Mendengar omelan dari ibunya itu lantas membuat Travis terkekeh.
"Maaf, Travis hanya tidak mau buat mama khawatir. Lagi pula itu hanya peluru kecil, tidak akan bisa membuat putra mama yang kuat ini sakit atau meninggal.""Bicara kamu yang benar hei! Omong-omong kapan kamu akan pulang? Transaksi nya telah selesai kan? Kenapa betah sekali berada di Negara itu?"Mendengar pertanyaan dari ibunya itu membuat Travis terdiam."Aku akan pulang, tapi nanti ma karena aku juga akan membawa seseorang pulang bersama denganku." ujar Travis."Seseorang? Siapa?" tanya mamanya dari telepon itu."Seorang gadis yang akan menjadi istriku. Nanti akan ku bawa dia ke hadapan mama dan juga papa.""Jangan berbicara melantur begitu nak, kamu tahu kan jika mama sangat menantikan kamu menikah. Tolong jangan membodohi mama seperti ini. Efek terkena tembakan itu ternyata bisa membuat seseorang berhalusinasi akan menikah ya? Mama baru tahu itu."Mendengar perkataan mamanya yang terkesan tidak percaya itu membuat Travis mendengus kesal."Aku tidak berbohong ataupun berhalusinasi akan membawa wanita yang akan aku nikahi. Mama selama ini mendesakku kan untuk menikah? Nah ini ku kabulkan permintaan mama tapi kenapa mama malah mengatakan kalau aku ini berhalusinasi?"Terdengar helaan napas di sebrang telepon sana, "Nak, mama bukannya tidak mau percaya tapi kamu saja tidak punya calonnya. Selama ini juga kamu tidak terlihat dekat dengan gadis mana pun sampai sampai mama mengira kamu itu tidak menyukai gadis."Travis mendengus, "Aku masih normal ma. Gadis yang akan ku bawa untuk menjadi istriku itu adalah seorang dokter di rumah sakit ini. Pokoknya lihat saja nanti akan ku buktikan."Dan setelahnya panggilan Telepon itu dimatikan oleh Travis karena dia mendengar jika Dion mengetuk pintu kamar rawatnya. Setelah dipersilahkan masuk, langsung saja Dion mengatakan tujuannya."Tuan, saya sudah dapat informasi mengenai lelaki bernama Gibran Alfareksa itu." kata Dion dengan bersemangat."Ya, katakanlah.""Ternyata lelaki itu adalah pacar dari nona Senjani, mereka berpacaran dan dari yang aku dengar akan bertunangan."Senjani Rakhesa Aulia menatap tidak percaya apa yang dilihatnya saat ini. Kekasihnya yang hilang tanpa kabar kini tengah bermesraan dengan wanita lain?Tanpa pikir panjang, Senjani menghampiri kekasihnya yang tengah berselingkuh itu.Byur!Disiramnya muka sang pengkhianat."Anj--Senjani?!" paniknya, "Sayang ini nggak seperti yang kamu lihat, aku dan dia hanyalah teman saja." Gibran mencoba menjelaskan. Raut wajahnya terlihat panik.Sayangnya, Anjani tak peduli."Jelaskan? Kamu pikir aku bodoh Gibran? Aku memintamu untuk menjemput-ku dan kamu malah menolak dengan alasan sedang sibuk, tapi sekarang apa yang ku lihat ini? Yah kamu benar, kamu sibuk. Sibuk berselingkuh dengan wanita itu benarkan?" Dengan tatapan sinis Senjani menunjuk wanita yang berdiri di belakang Gibran yang ternyata adalah sahabatnya sendiri.Luar biasa!Kekasihnya itu berselingkuh dengan sahabatnya sendiri yang sudah Senjani anggap seperti seorang saudari. "Senjani! Jaga bicaramu! Dia ini sahabatmu sendiri, kenapa
