“Kemarin Revan bilang katanya si mantan tunangan pak Niko memang nyusulin pak Niko sampe ke Surabaya tapi pak Niko enggak tidur satu kamar karena Revan yang booking kamar untuk si perempuan itu dan membelikan tiket pesawat keesokan harinya ... kalau kata Revan sih, pak Niko keliatan kesel sama perempuan itu sampe sarapan pagi enggak mau nemuin,” tutur Elza memberitau apa yang diceritakan Revan.Mereka sedang berada di sebuah Mall termewah di kota Jakarta, mengunjungi banyak butik mencari gaun untuk pesta ulang tahun Bagaskara.“Oh gitu Mbak?” Ayara sampai menghentikan langkahnya, menghadapkan tubuh pada Elza dengan sempurna.“Mbak enggak bohong, kan?” Ayara mencengkram kedua tangan Elza erat mencari keyakinan.“Ngapain gue bohong, Ra ... lo jangan sedih ya, pak Niko memang beneran sayang sama lo ... kayanya mantan tunangannya itu datang karena tau pak Niko udah nikah ... sama kaya Abinawa, sekarang dia ngebet banget sama elo karena tau lo udah nikah, jadi tantangannya lebih besar aja
“Jangan pergi, Nik.” Vania memohon.Nicholas yang sedang mengancingkan kemejanya di depan cermin kemudian berbalik.“Aku sudah mendapatkan kemeja ganti, jadi aku sudah bisa pulang.”Nicholas mendapat telepon dari Ayah Vania yang mengabarkan bahwa Vania muntah-muntah hebat, entah karena efek obat atau karena hal lain.Nicholas yang kebetulan baru saja meeting dengan klien dan berada tidak jauh dari rumah Vania langsung datang tanpa pikir panjang.Vania masih muntah-muntah ketika Nicholas datang hingga muntahan Vania mengenai kemejanya.Akhirnya Nicholas meminta Revan membelikan kemeja baru dan selama menunggu Revan, Nicholas bersedia menemani Vania yang masih terlihat lemas padahal sudah dinyatakan sehat sehingga diperbolehkan pulang oleh dokter.Nicholas bersedia menggendong Vania ke kamar mandi untuk menuntaskan rasa mual, Nicholas juga mau menyuapi Vania makan siang dan menemaninya tidur.Untuk Vania, ia relakan waktu setengah hari. Hanya demi kisah cinta mereka yang indah di masa l
Kali ini Ayara menaiki privat jet Nicholas bukan sebagai Pramugari melainkan sebagai penumpang.Elza dan Anya yang mengetahui pemutusan kerja itu langsung berhamburan memburu Ayara yang baru saja menaiki tangga pesawat.“Kenapa tiba-tiba resign, Ra?” Elza langsung bertanya mewakili para air crew.Abinawa sampai keluar dari kokpit untuk mendengar penjelasan Ayara.Ayara menggelengkan kepala. “Gue enggak tau salah apa tiba-tiba dapet surat itu.”Ayara terduduk lemas selemas-lemasnya di kursi sementara yang lain berdiri mengelilingi Ayara masih belum puas dengan penjelasan Ayara tadi.“Pak Niko enggak bilang apa-apa, Ra?” Ferdy yang bertanya dan gelengan kepala yang ia dapatkan dari Ayara.“Masa suami istri enggak cerita? Lo kali yang enggak mau nanya sama pak Niko ... pak Niko pasti punya alasan, mungkin karena merasa udah waktunya aja lo berhenti ... lagian lo istri pemilik perusahaan ini masa jadi Pramugarinya pak Niko.” Yogi mengemukakan pendapatnya.“Kamu tau sendiri kalau pak Niko
