Pada suatu hari Adian pergi ke rumah sakit untuk menemui temannya yang bernama Antonio. Antonio adalah salah satu dokter di sana. Mereka berteman dekat sejak masih SMA karena kebetulan juga bertetangga.
Belakangan ini Adian memang memiliki misi khusus dan cukup rahasia. Dia melakukannya dengan bantuan Antonio. Antonio adalah teman yang sangat dia percaya.
Hari itu dia datang untuk mendiskusikan kelanjutan dari misinya. Dia langsung masuk ke dalam ruangan Antonio karena sebelumnya juga sudah membuat janji.
"Hai, Bro. Enggak ada jadwal ngajar di kampus hari ini?" sapa Antonio santai. Dia tidak menyikapi Adian dengan cara formal seperti pasien pada umumnya.
"Kebetulan lagi kosong," jawab Adian singkat. "Jadi gimana prosesnya? Apa sudah berhasil?" tanya Adian.
"Wah...langsung to the point aja nih orang. Sepertinya kamu udah enggak sabar ya pengen punya bayi," seloroh Antonio.
"Udah enggak usah bercanda deh, Ton" balas Adian.
"Jujur ya, Bro. Aku masih heran aja sama kamu. Kamu pengen punya anak tapi enggak mau nikah. Di mana-mana orang itu kawin sembarangan tapi justru enggak pengen sampai jadi anak," ucap Antonio terang-terangan.
"Kenapa selalu mempertanyakan itu? Kamu tahu sendiri latar belakang keputusanku," jawab Adian terlalu malas untuk selalu menjelaskan hal yang sama.
Antonio hanya mengedikkan bahu. Sesungguhnya dia masih heran karena teman baiknya itu lebih memilih untuk melakukan inseminasi buatan demi mendapatkan keturunan dari pada menempuh jalur pernikahan.
Antonio tahu alasan mengapa Adian tidak mau menikah. Dulu Adian pernah dikhianati oleh kekasihnya yang bernama Audrey. Audrey ketahuan tidur dengan laki-laki lain.
Adian yang sudah lama hidup sebagai yatim piatu begitu menggantungkan perasaannya pada kehadiran Audrey. Tak disangka perempuan yang dia cintai sepenuh hati justru melakukan pengkhianatan yang menurut Adian sangat menjijikkan.
Adian merasa trauma. Sejak saat itu dia menjadi pria yang dingin terhadap perempuan. Bahkan sekalipun sudah dinasihati berkali-kali bahwa tidak semua perempuan seperti Audrey, tapi tetap saja hati Adian seolah sudah terlanjur membatu.
Adian tetap teguh pada keputusannya untuk tidak terlibat komitmen berlebih dengan seorang perempuan. Namun dia juga sadar bahwa dia tidak bisa terus hidup sendiri. Dia butuh penerus tapi dia ingin mendapatkannya tanpa harus menikah.
Oleh sebab itu diam-diam dia melakukan proses inseminasi buatan. Dia membayar seorang perempuan untuk mengandung dan melahirkan bayi untuknya. Semua dia lakukan dengan meminta bantuan Antonio yang lebih paham sebagai dokter.
"Kalau aku jadi kamu, seandainya ingin mendapatkan anak tanpa harus menikah, mungkin aku lebih memilih untuk meniduri seorang pelacur. Membuatnya hamil, melahirkan bayi, membayarnya lalu semua selesai. Setidaknya dengan begitu aku mendapatkan keuntungan berupa nikmatnya berhubungan. Bukannya malah menjalani inseminasi semacam ini," canda Antonio.
"No. Aku tidak mau melibatkan diri dengan tubuh-tubuh kotor," tegas Adian tampak sangat membenci perbuatan menyimpang yang satu itu.
Antonio hanya tersenyum kecil. Dia paham betul bagaimana prinsip hidup temannya itu. Bahkan untuk memilih perempuan yang akan mengandung anaknya saja, Adian sempat mengajukan beberapa kriteria khusus. Katanya dia tidak ingin anaknya lahir dari perempuan sembarangan. Permintaan yang sempat membuat Antonio juga kebingungan.
