"Aku harus pergi sekarang ... Yaya, ayo kita pergi dari sini."Devan tanpa melirik ke arah Nasuha dan William itu segera berbalik, meninggalkan ruangan perawatan tersebut.Mazaya sebentar bertanda tanya kenapa Devan tiba-tiba ingin pergi, padahal sebelumnya sedang berbicara serius dengan William. Apakah karena panggilan di telepon sebelumnya? Tapi, ada apa? Apa terjadi sesuatu?Meskipun ada banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya saat ini, Mazaya tidak bisa langsung menanyakannya sebelum Devan yang berbicara terlebih dahulu.Sementara Nasuha masih memasang tatapan kosong karena kehilangan calon anaknya. Tidak peduli seberapa keras usaha Willian menghiburnya saat ini. Tapi, kenyataan ia telah keguguran dan tidak ada hal bisa mengembalikan anaknya."Ini semua gara-gara Mazaya, Wil. Aku yakin dia gak terima aku hamil dan akan menjadi bagian keluarga Devan. Dia pasti mencampurkan sesuatu ke minumanku dan buat aku kehilangan anakku yang berharga itu," lirihnya yang menyalahkan Mazaya
Mazaya dan Devan tampak berada di dalam mobil yang melaju saat ini. Tapi, sejak tadi tidak ada pembicaraan diantara mereka.Keduanya saling mendiamkan satu sama lain. Terutama Devan yang pikirannya seakan entah di mana.Sedangkan Mazaya sendiri seperti berada di persimpangan jalan, antara apa harus bertanya atau diam saja. Mengingat sebelumnya sang suami bertemu dengan seorang wanita dan wanita itu begitu banyak bicara."Udah lama ya, Devan. Aku dengar kamu sudah menikah dan mempunyai anak juga? Eh, kalau gak salah istrinya pun ada dua. Wah, hebat ya ... Aku baru sadar kalau Devan yang dulunya pemalu, bisa punya dua istri sekaligus."Itulah ucapan wanita yang berbicara dengan Devan sebelumnya, dimana masih teringat dalam ingatan Mazaya saat ini.Namun, Devan tidak menanggapi wanita yang entah siapa namanya itu dan bergegas masuk ke dalam mobil.Mazaya yang tidak mengerti situasi yang ada di depannya itu pada akhirnya mengikuti Devan dan turut masuk ke mobil dengan tanda tanya besar d
"Bagaimana kalau satu kali lagi, sayang? Mandi bersama gak masalah kan?"Devan memasang wajah memelas di depan Mazaya saat ini. Hal yang tidak pernah ditunjukkannya kepada siapapun, kecuali dengan istri keduanya itu seperti sekarang. Ia sudah seperti dibuat mabuk dan selalu menginginkannya lagi dan lagi.Sementara Mazaya menggigit bibir bawahnya untuk sesaat di depan Devan saat ini. Pasalnya ia sebenarnya sudah kelelahan sehabis bermain dengan sang suami di atas ranjang beberapa saat yang lalu. Tapi siapa sangka tenaga Devan dua kali lebih besar dari sebelumnya dan kini malah meminta lagi."Hmm, gimana ya, Mas. Aku sebenarnya--" Mazaya menggantungkan ucapannya, itu karena jika ia menolak maka Devan pasti akan kecewa. Terlebih lagi sang suami sudah menahan diri selama beberapa hari terakhir dengan tidak menyentuhnya. Apa jadinya jika hari ini gagal dan membuat mereka masuk ke dalam hal pertengahan yang sebentar cukup sepele, tapi imbasnya pernikahan mereka yang akan dipertaruhkan di s
"Mas, kenapa diam aja?! Jawab dengan jujur siapa perempuan itu sebenarnya? Tolong katakan apa adanya. Aku sama sekali gak masalah sama masa lalu Mas Devan. Aku hanya gak mau dengar tentang perempuan itu dari orang lain dan bukannya dari Mas Devan sendiri ...."Mazaya mencecar Devan dengan berbagai pertanyaan tentang wanita yang ingin diketahuinya. Pasalnya wanita yang dimaksudkan oleh Mazaya, sepertinya lebih berani dari dugaannya. Tentu saja karena di mana ada seorang wanita yang ingin menjadi istri ketiga. Menurutnya hal tersebut merupakan di luar nalar, kecuali memang wanita tersebut mempunyai niat tertentu sejak awal.Devan masih terdiam dibalik kemudinya saat ini, ia bahkan tidak bisa fokus menyetir karena Mazaya kukuh ingin mengetahui siapa wanita yang mengirim pesan sebelumnya."Dia hanya kenalan sewaktu sekolah dulu, gak ada yang istimewa," ucapnya pada akhirnya.Mazaya menyipitkan matanya ke arah Devan. Ia merasa ada yang masih disembunyikan oleh suaminya tersebut."Mungk
