"Apa?!" Langit terperanjat, berdiri dari kursinya dengan wajah pucat pasi dan mata terbelalak. Suara di ujung telepon seakan menggema, menyampaikan kabar yang mengiris hati. Polisi di seberang sana menjelaskan bahwa kecelakaan tragis telah menimpa Senja dan Pak Muis. Sebuah truk menghantam mobil mereka dengan keras. Pak Muis meninggal di tempat, sementara Senja... Senja belum ditemukan.
Langit merasa seluruh tubuhnya lemas. Telepon di tangannya hampir terlepas. Polisi mengungkapkan kekhawatiran bahwa Senja mungkin terjatuh ke jurang, mengingat mobil mereka berhenti nyaris di tepi jurang, tersangkut di antara pepohonan dan pembatas jalan. Saat ini, tim penyelamat sedang berupaya keras mencari keberadaan Senja, namun mereka merasa perlu segera mengabari Langit mengenai situasi kritis ini. Dengan napas terengah dan jantung berdebar kencang, Langit merasakan dunia seakan runtuh.
"Pak?" panggil asistennya dengan ragu, suaranya bergetar di antara kecemasan dan ketidakpastian
Sudah satu minggu berlalu sejak kecelakaan tragis itu terjadi. Langit, bersama dengan tim penyelamatnya dan kepolisian, hanya menemukan jejak darah yang mereka yakini milik supir truk yang menghilang dan Senja. Namun, jejak tersebut hanya membawa mereka ke ujung jurang yang terjal, menyisakan tanda-tanda kehampaan di hati mereka.Setiap hari pencarian terasa seperti menelusuri labirin tanpa ujung. Setiap langkah mereka diambil dengan harapan dan kekhawatiran yang teramat dalam. Tetapi, keberadaan Senja masih menjadi misteri yang belum terpecahkan, dan teka-teki itu semakin membingungkan.Misteri ini menggelitik pikiran Langit, membuatnya semakin bertekad untuk mengungkap kebenaran di balik kejadian itu. Dengan segala sumber daya yang dimiliki, timnya mulai menyelidiki tentang supir truk dan hubungannya dengan Senja. Setiap petunjuk, setiap percakapan, setiap jejak diulik dengan teliti, mencoba menyusun puzzle yang rumit ini.Namun, wilayah tersebut membawa tanta
Pria itu menatap lembaran uang yang diletakkan Crystal di meja dengan ekspresi datar, namun matanya menyiratkan pertarungan batin yang mendalam. Dia menghela napas pelan sebelum mengambil ponselnya, mengetik dengan cepat untuk mencari tahu tentang target wanita yang disebutkan Crystal. Sudah lama sejak dia terakhir kali terlibat dalam tindakan kriminal, dan sebenarnya dia tidak ingin kembali ke jalan gelap itu. Namun, tumpukan uang di depannya mengingatkannya bahwa alasan pragmatis sering kali mengalahkan prinsip.Senja Selena, 21 tahun, seorang Aquarius, istri dari Langit Alvendra, dan baru saja melahirkan seorang putra, Bintang Alvendra. Pria itu membaca informasi tersebut dengan seksama, setiap detailnya menciptakan gambaran yang jelas tentang kehidupan wanita muda itu.Perasaan campur aduk menghantamnya. Di satu sisi, dia merasakan dorongan kuat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya demi uang yang sangat dia butuhkan. Namun di sisi lain, ada kera
Dean mengamati bagaimana Langit seolah memutarbalikkan dunia untuk menemukan Senja. Berita pencarian ini tidak henti-hentinya muncul di televisi dan media sosial. Setiap hari, wajah cemas Langit dan Bintang yang terus bertanya tentang ibunya menghantui pikiran Dean. Sudah hampir satu bulan berlalu, dan hingga kini, mereka sama sekali tidak mendekati rumah sakit tempat Senja dirawat.Awalnya, Dean berpikir untuk memberikan tip anonim kepada Langit. Namun, ada keraguan yang menghantui hatinya. Senja masih dalam keadaan koma penyembuhan dan belum menunjukkan tanda-tanda sadar. Dokter telah meyakinkannya bahwa kondisi ini adalah hal yang normal setelah trauma parah, tetapi Dean tahu bahwa memberikan informasi sekarang bisa sangat berisiko. Jika Langit mengetahui keberadaan Senja dan menemukan bahwa Dean terlibat, dia bisa dicurigai dan dimasukkan kembali ke dalam penjara.Setiap hari, Dean datang ke rumah sakit dengan identitas palsu, berpura-pura menjadi kerabat jauh yang