"Mana barangnya?" tanya Travis dengan nada dinginnya.Sayangnya, keinginannya untuk menemui Sanjani harus ditunda beberapa saat. Lelaki tampan itu kini sedang berada di sebuah club besar yang ada di kota ***** dia sedang melakukan transaksi ilegal berupa revolver versi terbatas dan keluaran terbaru dari Eagle Corp, sebuah perusahaan senjata yang ada di Amerika yang membuat senjata dari yang ilegal karena berbahaya sampai yang legal. "Berikan dulu apa yang menjadi kesepakatan kita," ucap lawan bicaranya dengan menatap Travis di sertai seringai licik.Prak! Travis menepuk tangannya satu kali, dan muncullah orang bawahannya yang datang sambil membawa dua buah koper berukuran sedang yang isinya tentu saja emas dan ratusan lembar dolar. "Milikmu. Sekarang serahkan senjata nya," ucap Travis dengan nada dingin. Telunjuk pemuda tampan itu menunjuk pada koper yang di bawa oleh bawahannya tadi.Lelaki di depan Travis tersenyum menyeringai, dia mulai mengeluarkan senjata yang menjadi pertuka
Di sisi lain, Travis tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Senjani sejak gadis itu masuk.Travis terus memperhatikan gerak gerik gadis yang telah membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama itu tanpa berkedip."Tolong berbaring di tempat tidurnya tuan, karena saya akan memberikan bius untuk mengeluarkan peluru dan menjahit lukanya." ujar Senjani dengan tersenyum ramah meskipun dalam hati gadis itu ketakutan karena tatapan Travis yang seolah olah memelototi dirinya bahkan tidak mengalihkan pandangan darinya."Lakukan tanpa bius, aku bisa menangani rasa sakitnya." jawab Travis tapi matanya terus menatap ke arah Senjani.Bukan tanpa alasan Travis berkata seperti itu, dia hanya ingin melihat wajah dokter yang akan mengobatinya itu dan jika dia dibius maka dia tidak akan bisa melihat wajah Senjani karena terpengaruh obat biusnya. Lagi pula luka kecil seperti ini bukanlah masalah besar untuknya, di rumah pun sebenarnya bisa diobati oleh dokter profesional yang dia punya tapi asistennya
Sementara itu, Senjani masuk ke ruangannya dengan raut wajah kesal, dan ketika dia membuka pintunya betapa terkejutnya Senjani saat melihat dokter Sera, temannya itu masih berada di ruangannya bahkan gadis itu yang tadinya duduk di kursi itu langsung terbangun dan berjalan menghampiri Senjani."Masih di sini Ser? Aku kira kamu sudah balik je ruangan kamu." ujar Senjani dengan santai membuka jas dokternya lalu mendudukkan dirinya di kursi yang sebelumnya di duduki oleh Sera.Sera tidak menjawab pertanyaan Senjani, gadis itu justru malah mengikuti Senjani seolah ingin tahu sesuatu dari yang lebih muda satu tahun itu."Kamu enggak mau cerita apa apa sama aku Senja?" tanya Sera dengan raut penasaran dan kini malah Senjani yang mengernyitkan keningnya bingung."Cerita apaan?"Sera terlihat gemas ingin berteriak pada Senjani saat respon temannya itu malah seperti tidak terjadi apa apa sebelumnya."Itu bodoh, bagaimana pengalaman kamu tadi mengobati mafia!" seru Serana karena gemas akhirnya