“Niko!” seru Vania memanggil.“Ya,” balas Nicholas dengan mata dan jari yang masih sibuk dengan ipadnya.Nicholas memang gila kerja, hidup satu tahun bersama Nicholas sudah tidak aneh lagi bagi Ayara melihat Nicholas yang selalu menempel dengan gadget canggih itu bahkan ketika mereka selesai bercinta—terkadang Nicholas akan kembali kepada Macbook atau ipadnya.“Niko! Kamu dengar aku, enggak?” Vania meninggikan nada suara karena diabaikan Nicholas.Nicholas mendongak dari layar ipad. “Mau apa?” tanya Nicholas lembut penuh kesabar.“Mbak Vania enggak liat pak Niko lagi kerja apa?”Nicholas sampai menoleh takjub ke arah sang istri yang duduk di samping karena berani speak up membelanya.“Diam kamu, hanya istri kontrak lagaknya udah kaya istri beneran.” Vania sama sekali tidak menahan suaranya.Elza yang saat itu baru saja memberikan selimut untuk Ayara langsung menghentikan langkah dan Alana yang tidak benar-benar tidur seketika membuka penutup mata, menegakan tubuh dan membelalakan mat
Sesampainya di resort, keduanya tidak banyak bicara meski berada dalam cottage yang sama.Ayara dan Nicholas membersihkan tubuh terlebih dahulu sebelum menghadiri pesta ulang tahun Bagaskara yang akan digelar setelah malam tiba.Mengetahui jika seluruh keluarga telah berkumpul membuat jantung Ayara menaikan tempo debaran.Ayara khawatir Vania akan menggila dan membongkar semuanya, apa sebaiknya ia pura-pura sakit dan tidak menghadiri pesta ulang tahun Bagaskara?Melihat kecemasan di wajah istrinya, Nicholas pun mendekat lalu berdiri tepat di depan Ayara.“Kamu udah siap?” Nicholas bertanya seraya menyentuh pipi Ayara dengan punggung jarinya.Ayara menggelengkan kepala kemudian rasa mual tiba-tiba mendesak perutnya merangkak naik ke kerongkongan.Ayara berlari ke kamar mandi untuk menuntaskan rasa mual.“Kamu gugup, Aya ... kamu terlalu takut dengan ancaman Vania.” Nicholas memijat tengkuk Ayara tanpa enggan melihat muntahan yang keluar dari mulut istrinya.“Keluar, Pak ... ini menjiji
“Pak Niko, ayo kasih tau grandpa.” Ayara setengah merengek mengatakannya.“Ada apa sebenarnya ini Niko?” Erlangga sampai harus mendesak Nicholas agar mau bicara tapi Nicholas menutup mulutnya rapat-rapat.“Jadi kamu akan tetap diam, Niko?”Kali ini Nicholas mengalihkan tatapannya kepada Vania.“Memang kalau aku diam, kamu mau apa?” Nicholas menantang.“Paaaak!” Ayara mengerang frustasi.Apa Nicholas sengaja ingin membongkar rahasia mereka?Tidak ‘kah Nicholas tau apa dampaknya bagi Ayara?Vania tertawa jengah kemudian ia memanggil seseorang dengan gerakan tangannya.Entah siapa pria itu, tapi begitu patuh seolah sudah dipersiapkan sebelumnya datang mendekat membawa beberapa lembar kertas.Ayara bertanya-tanya kertas apa yang sedang dipegang Vania.“Silahkan Grandpa, Om dan Tante baca baik-baik isi surat Perjanjian Pernikahan Kontrak antara Ayara dan Niko,” ucap Vania sambil membagikan kertas tersebut.Malvino merebut paksa salah satu kertas dari tangan Vania.Ayara melorotkan bahunya,
“Aww ... sakit, Edgar! Apa kamu enggak bisa pelan-pelan!” Anya menggerutu ketika pria berperawakan tinggi besar itu menyeretnya ke area lain resort.Sepertinya Anya harus merasa khawatir karena Edgar membawanya ke pinggir pantai yang dekat dengan hutan.“Edgar ... stop!! Kamu mau membunuhku?” Anya menghentikan langkahnya, alarm dalam dirinya berbunyi, ia mulai was-was.“Bila perlu, aku akan membunuhmu!” ujar Edgar dengan sorot mata tajam.“Edgar ... please! Oke, aku tau kenapa kamu membawaku ke sini ... aku minta maaf.” Mau tidak mau Anya mengaku karena bukan tanpa alasan Edgar membawanya ke sini.“Jadi benar, kamu yang memberitau Pilot itu? Berapa dia membayarmu? Apa sejumlah tagihan kartu kreditku yang kamu gunakan? Atau karena hal lain? Cinta misalnya? Aku yakin pria seperti dia tidak akan mengeluarkan sepeserpun uangnya untuk perempuan yang tidak dia cintai ... jadi kamu memberikan tubuh kamu secara cuma-cuma? Dasar murahan!”Plak!Napas Anya memburu, rahangnya mengatup dengan mat
