“Pak Niko,” gumam Ayara melihat suaminya ada di dapur.
Bukannya Nicholas berada di rumah sakit?Ayara tidak mengira, Nicholas akan pulang karena ini weekend. Ia pikir Nicholas menginap sampai Vania diijinkan pulang.Nicholas membalikan badan tiba-tiba dengan satu cangkir kopi di tangan.“Udah bangun?” Dan pria itu bertanya dengan santainya.Ayara tidak menjawab, membalikan badan masuk kembali ke kamar untuk membasuh wajah di kamar mandi.Jika di masa lalu Nicholas yang malas menjawab pertanyaan Ayara, sekarang sebaliknya.Ayara enggan sekali menjawab pertanyaan-pertanyaan Nicholas yang semestinya tidak perlu ditanyakan.“Ya ampun, mata aku bengkak.” Ayara membasuh lagi matanya dengan air dingin berharap bengkak tersebut hilang.“Kenapa mata kamu bengkak? Mau ke dokter?” Suara bariton sexy itu membuat Ayara menoleh dengan mata melebar.Sejak kapan Nicholas berdiri d“Ya, Van?” Nicholas menjawab panggilan Revan sambil melangkah keluar dari ruang makan diikuti Ayara yang hendak mengantar hingga pintu.Meski sedang perang dingin, tetap saja Ayara melayani suaminya dengan baik.Mungkin karena amarah di hatinya berhasil diredam oleh perasaan cintanya yang lebih mendominasi.Terlebih di sisa umur pernikahan mereka, Ayara ingin sempurna dalam melayani Nicholas.“Pak, maaf saya terlambat ke kantor ... saya sedang di kantor polisi untuk membuat laporan kehilangan.” Revan menginformasikan.Nicholas menghentikan langkahnya. “Apa yang hilang, Van?”“Saya dijambret, Pak! Hari ini saya pergi ke kantor menggunakan MRT lalu saat hendak turun dari MRT saya dijambret ... tas berisi Ipad, dompet dan beberapa berkas yang saya bawa pulang ke rumah dibawa lari oleh dua orang penjambret beruntung saya menyimpan hape di saku jas bagian dalam.” Revan menjawab kental dengan perasaan bersalah.“Apa kamu terluka?” Nicholas lebih concern kepada Revan dari pada Ipad dan semua
“Selamat pagi menjelang siang teman-teman. Berhubung Capt. Daniel sedang mengalami musibah, maka sampai beliau bisa kembali terbang, posisinya akan digantikan oleh Captain Abinawa Bayanaka.” Deg. Jantung Ayara seakan berhenti sepersekian detik. Ia yang sedang bercermin merapihkan penampilannya sebagai pramugari, dengan posisi memunggungi tim, hanya bisa mematung dengan napas tertahan. Seharusnya ia lebih detail membaca chat di grup. Tadi Ayara hanya membaca bagian Capt. Daniel yang mengalami kecelakaan, tapi Ayara tidak membaca lebih lanjut siapa penggantinya. Ayara tidak menyangka, ternyata dunia mempertemukannya dengan sang mantan tunangan yang telah berkhianat dengan sahabatnya sendiri. Saat itu, Ayara yang tidak kuat menghadapi keduanya memutuskan untuk keluar dari maskapai tersebut, hingga berlabuh di perusahaannya yang sekarang—menjadi awak kabin dari perusahaan penyewa jet pribadi. Lantas, bila mengetahui Abinawa yang menggantikan Capt. Daniel—apakah ia akan menghindar den
Ayara refleks berdiri, ia menunduk menyembunyikan rona merahdi wajah.“Maaf Pak ... sekali lagi saya minta maaf.” Ayara mundurteratur kemudian pergi setelah berkata demikian.Kejadian tidak sengaja itu diketahui oleh air crew besertaseluruh passanger hingga membuat Malvino tergelak sambil bertepuk tangan.“Nah, gitu dong! Move on, Bro!” seloroh Malvino yangterlihat begitu semangat.Adik kandungnya itu memang terkenal dingin terhadap paragadis kecuali gadis bernama Vania, mantan tunangannya.Saat ini Vania sedang merintis karir sebagai seorang aktrisdi Hollywood.Seluruh keluarga telah mengetahui dan menghargai putusnyapertunangan antara Nicholas dan Vania.Nicholas terlihat tegar dan mengatakan jika ia merelakanVania berkarir di Hollywood.Tapi pihak keluarga tau jika Nicholas tidak baik-baik sajakarena dua tahun telah berlalu dan Nicholas belum juga mendapat penggantiVania.Malvino melempar ipad ke meja di depannya membuat Nicholasmendongak dari ponsel yang sedang ia gengg