"Sudahlah. Tidak perlu membahas itu lagi. Sekarang katakan padaku sudah sejauh apa perkembangannya. Kalau tidak salah sudah terhitung satu bulan sejak aku melakukan proses itu. Aku belum sempat ke sini lagi karena belakangan sibuk dengan urusan pekerjaan dan perjalanan dinas ke luar kota," kata Adian tidak mau banyak membahas hal yang menurutnya tidak penting.
"Aku sudah mendapatkan perempuannya. Dia bersedia dengan semua perjanjian yang kita ajukan. Bahkan prosedur injeksi juga sudah dilakukan padanya. Jika prosesnya berhasil, seharusnya sekarang dia sudah hamil," jelas Antonio.
"Baguslah. Apa tidak bisa memanggilnya kemari dan memeriksanya sekarang untuk mendapatkan kepastian?" tanya Adian.
"Aku sudah hafal kemauanmu datang kemari. Jadi sebelumnya aku sudah menghubungi dia. Perempuan itu sudah dalam perjalanan."
"Luar biasa. Terkadang aku merasa kamu seperti peramal yang bisa menebak dengan baik isi pikiran seseorang," kata Adian bercanda.
Tak lama ditunggu akhirnya perempuan itu datang. Dia langsung masuk ke ruangan Dokter Antonio. Saat itu untuk pertama kalinya pula Adian berkenalan dengan perempuan yang akan mengandung anaknya.
Namanya Wulan. Usianya masih muda. Dia adalah seorang janda yang bercerai dari suaminya karena masalah KDRT. Dia mengaku mengambil tawaran itu untuk membiayai pengobatan ayahnya yang sedang sakit.
Tidak ingin terkesan hanya peduli pada kepentingannya sendiri, Adian sempat bertanya beberapa hal tentang kondisi ayahnya Wulan. Dia juga sempat menegaskan kembali beberapa peraturan yang harus disepakati selama kontrak mereka berjalan. Adian langsung mentransfer sejumlah uang saat itu juga ke nomor rekening Wulan sebagai uang muka atas perjanjian mereka.
Wulan bisa menggunakan uang itu untuk membiayai pengobatan ayahnya. Bahkan Adian berjanji akan menanggung keseluruhan biaya hidup Wulan dan ayahnya jika Wulan berhasil dinyatakan hamil. Mereka akan diboyong untuk tinggal sementara di rumah Adian sampai Wulan melahirkan.
Adian tidak mau Wulan kesulitan memikirkan cara memperoleh uang dan cukup fokus merawat kehamilannya. Adian benar-benar ambisi untuk mendapatkan seorang bayi. Wulan hanya mengangguk pertanda paham dan setuju dengan semua peraturan dari Adian.
Setelah selesai berbasa-basi, Adian kemudian meminta agar pemeriksaan dilakukan pada Wulan. Dia ingin tahu seperti apa perkembangan proses inseminasinya. Mereka bertiga pergi ke dokter spesialis kandungan yaitu Dokter Nuri. Namun setelah diperiksa, mereka terkejut karena ternyata Wulan tidak sedang mengandung.
"Apa berarti prosesnya gagal?" tanya Adian tampak sedikit kecewa. Padahal tadinya dia berharap akan mendapatkan kabar baik.
"Padahal sebelum prosedurnya dilakukan, aku sudah memastikan bahwa kondisi Wulan juga dalam fase cukup baik. Aku bisa memastikan persentase kegagalannya sangat minim," kata Antonio merasa heran.
"Proses inseminasi buatan memang tidak selalu berhasil, Dokter Anton. Apalagi hanya dalam satu kali percobaan," timpal Dokter Nuri.
"Tapi waktu itu Dokter Nuri sudah melakukan prosedur inseminasinya dengan benar, kan?" tanya Antonio memastikan.
"Saya?” ujar Dokter Nuri terkejut sembari menunjuk diri sendiri.
“Iya. Waktu itu saya membuat rekomendasi agar proses inseminasi buatan pada Wulan dilakukan oleh Dokter Nuri,” jelas Antonio.
“Tapi saya tidak pernah melakukan program inseminasi belakangan ini. Saya juga baru sekarang bertemu untuk pertama kalinya dengan Mbak Wulan.”
