Setelah makeover selesai, Senja hampir tidak mengenali dirinya sendiri di cermin. Rambutnya kini berkilau, bergaya modern, dan bekas jahitan hampir tidak terlihat lagi. Kulitnya tampak lebih bersih dan bekas luka di lengan serta pundaknya tersamarkan. "Wow, aku... terlihat berbeda," komentar Senja dengan ragu, matanya memperhatikan refleksi dirinya yang baru.
Dean tersenyum lebar melihat reaksi Senja. "Kau terlihat menakjubkan, Senja. Ini baru permulaan. Langkah berikutnya adalah memperkenalkan dirimu pada dunia."
"Tapi... akankah mereka mengenaliku?" tanya Senja dengan keraguan yang masih terasa.
Dean mengerjap, baru menyadari kekhawatiran Senja. "Tentu saja, mereka akan mengenalimu. Wajahmu tidak berubah, hanya potongan rambutmu yang berbeda. Dan, percayalah, penampilanmu yang baru ini akan memberimu kepercayaan diri yang lebih besar."
Senja mengangguk perlahan, mencoba menerima kata-kata Dean. Mereka berdua meninggalkan salon, melangkah pulang dengan s
Byur!Senja memejamkan matanya, mencoba menghalangi air dingin yang disiramkan oleh beberapa gadis di toilet perempuan itu agar tidak masuk ke dalam matanya. Suara tawa nyaring langsung memenuhi ruangan, menggema di antara dinding-dinding keramik yang dingin. Lima orang perempuan seumuran Senja tampak tertawa penuh ejekan, sementara satu perempuan yang membawa ember tadi dengan kasar melemparkannya ke sudut toilet.Senja menggigit bibirnya, menahan amarah dan rasa malu. Ketika suara dentuman ember yang membentur lantai keras terdengar, Senja membuka matanya. Di hadapannya, berdiri seorang gadis dengan dandanan mencolok dan pakaian yang terlalu terbuka. Tatapannya penuh penghinaan, seolah-olah Senja hanyalah debu di bawah sepatunya."Jangan pernah bermimpi kalau kau bisa jadi pemeran utama dalam film ini," gadis itu mendesis, nadanya penuh dengan kebencian yang hampir bisa dirasakan. "Kau hanyalah anak baru yang tidak punya pengalaman dan tidak punya koneksi. Jadi, jangan pernah bermim
Selama tiga bulan, Senja disibukkan dengan syuting yang padat. Setiap hari dimulai lebih awal dari matahari terbit dan sering berakhir larut malam, meninggalkan sedikit waktu untuk istirahat. Setiap adegan memerlukan dedikasi penuh, dan Senja berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap pengambilan gambar.Di lokasi syuting, atmosfernya selalu penuh dengan hiruk-pikuk. Kru sibuk mempersiapkan set, mengatur pencahayaan, dan memastikan setiap detail sempurna. Para aktor dan aktris berdiskusi dengan sutradara, mencari cara terbaik untuk menghidupkan karakter mereka. Senja merasakan adrenalin yang sama setiap kali kamera mulai merekam, tenggelam sepenuhnya dalam peran yang ia mainkan.Selama jeda antar adegan, Senja sering kali menghabiskan waktu bersama rekan-rekan aktornya. Mereka berbagi cerita, tawa, dan dukungan. Persahabatan yang terjalin selama syuting menjadi sumber kekuatan bagi Senja. Khususnya Lolita, yang bermain sebagai Wulan, menjadi sahabat sejati di luar l
Reality show My Farming Life menampilkan episode pertamanya di televisi dengan antusiasme yang luar biasa. Para artis dan aktor yang terlibat dalam acara tersebut langsung menarik perhatian penonton dengan cepat. Ekspresi kaget dan ngeri mereka saat pertama kali melihat gubuk reyot tempat mereka harus tinggal selama beberapa hari menjadi momen yang sangat menghibur.Di media sosial, komentar netizen membanjiri setiap platform. Meme dan gif dari reaksi para bintang tamu segera viral, menambah popularitas acara tersebut. "Lihat ekspresi Senja! Dia kelihatan benar-benar kaget!" tulis salah satu pengguna Twitter, disertai tangkapan layar wajah terkejut Senja. "Gubuk reyot itu benar-benar tantangan, tapi reaksi mereka sangat lucu," tambah yang lain.Episode pertama dimulai dengan adegan para bintang tamu tiba di desa terpencil, mata mereka membelalak saat melihat kondisi tempat tinggal mereka. Kamera menangkap momen-momen lucu dan menegangkan saat mereka memasuki gubuk dengan hati-hati, me