“Mau ngapain?” Elza bertanya saat melihat Ayara berhamburanke arahnya.“Pak Niko minta wine, yang mana katanya wine kesukaan dia?Cepetaaan.” Ayara membuka setiap kabinet di pantry berusaha mencari winefavorite sang tuan muda.“Cie, yang tadi dipangku pak Niko ... ampe stress ginipadahal cuma diminta bawaiin wine, nih wine-nya ... enggak kaliatan ya sakinggrogi.” Elza menyodorkan satu botol wine ke depan Ayara.Tim Ayara mendapat pelatihan khusus sebelum melayani sangowner sehingga mereka sudah mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai sipemilik perusahaan ini yang notabene terkadang keinginannya berbeda denganmanusia normal pada umumnya.Ayara langsung memeluk wine itu sambil mengembuskan napaslega.“Ini masalah hidup dan mati, Mbak ... kalau dia sampe kecewabisa diganti tim kita.”Hal ini sangat penting bagi Ayara karena menjadi air crewNicholas mendapatkan gaji dan bonus lebih besar dibanding air crew yangmelayani penyewa privat jet.“Ooooh, bukan karena ingin memika
“Flight attendant prepare for arrival.” Suara beratAbinawa yang mengalun merdu itu membuat Elza, Anya dan Ayara mengembuskan napaslega.Kurang lebih mereka mengudara selama lima belas jam, longhaul flight yang melelahkan.Akhirnya mereka tiba di sebuah pulau pribadi milik Lazuardyyang masih terletak di Asia Tenggara.Pulau yang cukup luas itu memiliki landasan pesawat terbangsendiri karena di sana terdapat resort mewah yang memiliki fasilitas di atashotel bintang lima, hanya mampu di sewa oleh artis terkenal, pengusaha suksesdan para pemimpin Negara juga para Sultan di Dunia.Flight attendant segera mengecek keadaan penumpang.Toilet beserta kamar di kabin belakang tidak luput daripengecekan.Malvino dan Sera keluar dari kabin kamar setelah Anyamengetuk pintunya.Malvino keluar sambil mengancingkan kemejanya dan raut wajahpria itu tampak kesal karena kegiatan bercintanya harus terganggu turbulance.“Flight attendant landing station.”Informasi dari Abinawa tersebut mengharus
Demi apapun suara berat itu masih mampu membuat Ayarameremang.Ingatan tentang masa indah ketika keduanya masih merajutkasih terlintas begitu saja dalam benak Ayara.Bagaimana cara Abinawa menciumnya, menyentuh hingga mengecupsekejur tubuhnya dengan bibir tebal pria itu yang menawan.Hanya saja Ayara belum sempat merasakan milik Abinawa yangberada di dalam celananya, yang kata banyak perempuan memiliki ukuran di luarnormal—mereka mengetahuinya meski baru pertama bertemu Abinawa.Entah sejak kapan para wanita melihat sesuatu yang bersarangdi dalam celana seorang pria sebagai first impression,bukan tampang jugaakhlaknya.Sentuhan di pundak membuat Ayara menghela kasar tanganAbinawa yang kini telah duduk di barstool di sampingnya.“Jangan sentuh,” kata Ayara dengan tatapan tajam.“Galak banget sih, Ay.”Ayara benci panggilan itu.Sang gadis tidak menanggapi, menghadapkan tubuhnya lurus kedepan menyaksikan pertunjukan musik yang dipersembahkan untuk si pemilik acaradan tamu unda