“Grandpa pasti benci sama aku ya, Pak?”“Bukan cuma kamu ... aku juga, kredibilitas aku bisa saja hancur dan mungkin akan berdampak pada perusahaan yang aku pimpin.”“Sebesar itu dampaknya?”Nicholas menganggukan kepala. “Kebanyakan klien potensial hadir pada pesta tadi malam.”“Ya ampun, Pak ... gimana donk? Seharusnya Pak Niko nurut sama Vania, umumin perceraian kita biar dia enggak buka mulut.”“Dan melepaskan kamu, enggak Aya ... aku akan tetap bersama kamu meski harus memulai semua dari awal lagi.” Yang sayangnya Nicholas ucapkan dalam hati padahal kalimat itu akan begitu romantis dan menyentuh jika diucapkan secara langsung.Pada kenyatanyaannya Nicholas menarik kepala Ayara agar terbenam di dadanya lalu mengusap lembut menggunakan tangan kokohnya.“Aku enggak mau Pak Niko jadi susah.” Ayara melirih dan mendapat kecupan di kepala dari Nicholas.“Kalau begitu, berhenti meminta cerai.” Ayara tertawa pelan. “Kalau udah tau Pak Niko sayang sama aku gini, enggak mungkin lah aku min
“Grandpa pasti benci sama aku ya, Pak?”“Bukan cuma kamu ... aku juga, kredibilitas aku bisa saja hancur dan mungkin akan berdampak pada perusahaan yang aku pimpin.”“Sebesar itu dampaknya?”Nicholas menganggukan kepala. “Kebanyakan klien potensial hadir pada pesta tadi malam.”“Ya ampun, Pak ... gimana donk? Seharusnya Pak Niko nurut sama Vania, umumin perceraian kita biar dia enggak buka mulut.”“Dan melepaskan kamu, enggak Aya ... aku akan tetap bersama kamu meski harus memulai semua dari awal lagi.” Yang sayangnya Nicholas ucapkan dalam hati padahal kalimat itu akan begitu romantis dan menyentuh jika diucapkan secara langsung.Pada kenyatanyaannya Nicholas menarik kepala Ayara agar terbenam di dadanya lalu mengusap lembut menggunakan tangan kokohnya.“Aku enggak mau Pak Niko jadi susah.” Ayara melirih dan mendapat kecupan di kepala dari Nicholas.“Kalau begitu, berhenti meminta cerai.” Ayara tertawa pelan. “Kalau udah tau Pak Niko sayang sama aku gini, enggak mungkin lah aku min
“Aww ... sakit, Edgar! Apa kamu enggak bisa pelan-pelan!” Anya menggerutu ketika pria berperawakan tinggi besar itu menyeretnya ke area lain resort.Sepertinya Anya harus merasa khawatir karena Edgar membawanya ke pinggir pantai yang dekat dengan hutan.“Edgar ... stop!! Kamu mau membunuhku?” Anya menghentikan langkahnya, alarm dalam dirinya berbunyi, ia mulai was-was.“Bila perlu, aku akan membunuhmu!” ujar Edgar dengan sorot mata tajam.“Edgar ... please! Oke, aku tau kenapa kamu membawaku ke sini ... aku minta maaf.” Mau tidak mau Anya mengaku karena bukan tanpa alasan Edgar membawanya ke sini.“Jadi benar, kamu yang memberitau Pilot itu? Berapa dia membayarmu? Apa sejumlah tagihan kartu kreditku yang kamu gunakan? Atau karena hal lain? Cinta misalnya? Aku yakin pria seperti dia tidak akan mengeluarkan sepeserpun uangnya untuk perempuan yang tidak dia cintai ... jadi kamu memberikan tubuh kamu secara cuma-cuma? Dasar murahan!”Plak!Napas Anya memburu, rahangnya mengatup dengan mat
