Share

56. Apartemen

Penulis: Mkarmila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Mi, ini rumah siapa?” tanya Langit ketika memasuki unit apartemen yang sudah disediakan oleh Ryu.

Tangan kecilnya langsung melepas dari genggaman Aluna. Berlarian kecil mengitari ruangan dengan tatapan takjub. Mungkin baru kali ini melihat kemewahan di depan mata.

Sementara Aluna, saat masuk sudah dibuat takjub dengan tatanan ruang tamu yang luas dengan perabotan lengkap yang mewah. Pandangan Aluna kemudian melihat lebih masuk lagi, ruangan yang didominasi oleh warna putih itu membuat terlihat bersih, di ruangan itu ditempatkan televisi berukuran besar, entah berapa inci Aluna tidak tahu.

Ya, pada akhirnya, Aluna memilih menuruti ucapan Ryu untuk pulang ke kota dan tinggal di apartemen. Tanpa Aluna tahu, apartemen dengan segala kemewahannya itu Ryu beli khusus untuk Aluna. Tetapi memang ia tidak mengatasnamakan istrinya itu. Terlalu berbahaya kalau Renata mengetahuinya, jadi untuk amannya Ryu menggunakan nama Barayudha.

“Sini, duduk!” Ryu menepuk pelan sofa yang ada di ruang keluarga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   57. Bersama

    “Mami …! Mami …!”Terpaksa Ryu menghentikan sesaat pagutan di bibir Aluna saat mendengar suara Langit dari balik pintu yang terkunci. Namun, seolah menulikan pendengarannya Ryu hendak mendekatkan kembali bibirnya ketika Aluna langsung mendorong wajah laki-laki itu dengan telapak tangannya.“Mas, Langit manggil itu.” Aluna beranjak bangun untuk membuka pintu. Sementara Ryu melempar tubuhnya ke kanan, terlentang dengan pandangan ke langit-langit kamar. Setelah mendengkus kesal karena kesempatan berdua dengan Aluna diganggu Langit.“Iya, gak papa nanti Mami yang bicara dengan Papi kalau Langit tidur di sini.”Ryu mengalihkan pandangan, netranya memicing tidak suka namun lirikan tajam Aluna membuatnya tidak bisa berkutik.“Oke, Langit tidur sini,” balas Ryu sambil menepuk bagian tengah ranjang king sizenya itu.Tanpa menunggu lama, Langit beranjak naik dan memposisikan di tengah-tengah Aluna dan Ryu. Langit berbaring miring menghadap Aluna, tangan dan kakinya memeluk wanita yang sudah mel

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   58. Tentang Mauren

    “Baru ingat rumah, Mas!”Seruan seseorang di belakang sana, membuat Ryu menoleh. Ia berbalik, memandang ke arah sumber suara. Wajahnya datar saat melihat Renata turun dari mobil sedan miliknya. Wanita itu mendekat, berdiri tepat di depan Ryu.“Aku pikir kamu sudah lupa sama anak dan is-”“Darimana kamu?” Bukannya menjawab ucapan Renata, kini wajah Ryu terlihat kesal melihat tampilan istri yang beberapa hari ini ia abaikan. “Baju macam apa yang kamu pakai, hah!” tanyanya kemudian telunjuk Ryu mengarah ke dress yang sedang dikenakan dengan belahan dada yang rendah.Wanita itu spontan menyilangkan kedua tangannya di depan dada setelah menyingkirkan telunjuk Ryu. Meskipun awalnya wanita itu nyaman berpenampilan seperti itu pada akhirnya nyalinya pupus sudah saat Ryu menegurnya, belum lagi tatapan membunuh sang suami yang terlihat jelas.“Gak penting kamu tahu aku darimana. Kamu bisa mencari kesenangan di luar, aku pun bisa melakukannya,” jawab Renata. Harusnya Renata takut menghadapi kema

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   59. Merenung

    Mauren terbangun, merasakan tenggorokannya kering. Seperti biasanya ia tidur sendirian di kamar. Kedua orang tuanya kemana, ia tidak tahu. Biasanya sang Mami yang menyiapkan minuman di meja nakas di samping tempat tidurnya. Sekarang, ia hanya melirik botol plastik itu kosong.“Ya sudah, mungkin Mami belum datang. Aku ambil sendiri saja di dapur,” ucapnya pada dirinya sendiri sambil membawa botol plastiknya. Melangkahkan kakinya untuk menuju pintu. Namun sebelum itu terjadi.“Apa maksud kamu, Mas …Samar-samar Mauren mendengar suara sang Mami berbicara. Mauren yang jiwa penasarannya sangat tinggi, lantas membuka pintu kamarnya dengan perlahan hingga tampak jelaslah suaranya. Gadis itu masih berdiri di belakng pintu untuk menguping.“Aku cuman ingin kamu sadar, kalau Langit butuh aku.” Ryu menepuk dadanya pelan sebelum melanjutkan kalimatnya. “Ayah kandungnya, sedangkan Mauren masih bisa menerima Ayah kandungnya selain ak ... Aww, Renata kamu mau membunuhku, hah!” seru Ryu ketika meneri

