“Van, aku bisa jelasin semuanya sama kamu. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan,” kata Erlin panik. Dia benar-benar tidak ingin Ervan salah paham.
“Sekarang jawab aku dengan jujur, Erlin. Apa test pack ini punya kamu?” tanya Ervan dengan tegas. Erlin hanya menggigit bibir dan tak langsung menjawab.
“Jawab aku!” bentak Ervan.
“Iya itu memang punyaku. Tapi...”
“Tapi apa? Kamu hamil? Siapa laki-laki itu, Erlin? Jadi selama ini kamu sudah berselingkuh di belakangku begitu?” cecar Ervan emosi. Dia tidak memberikan kesempatan pada Erlin untuk menjelaskan.
“Enggak. Aku enggak pernah selingkuh,” bantah Erlin lemah.
“Tapi faktanya sekarang kamu hamil. Itu apa namanya kalau bukan main di belakang? Selama ini aku tidak pernah menyentuhmu berlebihan jadi jelas itu bukan anakku,” tegas Ervan.
“Aku sangat mencintai kamu dan aku tidak pernah mengkhianati kamu dengan laki-laki lain. Semua ini terjadi karena kesalahan,” kata Erlin masih berusaha memberi penjelasan.
“Semua ini memang kesalahan. Percaya dan menjalin hubungan sama perempuan seperti kamu juga merupakan kesalahan.”
“Please, Van. Percaya sama aku. Aku korban dari kesalahan yang dilakukan pihak rumah sakit,” kata Erlin memohon sembari memegangi lengan sang kekasih.
“Sudah cukup omong kosongmu! Aku enggak mau tahu lagi. Aku juga enggak mau berhubungan dengan perempuan pengkhianat seperti kamu. Mulai sekarang kita putus,” tegas Ervan membuat keputusan. Dia menghempas kasar pegangan tangan Erlin lalu pergi dengan ikatan yang sudah tak terjalin. Sementara Erlin hanya bisa menangis di tempatnya dan menyesali keadaan.
Erlin menangis tergugu. Hubungan asmaranya kandas di tengah jalan. Padahal dia dan Ervan sudah pernah menyusun rencana untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan setelah kelulusan. Tapi kini semua hanya tinggal kenangan.
Sadar bahwa menangis tak juga bisa memperbaiki keadaan, Erlin berusaha untuk menegarkan diri. Dia menghapus air mata sebelum ada orang lain lagi yang datang ke sana. Dia memilih untuk pergi sebelum ada lebih banyak lagi orang yang mengetahui rahasianya.
Setibanya di rumah, Erlin langsung masuk kamar. Tasnya dia lempar ke sembarang arah. Tak peduli walau isinya sudah terhambur berantakan. Dia menghempaskan tubuhnya di tempat tidur lalu melanjutkan tangis. Erlin merasa kacau kehilangan laki-laki yang dia cintai apalagi karena kesalahan yang tidak dia lakukan.
Kepulangan Erlin diketahui oleh Gayatri. Perempuan paruh baya itu juga merasa aneh dengan sikap Erlin yang langsung berlalu tanpa menyapanya seperti biasa. Gayatri yang merasa khawatir kemudian menyusul putrinya ke kamar.
Mendapati pintu yang tidak terkunci, Gayatri langsung masuk begitu saja. Dia terkejut mendapati putrinya sedang menangis. Dia langsung mendekati Erlin dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Gayatri sempat mengejutkan Erlin. Dia tidak menyadari kehadiran sang ibu.
Tapi sudah kepalang tanggung, Gayatri tahu kalau dirinya menangis. Erlin paham betul watak Gayatri yang tidak akan berhenti bertanya sampai mendapatkan jawabannya. Erlin menegakkan tubuhnya dan duduk berhadapan dengan sang ibu.
Erlin menatap Gayatri dengan nanar dan ragu. Tidak tahu apakah akan berakibat baik jika dia memberitahu yang sebenarnya pada sang ibu. Tapi di sisi lain dia juga merasa tidak bisa menghadapi semuanya sendirian.