“Apa?”
"Dokter Nuri tidak salah ingat kan? Prosesnya terjadi sekitar satu bulan yang lalu," tanya Antonio memastikan. "Tapi saya memang tidak pernah melakukannya," tegas Dokter Nuri tetap dengan jawaban yang sama. "Apa yang sebenarnya sudah terjadi?" tanya Adian tak mengerti. "Mohon maaf sebelumnya. Waktu itu saya juga merasa ada hal yang aneh karena saya seperti hanya diperiksa biasa. Tidak dilakukan tindakan apa pun. Jadi saya pikir hanya semacam tes kesuburan," kata Wulan mengakui. "Astaga...kenapa tidak bilang dari tadi?" keluh Antonio sembari mengusap wajahnya dengan kasar. "Jika bukan Dokter Nuri, lalu siapa yang menanganimu waktu itu?" tanya Antonio. "Kalau tidak salah namanya Dokter Raisa," jawab Wulan. "Kacau! Dia salah satu penggemar beratmu, Adian. Pasti dia yang sudah merekayasa semua ini," ujar Antonio membuat kesimpulan. Di rumah sakit itu memang hanya ada dua dokter spesialis kandungan yaitu Dokter Nuri dan Dokter Raisa. Dokter Raisa cukup dekat dengan Antonio namun pri
"No. Saya enggak setuju," tegas Adian setelah mendengar niat Erlin untuk menggugurkan kandungan. "Lho, ini hidup saya dan saya bisa memperjuangkan masa depan saya sendiri. Bapak enggak berhak melarang," balas Erlin dengan ketus. Erlin sudah tidak peduli sekalipun laki-laki itu adalah dosennya. Dia pikir mereka tidak sedang dalam proses belajar mengajar di kampus jadi tak masalah jika dia sedikit mengabaikan etika. Perdebatan akhirnya terjadi di antara mereka berdua. "Tapi yang ada dalam kandungan kamu itu anak saya. Kamu enggak bisa ambil keputusan secara sepihak," kata Adian keberatan. "Kok jadi ribet begini sih urusannya? Saya enggak punya kewajiban buat nurut sama bapak karena bapak juga bukan suami saya," ujar Erlin tak mau kalah. Adian terdiam karena dia memang tidak punya status lebih atas Erlin. Tapi dia jelas tidak mau jika calon anaknya sampai dibunuh dengan cara aborsi. Adian sangat menginginkan kehadiran anak itu. "Lagian kenapa sih bapak pakai cara inseminasi segala?
"Kenapa kamu nekat melakukan kesalahan sebesar ini, Raisa?" ujar Antonio sedang memarahi Dokter Raisa di ruangannya setelah mereka diadili oleh pimpinan rumah sakit. Sekarang Raisa sudah diberhentikan. Antonio sangat menyayangkan karir Raisa harus berakhir dengan cara seperti itu. "Aku dibutakan oleh rasa cemburu. Aku sudah tertarik pada Adian sejak lama. Harusnya sebagai teman, kamu mengerti hal itu dan membantuku," tukas Raisa. "Kamu benar-benar sudah gila, Raisa. Tindakanmu sangat ceroboh hanya karena ketertarikan pada seorang laki-laki. Aku sungguh tidak menyangka kamu bisa berbuat sejauh itu," keluh Antonio. "Sudah cukup. Kamu hanya bisa marah-marah dan menghakimiku dari satu sisi. Kamu tidak akan mengerti bagaimana perasaanku sebagai seorang perempuan, Anton" tegas Raisa dengan nada tinggi. Dia sudah lelah terus dipojokkan. "Aku mengerti. Tapi kamu yang terlalu bodoh, Raisa. Kamu melakukan sesuatu yang merugikan dirimu sendiri hanya karena seorang laki-laki yang bahkan tidak