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   60. Hilang

    “Oke, lakukan sesuai rencana!”Renata menutup sambungan teleponnya pada seseorang disebarang sana. Wajahnya datar dengan tangan yang memegang erat pada ponsel mahal pemberian Ryu.Setelah kepergian laki-laki itu beberapa saat yang lalu, Renata yang diliputi rasa sakit hati menghubungi seseorang. Terpaksa ia melakukannya karena Ryu sudah sangat-sangat menyakiti hatinya. Terlebih sang suami tanpa mau membujuk Renata malah meninggalkannya tanpa permintaan maaf.“Jangan salahkan aku memilih jalan ini, Ryu Zavier Ragnala,” gumam Renata dengan dipenuhi dendam.***Aluna menolehkan kepalanya ke belakang sekali lagi. Entah perasaannya saja atau bagaimana, tapi ia merasakan ada seseorang yang sejak tadi terus mengikutinya dan mengamati dirinya.“Siapa yang mengikutiku ya,” gumamnya pelan pada dirinya sendiri.“Ada apa, Mi?” tanya Langit, merasa sikap sang Mami yang tidak biasa.“Ehm, gak apa-apa,” jawab Aluna sambil melirik Langit yang terus berjalan mengikuti langkahnya.Tangan Aluna semakin

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   61. Kecelakaan

    Ryu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi ketika menuju apartemennya, lebih tepatnya apartemen yang ia beli untuk Aluna. Setelah berbicara sebentar via telepon dengan security, kekhawatiran laki-laki itu kian bertambah. Hingga tiga puluh menit kemudian, kendaraan roda empat itu langsung masuk ke dalam basement apartemen. Dengan sedikit berlari, ia menuju meja resepsionis. “Selamat malam!” ucapnya setelah menemukan Langit yang duduk di temani oleh pihak manajemen apartemen. "Malam, Pak Ryu.” Langit yang berulang kali menguap, merasakan kantuk yang tidak dapat ditahan. Namun, begitu mendengar suara yang tidak asing baginya mata itu langsung terbuka lebar. “Papi …!” Bocah laki-laki itu menghampiri Ryu lalu memeluk kaki sang Papi. “Mami dibawa sama orang yang pakai baju hitam, Pi.” Ryu berlutut, membingkai wajah Langit yang basah. Bisa dipastikan bocah kecil itu habis menangis. “Iya, tapi kamu tidak apa-apa kan?” Ryu juga perlu memastikan keadaan Langit. Ia hanya tidak mau terla

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   62. Diculik

    "Gimana kondisinya, Mas?" Tepukan pelan di bahunya, membuat Bara menolehkan kepalanya dari ruangan serba kaca yang ada di depannya. Ruangan yang tidak boleh dimasuki tanpa ada jam besuknya. Mendapati wajah wanita yang dicintainya dan berjanji dalam hati tidak akan pernah menyakiti istri yang pernah dia sia-siakan seperti dulu kala. "Dokter bilang apa?"Hembusan napas pelan dan gelengan kepala Bara menjawab pertanyaan Nia.Tidak bertanya lagi, wanita itu mendekat berdiri tepat di depan sang suami. Secara otomatis, Bara memeluk pinggang sang istri, menempatkan wajah tampannya di perut Nia. Tidak lama kemudian, isakan pelan terdengar. Dan yang dilakukan Nia adalah memberikan tepukan pelan dengan gerakan statis di punggung lebar sang suami untuk menenangkannya.Lima menit kemudian, Bara mengurai pelukan."Sayang ... aku lihat sendiri dengan mata kepalaku ..." Laki-laki itu menjeda ucapannya, tiba-tiba tenggorokannya tercekat mengingat bagaimana kecelakaan yang begitu cepat terjadi.Nia s