“Kenalin, pacar Niko.”Nicholas merangkul pundak Ayara hingga gadis yang sedang melongo bingung itu menempel tanpa jarak dengan tubuhnya.Tentu saja Nicholas langsung mendapat tatapan penuh tanya dari Ayara.Kening gadis itu berkerut dan bibir sensualnya terbuka sebagian.Nicholas meremat pundak Ayara memberi kode agar gadis itu menurut dengan apa yang sedang ia kondisikan.Ayara gadis yang cerdas sehingga bisa membaca kode dari Nicholas.“Enggak mungkin, kalian baru pertama kali ketemu hari ini,” tukas Malvino sanksi.Mana bisa Malvino percaya begitu saja, selama lima belas jam berada di pesawat bersama Nicholas—Malvino tidak melihat tanda-tanda sang adik flirting terhadap gadis yang katanya kekasihnya itu.“Gue yang minta Revan mengganti air crew dengan tim dia.” Nicholas yang lupa nama Ayara pun memberi alasan kemudian menatap Ayara lagi, mengendik sedikit memberi kode agar Ayara memperkenalkan diri.Perlahan—sedikit bergetar tangan Ayara terlulur. Mimpi apa dia semalam sampai har
“Pak! Tunggu!” Ayara mengejar Nicholas yang melangkahkan kakinya lebar menuju sebuah cottage.Pria itu mengatakan bahwa Ayara harus mengikutinya tapi malah meninggalkannya.Saat ini Ayara menggunakan stiletto tinggi, susah payah ia berjalan menyusuri jalan dengan teksture tidak rata.Jangan harap Nicholas mau mendengar perintah Ayara, selama ini dirinya yang memerintah dan ia tidak pernah menerima perintah dari orang yang baru dikenalnya.“Ups!” Ayara nyaris keseleo jika saja Revan tidak segera menangkap pinggangnya.Ayara sendiri tidak mengetahui sejak kapan Revan berjalan di belakang mengikutinya.Ternyata ditengah-tengah acara, Nicholas memberi kode dengan tatapan mata kepada Revan agar pria itu mengikutinya ke cottage karena ada yang harus mereka bertiga bicarakan.“Maaf, Pak ...,” sesal Ayara sekaligus berterimakasih.“Enggak apa-apa, ayo saya bantu.” Revan menawarkan diri.“Enggak usah, Pak ... saya bisa.” Ayara menegakan tubuhnya lalu mulai melanjutkan langkah.Ternyata adegan
“Ya, Van?” Nicholas menjawab panggilan Revan sambil melangkah keluar dari ruang makan diikuti Ayara yang hendak mengantar hingga pintu.Meski sedang perang dingin, tetap saja Ayara melayani suaminya dengan baik.Mungkin karena amarah di hatinya berhasil diredam oleh perasaan cintanya yang lebih mendominasi.Terlebih di sisa umur pernikahan mereka, Ayara ingin sempurna dalam melayani Nicholas.“Pak, maaf saya terlambat ke kantor ... saya sedang di kantor polisi untuk membuat laporan kehilangan.” Revan menginformasikan.Nicholas menghentikan langkahnya. “Apa yang hilang, Van?”“Saya dijambret, Pak! Hari ini saya pergi ke kantor menggunakan MRT lalu saat hendak turun dari MRT saya dijambret ... tas berisi Ipad, dompet dan beberapa berkas yang saya bawa pulang ke rumah dibawa lari oleh dua orang penjambret beruntung saya menyimpan hape di saku jas bagian dalam.” Revan menjawab kental dengan perasaan bersalah.“Apa kamu terluka?” Nicholas lebih concern kepada Revan dari pada Ipad dan semua
“Pak Niko,” gumam Ayara melihat suaminya ada di dapur. Bukannya Nicholas berada di rumah sakit? Ayara tidak mengira, Nicholas akan pulang karena ini weekend. Ia pikir Nicholas menginap sampai Vania diijinkan pulang. Nicholas membalikan badan tiba-tiba dengan satu cangkir kopi di tangan. “Udah bangun?” Dan pria itu bertanya dengan santainya. Ayara tidak menjawab, membalikan badan masuk kembali ke kamar untuk membasuh wajah di kamar mandi. Jika di masa lalu Nicholas yang malas menjawab pertanyaan Ayara, sekarang sebaliknya. Ayara enggan sekali menjawab pertanyaan-pertanyaan Nicholas yang semestinya tidak perlu ditanyakan. “Ya ampun, mata aku bengkak.” Ayara membasuh lagi matanya dengan air dingin berharap bengkak tersebut hilang. “Kenapa mata kamu bengkak? Mau ke dokter?” Suara bariton sexy itu membuat Ayara menoleh dengan mata melebar. Sejak kapan Nicholas berdiri d
