Share

Ide Cemerlang

Author: Queen Sunrise
last update Last Updated: 2023-12-22 07:12:50

"Apa di rumah sakit? Sa-saya akan segera kesana ..."

Dengan tangan yang sedikit gemetar, Mazaya menutup panggilan tersebut .

Sebelumnya Mazaya mendapatkan informasi jika putranya terjatuh di anakan tangga hingga dilarikan ke rumah sakit.

Tanpa menunda waktu lagi, Mazaya segera menghubungi Devan. Pria tersebut harus tahu apa yang terjadi dengan putra mereka itu.

"Halo, Mas. Kamu di mana sekarang? Aska, Mas ...." Mazaya menelepon sambil berjalan menuju ke lift. Ia harus pergi segera mungkin ke rumah sakit.

"Aku di jalan di dalam mobil. Ada apa?"Terdengar suara Devan yang panik di ujung panggilan karena Mazaya menyebutkan nama Askara, jelas baginya saat ini mendengar suara Mazaya yang bergetar.

"Aska dibawa ke rumah sakit, Mas. Aku mau kesana sekarang. Aku sudah minta izin Bu Erina," ungkap Mazaya.

"Berikan alamat rumah sakitnya. Nanti aku akan kesana," balas Devan.

"Iya, Mas. Aku tutup dulu kalau gitu." Mazaya mengakhiri panggilan tersebut, lalu dengan langkah cepat keluar dari lift yan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Hal Menjijikan

    "Alhamdulilah, cuman lecet sedikit aja. Tapi, Ibu tetap cemas, Aska. Tunggu sebentar ya, kata dokter harus diperiksa sekali lagi."Mazaya berusaha menenangkan putranya yang tampak ingin segera pergi dari rumah sakit. Padahal seingatnya Askara tidak pernah serewel saat ini, jika dibawa ke rumah sakit. Berbeda dengan sekarang ya entah kenapa tidak mau berlama-lama di tempat tersebut."Aka mau pulang, Bu. Di cini celem dan nanti aku bakalan dicuntik doktel," ungkap Askara yang pada akhirnya mengutarakan isi hatinya kepada sang ibu saat ini.Mazaya untuk sesaat tersenyum getir karena tidak pernah tahu apa sebenarnya yang diinginkan oleh Askara atau seperti sekarang ini tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran putranya itu. Ia bahkan sudah menyadari bahwa selama ini dirinya terlalu keras dan memaksakan keinginannya yang terdalam kepada Askara. "Iya, sayang. Nanti dokternya ke sini sebentar. Lalu kita akan pulang." Mazaya kembali menenangkan putranya itu seorang diri. Itu karena dua asist

    Last Updated : 2023-12-27
  • Mengandung Anak Pak Dosen    Menahan Rasa Sakit

    "Ke-kenapa, apa ada yang sakit? Aku putar balik ke rumah sakit kalau begitu."Devan yang setengah panik itu hendak memutar balik laju kendaraannya, begitu melihat Mazaya yang tampak kesakitan di sisinya saat ini.Namun, Mazaya malah menggelengkan kepala sambil meraih tangan Devan agar tetap melaju ke tujuan awal mereka yaitu pulang ke rumah."Jangan, Mas. Kita ke rumah aja, kalau boleh aku mau istirahat sebentar di rumah dan gak ke kantor lagi siang ini," pinta Mazaya dengan wajah memelas di hadapan Devan saat ini.Devan belum menjawab permintaannya Mazaya dan memilih meminggirkan mobilnya terlebih dahulu agar tidak mengganggu pengguna jalan lainnya."Tapi, kamu kesakitan seperti itu dan--""Aku gak apa-apa, Mas," sela Mazaya. "Ini sepertinya efek aku lagi datang bulan. Kita pulang ke rumah aja," pintanya sambil menahan perutnya yang terasa kesakitan.Devan tampak gusar karena tidak mungkin membiarkan Mazaya kesakitan seperti itu tanpa dirawat di rumah sakit."Mas, ayo pulang aja," pi