"Selamat malam, Pak Devan dan Bu Mazaya ya? Kenalkan saya Patricia, guru di sekolah yang Bu Mazaya daftarkan untuk Askara.Dengan senyum ramah, seakan tidak ada hal yang membebani pada raut wajahnya saat ini, wanita yang bernama Patricia itu memperkenalkan dirinya di Devan depan juga Mazaya.Sementara pasangan suami istri itu malah memasang raut wajah datar saat ini, menatap wanita yang saat ini menjadi tamu di rumah mereka tersebut.Bagaimana tidak, itu karena wanita tersebut adalah yang beberapa saat yang lalu dibicarakan oleh Mazaya dan Devan sebelumnya. Wanita yang dianggap gila oleh Mazaya karena telah mengirim pesan kepada suaminya, bahwa Masa dia dijadikan istri yang ketiga.Namun, siapa sangka wanita tersebut ternyata adalah salah satu guru di tempat sekolah yang sudah didaftarkan oleh Mazaya beberapa hari yang lalu.Baik Mazaya maupun Devan sama sekali tidak mengetahui, jika Patricia adalah profesi sebagai guru taman kanak-kanak."Apa boleh saya, duduk?" tanya Patricia dengan
"Maksud anda apa? Janji apa?"Mazaya menunjukkan raut wajah tidak bersahabat di depan tamunya itu. Ia sudah tidak bisa menahan diri dan rasa sabarnya sudah berada diambang batasnya.Patricia malah tersenyum tipis, lalu beralih kepada Devan yang wajahnya terlihat pucat pasi."Sebaiknya anda tanyakan sendiri pada suami anda itu, Bu Mazaya ... Sepertinya saya harus pamit pulang. Terima Kasih untuk wawancaranya dan sampai bertemu di sekolah Minggu depan, Aska," tukasnya yang turut berpamitan kepada Askara, tapi di saat yang sama ia sama sekali tidak peduli untuk menjawab pertanyaan Mazaya sebelumnya.Sementara Mazaya semakin meradang dari sebelumnya, karena Partisi malah mengabaikan pertanyaannya dan hal itu terang-terangan di depan Devan saat ini."Jangan bersikap di luar batas, Patricia! Kamu pikir siapa bisa bicara seperti itu di sini!" Devan pada akhirnya membuka suara karena tidak tahan lagi dengan sikap kurang ajar Patricia.Dan lagi-lagi Patricia menampilkan raut wajah tenang di de
Patricia baru saja keluar dari ruangan Nasuha dirawat dengan senyuman tipis, lalu melanjutkan perjalannya sambil menghubungi seseorang melalui ponselnya."Iya, ini aku Patricia. Aku baru saja bertemu dengan Nasuha, sesuai dengan permintaan kamu. Sebaiknya kamu secepatnya ke sini dan bawa dia pulang."Usai berbicara dengan seseorang di telepon, Patricia menutup panggilan tersebut. Kemudian kembali tersenyum tipis dan melangkah kakinya keluar dari rumah sakit tersebut.Patricia teringat pertemuannya dengan Nasuha, yang mana wanita tersebut adalah istri pertama dari Devan. Ia sudah mengetahui banyak tentang Nasuha selama ini."Siapa kamu dan apa maksud tujuan kamu ke sini?" Itulah hal pertama yang dikatakan oleh Nasuha, ketika bertemu pertama kali dengan Patricia. Ia sama sekali tidak mengenali wanita tersebut dan tiba-tiba datang menjenguknya.Patricia mengulas senyumnya. Ia sudah menebak, jika sikap Nasuha memang tidak akan seramah yang diharapkannya."Aku Patricia. Dulu aku pacarnya De
Mazaya menghela nafasnya panjang karena Devan tak kunjung mengatakan, hal yang paling diinginkannya.Bukan tanpa alasan, sang suami malah mendadak sakit perut dan katanya harus ke toilet. Lalu Mazaya bisa apa saat ini, selain menunggu Devan selesai dengan urusannya."Jangan lama-lama ya, Mas. Aku tinggal tidur nanti," seru Mazaya dari balik pintu kamar mandi. Ia bahkan saat ini sudah berganti pakaian tidur, itu karena merasa tidak nyaman dengan memakai lingerie dan khawatir sewaktu-waktu Askara terbangun dan mengetuk pintu kamar mereka"Iya, gak akan lama. Ini sebentar lagi selesai kok," sahut Devan dari dalam kamar mandi.Sambil menunggu Devan, Mazaya memutuskan membuka laptopnya untuk memeriksa jadwal kegiatan di kantor besok. Di mana akan diadakan event peragaan busana di mall dengan tujuan untuk amal, meskipun sempat terjadi insiden. Tapi, acaranya masih harus berlangsung sesuai dengan jadwal."Oke, gak ada masalah kayaknya. Semuanya juga sudah lapor di bagiannya masing-masing ...