Langit yang panik langsung melesat ke tempat kejadian setelah menerima telepon darurat tentang penculikan Bintang. Mobilnya berhenti dengan suara rem mendadak, dan dia keluar dengan wajah penuh kecemasan. Hatinya berpacu kencang, ketakutan akan kemungkinan terburuk.Melihat Bintang yang aman di pelukan Crystal, Langit merasa campuran antara lega dan terkejut. Dia berlari mendekat, langsung memeluk Bintang erat-erat, merasakan kehangatan dan keberadaan anaknya yang selamat. Air mata kebahagiaan bercampur ketegangan membasahi wajahnya."Crystal, terima kasih," ucap Langit dengan suara yang masih bergetar. "Aku tidak tahu bagaimana aku bisa membalasmu."Crystal tersenyum tipis, menyembunyikan kegembiraan batinnya. "Tidak perlu berterima kasih, Langit. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya. Yang penting sekarang adalah keselamatan Bintang dan memastikan tidak ada lagi ancaman seperti ini."Langit menarik napas dalam-dalam, masih memeluk Bintang yang mulai t
Pagi berikutnya, Crystal bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan bagi keluarga Alvendra. Dia ingin memastikan semuanya sempurna: aroma kopi yang menguar harum, roti panggang yang renyah, dan omelet keju yang lembut. Setiap detail diperhatikan, dari susunan meja hingga hiasan bunga segar yang diletakkan di tengah meja makan.Ketika Langit turun ke dapur, wajahnya memperlihatkan kelelahan yang mendalam. Namun, dia terkejut melihat betapa ramah dan hangat suasana pagi itu."Selamat pagi, Langit," sapa Crystal dengan senyum lebar, menyalurkan semangat pagi yang cerah. "Aku membuatkan sarapan untuk kita semua. Semoga kau suka."Langit duduk dan mengambil secangkir kopi yang disodorkan Crystal. Aroma kopi yang kuat dan segar seolah memberinya sedikit ketenangan. "Terima kasih, Crystal. Kau tidak perlu repot-repot seperti ini."Crystal menggeleng, matanya bersinar lembut. "Aku ingin melakukannya. Kau dan Bintang sudah menjadi bagian penting dalam hidupku. Aku
"Dean, apa kau tahu keluargaku? Bagaimana kalau kita menemui mereka?" tanya Senja dengan ragu ketika Dean membawakan tas yang berisi pakaian baru. Mereka sedang menaiki kereta menuju kota tetangga, tempat tinggal Dean.Dean menggeleng pelan, wajahnya mencoba tetap tenang meskipun hatinya bergejolak. "Sayangnya, kau tidak pernah menceritakan tentang keluargamu padaku, Senja. Jadi, aku tidak tahu kemana kita akan pergi," jawabnya, berusaha menyembunyikan nada dan ekspresi bersalah yang membayang. Dia tahu dia tidak mungkin menemui keluarga Alvendra. Dia akan mati jika menemui mereka!Senja menatap keluar jendela kereta, melihat pemandangan yang melintas cepat. "Itu aneh. Rasanya seperti ada yang hilang, tapi aku tidak tahu apa itu."Dean duduk di sampingnya, berusaha memberikan kenyamanan dengan kehadirannya. "Aku mengerti. Tapi, kita akan mencari tahu bersama. Sementara itu, kota tempat tinggalku bisa menjadi awal yang baik. Kau bisa mendapatkan perawatan yang le