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   63. Kondisi Ryu

    "Ya Allah, lindungi hamba dari orang-orang jahat itu," gunam Aluna.Wanita itu berlari menjauh dari rumah tempatnya disekap tadi dengan napas terengah-engah. Sesekali ia menoleh ke belakang untuk melihat apakah ada yang mengejarnya hingga ia melihat ada taxi, Aluna cepat-cepat merentangkan satu tangannya untuk menghentikannya. "Stop, Pak!" serunya.Taxi berhenti, Aluna langsung masuk dan mendudukan bokongnya. Wanita itu memberikan alamat apartemennya lebih dulu sebelum sang driver bertanya.Baru setelah taxi melaju dengan kecepatan sedang, Aluna bisa bernapas lega. Tapi hatinya masih belum bisa tenang, maka sekali lagi ia menoleh ke belakang. Tidak ada kendaraan yang mencurigakan, Mami Langit itu benar-benar yakin bahwa tidak ada yang mengikutinya."Macet kenapa, Pak?" tanya Aluna ketika tiba-tiba saja taxi jalannya melambat."Kurang tahu, Bu," jawab sang driver kemudian.Aluna terkesiap saat ingatannya tertuju kepada Langit. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan putranya itu setelah

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   64. Sumber Masalah

    Setelah mendengarkan penjelasan sang dokter Renata bersama Bara kembali ke ruangan ICU. Kedua dokter itu hanya berdiam diri sambil tak lepas menatap ke arah brankar Ryu yang terlihat dari ruangan kaca itu. Sementara Nia mengantar Langit yang ingin membeli minuman di cafe rumah sakit. Sedikitnya, Langit sudah mulai luluh dengan istri Bara tersebut."Lalu sekarang kamu sekap dimana Ibunya Langit." tanya Bara setelah jeda panjang. Apapun alasan Renata, Bara tidak menyukai tindakan wanita itu. Apalagi melihat Langit yang masih membutuhkan Ibunya. "Dengar ak-""Dia sudah kabur!" sela Renata, tidak merasa bersalah telah berbuat kejahatan seperti itu. "Dan jangan tanya lagi kemana kabarnya karena aku tidak tahu dan tidak mau peduli."Hampir saja Bara ingin mengumpat mendengarkan kalimat Renata yang menyebalkan jika tidak melihat kedatangan Langit bersama Nia. Sang istri di tangan kirinya sedang membawa kantong kresek. Sudah bisa dipastikan semua itu makanan Langit."Oke." Rasanya sudah cukup

Bab terbaru

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   84. Mau Suami

    “Mami …!”Panggilan yang diucapkan Mauren tidak membuat wanita yang sedang menatap kosong ke luar jendela bergerak.“Mami … Mauren kang-”Renata menoleh, menatap ke arah Mauren. Detik berikutnya, wanita itu berteriak histeris dengan telunjuk mengarah pada Mauren di ambang pintu.“Mauren, kamu anak sialan. Pergi, pergi … pergi anak sialan kamu!”Awalnya Mauren sudah percaya diri kalau kali ini kunjungannya bakal diterima oleh sang Mami. Akan tetapi, diluar expektasinya ternyata Renata menolak kedatangannya lagi dan ini sudah yang kesekian kalinya.Sementara Alan yang berada di belakang Mauren, seketika memberikan pelukan dari samping pada anak gadisnya itu untuk menguatkan. “Biar Ayah yang coba ya,” ucapnya.“Tap-tapi ….” Suara Mauren bergetar menahan isakan. Ia bisa menerima ketika Renata membentaknya tetapi tidak mengumpatinya. Gadis berusia delapan tahun itu semakin sesak dadanya ketika melihat tatapan tajam sang Mami. Buliran bening yang sempat ditahannya tidak mampu lagi disembun

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   83. My Family

    Setelah tiga hari dua malam berada di rumah sakit, akhirnya Aluna diperbolehkan pulang. Meskipun Bian memberikan kamar VVIP saat di rumah sakit, tetapi Aluna lebih menyukai tinggal di rumah sederhananya.“Sudah semua kan?” tanya Bian sambil menelisik satu persatu barang yang akan dibawanya pulang ke rumah.“Kayaknya ….” Aluna ikut berdiri di samping Bian sambil memperhatikan sekeliling, mana tahu ada yang tertinggal. “Sudah semua deh, Mas.”“Selamat siang!” Suara dokter Lia terdengar dari arah pintu.“Selamat siang, dok,” sapa Aluna menjawab salam dokter Lia. Bian hanya tersenyum menjawab sapaan dokter yang telah membantu proses kelahiran Awan.“Jadi mau pulang hari ini ya?” ucap dokter Lia setelah menatap bayi tampan Aluna yang masih tidur. “Hem … bayinya tampan seperti Ayahnya.” Dokter Lia mengatakan lagi sambil menatap Bian dengan tersenyum.“Dia bukan-”“Ah, terima kasih, dok,” sela Bian dengan terkekeh. Lalu melirik Aluna. Wanita itu sedang menatapnya geregetan dan Bian tidak pe