Erlin kemudian memeluk Gayatri dengan erat. Tangisnya kembali pecah. Gayatri mengelus punggung putrinya dan berusaha menenangkan. Gayatri meminta Erlin berbagi dengannya.
“Aku…sebenarnya aku…aku hamil, Ma.”
Penuturan Erlin sontak membuat Gayatri terkejut. Bahkan perempuan itu langsung melerai pelukannya dan menatap tak percaya pada Erlin. Selama belum mendengar penjelasan, Gayatri juga berpikir putrinya telah salah pergaulan.
“Kamu enggak serius kan, Sayang?” ujar Gayatri masih tak ingin percaya.
“Itu memang benar, Ma” kata Erlin mengakui dengan berat hati. Dia bahkan beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil beberapa test pack dari dalam tas. Dia menunjukkan semua hasil itu pada Gayatri. Gayatri merasa syok dengan fakta itu.
“Sudah berapa kali papa dan mama katakan agar kamu menjaga diri. Hal seperti ini yang kami takutkan. Sekarang bagaimana ke depannya? Ini aib besar bagi keluarga kita. Katakan siapa pelakunya? Pada laki-laki mana kamu sudah menyerahkan kehormatanmu sebelum waktunya, Erlin?” cecar Gayatri sembari mencengkeram kedua bahu Erlin.
“Aku tidak pernah tidur dengan laki-laki mana pun, Ma. Tolong dengarkan penjelasanku dulu,” pinta Erlin. Gayatri memijat dahinya yang terasa pening.
“Lalu bagaimana kamu bisa hamil kalau tidak melakukannya? Kamu tahu watak keras papamu seperti apa. Mama tidak tahu apa yang akan dia lakukan padamu kalau sampai dia tahu,” ujar Gayatri menahan geram.
“Tapi ini bukan salahku, Ma. Aku juga menjadi korban.”
“Korban apa? kamu diperkosa oleh seseorang begitu?” desak Gayatri.
Erlin akhirnya menjelaskan dengan hati-hati tentang kronologi yang alurnya juga tidak dia ketahui dengan pasti. Sejujurnya Erlin bahkan tidak sadar bahwa dirinya pernah melakukan proses injeksi seperti yang dikatakan dokter. Erlin menuturkan pada Gayatri bahwa semua itu terjadi karena kelalaian pihak rumah sakit.
Kemarahan Gayatri sedikit mereda setelah mengetahui kebenarannya. Dia tidak bisa menyalahkan Erlin atas semua yang terjadi. Meski begitu dia juga bingung apa yang harus dilakukan.
Gayatri merasa tidak bisa berpikir dan mencari jalan keluarnya sendiri. Mau tidak mau dia harus memberitahu Darman, suaminya, agar bisa merundingkannya bersama. Awalnya Erlin sempat mencegah Gayatri karena dia takut ayahnya akan marah.
Tapi Gayatri meyakinkan bahwa Darman tidak akan menyalahkan Erlin. Akhirnya Erlin pasrah. Dia hanya mengekor dengan rasa takut saat Gayatri mengajaknya menemui sang ayah.
Tak berbeda dari Gayatri, Darman juga sangat terkejut setelah mendengar tentang kehamilan putrinya. Erlin hanya bisa menunduk dan mengulang penjelasan saat diminta. Darman benar-benar emosi tapi bukan pada Erlin melainkan pada pihak rumah sakit.
“Ini tidak bisa dibiarkan. Hidup putriku dikorbankan karena kesalahan mereka. Kita harus membuat tuntutan,” kata Darman hilang kesabaran. Erlin hanya diam dan mengikuti apa pun tindakan orang tuanya.
Hari itu juga Darman mengambil keputusan untuk mendatangi rumah sakit. Dia harus berbicara langsung dengan pihak-pihak yang terlibat. Dia tidak terima kesalahan sebesar itu terjadi pada putrinya. Darman mengajak serta Erlin dan Gayatri bersamanya.
