Suara panggilan seseorang mengalihkan perhatian Darman. Pria itu sontak menguraikan rangkulannya dari Adian dan melihat ke arah pintu. Darman merasa syok melihat sosok yang berdiri di sana.“Erlin?” ucapnya tak percaya. Perlahan Darman melangkah ragu mendekati sosok yang dilihatnya. Dia tidak tahu apakah itu benar Erlin atau hanya halusinasinya saja.Setelah berada dalam jarak dekat, tangan Darman bergetar memegang lengan putrinya. Dia benar-benar merasakan bisa menyentuh sosok itu. Darman bahkan memeriksa dari ujung kepala sampai ujung kaki.“Ini benar Erlin putriku? Kamu...kamu masih hidup, Sayang?” ujar Darman dengan nada tak percaya.“Iya, Pa. Ini Erlin,” jawab perempuan itu membuat Darman langsung memeluk erat perempuan di hadapannya.“Ya Tuhan...bagaimana ini mungkin?” tanya Darman masih kebingungan. Padahal tadinya dia sendiri melihat dengan jelas putrinya berada di dalam mobil yang dijatuhkan ke jurang.“Aku selamat karena Pak Adian. Kalau tidak ada dia, aku benar-bena
“Sekarang kalian semua sudah tahu kebenaranku. Tapi semua itu tidak membuatku takut dan lantas mengurungkan niat untuk membalas kalian,” kata Ardan tak merasa gentar walau kejahatannya sudah terbuka di hadapan banyak orang.“Aku kasihan pada Erlin. Sejak awal dia menolak hubungan ini. Tapi kalian terlalu mempercayaiku dan terus memaksanya menerima perjodohan palsu. Terutama dirimu, Tante Gayatri. Kamu begitu bodoh dan mudah ditipu. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Erlin hari ini, maka itu semua karena kesalahanmu. Kamu yang sudah mendorong putrimu pada celaka,” imbuh Ardan semakin menakuti pihak keluarga.“Tidak. Jangan lakukan hal buruk apa pun pada Erlin. Setidaknya pikirkan bahwa saat ini dia sedang hamil. Kalau kamu berbuat buruk padanya, sama saja kamu juga menyakiti anak tak berdosa itu,” pinta Gayatri memelas.Sekarang dia sadar sudah melakukan kesalahan besar dengan mempercayai Ardan. Jika sampai putrinya benar-benar menikah dengan pria seperti Ardan, dia akan semakin meny
Perkataan Ardan membuat semua orang semakin dilanda kepanikan. Terutama bagi Darman dan Gayatri, mereka tidak bisa diam saja mengetahui Erlin sedang berada dalam bahaya. Tapi mereka juga tidak tahu di mana keberadaan putrinya. Satu hal yang bisa mereka lakukan hanya memohon pada Ardan agar menghentikan rencana gilanya.Mereka menyesal karena sudah salah menilai Ardan selama ini. Ternyata pria itu hanya berpura-pura baik di hadapan mereka. Mereka menyesal sudah mengenalkan Erlin pada Ardan apalagi memaksa menjodohkan mereka. Padahal sejak awal Erlin sudah menolak hubungan itu.“Tolong katakan di mana putri kami. Jangan sakiti dia. Kenapa kamu tega melakukan semua ini?” ujar Gayatri dengan nada putus asa.“Benar, Ardan. Apa kesalahan kami sampai kamu memiliki niat yang begitu buruk?” sambung Darman ikut angkat bicara.“Sebenarnya ini bukan kesalahan kalian semua. Hanya Om Darman yang bersalah di sini. Om Darman begitu egois dan hanya mementingkan kebahagiaan Om Darman sendiri hingga Mam
“Bagaimana? Apa kalian sudah melakukan sesuai yang aku perintahkan?” ujar Ardan berbicara dengan seseorang di telepon.“Sudah, Bos. Sekarang perempuan itu ada bersama kami,” jawab seseorang dari seberang.“Bagus kalau begitu. Pastikan rencana ini tidak akan gagal. Jangan biarkan ada seorang pun yang mengganggu atau kalian singkirkan saja mereka. Tetap siaga karena sewaktu-waktu aku bisa merubah rencana dan menjalankan opsi kedua,” titah Ardan ditutup dengan senyum licik. Ardan begitu bangga karena sebentar lagi tujuannya akan segera tercapai.Para tamu sudah memenuhi ballroom hotel tempat dilangsungkannya acara pertunangan antara Erlin dengan Ardan. Gayatri, Darman, Windy dan Ardan sendiri juga sudah ada di tempat. Bahkan Adian turut terlihat di antara para tamu.Adian sengaja diundang agar bisa menyaksikan langsung pertunangan antara mantan istrinya dengan Ardan. Mereka berpikir harus melihatnya sendiri agar sadar dan tidak lagi mengganggu Erlin. Dengan pertunangan itu mereka bermaks