Darman terkejut mendengar penuturan Adian. Dia tidak mengerti apa maksud Adian yang mengatakan akan bertanggung jawab tapi tidak bisa menikahi Erlin. Darman meminta Adian menjelaskan semuanya secara gamblang.Adian mengatakan kurang lebih seperti apa yang dia katakan pada Erlin sebelumnya. Namun tentu saja gagasan itu ditolak mentah-mentah oleh Darman. Darman tidak setuju putrinya seolah dijadikan perempuan bayaran untuk melahirkan anak Adian.“Tidak bisa begitu, Nak Adian. Saya tahu mungkin Nak Adian punya banyak uang. Tapi saya tidak akan membiarkan putri saya diperlakukan seperti itu. Kalau kamu memang mau bertanggung jawab, maka kamu harus menikahi Erlin,” tegas Darman sama persis seperti tantangan yang diberikan Erlin sebelumnya. Rupanya anak dan ayah itu langsung sepemikiran walau tak sempat berunding.“Kamu harus segera membuat keputusan selagi kandungan Erlin masih kecil. Kalau memang kamu tidak bersedia, terpaksa saya juga akan memilih jalan aborsi untuk menyelamatkan kehidup
“Papa yakin rela menyerahkan putri kita untuk menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak mencintainya? Erlin itu putri kita satu-satunya lho, Pa. Mama takut dia tidak bahagia bersama Adian,” bisik Gayatri sebelum acara dimulai. Ada kecemasan tersendiri bagi Gayatri karena mengetahui pernikahan putrinya hanya didasari oleh rasa terpaksa. Entah dari pihak Adian maupun dari pihak keluarganya sendiri. Seandainya masih ada pilihan lain, mungkin mereka juga tidak akan setuju menikahkan Erlin dengan Adian. Pernikahan yang sama sekali tidak pernah dibayangkan sebelumnya.Beberapa hari yang lalu, Adian datang ke rumah keluarga Darman. Dia menyatakan persetujuannya untuk menikahi Erlin. Meski bukan berarti Adian setuju sepenuhnya karena dia juga masih mengajukan beberapa perjanjian tertulis.Setelah kesepakatan dibuat, hari dan tanggal pernikahan langsung ditentukan dengan cepat. Mereka tidak bisa menunda waktu lama karena khawatir orang lain akan tahu tentang kehamilan Erlin. Terlebih p
“Siapa yang punya kelainan?” ujar Adian membuat Erlin dan Antonio langsung menghentikan obrolan. Apalagi Adian juga sedang menatap mereka dengan penuh curiga.“Enggak kok enggak ada yang punya kelainan,” sahut Erlin mengelak dengan cepat.“Ya udah kalau gitu ayo pulang sekarang,” ajak Adian tak ramah.Laki-laki itu kemudian berjalan lebih dulu ke mobil. Sementara Erlin berusaha menyusul dengan langkah kecil dan sedikit kesulitan karena gaun yang dipakai. Erlin sempat mengajak Antonio pulang bersama mereka karena searah. Namun tentu saja Antonio menolak dengan alasan tidak mau mengganggu kebersamaan sepasang pengantin baru.Erlin terbirit-birit masuk ke dalam mobil. Dia duduk di kursi depan bersebelahan dengan Adian yang kini telah resmi menjadi suaminya. Sekilas Erlin memperhatikan wajah Adian. Terlihat kaku, tanpa ekspresi dan pandangan fokus untuk mengemudi.Sepanjang perjalanan hanya ada sunyi. Sama sekali tak ada pembicaraan walau sekedar basa basi. Suasana yang sangat membosankan
Erlin benar-benar tersinggung dengan perkataan Adian. Laki-laki itu berbicara seenaknya tanpa melibatkan perasaan. Terlebih lagi yang menjadi lawan bicaranya adalah seorang perempuan yang sedang hamil muda. Emosi Erlin cenderung lebih labil dari biasanya.Erlin yang kesal langsung bangkit dari duduk dan mengangkat gaun panjang yang tiba-tiba terasa lebih menyesakkan dari pada sebelumnya. Dia berjalan ke kamar mandi dengan hentakan kasar. Tapi Adian sama sekali tidak peduli dan membiarkan Erlin melakukan apa pun yang diinginkan.Erlin menghabiskan waktunya cukup lama di kamar mandi. Dia menangis sejadi-jadinya dengan tubuh dibiarkan terguyur air dari shower. Dia menumpahkan perasaannya yang terluka mengingat apa yang diucapkan Adian. Belum ada dua puluh empat jam, Erlin merasa sudah menyesal menerima pernikahan dengan laki-laki itu.“Apa aku sudah salah mengambil keputusan karena menikah dengan Pak Adian? Ini bukan jalan keluar dari permasalahan tapi justru seperti jebakan yang lebih b