Kedatangan Darman membuat masalah semakin panjang. Tidak hanya pada pihak dokter yang terlibat, Darman juga keras kepala meminta untuk berbicara langsung dengan pimpinan rumah sakit. Harus ada yang bertanggung jawab atas apa yang menimpa putrinya.
Dokter Antonio, Nuri dan Raisa tidak bisa berkutik lagi saat masalah itu sudah sampai ke telinga pimpinan. Mereka tidak menyangka orang tua Erlin akan bertindak cepat dengan cara seperti itu. Mereka bertiga dipanggil untuk menghadap dan dimintai keterangan.
Saat itu Dokter Antonio yang menjelaskan kronologi kejadiannya di hadapan semua orang. Dia mengatakan bahwa dia yang bertanggung jawab menangani kasus itu. Dia memberikan rekomendasi agar proses inseminasi dilakukan oleh Dokter Nuri. Namun Dokter Raisa justru mengambil alih tanpa persetujuan dan dengan sengaja melakukan injeksi pada perempuan lain yaitu Erlin.
Pihak paling bersalah dalam kasus itu adalah Dokter Raisa. Dia juga mengakui tindakannya dilatar belakangi karena kecemburuan pribadi. Pimpinan rumah sakit sangat menyayangkan sikap Dokter Raisa yang sangat tidak profesional.
Bahkan lebih parahnya lagi, Dokter Raisa melakukan injeksi sel sperma dalam kondisi pasien yang tidak sadar karena dilakukan pembiusan. Setelah mendengar hal itu, Erlin pun baru mengerti mengapa dirinya tidak mengingat apa pun.
Kesalahan Dokter Raisa tidak bisa ditoleransi. Hari itu pimpinan memutuskan bahwa Dokter Raisa diberhentikan. Meski pimpinan sudah mengambil langkah tegas, tapi hal itu tetap tidak membuat Darman merasa puas.
“Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidak nyamanan ini. Dokter Raisa sudah kami berhentikan. Sebisa mungkin kami mengharap kasus ini tidak sampai ke ranah publik apalagi berurusan dengan hukum,” pinta pimpinan.
“Saya tidak peduli sekalipun dokter itu sudah diberhentikan. Dia memang pantas mendapatkannya. Sekarang yang saya pikirkan adalah nasib putri saya. Kami sangat dirugikan dan ini menyangkut masa depan Erlin. Dia sudah terlanjur mengandung janin dalam rahimnya. Siapa yang akan bertanggung jawab?” tegas Darman dengan emosi yang masih kentara.
“Saya yang akan bertanggung jawab,” ujar seseorang yang baru saja muncul dari arah pintu. Pandangan semua orang sontak beralih kepada sosoknya. Terlebih bagi Erlin, dia sangat terkejut setelah melihat siapa yang datang.
“Pak Adian?”