"Dokter Sera!" Sera yang baru keluar dari ruangan Senjani itu mengernyit bingung melihat kehadiran pria yang dia ketahui sebagai kekasih dari Senjani itu."Iya, kenapa, Gibran? Mau cari Senja ya?" tebaknya yang langsung diangguki oleh pria itu dengan tersenyum malu."Iya dokter, Senjanya ada? Aku mau ketemu buat ngebicarain sesuatu sama dia." ujar Gibran lagi dia mengambil kesempatan karena sepertinya dokter Sera ini tidak tahu tentang keadaan hubungannya dengan Senjani yang tengah renggang hingga dia masih bersikap baik pada Gibran.Sera menghela napas, "Yah sayang banget Senjani lagi nanganin pasien khusus, dan kayanya butuh waktu lama. Mau aku sampaikan saja pesan kamu pada Senjani?" Senyum Gibran luntur seketika saat mendengar itu, "Eh tidak perlu dokter. Aku akan menunggu di sini saja kalau begitu." Sera memilih mengangguk saja, sudah biasa dengan hal itu karena saat Senjani sedang bertugas pun Gibran selalu menunggu gadis itu."Baiklah kalau begitu tapi maaf Gibran aku tidak
Dion terlihat bingung mau menjawab apa karena dia hanya melihat sekilas lelaki itu yang sedang memohon mohon pada Senjani dan setelah itu Dion langsung bergegas pergi ke ruang rawat bos nya ini."Umm ... Kalau itu saya tidak tahu tuan, setelah saya memastikan nona Senjani kembali ke ruangannya maka saya langsung kembali ke sini, jadi saya hanya mendengar sedikit pembicaraan mereka yang saya lihat juga jika lelaki itu memohon mohon ampun pada nona Senjani." ujar Dion melaporkan yang didapatnya."Cari informasi tentang pria itu Dion lalu katakan padaku dengan selengkap lengkapnya informasi itu. Jangan sampai ada yang terlewat sedikitpun. Aku ingin tahu semua tentang Senjani, tanpa terkecuali." Perintah Travis membuat Dion menganggukkan kepalanya."Baik tuan akan saya cari nanti informasinya." ujar Dion yang langsung mendapat tatapan tajam Travis."Apa aku ada bilang jika kamu boleh mencarinya nanti? Aku ingin sekarang juga informasi nya Dion, cari sekarang juga. Ini perintah."Dion mengh
"Dokter Sera!" Sera yang baru keluar dari ruangan Senjani itu mengernyit bingung melihat kehadiran pria yang dia ketahui sebagai kekasih dari Senjani itu."Iya, kenapa, Gibran? Mau cari Senja ya?" tebaknya yang langsung diangguki oleh pria itu dengan tersenyum malu."Iya dokter, Senjanya ada? Aku mau ketemu buat ngebicarain sesuatu sama dia." ujar Gibran lagi dia mengambil kesempatan karena sepertinya dokter Sera ini tidak tahu tentang keadaan hubungannya dengan Senjani yang tengah renggang hingga dia masih bersikap baik pada Gibran.Sera menghela napas, "Yah sayang banget Senjani lagi nanganin pasien khusus, dan kayanya butuh waktu lama. Mau aku sampaikan saja pesan kamu pada Senjani?" Senyum Gibran luntur seketika saat mendengar itu, "Eh tidak perlu dokter. Aku akan menunggu di sini saja kalau begitu." Sera memilih mengangguk saja, sudah biasa dengan hal itu karena saat Senjani sedang bertugas pun Gibran selalu menunggu gadis itu."Baiklah kalau begitu tapi maaf Gibran aku tidak
Sementara itu, Senjani masuk ke ruangannya dengan raut wajah kesal, dan ketika dia membuka pintunya betapa terkejutnya Senjani saat melihat dokter Sera, temannya itu masih berada di ruangannya bahkan gadis itu yang tadinya duduk di kursi itu langsung terbangun dan berjalan menghampiri Senjani."Masih di sini Ser? Aku kira kamu sudah balik je ruangan kamu." ujar Senjani dengan santai membuka jas dokternya lalu mendudukkan dirinya di kursi yang sebelumnya di duduki oleh Sera.Sera tidak menjawab pertanyaan Senjani, gadis itu justru malah mengikuti Senjani seolah ingin tahu sesuatu dari yang lebih muda satu tahun itu."Kamu enggak mau cerita apa apa sama aku Senja?" tanya Sera dengan raut penasaran dan kini malah Senjani yang mengernyitkan keningnya bingung."Cerita apaan?"Sera terlihat gemas ingin berteriak pada Senjani saat respon temannya itu malah seperti tidak terjadi apa apa sebelumnya."Itu bodoh, bagaimana pengalaman kamu tadi mengobati mafia!" seru Serana karena gemas akhirnya