Ayara menoleh ke samping ketika Nicholas hendak mencium bibirnya membuat bibir Nicholas mendarat di pipi. Tangan Nicholas terangkat mengapit dagu Ayara mempertemukan kembali tatapan mereka. Ayara menatap Nicholas kesal tidak seperti Nicholas yang sorot matanya tampak teduh. Mata Nicholas tertuju pada bibir Ayara, beberapa hari ini Ayara menghindarinya, raut wajah cantik Ayara pun selalu masam. Ia merindukan bibir Ayara juga tubuhnya, desahannya, Nicholas merindukan ada di dalam Ayara menghentak tubuh sexy itu kuat-kuat. Nicholas jadi berhasrat memikirkan bagaimana panasnya mereka ketika bercinta. “Apa salahku, Aya?” Pertanyaan Nicholas itu semakin membuat Ayara kesal. Ayara mendorong dada Nicholas hingga mundur beberapa langkah. “Kapan Pak Niko mau masukin gugatan cerai?” Ayara bertanya sambil membelakangi Nicholas. “Kenapa? Kamu ingin bersama Abinawa lagi?” tuduh
Ayara berdiri mematung beberapa langkah dari Nicholas, pria itu baru tiba pukul tiga pagi padahal menurut Elza—pesawat yang ditumpangi Revan dan Nicholas bertolak dari Surabaya pukul empat sore. Lalu ke mana suaminya pulang setelah tiba di Jakarta? Kenapa baru sampai di rumah pukul tiga dini hari? “Aya.” Satu kata itu yang keluar dari bibir Nicholas dengan ekspresi datar di wajahnya yang tampak lelah. Ayara melangkah mendekat, mengambil alih tas dan jas dari tangan Nicholas. Tanpa berucap, Ayara membalikan tubuh membawa tas beserta jas ke kamar. Kening Nicholas berkerut melihat perbedaan prilaku istrinya, tidak kah Ayara merindukannya? Nicholas berpikir jika Ayara akan berhamburan memeluknya dengan memberikan banyak kecupan. Namun sekarang Nicholas terlalu lelah untuk berdebat jadi mengabaikan sementara sikap acuh istrinya. Sampai keduanya berada di atas ranjang pun, tidak ada
Rasa panas menyerang dada Vania mengetahui Nicholas memberi nama ‘Love’ pada nomor ponsel istri kontraknya. Tentu hal itu adalah sebuah kesengajaan karena Nicholas telah mencintainya. Vania mengetatkan rahang, ekspresi cantiknya berubah masam. Apa yang dikatakan Abinawa benar, jika ia tidak pulang secepatnya maka akan kehilangan Nicholas untuk selamanya. Tidak bisa dibiarkan, ia harus merebut Nicholas kembali. “Vania, kamu baik-baik aja?” Nicholas yang baru saja kembali dari toilet bertanya demikian karena melihat wajah Vania yang pucat. Vania berusaha mengembangkan senyum lalu mengangguk. “Aku akan menginap dan pulang sama kamu lusa,” cetus Vania memberitau bukan meminta ijin. “Oke, aku akan meminta Revan memesan satu kamar lagi untukmu.” Nicholas meraih ponsel untuk menghubungi Revan tapi tangan Vania menahan. “Kenapa kita enggak tidur satu kamar? Bukannya kita selalu tidur