Pada suatu hari Adian pergi ke rumah sakit untuk menemui temannya yang bernama Antonio. Antonio adalah salah satu dokter di sana. Mereka berteman dekat sejak masih SMA karena kebetulan juga bertetangga. Belakangan ini Adian memang memiliki misi khusus dan cukup rahasia. Dia melakukannya dengan bantuan Antonio. Antonio adalah teman yang sangat dia percaya. Hari itu dia datang untuk mendiskusikan kelanjutan dari misinya. Dia langsung masuk ke dalam ruangan Antonio karena sebelumnya juga sudah membuat janji. "Hai, Bro. Enggak ada jadwal ngajar di kampus hari ini?" sapa Antonio santai. Dia tidak menyikapi Adian dengan cara formal seperti pasien pada umumnya. "Kebetulan lagi kosong," jawab Adian singkat. "Jadi gimana prosesnya? Apa sudah berhasil?" tanya Adian. "Wah...langsung to the point aja nih orang. Sepertinya kamu udah enggak sabar ya pengen punya bayi," seloroh Antonio. "Udah enggak usah bercanda deh, Ton" balas Adian. "Jujur ya, Bro. Aku masih heran aja sama kamu. Kamu pengen
"Dokter Nuri tidak salah ingat kan? Prosesnya terjadi sekitar satu bulan yang lalu," tanya Antonio memastikan. "Tapi saya memang tidak pernah melakukannya," tegas Dokter Nuri tetap dengan jawaban yang sama. "Apa yang sebenarnya sudah terjadi?" tanya Adian tak mengerti. "Mohon maaf sebelumnya. Waktu itu saya juga merasa ada hal yang aneh karena saya seperti hanya diperiksa biasa. Tidak dilakukan tindakan apa pun. Jadi saya pikir hanya semacam tes kesuburan," kata Wulan mengakui. "Astaga...kenapa tidak bilang dari tadi?" keluh Antonio sembari mengusap wajahnya dengan kasar. "Jika bukan Dokter Nuri, lalu siapa yang menanganimu waktu itu?" tanya Antonio. "Kalau tidak salah namanya Dokter Raisa," jawab Wulan. "Kacau! Dia salah satu penggemar beratmu, Adian. Pasti dia yang sudah merekayasa semua ini," ujar Antonio membuat kesimpulan. Di rumah sakit itu memang hanya ada dua dokter spesialis kandungan yaitu Dokter Nuri dan Dokter Raisa. Dokter Raisa cukup dekat dengan Antonio namun pri
"No. Saya enggak setuju," tegas Adian setelah mendengar niat Erlin untuk menggugurkan kandungan. "Lho, ini hidup saya dan saya bisa memperjuangkan masa depan saya sendiri. Bapak enggak berhak melarang," balas Erlin dengan ketus. Erlin sudah tidak peduli sekalipun laki-laki itu adalah dosennya. Dia pikir mereka tidak sedang dalam proses belajar mengajar di kampus jadi tak masalah jika dia sedikit mengabaikan etika. Perdebatan akhirnya terjadi di antara mereka berdua. "Tapi yang ada dalam kandungan kamu itu anak saya. Kamu enggak bisa ambil keputusan secara sepihak," kata Adian keberatan. "Kok jadi ribet begini sih urusannya? Saya enggak punya kewajiban buat nurut sama bapak karena bapak juga bukan suami saya," ujar Erlin tak mau kalah. Adian terdiam karena dia memang tidak punya status lebih atas Erlin. Tapi dia jelas tidak mau jika calon anaknya sampai dibunuh dengan cara aborsi. Adian sangat menginginkan kehadiran anak itu. "Lagian kenapa sih bapak pakai cara inseminasi segala?