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   82. Baper

    “Tante, nanti pulang sekolah aku boleh jenguk Mami dulu ya?” tanya Mauren pada Nia. Sudah delapan bulan, semenjak Renata berada di rumah sakit jiwa, Mauren tinggal bersama keluarga Bara. Mauren melanjutkan kunyahannya yang ada di mulutnya baru kemudian melanjutkan ucapannya. “Tapi kalau gak ada ekskul, sih.”“Jangan dulu deh, tunggu Om Bara off dulu aja ya. Nanti biar ditemani,” jawab Nia sambil mengaduk minuman hangatnya untuk sang suami. Biasanya memang Mauren di temani oleh Bara jika ingin datang ke rumah sakit. “Coba tanya sama Om Bara, kapan off.”“Tan, aku ke sana sama Ayah koq.” Mauren segera menghabiskan nasi goreng yang ada di piringnya. Menyisahkan nugget yang biasanya ia makan belakangan. “Jadi gak sama Om.”Mauren memang sudah bisa menerima kehadiran Alan sebagai Ayahnya. Tetapi hubungan mereka tidak lah terlalu dekat karena di saat butuh saja Mauren mendatangi lelaki itu. Alan pun tidak masalah jika Mauren hanya memanfaatkannya saja. Toh, ada darahnya yang mengalir di tu

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   81. Launching

    Delapan bulan kemudian …Aluna meringis, merasakan nyeri itu kembali datang. Sesuai hari perkiraan lahir, harusnya masih seminggu lagi. Akan tetapi, sejak bangun tadi pagi ia merasakan beberapa kali nyeri. Merasa sudah berpengalaman saat melahirkan Langit dulu, Aluna bergegas menuju klinik.“Kita langsung ke rumah sakit saja ya,” ucap Bian. Laki-laki itu langsung berangkat menuju rumah Aluna saat di telepon Aluna. Acara meeting yang masih setengah jalan, terpaksa ia tinggalkan. Tidak masalah meninggalkan kantor, karena Aluna adalah prioritasnya saat ini.“Klinik saja, Mas!” pinta Aluna. Setiap bulan Aluna memang kontrol di klinik tersebut. Selain itu lokasi yang dekat dengan rumah, membuat tidak menghabiskan waktu di perjalanan.Desahan pelan keluar dari bibir Bian. Ia hanya ingin Aluna mendapatkan pelayanan yang terbaik dan lengkap jika datang ke rumah sakit. Tetapi wanita hamil itu ternyata masih saja keras kepala. Aluna masih trauma datang ke rumah sakit setelah kepergian Ryu. Lant

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   80. Kenyataan

    “Stop, Renata!” teriak Bara. Ketika mendengar kegaduhan di dalam kamar, ia tidak bisa menunggu lagi sampai Alan keluar. Tanpa permisi Bara membuka pintu. Untuk pertama kalinya pria itu tercengang dengan apa yang dilihatnya. Akal sehatnya masih menyangkal apa benar ini yang dilakukan oleh istri Ryu. Bara lantas mendekati Renata menarik kedua tangan wanita itu dari kepala Alan kemudian mencengkramnya dengan kuat. “Kamu mau jadi pembunuh, hah? Mau kamu membusuk di buih, hah! Kalau kamu gak bisa mengendalikan diri, terpaksa aku bawa kamu ke rumah sakit jiwa. Mau kamu seperti itu, ya?”“Pergi, Alan!” ucap Bara setelah tangan Renata terlepas dari kepala Alan. “Kamu juga, bodoh atau gimana sih, diam saja diha-”“Saya ikhlas, Mas,” sahut Alan tidak menyimpan dendam sama sekali pada Renata. “Kalau dengan seperti ini bisa membuat Mbak Renata memaafkan saya.”“Konyol itu namanya,” geram Bara. “Mati sia-sia, belum tentu dimaafkan juga.” Kembali decakan kesal keluar dari bibir Bara. “Ck, sebenarny