Setelah makeover selesai, Senja hampir tidak mengenali dirinya sendiri di cermin. Rambutnya kini berkilau, bergaya modern, dan bekas jahitan hampir tidak terlihat lagi. Kulitnya tampak lebih bersih dan bekas luka di lengan serta pundaknya tersamarkan. "Wow, aku... terlihat berbeda," komentar Senja dengan ragu, matanya memperhatikan refleksi dirinya yang baru.Dean tersenyum lebar melihat reaksi Senja. "Kau terlihat menakjubkan, Senja. Ini baru permulaan. Langkah berikutnya adalah memperkenalkan dirimu pada dunia.""Tapi... akankah mereka mengenaliku?" tanya Senja dengan keraguan yang masih terasa.Dean mengerjap, baru menyadari kekhawatiran Senja. "Tentu saja, mereka akan mengenalimu. Wajahmu tidak berubah, hanya potongan rambutmu yang berbeda. Dan, percayalah, penampilanmu yang baru ini akan memberimu kepercayaan diri yang lebih besar."Senja mengangguk perlahan, mencoba menerima kata-kata Dean. Mereka berdua meninggalkan salon, melangkah pulang dengan s
Byur!Senja memejamkan matanya, mencoba menghalangi air dingin yang disiramkan oleh beberapa gadis di toilet perempuan itu agar tidak masuk ke dalam matanya. Suara tawa nyaring langsung memenuhi ruangan, menggema di antara dinding-dinding keramik yang dingin. Lima orang perempuan seumuran Senja tampak tertawa penuh ejekan, sementara satu perempuan yang membawa ember tadi dengan kasar melemparkannya ke sudut toilet.Senja menggigit bibirnya, menahan amarah dan rasa malu. Ketika suara dentuman ember yang membentur lantai keras terdengar, Senja membuka matanya. Di hadapannya, berdiri seorang gadis dengan dandanan mencolok dan pakaian yang terlalu terbuka. Tatapannya penuh penghinaan, seolah-olah Senja hanyalah debu di bawah sepatunya."Jangan pernah bermimpi kalau kau bisa jadi pemeran utama dalam film ini," gadis itu mendesis, nadanya penuh dengan kebencian yang hampir bisa dirasakan. "Kau hanyalah anak baru yang tidak punya pengalaman dan tidak punya koneksi. Jadi, jangan pernah bermim
"Aku... hamil?" Senja menatap hasil pemeriksaan yang diberikan dokter dengan wajah tidak percaya, sebelum kemudian menatap pada Langit yang juga memasang ekspresi terkejut."Jadi... alasan aku mood swings selama beberapa minggu terakhir, ditambah morning sickness itu karena aku tengah hamil dan sekarang usia kandunganku 2 bulan?" tanya Senja lagi dengan nada meminta konfirmasi.Dokter tersenyum lembut dan mengangguk. "Selamat, Tuan dan Nyonya Alvendra, Tuan Muda Bintang akan segera memiliki adik," ucapnya."Adik! Yeay!" Bintang yang mendengar itu langsung bersorak penuh semangat, melompat-lompat dengan kegembiraan di ruang pemeriksaan. Langit merangkul Senja erat, mencium keningnya dengan penuh kasih. "Kita akan memiliki bayi lagi. Aku sangat bahagia."Senja tersenyum, meskipun air mata kebahagiaan mulai menggenang di matanya. "Aku juga. Ini benar-benar kejutan yang luar biasa."Kembali ke rumah, suasana semakin hangat dan penuh kebahagiaan. Senja dan Langit memberi tahu keluarga bes
Ketika episode pertama akhirnya tayang di televisi, komentar netizen sangat beragam. Media sosial dipenuhi dengan berbagai pendapat dan reaksi dari para penonton yang antusias."Senja dan Langit benar-benar pasangan yang serasi! Mereka terlihat sangat natural dan kompak," tulis seorang pengguna di Twitter."Aku suka chemistry antara Kevin dan Lolita. Meskipun Kevin terlihat gugup, Lolita selalu bisa membuatnya merasa nyaman. Mereka benar-benar pasangan yang manis," komentar seorang penggemar di Instagram."Dody dan Melani benar-benar memukau! Mereka begitu percaya diri dan bersemangat. Tidak heran mereka bisa menang di game kata," tulis seorang netizen di Facebook.Namun, tidak semua komentar bernada positif. Beberapa penonton juga memberikan kritik dan masukan."Aku merasa Johan dan Ishava kurang menunjukkan sisi menarik mereka. Semoga di episode berikutnya mereka bisa lebih menonjol," tulis seorang pengguna di forum diskusi online."Kenapa