"Kenapa kamu nekat melakukan kesalahan sebesar ini, Raisa?" ujar Antonio sedang memarahi Dokter Raisa di ruangannya setelah mereka diadili oleh pimpinan rumah sakit. Sekarang Raisa sudah diberhentikan. Antonio sangat menyayangkan karir Raisa harus berakhir dengan cara seperti itu. "Aku dibutakan oleh rasa cemburu. Aku sudah tertarik pada Adian sejak lama. Harusnya sebagai teman, kamu mengerti hal itu dan membantuku," tukas Raisa. "Kamu benar-benar sudah gila, Raisa. Tindakanmu sangat ceroboh hanya karena ketertarikan pada seorang laki-laki. Aku sungguh tidak menyangka kamu bisa berbuat sejauh itu," keluh Antonio. "Sudah cukup. Kamu hanya bisa marah-marah dan menghakimiku dari satu sisi. Kamu tidak akan mengerti bagaimana perasaanku sebagai seorang perempuan, Anton" tegas Raisa dengan nada tinggi. Dia sudah lelah terus dipojokkan. "Aku mengerti. Tapi kamu yang terlalu bodoh, Raisa. Kamu melakukan sesuatu yang merugikan dirimu sendiri hanya karena seorang laki-laki yang bahkan tidak
Darman terkejut mendengar penuturan Adian. Dia tidak mengerti apa maksud Adian yang mengatakan akan bertanggung jawab tapi tidak bisa menikahi Erlin. Darman meminta Adian menjelaskan semuanya secara gamblang.Adian mengatakan kurang lebih seperti apa yang dia katakan pada Erlin sebelumnya. Namun tentu saja gagasan itu ditolak mentah-mentah oleh Darman. Darman tidak setuju putrinya seolah dijadikan perempuan bayaran untuk melahirkan anak Adian.“Tidak bisa begitu, Nak Adian. Saya tahu mungkin Nak Adian punya banyak uang. Tapi saya tidak akan membiarkan putri saya diperlakukan seperti itu. Kalau kamu memang mau bertanggung jawab, maka kamu harus menikahi Erlin,” tegas Darman sama persis seperti tantangan yang diberikan Erlin sebelumnya. Rupanya anak dan ayah itu langsung sepemikiran walau tak sempat berunding.“Kamu harus segera membuat keputusan selagi kandungan Erlin masih kecil. Kalau memang kamu tidak bersedia, terpaksa saya juga akan memilih jalan aborsi untuk menyelamatkan kehidup
“Papa yakin rela menyerahkan putri kita untuk menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak mencintainya? Erlin itu putri kita satu-satunya lho, Pa. Mama takut dia tidak bahagia bersama Adian,” bisik Gayatri sebelum acara dimulai. Ada kecemasan tersendiri bagi Gayatri karena mengetahui pernikahan putrinya hanya didasari oleh rasa terpaksa. Entah dari pihak Adian maupun dari pihak keluarganya sendiri. Seandainya masih ada pilihan lain, mungkin mereka juga tidak akan setuju menikahkan Erlin dengan Adian. Pernikahan yang sama sekali tidak pernah dibayangkan sebelumnya.Beberapa hari yang lalu, Adian datang ke rumah keluarga Darman. Dia menyatakan persetujuannya untuk menikahi Erlin. Meski bukan berarti Adian setuju sepenuhnya karena dia juga masih mengajukan beberapa perjanjian tertulis.Setelah kesepakatan dibuat, hari dan tanggal pernikahan langsung ditentukan dengan cepat. Mereka tidak bisa menunda waktu lama karena khawatir orang lain akan tahu tentang kehamilan Erlin. Terlebih p
“Siapa yang punya kelainan?” ujar Adian membuat Erlin dan Antonio langsung menghentikan obrolan. Apalagi Adian juga sedang menatap mereka dengan penuh curiga.“Enggak kok enggak ada yang punya kelainan,” sahut Erlin mengelak dengan cepat.“Ya udah kalau gitu ayo pulang sekarang,” ajak Adian tak ramah.Laki-laki itu kemudian berjalan lebih dulu ke mobil. Sementara Erlin berusaha menyusul dengan langkah kecil dan sedikit kesulitan karena gaun yang dipakai. Erlin sempat mengajak Antonio pulang bersama mereka karena searah. Namun tentu saja Antonio menolak dengan alasan tidak mau mengganggu kebersamaan sepasang pengantin baru.Erlin terbirit-birit masuk ke dalam mobil. Dia duduk di kursi depan bersebelahan dengan Adian yang kini telah resmi menjadi suaminya. Sekilas Erlin memperhatikan wajah Adian. Terlihat kaku, tanpa ekspresi dan pandangan fokus untuk mengemudi.Sepanjang perjalanan hanya ada sunyi. Sama sekali tak ada pembicaraan walau sekedar basa basi. Suasana yang sangat membosankan