Di sisi lain, Travis tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Senjani sejak gadis itu masuk.Travis terus memperhatikan gerak gerik gadis yang telah membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama itu tanpa berkedip."Tolong berbaring di tempat tidurnya tuan, karena saya akan memberikan bius untuk mengeluarkan peluru dan menjahit lukanya." ujar Senjani dengan tersenyum ramah meskipun dalam hati gadis itu ketakutan karena tatapan Travis yang seolah olah memelototi dirinya bahkan tidak mengalihkan pandangan darinya."Lakukan tanpa bius, aku bisa menangani rasa sakitnya." jawab Travis tapi matanya terus menatap ke arah Senjani.Bukan tanpa alasan Travis berkata seperti itu, dia hanya ingin melihat wajah dokter yang akan mengobatinya itu dan jika dia dibius maka dia tidak akan bisa melihat wajah Senjani karena terpengaruh obat biusnya. Lagi pula luka kecil seperti ini bukanlah masalah besar untuknya, di rumah pun sebenarnya bisa diobati oleh dokter profesional yang dia punya tapi asistennya
"Mana barangnya?" tanya Travis dengan nada dinginnya.Sayangnya, keinginannya untuk menemui Sanjani harus ditunda beberapa saat. Lelaki tampan itu kini sedang berada di sebuah club besar yang ada di kota ***** dia sedang melakukan transaksi ilegal berupa revolver versi terbatas dan keluaran terbaru dari Eagle Corp, sebuah perusahaan senjata yang ada di Amerika yang membuat senjata dari yang ilegal karena berbahaya sampai yang legal. "Berikan dulu apa yang menjadi kesepakatan kita," ucap lawan bicaranya dengan menatap Travis di sertai seringai licik.Prak! Travis menepuk tangannya satu kali, dan muncullah orang bawahannya yang datang sambil membawa dua buah koper berukuran sedang yang isinya tentu saja emas dan ratusan lembar dolar. "Milikmu. Sekarang serahkan senjata nya," ucap Travis dengan nada dingin. Telunjuk pemuda tampan itu menunjuk pada koper yang di bawa oleh bawahannya tadi.Lelaki di depan Travis tersenyum menyeringai, dia mulai mengeluarkan senjata yang menjadi pertuka
Senjani Rakhesa Aulia menatap tidak percaya apa yang dilihatnya saat ini. Kekasihnya yang hilang tanpa kabar kini tengah bermesraan dengan wanita lain?Tanpa pikir panjang, Senjani menghampiri kekasihnya yang tengah berselingkuh itu.Byur!Disiramnya muka sang pengkhianat."Anj--Senjani?!" paniknya, "Sayang ini nggak seperti yang kamu lihat, aku dan dia hanyalah teman saja." Gibran mencoba menjelaskan. Raut wajahnya terlihat panik.Sayangnya, Anjani tak peduli."Jelaskan? Kamu pikir aku bodoh Gibran? Aku memintamu untuk menjemput-ku dan kamu malah menolak dengan alasan sedang sibuk, tapi sekarang apa yang ku lihat ini? Yah kamu benar, kamu sibuk. Sibuk berselingkuh dengan wanita itu benarkan?" Dengan tatapan sinis Senjani menunjuk wanita yang berdiri di belakang Gibran yang ternyata adalah sahabatnya sendiri.Luar biasa!Kekasihnya itu berselingkuh dengan sahabatnya sendiri yang sudah Senjani anggap seperti seorang saudari. "Senjani! Jaga bicaramu! Dia ini sahabatmu sendiri, kenapa