    Last Updated : 2024-01-02
  • Mengandung Anak Pak Dosen    Andai Saja

    "Saya harus kembali ke kantor, Nyonya. Pak Devan pasti akan curiga jika saya terlalu lama di sini."William tampak turun dari ranjang dan memakai kembali pakaiannya yang berceceran di lantai."Kenapa harus buru-buru, Will. Lagipula Devan gak akan curiga ini kamu ada di mana sekarang." Nasuha pun turun dari ranjang dengan hanya memakai lingerie yang melekat di tubuhnya. Kemudian memeluk William dari arah belakang. "Tidak, Nyonya. Saya harus kembali. Kita bisa bertemu malam nanti kalau anda mau. Saya mohon anda mengerti bagaimana posisi saya saat ini." William secara tidak langsung menolak permintaan Nasuha yang satu ini karena menyangkut pekerjaan. Terlebih lagi tidak ingin membuat masalah sekecil apapun.Nasuha menghela nafasnya panjang. Andai saja Wiliam sekaya Devan, mungkin ia memilih untuk bersama pria simpanannya tersebut dibandingkan suaminya sendiri.Bagaimana tidak, Wiliam satu-satunya pria yang selama ini menemani kesepiannya dan mau mendengarkan isi curahan hatinya. Bahkan

    Last Updated : 2024-01-02
  • Mengandung Anak Pak Dosen    Keputusan Bulat

    "Mas, apa yang Mas Devan lakukan?! Kenapa menampar William seperti itu? Apa kesalahan dia, Mas?! Sampai diperlakukan seperti ini?!"Nasuha memekik dan menyorot tajam kepada Devan ketika melihat William yang ditampar oleh suaminya tersebut. Ia bahkan tanpa sadar berlari menuju William dan memasang badan untuk sekretaris suaminya itu.Melihat sikap Nasuha saat ini, Devan dibuat tertawa di dalam hati karena sangat jelas bahwa istri pertamanya itu begitu mempedulikan William, lebih dari perkiraannya selama ini."Lihat ternyata kamu sangat begitu perhatian dengan pria itu, Suha? Apa sepenting itukah Wiliam bagi kamu? Oh tentu, itu karena dia adalah selingkuhan kamu selama ini!" ucapnya dengan nada sinis. Ia bukanlah cemburu, melainkan merasa kesal karena dipermainkan oleh dua orang yang berada di dekatnya selama ini dan dan mereka malah tertawa di atas penderitaannya.Nasuha tersadar bahwa apa yang dilakukan olehnya Itu adalah sebuah kesalahan besar. Ia tidak boleh menunjukkan perhatiannya

    Last Updated : 2024-01-05
  • Mengandung Anak Pak Dosen     Tidak Bisa Menahan Diri

    "Berhenti, Suha! Jangan melakukan hal yang akan membuatmu kamu menyesal!"Devan berusaha mencegah perbuatan konyol yang akan dilakukan oleh Nasuha.Begitu juga dengan William yang sama paniknya saat ini, melihat bagaimana Nasuha yang segitu putus asanya tidak ingin diceraikan oleh Devan."Nyonya tolong hentikan! Sadarlah, ada janin yang harus anda lindungi saat ini. Aku mohon hentikan dan simpan pisaunya kembali." ucapnya sambil berjalan pelan untuk menghampiri Nasuha.Sementara Nasuha menggelengkan kepala dengan derai air matanya. Ia tidak mau berpisah dengan Devan apapun yang terjadi. Bahkan, jika harus menggugurkan kandungannya demi suaminya itu mau menerimanya kembali, maka akan dilakukannya dengan sukarela. Itu karena sejak awal kehamilan itu bertujuan agar Devan tetap di sisinya. Tapi, keadaan malah berbalik saat ini."Gak mau! Aku gak mau cerai sama kamu, Mas. Tolong tarik kata-kata kamu tadi. Aku gak mau hidup lagi kalau kamu ceraikan aku," ucapnya lirih.Devan menghela nafas