Erlin benar-benar tersinggung dengan perkataan Adian. Laki-laki itu berbicara seenaknya tanpa melibatkan perasaan. Terlebih lagi yang menjadi lawan bicaranya adalah seorang perempuan yang sedang hamil muda. Emosi Erlin cenderung lebih labil dari biasanya.Erlin yang kesal langsung bangkit dari duduk dan mengangkat gaun panjang yang tiba-tiba terasa lebih menyesakkan dari pada sebelumnya. Dia berjalan ke kamar mandi dengan hentakan kasar. Tapi Adian sama sekali tidak peduli dan membiarkan Erlin melakukan apa pun yang diinginkan.Erlin menghabiskan waktunya cukup lama di kamar mandi. Dia menangis sejadi-jadinya dengan tubuh dibiarkan terguyur air dari shower. Dia menumpahkan perasaannya yang terluka mengingat apa yang diucapkan Adian. Belum ada dua puluh empat jam, Erlin merasa sudah menyesal menerima pernikahan dengan laki-laki itu.“Apa aku sudah salah mengambil keputusan karena menikah dengan Pak Adian? Ini bukan jalan keluar dari permasalahan tapi justru seperti jebakan yang lebih b
“Papa.”Suara panggilan seseorang mengalihkan perhatian Darman. Pria itu sontak menguraikan rangkulannya dari Adian dan melihat ke arah pintu. Darman merasa syok melihat sosok yang berdiri di sana.“Erlin?” ucapnya tak percaya. Perlahan Darman melangkah ragu mendekati sosok yang dilihatnya. Dia tidak tahu apakah itu benar Erlin atau hanya halusinasinya saja.Setelah berada dalam jarak dekat, tangan Darman bergetar memegang lengan putrinya. Dia benar-benar merasakan bisa menyentuh sosok itu. Darman bahkan memeriksa dari ujung kepala sampai ujung kaki.“Ini benar Erlin putriku? Kamu...kamu masih hidup, Sayang?” ujar Darman dengan nada tak percaya.“Iya, Pa. Ini Erlin,” jawab perempuan itu membuat Darman langsung memeluk erat perempuan di hadapannya.“Ya Tuhan...bagaimana ini mungkin?” tanya Darman masih kebingungan. Padahal tadinya dia sendiri melihat dengan jelas putrinya berada di dalam mobil yang dijatuhkan ke jurang.“Aku selamat karena Pak Adian. Kalau tidak ada dia, aku benar-bena
“Sekarang kalian semua sudah tahu kebenaranku. Tapi semua itu tidak membuatku takut dan lantas mengurungkan niat untuk membalas kalian,” kata Ardan tak merasa gentar walau kejahatannya sudah terbuka di hadapan banyak orang.“Aku kasihan pada Erlin. Sejak awal dia menolak hubungan ini. Tapi kalian terlalu mempercayaiku dan terus memaksanya menerima perjodohan palsu. Terutama dirimu, Tante Gayatri. Kamu begitu bodoh dan mudah ditipu. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Erlin hari ini, maka itu semua karena kesalahanmu. Kamu yang sudah mendorong putrimu pada celaka,” imbuh Ardan semakin menakuti pihak keluarga.“Tidak. Jangan lakukan hal buruk apa pun pada Erlin. Setidaknya pikirkan bahwa saat ini dia sedang hamil. Kalau kamu berbuat buruk padanya, sama saja kamu juga menyakiti anak tak berdosa itu,” pinta Gayatri memelas.Sekarang dia sadar sudah melakukan kesalahan besar dengan mempercayai Ardan. Jika sampai putrinya benar-benar menikah dengan pria seperti Ardan, dia akan semakin meny