Erlin menyesal telah menanggapi pesan dari Antonio yang justru membuat laki-laki itu salah paham. Erlin tak habis pikir bagaimana bisa Antonio mengatakan semuanya tanpa merasa malu. Gadis itu tak membalas pesan lagi dan meletakkan ponsel begitu saja di atas nakas. Sebagai gantinya, dia langsung menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya. Semua orang hanya membuatnya merasa kesal.Entah tengah malam jam berapa, Erlin menyibak kasar selimutnya karena merasa kepanasan. Tapi bukan seperti kepanasan karena cuaca, dia justru merasakan hal lain pada tubuhnya. Dia juga banyak berkeringat. Napasnya sedikit sesak karena flu yang menyerang.Gadis itu beranjak dari tempat tidur. Sejenak dia sempat melihat Adian yang masih pulas di sampingnya. Erlin berpikir dirinya terkena demam karena tadinya terlalu lama di kamar mandi. Tapi sekarang dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.Apartemen Adian adalah tempat baru baginya. Dia belum tahu seluk beluk tempat itu. Termasuk apakah Adian menyimpan perl
“Papa.”Suara panggilan seseorang mengalihkan perhatian Darman. Pria itu sontak menguraikan rangkulannya dari Adian dan melihat ke arah pintu. Darman merasa syok melihat sosok yang berdiri di sana.“Erlin?” ucapnya tak percaya. Perlahan Darman melangkah ragu mendekati sosok yang dilihatnya. Dia tidak tahu apakah itu benar Erlin atau hanya halusinasinya saja.Setelah berada dalam jarak dekat, tangan Darman bergetar memegang lengan putrinya. Dia benar-benar merasakan bisa menyentuh sosok itu. Darman bahkan memeriksa dari ujung kepala sampai ujung kaki.“Ini benar Erlin putriku? Kamu...kamu masih hidup, Sayang?” ujar Darman dengan nada tak percaya.“Iya, Pa. Ini Erlin,” jawab perempuan itu membuat Darman langsung memeluk erat perempuan di hadapannya.“Ya Tuhan...bagaimana ini mungkin?” tanya Darman masih kebingungan. Padahal tadinya dia sendiri melihat dengan jelas putrinya berada di dalam mobil yang dijatuhkan ke jurang.“Aku selamat karena Pak Adian. Kalau tidak ada dia, aku benar-bena
“Sekarang kalian semua sudah tahu kebenaranku. Tapi semua itu tidak membuatku takut dan lantas mengurungkan niat untuk membalas kalian,” kata Ardan tak merasa gentar walau kejahatannya sudah terbuka di hadapan banyak orang.“Aku kasihan pada Erlin. Sejak awal dia menolak hubungan ini. Tapi kalian terlalu mempercayaiku dan terus memaksanya menerima perjodohan palsu. Terutama dirimu, Tante Gayatri. Kamu begitu bodoh dan mudah ditipu. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Erlin hari ini, maka itu semua karena kesalahanmu. Kamu yang sudah mendorong putrimu pada celaka,” imbuh Ardan semakin menakuti pihak keluarga.“Tidak. Jangan lakukan hal buruk apa pun pada Erlin. Setidaknya pikirkan bahwa saat ini dia sedang hamil. Kalau kamu berbuat buruk padanya, sama saja kamu juga menyakiti anak tak berdosa itu,” pinta Gayatri memelas.Sekarang dia sadar sudah melakukan kesalahan besar dengan mempercayai Ardan. Jika sampai putrinya benar-benar menikah dengan pria seperti Ardan, dia akan semakin meny