Kehidupan Senja sebagai artis ternyata tidaklah semudah yang dia bayangkan. Meski berhasil mendapatkan peran kecil dan mulai dikenal, kenyataannya jauh dari gemerlap yang terlihat di luar. Banyak artis senior yang tidak suka dengan kehadirannya sebagai pendatang baru, dan Senja sering merasa tersisih dalam lingkungan yang penuh persaingan itu.Setiap hari, Senja harus menghadapi komentar pedas dan perlakuan dingin dari beberapa rekan kerjanya. "Kau pikir siapa dirimu? Baru juga sebentar sudah merasa hebat," sindir salah satu artis senior saat Senja mencoba berbicara dengan mereka di ruang ganti.Senja hanya bisa menelan kata-katanya, berusaha tetap tersenyum meski hatinya terasa sakit. "Aku hanya ingin belajar dan bekerja sama dengan kalian," jawabnya dengan nada lembut.Namun, tantangan terbesar bukan hanya dari artis lain. Ada juga peraturan tidak tertulis yang harus dia ikuti, seperti menghadiri berbagai acara sosial yang melelahkan, menjaga penampilan
Senja menggeleng, tampak putus asa. "Aku tidak akan dipilih," ujarnya sambil mengangkat bahu."Bagaimana mungkin?" tanya Dean dengan dahi berkerut.Senja memasang pose berpikir, menghela napas panjang. "Entahlah. Tapi aku bisa merasakannya. Yang mereka cari bukan seseorang seperti aku, jadi mereka tidak akan memilihku. Katakan saja itu intuisi. Kau tahu sendiri intuisiku tidak pernah salah," jawabnya sebelum mengerutkan kening. "Tunggu, dari mana aku tahu itu?""Huh? Apa maksudmu?""Darimana aku tahu intuisiku tidak pernah salah?" Senja balik bertanya, menatap Dean dengan raut takjub dan penuh harap.Dean melebarkan matanya, merasa antusias. "Ingatanmu! Apakah kau mulai mengingat sesuatu yang lain?" tanyanya dengan semangat.Senja memejamkan mata, berusaha memanggil kembali ingatan dan perasaan familiar yang barusan dia rasakan. Namun, setelah beberapa saat, dia menggeleng dengan wajah kecewa. "Tidak ada yang lain. Hanya perasaan itu."
Dean, yang duduk di sampingnya, memperhatikan perubahan ekspresi di wajah Senja. Dengan lembut, dia meraih tangan Senja, menggenggamnya erat untuk memberikan dukungan."Senja, kita harus tetap fokus. Ini adalah ujian, dan kita bisa mengatasinya," ujar Dean dengan suara lembut namun penuh keyakinan.Senja menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Aku tahu, tapi rasanya semua ini terlalu berat. Aku hanya ingin hidup tenang, jauh dari semua drama ini," jawabnya dengan suara bergetar.Dean menatap Senja dengan penuh empati. "Aku mengerti perasaanmu. Tapi ingat, kamu tidak sendirian. Kita akan melewati ini bersama. Dan kita masih punya mimpi yang harus diwujudkan. Karya yang akan membuat semua orang melihat siapa Senja sebenarnya."Senja mengangguk pelan, mencoba mengumpulkan kembali kekuatannya. Dia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi dengan dukungan Dean, dia merasa sedikit lebih kuat. Mereka harus menghadapi badai ini bersama, da