    Last Updated : 2024-01-10
  • Mengandung Anak Pak Dosen    Melepaskan Segalanya

    "Ada apa, Mas? Apa terjadi sesuatu? Siapa yang nelpon?" Mazaya bertanya kepada Devan karena sang suami tampak memasang wajah cemas."Mas, ada apa?" ulang Mazaya sambil menepuk pundak Devan karena tak kunjung menjawab pertanyaannya.Devan terdengar menghela nafasnya panjang. Ada rona penyesalan di sana dan rasa bersalah menggelayutinya saat ini."Rendra mengalami kecepatan. Aku harus segera ke sana untuk memastikan keadaannya. Kamu tidak apa-apa kan aku tinggal?" ucapnya yang terdengar seperti meminta izin Mazaya apakah diperbolehkan untuk pergi atau tidak.Sontak saja Mazaya dibuat terkejut mendengar penuturan Devan. Pasalnya mereka beberapa saat yang lalu bertemu dan sempat berdebat. Lalu kini tiba-tiba mendengar pria tersebut kecelakaan. Ada setitik rasa bersalah yang menyerang hatinya saat ini."Iya, Mas. Gak apa-apa. Kamu pergi aja sekarang. Kamu juga pasti khawatir sama keadaan dia saat ini. Aku udah lebih baik sekarang kok," tuturnya yang tidak mungkin mencegah Devan untuk pergi

    Last Updated : 2024-01-11
  • Mengandung Anak Pak Dosen    Satu Atap yang Sama

    "Benar-benar harum, apa kamu juga pakai shampoo, Yaya." Devan yang seperti terbius oleh aroma sabun dan shampo dari tubuh Mazaya, karena menyeruak di kamar tersebut, hingga sampailah ke indera penciumannya."Tentu pakai shampo karena habis mandi, Mas. Mas Devan sendiri kapan mau mandinya? Kan hari ini harus masuk kerja." Mazaya dengan santainya berbicara seperti itu sambil mengambil pakaian di dalam lemari, seakan tidak peka apa sebenarnya yang diinginkannya oleh Devan saat ini."Iya, ini juga mau ke kamar mandi, mau mandi. Tapi, gak mau mandi bersama? Siapa tahu bisa kasih adik buat Aska," ungkap Devan sembari menahan senyumnya agar tidak terlalu kentara bahwa, ia memang dirinya memang menginginkan Mazaya saat ini.Dan Mazaya sendiri bisa menebak ke arah mana ucapan Devan yang mana ia memang sudah tidak memberikan hak sang suami."Nanti aja, Mas. Gimana kalau kita check in di hotel pulang dari kantor dan sampai malam terus pulang buat makan malam, gimana? ... Lagian kan nanti mau pe

    Last Updated : 2024-01-13
  • Mengandung Anak Pak Dosen    Apa ini Karma?

    Sementara itu di tempat lain."Tolong siapkan semuanya. Ini demi calon istri dan calon anakku nanti. Aku yakin semuanya akan berjalan lancar sampai anak itu dilahirkan."William rampak berbicara santai dengan seseorang di ujung panggilan. Ia mempunyai rencana membangun sebuah rumah sederhana untuk mereka tempati nantinya.Pria yang sudah dipecat dari pekerjaannya itu tampak bersemangat dan yakin, jika suatu saat nanti Nasuha akan menerimanya dengan lapang dada, tanpa melihat dengan status sosialnya. Terlebih lagi ketika anak mereka sudah lahir dan akan semakin membuat ikatan jalinan diantara mereka semakin kuat.Begitu urusannya selesai dengan orang yang ditelpon nya barusan, William beralih untuk menghubungi Nasuha. Ia sudah dua hari itu tidak memberikan kabar kepada kekasih hatinya tersebut.Namun, panggilan William itu tak kunjung dijawab oleh Nasuha. Bahkan setelah usahanya menghubungi ke tiga dan empat kalinya."Apa terjadi sesuatu?" gumamnya menebak-nebak sambil berjalan mondar-

    Last Updated : 2024-01-14

Latest chapter

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Chapter 89.