“Pak Niko, ayo kasih tau grandpa.” Ayara setengah merengek mengatakannya.“Ada apa sebenarnya ini Niko?” Erlangga sampai harus mendesak Nicholas agar mau bicara tapi Nicholas menutup mulutnya rapat-rapat.“Jadi kamu akan tetap diam, Niko?”Kali ini Nicholas mengalihkan tatapannya kepada Vania.“Memang kalau aku diam, kamu mau apa?” Nicholas menantang.“Paaaak!” Ayara mengerang frustasi.Apa Nicholas sengaja ingin membongkar rahasia mereka?Tidak ‘kah Nicholas tau apa dampaknya bagi Ayara?Vania tertawa jengah kemudian ia memanggil seseorang dengan gerakan tangannya.Entah siapa pria itu, tapi begitu patuh seolah sudah dipersiapkan sebelumnya datang mendekat membawa beberapa lembar kertas.Ayara bertanya-tanya kertas apa yang sedang dipegang Vania.“Silahkan Grandpa, Om dan Tante baca baik-baik isi surat Perjanjian Pernikahan Kontrak antara Ayara dan Niko,” ucap Vania sambil membagikan kertas tersebut.Malvino merebut paksa salah satu kertas dari tangan Vania.Ayara melorotkan bahunya,
Sesampainya di resort, keduanya tidak banyak bicara meski berada dalam cottage yang sama.Ayara dan Nicholas membersihkan tubuh terlebih dahulu sebelum menghadiri pesta ulang tahun Bagaskara yang akan digelar setelah malam tiba.Mengetahui jika seluruh keluarga telah berkumpul membuat jantung Ayara menaikan tempo debaran.Ayara khawatir Vania akan menggila dan membongkar semuanya, apa sebaiknya ia pura-pura sakit dan tidak menghadiri pesta ulang tahun Bagaskara?Melihat kecemasan di wajah istrinya, Nicholas pun mendekat lalu berdiri tepat di depan Ayara.“Kamu udah siap?” Nicholas bertanya seraya menyentuh pipi Ayara dengan punggung jarinya.Ayara menggelengkan kepala kemudian rasa mual tiba-tiba mendesak perutnya merangkak naik ke kerongkongan.Ayara berlari ke kamar mandi untuk menuntaskan rasa mual.“Kamu gugup, Aya ... kamu terlalu takut dengan ancaman Vania.” Nicholas memijat tengkuk Ayara tanpa enggan melihat muntahan yang keluar dari mulut istrinya.“Keluar, Pak ... ini menjiji
“Niko!” seru Vania memanggil.“Ya,” balas Nicholas dengan mata dan jari yang masih sibuk dengan ipadnya.Nicholas memang gila kerja, hidup satu tahun bersama Nicholas sudah tidak aneh lagi bagi Ayara melihat Nicholas yang selalu menempel dengan gadget canggih itu bahkan ketika mereka selesai bercinta—terkadang Nicholas akan kembali kepada Macbook atau ipadnya.“Niko! Kamu dengar aku, enggak?” Vania meninggikan nada suara karena diabaikan Nicholas.Nicholas mendongak dari layar ipad. “Mau apa?” tanya Nicholas lembut penuh kesabar.“Mbak Vania enggak liat pak Niko lagi kerja apa?”Nicholas sampai menoleh takjub ke arah sang istri yang duduk di samping karena berani speak up membelanya.“Diam kamu, hanya istri kontrak lagaknya udah kaya istri beneran.” Vania sama sekali tidak menahan suaranya.Elza yang saat itu baru saja memberikan selimut untuk Ayara langsung menghentikan langkah dan Alana yang tidak benar-benar tidur seketika membuka penutup mata, menegakan tubuh dan membelalakan mat
Kali ini Ayara menaiki privat jet Nicholas bukan sebagai Pramugari melainkan sebagai penumpang.Elza dan Anya yang mengetahui pemutusan kerja itu langsung berhamburan memburu Ayara yang baru saja menaiki tangga pesawat.“Kenapa tiba-tiba resign, Ra?” Elza langsung bertanya mewakili para air crew.Abinawa sampai keluar dari kokpit untuk mendengar penjelasan Ayara.Ayara menggelengkan kepala. “Gue enggak tau salah apa tiba-tiba dapet surat itu.”Ayara terduduk lemas selemas-lemasnya di kursi sementara yang lain berdiri mengelilingi Ayara masih belum puas dengan penjelasan Ayara tadi.“Pak Niko enggak bilang apa-apa, Ra?” Ferdy yang bertanya dan gelengan kepala yang ia dapatkan dari Ayara.“Masa suami istri enggak cerita? Lo kali yang enggak mau nanya sama pak Niko ... pak Niko pasti punya alasan, mungkin karena merasa udah waktunya aja lo berhenti ... lagian lo istri pemilik perusahaan ini masa jadi Pramugarinya pak Niko.” Yogi mengemukakan pendapatnya.“Kamu tau sendiri kalau pak Niko