"Kau yakin?"Dean mengerutkan keningnya, menatap wanita yang tiba-tiba datang tanpa diundang dan berdiri di depan pintu rumahnya. "Kania? Apa yang kau lakukan di sini?"Kania mengangkat bahu dan tersenyum tipis. "Aku ingin menawarkan sebuah peran menarik untuk Senja. Tapi kalau dia lebih suka langsung menghilang dari dunia hiburan, ya sudah, aku gak akan maksa," jawabnya dengan nada santai.Senja memandang Kania dengan curiga. "Kau bukan tipe orang yang memberikan kesempatan tanpa ada imbalan. Apa sebenarnya niatmu?" tanyanya dengan nada datar.Kania terkekeh kecil, "Hei, aku sudah baik hati memberikanmu kesempatan. Kau seharusnya berterima kasih padaku," ucapnya sembari melemparkan naskah ke lantai. "FYI, aku sudah memberikan nama dan kontakmu pada produser. Jadi, kalau kau tidak mau dianggap buruk, sebaiknya kau datang. Bye." Tanpa menunggu balasan, Kania berbalik dan pergi, meninggalkan Senja dan Dean yang masih tercengang.Dean memungut naskah tersebut dan mulai membolak-balik hal
Setelah sampai di lokasi syuting, Dean memarkir mobil dengan hati-hati dan kemudian segera keluar untuk membawa koper mereka. Dia menunjukkan kartu identitasnya kepada satpam di gerbang, yang langsung mengenalinya dan memberi mereka izin masuk. Dengan gerakan yang sudah sangat terbiasa dan terkoordinasi, Dean menuntun Senja masuk ke dalam hotel, tempat mereka akan menginap selama proses syuting berlangsung.Lobi hotel yang megah dipenuhi dengan kru film dan pemain lainnya yang sedang bersiap-siap. Suasana sibuk dengan suara obrolan, panggilan radio, dan langkah-langkah cepat para staf yang berlalu-lalang. Dean dengan cekatan mengurus proses check-in di meja resepsionis, lalu menerima dua kartu kunci kamar.Dean menyerahkan salah satu kartu kunci kepada Senja. "Ini kartumu. Kita akan beristirahat di hotel ini setelah menyelesaikan syuting malam ini," ucapnya dengan nada lembut namun tegas.Senja menerima kartu kunci itu dan mengangguk. "Terima kasih, Dean."
"Aku... hamil?" Senja menatap hasil pemeriksaan yang diberikan dokter dengan wajah tidak percaya, sebelum kemudian menatap pada Langit yang juga memasang ekspresi terkejut."Jadi... alasan aku mood swings selama beberapa minggu terakhir, ditambah morning sickness itu karena aku tengah hamil dan sekarang usia kandunganku 2 bulan?" tanya Senja lagi dengan nada meminta konfirmasi.Dokter tersenyum lembut dan mengangguk. "Selamat, Tuan dan Nyonya Alvendra, Tuan Muda Bintang akan segera memiliki adik," ucapnya."Adik! Yeay!" Bintang yang mendengar itu langsung bersorak penuh semangat, melompat-lompat dengan kegembiraan di ruang pemeriksaan. Langit merangkul Senja erat, mencium keningnya dengan penuh kasih. "Kita akan memiliki bayi lagi. Aku sangat bahagia."Senja tersenyum, meskipun air mata kebahagiaan mulai menggenang di matanya. "Aku juga. Ini benar-benar kejutan yang luar biasa."Kembali ke rumah, suasana semakin hangat dan penuh kebahagiaan. Senja dan Langit memberi tahu keluarga bes
Ketika episode pertama akhirnya tayang di televisi, komentar netizen sangat beragam. Media sosial dipenuhi dengan berbagai pendapat dan reaksi dari para penonton yang antusias."Senja dan Langit benar-benar pasangan yang serasi! Mereka terlihat sangat natural dan kompak," tulis seorang pengguna di Twitter."Aku suka chemistry antara Kevin dan Lolita. Meskipun Kevin terlihat gugup, Lolita selalu bisa membuatnya merasa nyaman. Mereka benar-benar pasangan yang manis," komentar seorang penggemar di Instagram."Dody dan Melani benar-benar memukau! Mereka begitu percaya diri dan bersemangat. Tidak heran mereka bisa menang di game kata," tulis seorang netizen di Facebook.Namun, tidak semua komentar bernada positif. Beberapa penonton juga memberikan kritik dan masukan."Aku merasa Johan dan Ishava kurang menunjukkan sisi menarik mereka. Semoga di episode berikutnya mereka bisa lebih menonjol," tulis seorang pengguna di forum diskusi online."Kenapa