Perkataan Ardan membuat semua orang semakin dilanda kepanikan. Terutama bagi Darman dan Gayatri, mereka tidak bisa diam saja mengetahui Erlin sedang berada dalam bahaya. Tapi mereka juga tidak tahu di mana keberadaan putrinya. Satu hal yang bisa mereka lakukan hanya memohon pada Ardan agar menghentikan rencana gilanya.Mereka menyesal karena sudah salah menilai Ardan selama ini. Ternyata pria itu hanya berpura-pura baik di hadapan mereka. Mereka menyesal sudah mengenalkan Erlin pada Ardan apalagi memaksa menjodohkan mereka. Padahal sejak awal Erlin sudah menolak hubungan itu.“Tolong katakan di mana putri kami. Jangan sakiti dia. Kenapa kamu tega melakukan semua ini?” ujar Gayatri dengan nada putus asa.“Benar, Ardan. Apa kesalahan kami sampai kamu memiliki niat yang begitu buruk?” sambung Darman ikut angkat bicara.“Sebenarnya ini bukan kesalahan kalian semua. Hanya Om Darman yang bersalah di sini. Om Darman begitu egois dan hanya mementingkan kebahagiaan Om Darman sendiri hingga Mam
“Bagaimana? Apa kalian sudah melakukan sesuai yang aku perintahkan?” ujar Ardan berbicara dengan seseorang di telepon.“Sudah, Bos. Sekarang perempuan itu ada bersama kami,” jawab seseorang dari seberang.“Bagus kalau begitu. Pastikan rencana ini tidak akan gagal. Jangan biarkan ada seorang pun yang mengganggu atau kalian singkirkan saja mereka. Tetap siaga karena sewaktu-waktu aku bisa merubah rencana dan menjalankan opsi kedua,” titah Ardan ditutup dengan senyum licik. Ardan begitu bangga karena sebentar lagi tujuannya akan segera tercapai.Para tamu sudah memenuhi ballroom hotel tempat dilangsungkannya acara pertunangan antara Erlin dengan Ardan. Gayatri, Darman, Windy dan Ardan sendiri juga sudah ada di tempat. Bahkan Adian turut terlihat di antara para tamu.Adian sengaja diundang agar bisa menyaksikan langsung pertunangan antara mantan istrinya dengan Ardan. Mereka berpikir harus melihatnya sendiri agar sadar dan tidak lagi mengganggu Erlin. Dengan pertunangan itu mereka bermaks
Sambungan telepon terputus beberapa saat setelah Adian mendengar pertengkaran antara Erlin dan Gayatri. Adian bisa menebak dengan mudah bahwa Erlin sedang tertangkap basah oleh Gayatri. Adian yakin masalahnya akan semakin bertambah parah sekarang.Adian masih syok mendengar tentang rencana pertunangan yang dikabarkan Erlin. Dia belum tahu duduk perkaranya seperti apa hingga Erlin tiba-tiba didesak untuk bertunangan. Demi mendapatkan kejelasan, dia pun menghubungi Windy.Windy menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Erlin saat malam pesta pertunangannya. Tentang Ardan yang justru datang ke kamar dan mengadukan rencana mereka pada orang tua Erlin. Adian pun mengerti mengapa Erlin marah kepadanya.Adian kemudian berusaha untuk menghubungi kembali nomor Erlin. Namun sayangnya sudah tidak aktif. Adian yakin pasti Gayatri sudah menyita ponsel Erlin lagi.Adian yang masih berada di rumah sakit akhirnya kembali ke kamar rawat Antonio dengan wajah frustasi. Antonio bukan orang baru sehing
“Saya minta maaf tidak bisa menemuimu tadi malam. Saya tiba-tiba mendapat kabar bahwa Antonio mengalami kecelakaan dan saya langsung pergi ke lokasinya.”Erlin begitu kesal membaca pesan dari Adian dan memilih tidak membalasnya. Perasaannya campur aduk jika mengingat kejadian malam sebelumnya. Adian tidak datang menemuinya dan dia justru terjebak dalam satu kamar dengan Ardan.Sungguh sekarang Erlin merasa malu setiap kali harus bertemu dengan dokter itu. Masalah yang harus ia hadapi juga bertambah karena Gayatri sudah tahu. Ardan mengadukan tentang rencana pertemuan Erlin dan Adian secara diam-diam saat pesta pertunangan Windy.Gayatri jelas marah. Dia menegaskan pada Erlin agar tidak mencoba melakukan cara lain lagi untuk dekat dengan Adian. Bahkan karena kejadian itu, Gayatri mendesak Ardan dan Erlin agar segera bertunangan.Malam itu setelah pulang dari rumah Windy, Gayatri dan Erlin kembali terlibat perdebatan panjang. Erlin tidak bisa menerima keputusan Gayatri yang memintanya