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   79. Psikopat

    “Kamu …” Renata mengacungkan telunjuknya dan mengarahkan pada lelaki yang telah memanggilnya beberapa saat yang lalu. “Pergi! Brengsek, kamu!” Tanpa ragu Renata melempar bantal yang ada di sampingnya ke arah laki-laki tersebut.Bara yang masih berada di dalam kamar. Menyadari Renata yang akan mengamuk lagi, ia refleks menutup pintunya rapat. Mengangkat kedua tangannya di depan dada. “Ren, bisa tenang! Aku mau bantu kamu, tapi tolong kamu tenang. Di luar akan banyak orang, kalau kamu seperti ini mereka akan mengira kalau kamu gila. Pasti kamu tahu dimana orang gila berada, kan.”“Kamu ngatain aku gila, Mas?” Di sela amukannya Renata masih bisa berpikir normal. “Aku gak gila, Mas.” Wanita itu jatuh di lantai sambil menekuk lututnya. Suaranya bergetar dengan buliran bening yang tiba-tiba menetes di pipi. “Maaf … Mas Ryu, harusnya … aku, harusnya … aku.” Ada rasa sakit yang tak terlihat menghujam, saat menyadari tindakannya yang telah membuat Ryu menghembuskan napas terakhirnya. Kembali r

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   78. Penolakan

    “Gimana keadaannya, Mas?”Bara baru saja menutup pintu kamar berwarna putih itu, menoleh ke samping, ada sebelah tangan memeluk lengannya. Berdiri sang istri dengan wajah khawatir. Ia memang merutuki apa yang diperbuat Renata, tetapi melihat kondisinya yang sekarang membuatnya sangat iba. Bara tidak langsung menjawab, laki-laki itu menghela sebentar lalu menatap pintu yang ia tutup barusan. Tidak akan mengira apa yang telah terjadi pada Renata. Jiwanya terguncang setelah melihat sang suami dikubur di bawah tanah. Sementara istri Ryu yang satunya terlihat tegar dan bisa menerima takdir ini. Berjalan menuju sofa yang ada di depannya lantas mendudukan bokongnya di sana. Nia yang tidak melepaskan lengan Bara, mengikuti dengan duduk di sofa yang sama.“Aku pikir, kalau dia masih belum ada perubahan, kita bawa ke rumah sakit saja,” jawabnya lirih. Setelah mengamuk dan berteriak histeris di pemakaman, Bara telah berhasil menenangkan. Namun, ketika sudah sampai di rumah, Renata mengamuk lagi

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   77. Terguncang

    “Ayah, sekarang aku sudah tidak punya Papi lagi.”Suara Langit memecahkan keheningan diantara ketiga orang yang sedang berada di dalam mobil. Setelah Bian mengatakan untuk mengajak pulang Aluna, wanita itu menurut. Meski hatinya masih tidak rela untuk meninggalkan pemakaman Ryu. Bian benar, ini adalah takdir yang harus Aluna jalani.Kepala Bian menoleh, tujuannya bukan Langit, melainkan Aluna yang berada di sampingnya. Tatapan penuh kesedihan tidak pernah lepas dari jalanan di depannya. Walaupun Bian tahu, Aluna pasti terusik dengan kalimat Langit tersebut.Lalu sentuhan tangan Bian pada punggung tangan wanita itu, meremasnya dengan lembut. “Are you oke?”“Hmm.” Aluna menjawab hanya bergumam. Wanita itu seolah tidak memiliki gairah hidup setelah kehilangan Ryu. Bian paham, dibalik sifat keras ingin meninggalkan Ryu, Aluna sangat mencintai mantan suaminya itu. Aluna lantas mengusap perutnya yang masih rata, seketika terhenyak, kalau di sana ada kehidupan lain, ada calon anaknya. Makany

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   76. Pemakaman

    “Gak mungkin!”Sesaat setelah mengatakan itu, tubuh Aluna ambruk. Dengan sigap, Bian melepaskan genggaman tangan Langit dan meraih pinggang Aluna, lalu mendekapnya dengan erat.“Mami!” Langit mendekati Aluna menampilkan wajah ketakutan. Matanya berembun dengan suara bergetar. “Ayah, Mamiku kenapa?”“Langit cari duduk dulu ya, Ayah urus Mami dulu.” Di saat seperti ini, Bian tidak bisa mengurusi dua orang sekaligus. “Iya,” jawab Langit kemudian meranjak menuju bangku yang tidak jauh dari Bian. Bocah laki-laki itu masih belum paham situasi yang ada. Namun, Bian bisa melihat kalau tangannya beberapa kali mengusap pipi.“Aluna bangun!” panggil Bian sambil menepuk-nepuk pipinya. Saat maniknya bertatapan dengan bangku di sebelah Langit, Bian segera mengangkat tubuh Aluna. Merutuki kebodohannya, harusnya ia bisa pelan-pelan memberitahu Aluna. Melupakan kalau Aluna sedang hamil dan ibu hamil tidak boleh banyak pikiran apalagi stress. “Maaf, harusnya aku-”“Ini ada apa?”Bian sontak mengangka

DMCA.com Protection Status