“Jangan pergi, Nik.” Vania memohon.Nicholas yang sedang mengancingkan kemejanya di depan cermin kemudian berbalik.“Aku sudah mendapatkan kemeja ganti, jadi aku sudah bisa pulang.”Nicholas mendapat telepon dari Ayah Vania yang mengabarkan bahwa Vania muntah-muntah hebat, entah karena efek obat atau karena hal lain.Nicholas yang kebetulan baru saja meeting dengan klien dan berada tidak jauh dari rumah Vania langsung datang tanpa pikir panjang.Vania masih muntah-muntah ketika Nicholas datang hingga muntahan Vania mengenai kemejanya.Akhirnya Nicholas meminta Revan membelikan kemeja baru dan selama menunggu Revan, Nicholas bersedia menemani Vania yang masih terlihat lemas padahal sudah dinyatakan sehat sehingga diperbolehkan pulang oleh dokter.Nicholas bersedia menggendong Vania ke kamar mandi untuk menuntaskan rasa mual, Nicholas juga mau menyuapi Vania makan siang dan menemaninya tidur.Untuk Vania, ia relakan waktu setengah hari. Hanya demi kisah cinta mereka yang indah di masa l
“Kemarin Revan bilang katanya si mantan tunangan pak Niko memang nyusulin pak Niko sampe ke Surabaya tapi pak Niko enggak tidur satu kamar karena Revan yang booking kamar untuk si perempuan itu dan membelikan tiket pesawat keesokan harinya ... kalau kata Revan sih, pak Niko keliatan kesel sama perempuan itu sampe sarapan pagi enggak mau nemuin,” tutur Elza memberitau apa yang diceritakan Revan.Mereka sedang berada di sebuah Mall termewah di kota Jakarta, mengunjungi banyak butik mencari gaun untuk pesta ulang tahun Bagaskara.“Oh gitu Mbak?” Ayara sampai menghentikan langkahnya, menghadapkan tubuh pada Elza dengan sempurna.“Mbak enggak bohong, kan?” Ayara mencengkram kedua tangan Elza erat mencari keyakinan.“Ngapain gue bohong, Ra ... lo jangan sedih ya, pak Niko memang beneran sayang sama lo ... kayanya mantan tunangannya itu datang karena tau pak Niko udah nikah ... sama kaya Abinawa, sekarang dia ngebet banget sama elo karena tau lo udah nikah, jadi tantangannya lebih besar aja
“Ya, Van?” Nicholas menjawab panggilan Revan sambil melangkah keluar dari ruang makan diikuti Ayara yang hendak mengantar hingga pintu.Meski sedang perang dingin, tetap saja Ayara melayani suaminya dengan baik.Mungkin karena amarah di hatinya berhasil diredam oleh perasaan cintanya yang lebih mendominasi.Terlebih di sisa umur pernikahan mereka, Ayara ingin sempurna dalam melayani Nicholas.“Pak, maaf saya terlambat ke kantor ... saya sedang di kantor polisi untuk membuat laporan kehilangan.” Revan menginformasikan.Nicholas menghentikan langkahnya. “Apa yang hilang, Van?”“Saya dijambret, Pak! Hari ini saya pergi ke kantor menggunakan MRT lalu saat hendak turun dari MRT saya dijambret ... tas berisi Ipad, dompet dan beberapa berkas yang saya bawa pulang ke rumah dibawa lari oleh dua orang penjambret beruntung saya menyimpan hape di saku jas bagian dalam.” Revan menjawab kental dengan perasaan bersalah.“Apa kamu terluka?” Nicholas lebih concern kepada Revan dari pada Ipad dan semua