Malik masih di dalam gedung, dan baru saja selesai bicara dengan para penyewa gedung dan beberapa karyawannya.“Aku akan menghubungi vendor yang terbaik segera Pak. Agar perbaikan gedung segera dilaksanakan!” ucap Sandri sebagai penanggung jawab gedung.“Iya, laksanakan segera. Dan jangan lupa, sebelum itu urus dulu perairan dan listrik di gedung aman,” sahut Malik. Pria muda yang terlihat tidak jauh berbeda umur dari Malik itu menganggukkan kepalanya. Kemudian ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang setelah melihat Malik atasannya pergi meninggalkannya.***Matahari sangat terik, bahkan sangat terasa walaupun berada di dalam ruangan ber-AC sekali pun. Rasa lelah sangat cepat menyerang, dan dahaga selalu melanda setiap orang siang itu.Tapi Malik, tidak peduli seberapa terik matahari saat itu. Ia segera menancapkan gas mobilnya dengan cepat. Ia ingin segera sampai di rumah dan bertemu dengan istrinya. Karena sejak tadi pria tampan itu merasa gelisah.“Ya Allah, kenapa r
Hari sudah gelap, keramaian para tamu yang datang sudah tidak terdengar lagi saat ini. Anita dan Malik berjalan bersama menuju kamar hotel yang tidak jauh dari gedung pernikahan yang mereka sewa. Hanya keheningan yang ada di antara mereka. Anita sesekali menundukkan pandangannya ketika ada pria lain yang lewat di hadapannya.“Kamu kenapa?” tanya Malik memecahkan keheningan di antara mereka berdua.“Apa?” Anita bertanya kembali karena tidak mengerti maksud dari Malik. Malik dan Anita masuk ke dalam lift.Dengan nada cuek Malik berkata, “Nggak usah kamu tundukkan pandanganmu hanya karena kita sudah menikah, lagi pula baik kamu dan aku sama-sama terpaksa bukan?” Mereka keluar dari lift dan wanita berhijab itu masih diam dan tidak menjawab. Malik berjalan lebih dulu dari Anita. Karena ia ingin segera masuk ke dalam kamar.Tiba-tiba Malik berhenti dan menoleh ke belakang, “Oh ya, malam ini kamu tidur di sofa aja. Aku dengar sofa di hotel ini sangat besar,” ucapnya.Anita terdiam dengan m
Karena lift sudah mulai turun dari lantai dimana kamar mereka berada. Malik menunggu lift lagi untuk bisa naik ke atas. Tapi setelah beberapa menit lift yang ia tunggu tidak juga kunjung tiba.Malik pun membuka ponselnya dan mulai menghubungi Anita. Tapi wanita yang ia telepon itu tidak menjawab sama sekali. Akhirnya ia memutuskan untuk naik tangga darurat.Sembari berlari Malik menghubungi staf hotel dan menceritakan apa yang ia dengar dari pria tadi. Dan meminta pihak hotel untuk memeriksa kamar tersebut. Setelah itu Malik kembali menghubungi Anita.“Ini kenapa nggak mau angkat telepon sih? Ngapain dia?” gerutu Malik kesal. “Nanti kalau dia kenapa-kenapa aku juga yang kena marah Mama,” sambungnya.Sesampainya Malik di depan kamar hotel, ia segera masuk. Lalu ia melihat Anita baru saja keluar dari kamar mandi dengan raut wajah menahan rasa sakit.Malik menghampirinya dengan raut wajah marah yang terlihat jelas. Tanpa diberi instruksi, tubuh Anita spontan melangkah mundur melihat suam
“Kemarin kamu mencoba menundukkan pandangan dari pria lain, dan sekarang kamu tersenyum bersama pria lain tanpa ada aku,” cela Malik menatap tajam kedua mata wanita yang berhijab itu. “Apa dia kekasihmu?” sambung Malik.Tatapan dingin Malik terasa sampai menusuk tulang. Kedua bibir Anita seperti terkunci dan tidak bisa menjawab pertanyaan Malik. Lalu wanita berhijab itu menatap Malik tanpa bisa berpikir apa-apa.Yudha seperti paham apa yang sedang terjadi. Malik pasti salah paham dengan apa semua yang ia lihat. “Apa dia istrimu?” tanya Yudha sebelum ia memberi penjelasan pada Malik.Malik tidak menjawab. Suami dari wanita berhijab itu menarik tangan istrinya meninggalkan tempat itu. Anita masih terdiam dan mengikuti suaminya walaupun sulit baginya untuk menyamai langkah kaki Malik.Mereka berdua masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Malik. Mulut wanita berhijab itu masih terkunci tak bisa berkata apa-apa. Ia ingin bertanya mereka akan kemana pun tidak bisa. Mereka berdua saling di