    "Mas, kita harus bagaimana menghadapi Patricia? Pasti dia akan cari cara buat bisa nikah sama Mas Devan. Selain itu juga aku khawatir Askara sekolah dengan guru TK seperti dia."Mazaya mengeluarkan uneg-uneg yang ada di kepalanya saat ini, di saat minum teh di balkon kamar karena hari itu waktu libur kerja mereka.Devan menghela nafasnya panjang. Ia pun sama gelisah dan khawatir seperti Mazaya. Tapi, ia tidak akan tinggal diam saja. Itu karena dirinya sudah diam-diam menyewa detektif swasta untuk mengikuti dan mengawasi PatriciaDan siapa sangka usaha Devan itu membuahkan hasil. Di mana Patricia pada akhirnya ditangkap, hingga kabar tentang penangkapannya segera menyebar luas.Ternyata Patricia selama ini menjadi duri bagi Devan dan Mazaya itu telah melakukan penipuan kepada beberapa orang, hingga akhirnya aparat kepolisian berhasil menangkapnya karena laporan beberapa korbannya. Di balik jeruji besi, Patricia harus merasakan kepedihan hati dan penyesalan.Devan dan Mazaya yang menden

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Chapter. 88

    "Apa ini sebenarnya? Sejak kapan aku menulis ini semua?"Devan membaca surat perjanjian yang ada di tangannya dengan perasaan tidak percaya. Kata-kata dalam surat tersebut terasa seperti cambuk yang menghantam hatinya. Semakin ia membaca, semakin sulit baginya untuk menahan ketakutan yang melanda dirinya, menyadari bahwa isinya bisa menyeretnya ke dalam jeruji besi penjara. Meskipun begitu dirinya tidak menunjukkan langsung bagaimana raut wajahnya saat ini di depan Patricia.Sementara itu, di sudut ruangan tersebut, Patricia menatap Devan dengan senyuman licik yang tersungging di bibirnya. Ia menikmati melihat bagaimana raut wajah Devan berubah-ubah, mulai dari penasaran, kemarahan, hingga ketakutan yang tergambar jelas. Matanya terus mengikuti gerak-gerik Devan, seakan ingin memastikan bahwa pria itu benar-benar merasa terpojok.Tangan Devan bergetar saat dirinya mencoba menahan amarah yang membara. Ia menggenggam surat perjanjian itu dengan erat, seolah mencoba menemukan kekuatan u

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Chapter 87.

    "Bercerai? Apa aku gak salah dengar, Mas? Bukannya dia waktu itu ngotot dan gak mau pisah sama kamu?"Mazaya hampir saja tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari Devan, mengenai permintaan Nasuha yang ingin berpisah. Padahal jelas-jelas semalam kakak angkatnya itu dengan tegas mengatakan tidak mau bercerai apapun alasannya"Bukannya kamu senang kalau dia minta bercerai? Itu kan yang kamu mau, Yaya?" Devan balik bertanya."Iya sih, Mas. Tapi, kok aku ngerasa ada yang aneh aja. Kenapa dia tiba-tiba minta pisah gitu aja. Apa Mas Devan gak ngerasa curiga apapun gitu," ungkap Mazaya yang merasa harus waspada untuk hal-hal yang tidak diinginkan."Aku juga sama, makanya aku ingin menemuinya langsung dan mungkin saja ada hal yang bisa ketahui nanti," ungkap Devan yang saat ini memiliki pikiran yang sama dengan istrinya tersebut.Mazaya manggut-manggut tanda mengerti apa yang dikatakan oleh Devan."Memang harus seperti itu, Mas. Syukur-syukur kalau dia memiliki niatnya untuk berubah, ta

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Chapter 86.