Selain Senja dan Langit, tim acara juga mengundang tiga pasangan suami istri lainnya yang tak kalah menarik. Pertama, ada Dody Anggara, seorang penyanyi terkenal berusia 35 tahun, dengan istrinya Melani Citra, seorang beauty blogger populer yang selalu tampil elegan di setiap kesempatan.Kemudian, ada Kevin Duwain, seorang artis pendatang baru berusia 25 tahun yang telah mendapatkan penghargaan sebagai pendatang baru terbaik. Istrinya, Lolita Fayek, adalah sahabat baiknya sejak kecil. Lolita, juga berusia 25 tahun, adalah seorang asisten dosen di salah satu universitas ternama, menambah kecerdasan dan pesona intelektual ke dalam kelompok ini.Pasangan ketiga adalah Johan, seorang pegawai kantoran berusia 30 tahun yang sederhana namun berwibawa. Istrinya, Ishava, adalah seorang penyanyi berbakat berusia 22 tahun yang telah menggeluti dunia tarik suara sejak umur 8 tahun. Kehadiran Ishava dengan bakat menyanyinya yang luar biasa dan pesona mudanya menambah keunikan dalam
Senja mengerutkan keningnya sambil membaca naskah program reality show terbaru yang ditawarkan oleh Armand. Ada sedikit kebingungan di wajahnya. Di sisi lain, Langit membacanya dengan penuh antusias. Naskah reality show tersebut berjudul "Perfectly Wedded Pair", yang sejak debut dua tahun lalu, cukup booming di kalangan penonton. Program ini mengundang selebriti yang telah menikah, baik dengan sesama selebriti, pengusaha, atau masyarakat sipil biasa. Kali ini, program tersebut mengundang Senja dan Langit, yang akhirnya diketahui oleh netizen telah menikah sejak lima tahun lalu dan memiliki seorang putra bernama Bintang yang berusia empat tahun.Naskah yang diberikan sebenarnya tidak bisa disebut naskah juga, melainkan hanya gambaran besar acara yang akan berlangsung selama maksimal sepuluh episode. Karena reality show ini lebih menekankan pada siaran secara langsung, para bintang tamu tidak diberikan naskah untuk berakting. Mereka akan dilibatkan secara alami, tanpa skenario
Berbanding terbalik dengan kebahagiaan yang menimpa Senja, nasib Kania justru memburuk. Manajemen yang seharusnya mendukung kariernya malah memperlakukannya dengan kasar dan tidak adil. Ketidakpuasan mereka bukan hanya karena persaingan internal, tetapi juga diperburuk oleh keputusan Langit, suami Senja, yang menggunakan uang untuk menutup mulut pihak-pihak yang masih tidak suka pada Senja.Kania, seorang artis yang juga berbakat, merasa semakin terpojok. Setiap langkah yang diambilnya seolah diawasi ketat dan setiap kesalahan kecil diperbesar. Manajemen yang sebelumnya ramah dan mendukung, kini berubah dingin dan penuh tuntutan. Kania sering diminta untuk melakukan tugas-tugas yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang artis, seperti mengurus logistik acara atau bahkan membuat kopi untuk para eksekutif."Apa ini semua karena Langit?" tanya Kania kepada sahabatnya, Mira, dengan mata berkaca-kaca. "Aku merasa seperti menjadi kambing hitam."Mira hanya bisa meng