Perkataan Ardan membuat semua orang semakin dilanda kepanikan. Terutama bagi Darman dan Gayatri, mereka tidak bisa diam saja mengetahui Erlin sedang berada dalam bahaya. Tapi mereka juga tidak tahu di mana keberadaan putrinya. Satu hal yang bisa mereka lakukan hanya memohon pada Ardan agar menghentikan rencana gilanya.Mereka menyesal karena sudah salah menilai Ardan selama ini. Ternyata pria itu hanya berpura-pura baik di hadapan mereka. Mereka menyesal sudah mengenalkan Erlin pada Ardan apalagi memaksa menjodohkan mereka. Padahal sejak awal Erlin sudah menolak hubungan itu.“Tolong katakan di mana putri kami. Jangan sakiti dia. Kenapa kamu tega melakukan semua ini?” ujar Gayatri dengan nada putus asa.“Benar, Ardan. Apa kesalahan kami sampai kamu memiliki niat yang begitu buruk?” sambung Darman ikut angkat bicara.“Sebenarnya ini bukan kesalahan kalian semua. Hanya Om Darman yang bersalah di sini. Om Darman begitu egois dan hanya mementingkan kebahagiaan Om Darman sendiri hingga Mam
“Bagaimana? Apa kalian sudah melakukan sesuai yang aku perintahkan?” ujar Ardan berbicara dengan seseorang di telepon.“Sudah, Bos. Sekarang perempuan itu ada bersama kami,” jawab seseorang dari seberang.“Bagus kalau begitu. Pastikan rencana ini tidak akan gagal. Jangan biarkan ada seorang pun yang mengganggu atau kalian singkirkan saja mereka. Tetap siaga karena sewaktu-waktu aku bisa merubah rencana dan menjalankan opsi kedua,” titah Ardan ditutup dengan senyum licik. Ardan begitu bangga karena sebentar lagi tujuannya akan segera tercapai.Para tamu sudah memenuhi ballroom hotel tempat dilangsungkannya acara pertunangan antara Erlin dengan Ardan. Gayatri, Darman, Windy dan Ardan sendiri juga sudah ada di tempat. Bahkan Adian turut terlihat di antara para tamu.Adian sengaja diundang agar bisa menyaksikan langsung pertunangan antara mantan istrinya dengan Ardan. Mereka berpikir harus melihatnya sendiri agar sadar dan tidak lagi mengganggu Erlin. Dengan pertunangan itu mereka bermaks
Sambungan telepon terputus beberapa saat setelah Adian mendengar pertengkaran antara Erlin dan Gayatri. Adian bisa menebak dengan mudah bahwa Erlin sedang tertangkap basah oleh Gayatri. Adian yakin masalahnya akan semakin bertambah parah sekarang.Adian masih syok mendengar tentang rencana pertunangan yang dikabarkan Erlin. Dia belum tahu duduk perkaranya seperti apa hingga Erlin tiba-tiba didesak untuk bertunangan. Demi mendapatkan kejelasan, dia pun menghubungi Windy.Windy menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Erlin saat malam pesta pertunangannya. Tentang Ardan yang justru datang ke kamar dan mengadukan rencana mereka pada orang tua Erlin. Adian pun mengerti mengapa Erlin marah kepadanya.Adian kemudian berusaha untuk menghubungi kembali nomor Erlin. Namun sayangnya sudah tidak aktif. Adian yakin pasti Gayatri sudah menyita ponsel Erlin lagi.Adian yang masih berada di rumah sakit akhirnya kembali ke kamar rawat Antonio dengan wajah frustasi. Antonio bukan orang baru sehing
“Saya minta maaf tidak bisa menemuimu tadi malam. Saya tiba-tiba mendapat kabar bahwa Antonio mengalami kecelakaan dan saya langsung pergi ke lokasinya.”Erlin begitu kesal membaca pesan dari Adian dan memilih tidak membalasnya. Perasaannya campur aduk jika mengingat kejadian malam sebelumnya. Adian tidak datang menemuinya dan dia justru terjebak dalam satu kamar dengan Ardan.Sungguh sekarang Erlin merasa malu setiap kali harus bertemu dengan dokter itu. Masalah yang harus ia hadapi juga bertambah karena Gayatri sudah tahu. Ardan mengadukan tentang rencana pertemuan Erlin dan Adian secara diam-diam saat pesta pertunangan Windy.Gayatri jelas marah. Dia menegaskan pada Erlin agar tidak mencoba melakukan cara lain lagi untuk dekat dengan Adian. Bahkan karena kejadian itu, Gayatri mendesak Ardan dan Erlin agar segera bertunangan.Malam itu setelah pulang dari rumah Windy, Gayatri dan Erlin kembali terlibat perdebatan panjang. Erlin tidak bisa menerima keputusan Gayatri yang memintanya