    "Ini maksudnya apa ya? Saya calon istri dari mana, Pak? Pak Malvin jangan seenaknya gitu dong! Saya gak terima diperlakukan seperti ini!"Melinda langsung melayangkan protes kepada Malvin karena pria tersebut malah bersikap seenaknya, mengatakan dirinya itu adalah calon istri dari pria tersebut. Terlebih lagi dirinya sudah mempunyai kekasih dan apa jadinya sampai menimbulkan kesalahpahaman nantinya.Malvin nyatanya tanpa sadar mengatakan hal tersebut sebagai refleknya agar mantan tunangannya itu menjaga sikap. Ia sama sekali tidak memikirkan bagaimana tanggapan Melinda akibat perbuatannya tersebut."Maaf, tadi aku salah bicara, Linda. Aku tidak bermaksud lain," ucapnya yang tidak ingin memperpanjang masalah yang ada di depan matanya saat ini. Belum sempat Melinda menanggapi ucapan Malvin, tapi pria tersebut malah bergegas pergi dengan membawa Vivian dari hadapan mereka."Kita harus bicara di tempat lain, Vivian?!" Malvin dengan nada tegas."Oke, ayo," jawab Vivian yang memang ingin

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Chapter 85.

    Tiga puluh menit sebelumnya.Patricia, yang mengenakan pakaian serba hitam dan berkacamata gelap, melirik Mazaya dengan tatapan tajam. Ia berjalan mendekati Mazaya dan Devan dengan langkah pasti dan pura-pura bertanya, "Permisi, apakah anda tahu dimana toilet di tempat ini?" Patricia pura-pura tersenyum ramah pada Mazaya.Mazaya menoleh, awalnya tersenyum ramah sambil menjawab, "Oh, itu tinggal mengikuti jalur ini saja, Mbak pasti akan sampai di sana."Namun, tidak lama setelah itu raut wajah Mazaya berubah dingin, dan ia mulai berbicara dengan nada lebih tegas."Sebenarnya, apa mau kamu di sini, Mbak?" tanya Mazaya dengan curiga dan setengah berbisik.Devan pun ingin mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh istrinya tersebut. Tapi, ia harus bertemu dengan beberapa kliennya yang datang ke acara tersebut."Sayang, aku ke sana dulu sebentar. Gak apa-apa kan?" tanyanya memastikan terlebih dahulu."Iya, Mas," jawab Mazaya. Ia lebih dari mampu menghadapi Patricia seorang diri

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Chapter 84

    "Om aku mau es krim yang rasa blueberry. Yang ukurannya besar ya. Terus nanti beli popcorn juga."Askara tampak membuat Malvin dibuat pusing tujuh keliling dengan permintaan bocah laki-laki tersebut yang ternyata begitu banyak ini dan itunya.Berbanding terbalik dengan Melinda saat ini, ia malah senang dengan kata-kata yang keluar dari wajah menggemaskan bocah laki-laki di depan itu dan sama sekali tidak menunjukkan lewat wajah kekesalan atau merasa dibuat pusing dengan tingkah Askara saat ini. Seakan wanita tersebut sudah terbiasa menghadapi yang namanya anak kecil."Hmm, boleh. Boleh banget Aska mau es krim, popcorn atau permen dan bahkan coklat. Tapi ada satu syarat yang harus dilakukan sama Aska," ucapnya yang bernegosiasi dengan Askara saat ini."Apa syaratnya, Tante?" Askara langsung menanggapi ucapan Melinda dan tampak begitu antusias.Dan Melinda pun tak kalah antusiasnya saat ini. "Hmm, syaratnya mudah kok. Askara harus mau makan makanan berat dulu sebelum makan eskrim, mau

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Chapter 83.