Meski diterpa badai kritik dan gosip, Senja tetap berusaha tegar. Namun, tekanan dari pemberitaan negatif membuatnya tidak bisa mengabaikan pengaruh besar yang dirasakannya. Di balik senyumnya, ada kekhawatiran yang mendalam mengenai masa depannya dalam industri hiburan. Setiap kali membuka media sosial, ia melihat komentar-komentar yang menyakitkan, mempertanyakan karakternya dan meremehkan bakatnya.Di rumah, Senja mencoba tetap kuat di depan keluarganya. Namun, Langit bisa melihat kegelisahan di mata istrinya. "Senja, kamu harus ingat, kamu lebih kuat dari semua ini. Orang-orang yang benar-benar mengenalmu tahu siapa kamu sebenarnya," kata Langit sambil menggenggam tangan Senja dengan penuh kasih sayang.Sementara itu, manajer Senja, Armand, berjuang keras untuk mengendalikan kerusakan yang ditimbulkan oleh skandal yang kembali mencuat. Arisa mencoba berbagai cara untuk mengalihkan perhatian media, termasuk mengatur wawancara eksklusif di mana Senja bisa menjelaskan
"Senja sepertinya bermain dengan cukup baik, bukan? Jarang sekali melihat seseorang memainkan alat musik seperti ini. Adakah profesional yang mau berkomentar tentang seberapa bagus permainannya?""Sebagai seseorang yang mempelajari musik tradisional, saya harus mengatakan bahwa biolanya kurang halus. Tidak mudah untuk memainkan alat musik petik yang tidak halus ini. Mencoba menonjolkan pesona biola bahkan lebih menantang lagi," jawab seorang profesional musik dengan nada serius.Arisa mendengarkan sejenak, merasa lega, dan mengangguk puas. "Apa hanya 'sedikit'?"Senja tidak hanya sekadar 'sedikit'. Pada bagian pertama yang lincah, dia menggunakan banyak sekali gerakan jari melingkar - memetik, menggeser, menggulung - menampilkan keterampilan yang tak terduga. Melodi yang naik turun, tampak anggun dan merdu. Bahkan, orang yang tidak mengenal musik pun bisa merasakan kerinduan dan kegembiraan seorang pengembara yang meninggalkan rumah, di tengah-tengah dunia yang
Pada sore itu, Arisa masih sibuk mempersiapkan diri, sehingga Ira duduk di sampingnya dengan sedikit bosan. Sementara itu, Senja terus melirik ke arah biola Arisa, tampak tertarik namun ragu untuk mendekat. Melihat hal ini, Ira tertawa kecil dan menggoda, "Senja, kenapa kamu terus menatap biola Arisa? Apa kamu tertarik?"Senja langsung mengalihkan pandangannya, wajahnya memerah, dan ia menggelengkan kepala dengan malu-malu.Ira menepuk pundak Senja dan berkata, "Senja, aku sudah melihat hasil edit videomu. Gerakan tarianmu sangat memukau, dan penyampaian dialogmu luar biasa."Arisa, yang sedang memetik senar biolanya dengan jari-jarinya yang dihiasi kuku panjang, mendengar pujian Ira dan menatap Senja dengan penuh minat. "Apakah kamu tahu tentang opera tradisional?" tanyanya.Senja mengangguk pelan, "Sedikit."Arisa, dengan rasa penasaran yang tiba-tiba muncul, mulai menciptakan sebuah syair spontan. Ia menyenandungkan beberapa bait lalu meno
Arisa mulai berbicara dengan penuh semangat, "Bunga pagi dan matahari terbenam. Jika kita berbicara tentang bunga, ada bunga pagi, bunga matahari, dan bunga teratai - ini semua adalah bunga yang mekar di pagi hari dan menutup di malam hari."Ira, merapikan rambutnya, menambahkan, "Tema episode ini adalah puisi, jadi bunga ini harus mencerminkan citra yang sesuai dengan petunjuk-petunjuk tersebut." Kemudian, dia tersenyum pada Christopher. "Guru Chris, sebagai wakil presiden Asosiasi Puisi Ibu Kota, ini seharusnya menjadi keahlian Anda. Ada pendapat?"Christopher, dengan sedikit rasa malu, merasa pertanyaan Ira menjebaknya. "Saya memikirkan beberapa bunga yang berhubungan dengan anggur dan perjalanan - zhuyu, krisan, bunga persik. Tapi sepertinya tidak ada yang cocok dengan bunga pagi dan matahari terbenam."Melihat Matt dan Senja tetap diam, Arisa bertanya, "Guru Matt, Senja, bagaimana menurut kalian berdua?"Senja melirik Matt, dan lelaki tua itu m