“Erlin pergi ke mana? Kenapa lama sekali? Aku juga tidak melihat Adian lagi di antara para tamu. Apa jangan-jangan mereka berdua...”Ardan gelisah memikirkan kemungkinan yang dia simpulkan sendiri. Setelah kepergian Windy, dia menyadari Erlin telah lama pergi. Perempuan itu tak kunjung kembali. Ardan mulai merasa curiga apalagi ia tak mendapati keberadaan Adian di tengah acara.“Aku tidak bisa membiarkan ini. Aku harus mencari mereka berdua,” batin Ardan.Laki-laki itu kemudian pergi untuk mencari keberadaan Erlin. Tadi dia sempat mendengar dari Windy bahwa Erlin pergi ke kamar mandi. Adian tidak tahu kamar mandi mana yang dimaksud oleh Windy.Ardan bertanya pada seorang pelayan yang dia temui. Ardan ditunjukkan untuk masuk ke rumah jika ingin pergi ke kamar mandi.“Ada kamar mandi di lantai bawah yang memang disiapkan untuk para tamu. Anda bisa menggunakannya,” tutur salah satu pekerja rumah yang ditemui Ardan.Ardan kemudian masuk ke dalam rumah itu dan mencari keberadaan kamar mand
“Gila! Rakus banget kamu ya, Lin. Datang ke acara pertunanganku dengan dua pangeran sekaligus,” cibir Windy setelah mendengar cerita Erlin tetang situasi menegangkan yang sempat terjadi antara dirinya, Adian dan Ardan. Saat itu mereka sedang berbicara berdua setelah acara tukar cincin selesai. Windy telah resmi bertunangan dengan Regan.“Enak saja! Kamu pikir aku senang berada di antara Pak Adian dan Dokter Ardan? Aku justru pusing tahu,” keluh Erlin.“Iya juga sih. Bagaimana caranya agar kamu bisa berdua dengan Pak Adian sementara ada Ardan juga yang mengawasi?”“Itu juga yang sedang mengganggu pikiranku sekarang,” ujar Erlin.Tak mudah punya kesempatan untuk berdua dengan Adian seperti sekarang. Itu sebabnya dia tidak ingin kehilangan kesempatan. Namun sekarang mereka harus memutar otak agar bisa menjauhkan Ardan dari Erlin untuk sementara waktu.Ardan sudah seperti bodyguard khusus yang dikirim Gayatri untuk menjaga Erlin. Jika Ardan sampai tahu tentang rencana mereka, Erlin pasti
Semenjak dipertemukan dipertemukan di restoran, Ardan menjadi lebih sering berkunjung secara terang-terangan ke rumah Erlin. Bahkan kini Gayatri mempercayakan Erlin pada pria itu. Erlin tidak boleh pergi ke mana-mana jika bukan bersama Ardan.Bahkan untuk menghadiri acara pertunangan Windy dengan Regan, Gayatri juga menyuruh Ardan ikut membersamai Erlin. Sejujurnya Erlin merasa tidak nyaman tapi dia juga tidak punya pilihan lain. Dia merasa risih untuk datang bersama Ardan karena dia yakin di sana pasti akan bertemu juga dengan Adian.“Ini acara teman dekatku, Ma. Aku tidak enak kalau datang bersama Ardan yang masih orang asing,” kata Erlin berusaha membujuk Gayatri agar dirinya tak perlu pergi bersama dokter itu.“Justru karena Ardan masih orang asing. Itu sebabnya kamu harus sering pergi bersama dia supaya dia lebih tahu tentang sisi kehidupanmu. Tentang siapa teman-temanmu, bagaimana pergaulanmu dan lainnya. Itu baik bagi kalian untuk proses penyesuaian,” bantah Gayatri.“Tapi, Ma…