    [ Aku akan ke rumah sakit nanti untuk membicarakan keputusan kamu itu, Suha ][ Baik, aku tunggu, Mas ]Devan membalas pesan Nasuha secara singkat, lalu langsung dibalas oleh Nasuha di waktu yang sama.Devan memang harus memastikan sendiri dengan menemui istri pertamanya itu di rumah sakit. Selain itu juga ia harus berbicara dengan William untuk memastikan sesuatu. Meskipun pria tersebut sudah mengkhianatinya, tapi dirinya juga harus mengorek informasi dari mantan sekretarisnya."Ada apa, Mas?" Mazaya menghampiri Devan karena suaminya tersebut malah fokus ke layar ponselnya dan tampak begitu serius. Padahal jarang-jarang Devan bersikap seperti itu dengan benda pipih tersebut, kecuali memang ada hal yang begitu penting.Devan menoleh, lalu menyimpan ponselnya itu ke saku jasnya kembali."Oh tadi ada beberapa laporan dari divisi lain, mengenai acara yang sebentar lagi dilangsungkannya," jawab Devan yang terpaksa berdusta kepada Mazaya, ia akan membicarakan tentang Nasuha usai acara di m

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Chapter 82.

    Mazaya menghela nafasnya panjang karena Devan tak kunjung mengatakan, hal yang paling diinginkannya.Bukan tanpa alasan, sang suami malah mendadak sakit perut dan katanya harus ke toilet. Lalu Mazaya bisa apa saat ini, selain menunggu Devan selesai dengan urusannya."Jangan lama-lama ya, Mas. Aku tinggal tidur nanti," seru Mazaya dari balik pintu kamar mandi. Ia bahkan saat ini sudah berganti pakaian tidur, itu karena merasa tidak nyaman dengan memakai lingerie dan khawatir sewaktu-waktu Askara terbangun dan mengetuk pintu kamar mereka"Iya, gak akan lama. Ini sebentar lagi selesai kok," sahut Devan dari dalam kamar mandi.Sambil menunggu Devan, Mazaya memutuskan membuka laptopnya untuk memeriksa jadwal kegiatan di kantor besok. Di mana akan diadakan event peragaan busana di mall dengan tujuan untuk amal, meskipun sempat terjadi insiden. Tapi, acaranya masih harus berlangsung sesuai dengan jadwal."Oke, gak ada masalah kayaknya. Semuanya juga sudah lapor di bagiannya masing-masing ...

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Melakukannya Lagi?

    Patricia baru saja keluar dari ruangan Nasuha dirawat dengan senyuman tipis, lalu melanjutkan perjalannya sambil menghubungi seseorang melalui ponselnya."Iya, ini aku Patricia. Aku baru saja bertemu dengan Nasuha, sesuai dengan permintaan kamu. Sebaiknya kamu secepatnya ke sini dan bawa dia pulang."Usai berbicara dengan seseorang di telepon, Patricia menutup panggilan tersebut. Kemudian kembali tersenyum tipis dan melangkah kakinya keluar dari rumah sakit tersebut.Patricia teringat pertemuannya dengan Nasuha, yang mana wanita tersebut adalah istri pertama dari Devan. Ia sudah mengetahui banyak tentang Nasuha selama ini."Siapa kamu dan apa maksud tujuan kamu ke sini?" Itulah hal pertama yang dikatakan oleh Nasuha, ketika bertemu pertama kali dengan Patricia. Ia sama sekali tidak mengenali wanita tersebut dan tiba-tiba datang menjenguknya.Patricia mengulas senyumnya. Ia sudah menebak, jika sikap Nasuha memang tidak akan seramah yang diharapkannya."Aku Patricia. Dulu aku pacarnya De

DMCA.com Protection Status