Selain Senja dan Langit, tim acara juga mengundang tiga pasangan suami istri lainnya yang tak kalah menarik. Pertama, ada Dody Anggara, seorang penyanyi terkenal berusia 35 tahun, dengan istrinya Melani Citra, seorang beauty blogger populer yang selalu tampil elegan di setiap kesempatan.Kemudian, ada Kevin Duwain, seorang artis pendatang baru berusia 25 tahun yang telah mendapatkan penghargaan sebagai pendatang baru terbaik. Istrinya, Lolita Fayek, adalah sahabat baiknya sejak kecil. Lolita, juga berusia 25 tahun, adalah seorang asisten dosen di salah satu universitas ternama, menambah kecerdasan dan pesona intelektual ke dalam kelompok ini.Pasangan ketiga adalah Johan, seorang pegawai kantoran berusia 30 tahun yang sederhana namun berwibawa. Istrinya, Ishava, adalah seorang penyanyi berbakat berusia 22 tahun yang telah menggeluti dunia tarik suara sejak umur 8 tahun. Kehadiran Ishava dengan bakat menyanyinya yang luar biasa dan pesona mudanya menambah keunikan dalam
Senja mengerutkan keningnya sambil membaca naskah program reality show terbaru yang ditawarkan oleh Armand. Ada sedikit kebingungan di wajahnya. Di sisi lain, Langit membacanya dengan penuh antusias. Naskah reality show tersebut berjudul "Perfectly Wedded Pair", yang sejak debut dua tahun lalu, cukup booming di kalangan penonton. Program ini mengundang selebriti yang telah menikah, baik dengan sesama selebriti, pengusaha, atau masyarakat sipil biasa. Kali ini, program tersebut mengundang Senja dan Langit, yang akhirnya diketahui oleh netizen telah menikah sejak lima tahun lalu dan memiliki seorang putra bernama Bintang yang berusia empat tahun.Naskah yang diberikan sebenarnya tidak bisa disebut naskah juga, melainkan hanya gambaran besar acara yang akan berlangsung selama maksimal sepuluh episode. Karena reality show ini lebih menekankan pada siaran secara langsung, para bintang tamu tidak diberikan naskah untuk berakting. Mereka akan dilibatkan secara alami, tanpa skenario
Berbanding terbalik dengan kebahagiaan yang menimpa Senja, nasib Kania justru memburuk. Manajemen yang seharusnya mendukung kariernya malah memperlakukannya dengan kasar dan tidak adil. Ketidakpuasan mereka bukan hanya karena persaingan internal, tetapi juga diperburuk oleh keputusan Langit, suami Senja, yang menggunakan uang untuk menutup mulut pihak-pihak yang masih tidak suka pada Senja.Kania, seorang artis yang juga berbakat, merasa semakin terpojok. Setiap langkah yang diambilnya seolah diawasi ketat dan setiap kesalahan kecil diperbesar. Manajemen yang sebelumnya ramah dan mendukung, kini berubah dingin dan penuh tuntutan. Kania sering diminta untuk melakukan tugas-tugas yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang artis, seperti mengurus logistik acara atau bahkan membuat kopi untuk para eksekutif."Apa ini semua karena Langit?" tanya Kania kepada sahabatnya, Mira, dengan mata berkaca-kaca. "Aku merasa seperti menjadi kambing hitam."Mira hanya bisa meng