Seharusnya Ayara tau jika pada perayaan pesta ulang tahun Ferdi tahun ini pasti Abinawa juga hadir.Ayara jadi enggan masuk ke lounge di mana pesta ulang tahun Ferdi berlangsung tapi ketika lift ini terbuka, banyak pasang mata telah menangkap kehadirannya.Mau tidak mau Ayara melangkah keluar dan menyapa mereka satu persatu.“Ayara!” Yang berulang tahun memanggil.“Hai Fer, happy birthday ya.” Ayara berujar disertai kecupan di pipi dan kanan Ferdi lalu memberikan sebuah kado dengan paper bag merk ternama dunia.“Thanks Aya, kado dari lo paling mahal kayanya . ..,” celetuk Ferdi sambil mengangkat kado pemberian Ayara.“Itu dari pak Niko.” Ayara memberitau karena ia mana mampu membelikan Ferdi ikat pinggang seharga belasan juta.Ayara jadi ingat ketika meminta ijin Nicholas untuk pergi ke ulang tahun Ferdi, suaminya langsung memberi ijin tanpa perlu dipaksa.Biasanya Nicholas akan posesif apalagi jika berhubungan dengan Abinawa.Tidak mungkin ‘kan Nicholas lupa bahwa pada pesta ulang ta
“Niki!”Danita mendorong pintu ruang kerja putranya sambil berseru demikian.Revan dan Nicholas beserta tiga orang Direktur di bawah kepemimpinan Nicholas pun menoleh seketika ke arah pintu.“Bisa kita bicara?” Danita memaksa.Nicholas mengembuskan napas, mengalihkan perhatiannya kembali pada tiga orang Direktur yang sedang ia beri pengarahan.“Oke, kita akhiri sampai di sini ... laporkan secara berkala apa yang saya minta tadi.” Nicholas mengakhiri meeting privat tersebut.Tiga orang paruh baya yang merupakan bawahan Nicholas kemudian keluar setelah menyapa Danita dengan memberikan anggukan penuh hormat.“Revan, bawakan saya orange juice.” Danita meminta sebelum Revan menawarkan.“Baik, Bu.” Revan pergi tanpa lupa menutup pintu.“Ada apa, Mi.” Nicholas bertanya malas-malasan.Pasalnya sang mami tercinta bisa saja akan menyusahkannya jika sampai datang ke kantor seperti ini.“Mami dengar Vania pulang, dia gagal di Hollywood,” cetus Danita memulai.Nicholas menganggukan kepala membenar
Ayara mengerjap merasakan berat di bagian pinggangnya. Ternya ada tangan kokoh melingkar di sana. Membalikan tubuh dan mendapati wajah suaminya yang begitu lelap tertidur. Bukannya pria itu pergi menemui Vania dan mengatakan akan menjemputnya hari ini? Apa tadi malam itu mimpi? Atau dirinya yang masih bermimpi sekarang? Ayara mengucek matanya lalu membuka perlahan dan wajah tampan Nicholas masih ada dalam pandangan. Disentuhnya rahang tegas dengan bulu halus itu, begitu nyata di telapak tangan Ayara. Ayara menatap nanar wajah suaminya, berlama-lama memuaskan indera penglihatannya untuk ia rekam dalam ingatan karena mungkin kata pertama yang akan Nicholas lontarkan ketika membuka mata adalah ajakan bercerai. Ayara mengecup kening Nicholas lalu turun ke hidung dan berakhir di bibir. Ketika Ayara hendak menjauhkan wajahnya—Nicholas malah menarik tengkuk Ayara untuk me
Rumah Kanjeng Mami yang tidak terlalu besar dan berdempetnya antar kamar membuat Nicholas harus ekstra pelan menghentak Ayara agar tidak terdengar suara pertemuan kulit mereka. Ayara juga harus menahan desahannya sekuat tenaga padahal hujaman Nicholas dengan tempo lambat tapi dalam itu membuat Ayara tidak dapat lagi menampung rasa nikmat yang Nicholas suguhkan. Mereka sedang dalam kunjungan rutin ke rumah Kanjeng Mami kemudian tiba-tiba Nicholas menginginkannya dan Ayara tidak mungkin menolak. “Pak, emmmhh ....” Ayara mendesah lalu menggigit bibir bagian bawahnya. Sementara itu, Nicholas juga terlihat sedang menahan erangan. Kenapa rasanya berbeda jika dilakukan dengan tempo lambat, ia merasakan kenikmatan yang tak terperi ketika miliknya keluar masuk lembah Ayara. Sebentar lagi Nicholas akan sampai, ia merendahkan tubuhnya—merajai leher Ayara dengan banyak kecupan. Ayara membusungkan dada, kakinya i