Sambungan telepon terputus beberapa saat setelah Adian mendengar pertengkaran antara Erlin dan Gayatri. Adian bisa menebak dengan mudah bahwa Erlin sedang tertangkap basah oleh Gayatri. Adian yakin masalahnya akan semakin bertambah parah sekarang.Adian masih syok mendengar tentang rencana pertunangan yang dikabarkan Erlin. Dia belum tahu duduk perkaranya seperti apa hingga Erlin tiba-tiba didesak untuk bertunangan. Demi mendapatkan kejelasan, dia pun menghubungi Windy.Windy menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Erlin saat malam pesta pertunangannya. Tentang Ardan yang justru datang ke kamar dan mengadukan rencana mereka pada orang tua Erlin. Adian pun mengerti mengapa Erlin marah kepadanya.Adian kemudian berusaha untuk menghubungi kembali nomor Erlin. Namun sayangnya sudah tidak aktif. Adian yakin pasti Gayatri sudah menyita ponsel Erlin lagi.Adian yang masih berada di rumah sakit akhirnya kembali ke kamar rawat Antonio dengan wajah frustasi. Antonio bukan orang baru sehing
“Saya minta maaf tidak bisa menemuimu tadi malam. Saya tiba-tiba mendapat kabar bahwa Antonio mengalami kecelakaan dan saya langsung pergi ke lokasinya.”Erlin begitu kesal membaca pesan dari Adian dan memilih tidak membalasnya. Perasaannya campur aduk jika mengingat kejadian malam sebelumnya. Adian tidak datang menemuinya dan dia justru terjebak dalam satu kamar dengan Ardan.Sungguh sekarang Erlin merasa malu setiap kali harus bertemu dengan dokter itu. Masalah yang harus ia hadapi juga bertambah karena Gayatri sudah tahu. Ardan mengadukan tentang rencana pertemuan Erlin dan Adian secara diam-diam saat pesta pertunangan Windy.Gayatri jelas marah. Dia menegaskan pada Erlin agar tidak mencoba melakukan cara lain lagi untuk dekat dengan Adian. Bahkan karena kejadian itu, Gayatri mendesak Ardan dan Erlin agar segera bertunangan.Malam itu setelah pulang dari rumah Windy, Gayatri dan Erlin kembali terlibat perdebatan panjang. Erlin tidak bisa menerima keputusan Gayatri yang memintanya
“Erlin pergi ke mana? Kenapa lama sekali? Aku juga tidak melihat Adian lagi di antara para tamu. Apa jangan-jangan mereka berdua...”Ardan gelisah memikirkan kemungkinan yang dia simpulkan sendiri. Setelah kepergian Windy, dia menyadari Erlin telah lama pergi. Perempuan itu tak kunjung kembali. Ardan mulai merasa curiga apalagi ia tak mendapati keberadaan Adian di tengah acara.“Aku tidak bisa membiarkan ini. Aku harus mencari mereka berdua,” batin Ardan.Laki-laki itu kemudian pergi untuk mencari keberadaan Erlin. Tadi dia sempat mendengar dari Windy bahwa Erlin pergi ke kamar mandi. Adian tidak tahu kamar mandi mana yang dimaksud oleh Windy.Ardan bertanya pada seorang pelayan yang dia temui. Ardan ditunjukkan untuk masuk ke rumah jika ingin pergi ke kamar mandi.“Ada kamar mandi di lantai bawah yang memang disiapkan untuk para tamu. Anda bisa menggunakannya,” tutur salah satu pekerja rumah yang ditemui Ardan.Ardan kemudian masuk ke dalam rumah itu dan mencari keberadaan kamar mand
“Gila! Rakus banget kamu ya, Lin. Datang ke acara pertunanganku dengan dua pangeran sekaligus,” cibir Windy setelah mendengar cerita Erlin tetang situasi menegangkan yang sempat terjadi antara dirinya, Adian dan Ardan. Saat itu mereka sedang berbicara berdua setelah acara tukar cincin selesai. Windy telah resmi bertunangan dengan Regan.“Enak saja! Kamu pikir aku senang berada di antara Pak Adian dan Dokter Ardan? Aku justru pusing tahu,” keluh Erlin.“Iya juga sih. Bagaimana caranya agar kamu bisa berdua dengan Pak Adian sementara ada Ardan juga yang mengawasi?”“Itu juga yang sedang mengganggu pikiranku sekarang,” ujar Erlin.Tak mudah punya kesempatan untuk berdua dengan Adian seperti sekarang. Itu sebabnya dia tidak ingin kehilangan kesempatan. Namun sekarang mereka harus memutar otak agar bisa menjauhkan Ardan dari Erlin untuk sementara waktu.Ardan sudah seperti bodyguard khusus yang dikirim Gayatri untuk menjaga Erlin. Jika Ardan sampai tahu tentang rencana mereka, Erlin pasti
Semenjak dipertemukan dipertemukan di restoran, Ardan menjadi lebih sering berkunjung secara terang-terangan ke rumah Erlin. Bahkan kini Gayatri mempercayakan Erlin pada pria itu. Erlin tidak boleh pergi ke mana-mana jika bukan bersama Ardan.Bahkan untuk menghadiri acara pertunangan Windy dengan Regan, Gayatri juga menyuruh Ardan ikut membersamai Erlin. Sejujurnya Erlin merasa tidak nyaman tapi dia juga tidak punya pilihan lain. Dia merasa risih untuk datang bersama Ardan karena dia yakin di sana pasti akan bertemu juga dengan Adian.“Ini acara teman dekatku, Ma. Aku tidak enak kalau datang bersama Ardan yang masih orang asing,” kata Erlin berusaha membujuk Gayatri agar dirinya tak perlu pergi bersama dokter itu.“Justru karena Ardan masih orang asing. Itu sebabnya kamu harus sering pergi bersama dia supaya dia lebih tahu tentang sisi kehidupanmu. Tentang siapa teman-temanmu, bagaimana pergaulanmu dan lainnya. Itu baik bagi kalian untuk proses penyesuaian,” bantah Gayatri.“Tapi, Ma…