“Erlin pergi ke mana? Kenapa lama sekali? Aku juga tidak melihat Adian lagi di antara para tamu. Apa jangan-jangan mereka berdua...”Ardan gelisah memikirkan kemungkinan yang dia simpulkan sendiri. Setelah kepergian Windy, dia menyadari Erlin telah lama pergi. Perempuan itu tak kunjung kembali. Ardan mulai merasa curiga apalagi ia tak mendapati keberadaan Adian di tengah acara.“Aku tidak bisa membiarkan ini. Aku harus mencari mereka berdua,” batin Ardan.Laki-laki itu kemudian pergi untuk mencari keberadaan Erlin. Tadi dia sempat mendengar dari Windy bahwa Erlin pergi ke kamar mandi. Adian tidak tahu kamar mandi mana yang dimaksud oleh Windy.Ardan bertanya pada seorang pelayan yang dia temui. Ardan ditunjukkan untuk masuk ke rumah jika ingin pergi ke kamar mandi.“Ada kamar mandi di lantai bawah yang memang disiapkan untuk para tamu. Anda bisa menggunakannya,” tutur salah satu pekerja rumah yang ditemui Ardan.Ardan kemudian masuk ke dalam rumah itu dan mencari keberadaan kamar mand
“Gila! Rakus banget kamu ya, Lin. Datang ke acara pertunanganku dengan dua pangeran sekaligus,” cibir Windy setelah mendengar cerita Erlin tetang situasi menegangkan yang sempat terjadi antara dirinya, Adian dan Ardan. Saat itu mereka sedang berbicara berdua setelah acara tukar cincin selesai. Windy telah resmi bertunangan dengan Regan.“Enak saja! Kamu pikir aku senang berada di antara Pak Adian dan Dokter Ardan? Aku justru pusing tahu,” keluh Erlin.“Iya juga sih. Bagaimana caranya agar kamu bisa berdua dengan Pak Adian sementara ada Ardan juga yang mengawasi?”“Itu juga yang sedang mengganggu pikiranku sekarang,” ujar Erlin.Tak mudah punya kesempatan untuk berdua dengan Adian seperti sekarang. Itu sebabnya dia tidak ingin kehilangan kesempatan. Namun sekarang mereka harus memutar otak agar bisa menjauhkan Ardan dari Erlin untuk sementara waktu.Ardan sudah seperti bodyguard khusus yang dikirim Gayatri untuk menjaga Erlin. Jika Ardan sampai tahu tentang rencana mereka, Erlin pasti
Semenjak dipertemukan dipertemukan di restoran, Ardan menjadi lebih sering berkunjung secara terang-terangan ke rumah Erlin. Bahkan kini Gayatri mempercayakan Erlin pada pria itu. Erlin tidak boleh pergi ke mana-mana jika bukan bersama Ardan.Bahkan untuk menghadiri acara pertunangan Windy dengan Regan, Gayatri juga menyuruh Ardan ikut membersamai Erlin. Sejujurnya Erlin merasa tidak nyaman tapi dia juga tidak punya pilihan lain. Dia merasa risih untuk datang bersama Ardan karena dia yakin di sana pasti akan bertemu juga dengan Adian.“Ini acara teman dekatku, Ma. Aku tidak enak kalau datang bersama Ardan yang masih orang asing,” kata Erlin berusaha membujuk Gayatri agar dirinya tak perlu pergi bersama dokter itu.“Justru karena Ardan masih orang asing. Itu sebabnya kamu harus sering pergi bersama dia supaya dia lebih tahu tentang sisi kehidupanmu. Tentang siapa teman-temanmu, bagaimana pergaulanmu dan lainnya. Itu baik bagi kalian untuk proses penyesuaian,” bantah Gayatri.“Tapi, Ma…