Meski diterpa badai kritik dan gosip, Senja tetap berusaha tegar. Namun, tekanan dari pemberitaan negatif membuatnya tidak bisa mengabaikan pengaruh besar yang dirasakannya. Di balik senyumnya, ada kekhawatiran yang mendalam mengenai masa depannya dalam industri hiburan. Setiap kali membuka media sosial, ia melihat komentar-komentar yang menyakitkan, mempertanyakan karakternya dan meremehkan bakatnya.Di rumah, Senja mencoba tetap kuat di depan keluarganya. Namun, Langit bisa melihat kegelisahan di mata istrinya. "Senja, kamu harus ingat, kamu lebih kuat dari semua ini. Orang-orang yang benar-benar mengenalmu tahu siapa kamu sebenarnya," kata Langit sambil menggenggam tangan Senja dengan penuh kasih sayang.Sementara itu, manajer Senja, Armand, berjuang keras untuk mengendalikan kerusakan yang ditimbulkan oleh skandal yang kembali mencuat. Arisa mencoba berbagai cara untuk mengalihkan perhatian media, termasuk mengatur wawancara eksklusif di mana Senja bisa menjelaskan
"Senja sepertinya bermain dengan cukup baik, bukan? Jarang sekali melihat seseorang memainkan alat musik seperti ini. Adakah profesional yang mau berkomentar tentang seberapa bagus permainannya?""Sebagai seseorang yang mempelajari musik tradisional, saya harus mengatakan bahwa biolanya kurang halus. Tidak mudah untuk memainkan alat musik petik yang tidak halus ini. Mencoba menonjolkan pesona biola bahkan lebih menantang lagi," jawab seorang profesional musik dengan nada serius.Arisa mendengarkan sejenak, merasa lega, dan mengangguk puas. "Apa hanya 'sedikit'?"Senja tidak hanya sekadar 'sedikit'. Pada bagian pertama yang lincah, dia menggunakan banyak sekali gerakan jari melingkar - memetik, menggeser, menggulung - menampilkan keterampilan yang tak terduga. Melodi yang naik turun, tampak anggun dan merdu. Bahkan, orang yang tidak mengenal musik pun bisa merasakan kerinduan dan kegembiraan seorang pengembara yang meninggalkan rumah, di tengah-tengah dunia yang
Pada sore itu, Arisa masih sibuk mempersiapkan diri, sehingga Ira duduk di sampingnya dengan sedikit bosan. Sementara itu, Senja terus melirik ke arah biola Arisa, tampak tertarik namun ragu untuk mendekat. Melihat hal ini, Ira tertawa kecil dan menggoda, "Senja, kenapa kamu terus menatap biola Arisa? Apa kamu tertarik?"Senja langsung mengalihkan pandangannya, wajahnya memerah, dan ia menggelengkan kepala dengan malu-malu.Ira menepuk pundak Senja dan berkata, "Senja, aku sudah melihat hasil edit videomu. Gerakan tarianmu sangat memukau, dan penyampaian dialogmu luar biasa."Arisa, yang sedang memetik senar biolanya dengan jari-jarinya yang dihiasi kuku panjang, mendengar pujian Ira dan menatap Senja dengan penuh minat. "Apakah kamu tahu tentang opera tradisional?" tanyanya.Senja mengangguk pelan, "Sedikit."Arisa, dengan rasa penasaran yang tiba-tiba muncul, mulai menciptakan sebuah syair spontan. Ia menyenandungkan beberapa bait lalu meno
Arisa mulai berbicara dengan penuh semangat, "Bunga pagi dan matahari terbenam. Jika kita berbicara tentang bunga, ada bunga pagi, bunga matahari, dan bunga teratai - ini semua adalah bunga yang mekar di pagi hari dan menutup di malam hari."Ira, merapikan rambutnya, menambahkan, "Tema episode ini adalah puisi, jadi bunga ini harus mencerminkan citra yang sesuai dengan petunjuk-petunjuk tersebut." Kemudian, dia tersenyum pada Christopher. "Guru Chris, sebagai wakil presiden Asosiasi Puisi Ibu Kota, ini seharusnya menjadi keahlian Anda. Ada pendapat?"Christopher, dengan sedikit rasa malu, merasa pertanyaan Ira menjebaknya. "Saya memikirkan beberapa bunga yang berhubungan dengan anggur dan perjalanan - zhuyu, krisan, bunga persik. Tapi sepertinya tidak ada yang cocok dengan bunga pagi dan matahari terbenam."Melihat Matt dan Senja tetap diam, Arisa bertanya, "Guru Matt, Senja, bagaimana menurut kalian berdua?"Senja melirik Matt, dan lelaki tua itu m