Sesaat setelah kepergian Lusi, Anita meminta maaf kepada seluruh pelanggan dan akan mentraktir mereka dessert dan minuman gratis untuk mereka semua. Wanita itu merasa tidak enak karena telah membuat para pelanggan tidak nyaman atas apa yang terjadi. Para pelanggan itu tersenyum gembira dan mereka juga mendukung apa yang Anita lakukan itu.Malik melepas paksa tangannya dari genggaman Anita dan pergi dari sana. Kini pria tampan itu juga merasa malu karenanya. Kebenciannya terhadap wanita berhijab itu semakin menjadi. ‘Apa aku ceraikan saja dia,’ pikirnya.Anita melihat punggung Malik dengan rasa sedih. Ia khawatir bahwa tadi dia telah membuat suaminya merasa sakit hati. Ia sebenarnya tidak ingin melakukannya di hadapan semua orang. Tapi amarahnya tadi tidak dapat ia kendalikan, karena entah dari mana asalnya rasa sakit itu tiba dan serasa menusuk jantungnya.Tiba-tiba saja Anita sulit untuk bernapas, rasa menusuk itu semakin terasa di dadanya. Ia belum pernah merasakan sakit seperti itu
Anita menghela napas panjang melihat kelakuan suaminya. Entah bagaimana kedepannya hubungan mereka berdua akan terjalin. Apakah dia akan sanggup menghadapi Malik yang seperti itu.Ketika Anita sedang menunggu taksi untuk menuju alamat yang Malik berikan. Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya tanpa aba-aba. Wanita berhijab biru itu mencoba menutupi kepalanya dengan tangan, tapi tetap saja air hujan itu mengenainya.Ia mencoba berlari, tapi ia lupa bahwa ia tidak bisa berlari seperti dulu. Dengan pasrah ia berjalan menuju menuju tempat teduh.Baru beberapa langkah ia berjalan, terdengar suara klakson mobil dari arah jalan. Ia menoleh dan melihat seorang anak laki-laki mengajaknya masuk ke dalam mobil. Anita terkejut karena anak laki-laki itu adalah anak yang ia temui di taman kemarin.“Sini Kak!” ajak anak laki-laki itu.Anita sedikit ragu karena ada Yudha di sana. Anak kecil itu keluar dengan membawa payung dan menarik wanita berhijab masuk ke dalam mobil. “Ayok Kak, nggak usah khawati
Rumah mewah dua lantai milik suami Anita itu sangat elegan. Rumah itu sepi karena Malik memang tinggal sendiri dan tidak menyewa asisten rumah tangga. “Sepertinya Kakak belum pulang,” gumam Anita. Tadi di luar juga ia tidak melihat ada mobil Malik terparkir.Pikiran negatif mulai muncul dibenaknya. Wanita berhijab itu mencoba mengalihkan pikiran negatifnya. Ia tidak ingin berprasangka buruk terhadap suaminya sendiri. “Pikiran negatif akan merusakmu Anita, jadi jangan sia-siakan pikiranmu untuk berpikir negatif.” Ia terus membuat sugesti pada dirinya sendiri agar bisa berpikir positif.Jujur saja sulit baginya saat ini untuk berpikir positif karena apa yang terjadi di cafe kemarin. Tapi wanita berhijab yang In Sya Allah shalihah selalu menanamkan pada dirinya bahwa setiap perkataan dan prasangka itu adalah doa. Jadi semua hal yang ia ucapkan atau yang ia pikirkan haruslah selalu hal yang positif karena siapa tahu Tuhan mengabulkannya tanpa diduga-duga.Anita kini sedang melihat-lihat
Suara rintihan wanita berhijab itu kini mulai reda. Ia sudah bisa menguatkan dirinya kembali untuk berdiri. Tapi tetap saja rasa sedih di dalam hatinya masih sangat terasa, perkataan dan sikap kasar suaminya sangat membekas pada ingatannya. Anita mulai membersihkan segala yang berantakan di dapur itu dengan tangan yang terluka.Hanya dalam beberapa hari kehidupan Anita berubah seratus delapan puluh derajat. Rasa sakit ini lebih dahsyat rasanya dibandingkan dengan kejadian kecelakaan yang pernah ia alami.“Ya Allah kenapa Kak Malik bersikap seperti ini padaku, apa salahku, apa yang telah aku perbuat sehingga membuat Kak Malik marah padaku. Aku harus gimana sekarang Ya Allah?” gumam Anita.Setelah semuanya selesai Anita bereskan, ia pun bersiap ke rumah sakit untuk mengobati lukanya yang baru saja ia dapatkan pagi itu.***Anita sedang duduk menunggu gilirannya masuk untuk diobati di rumah sakit. Cukup banyak yang datang ke rumah sakit hari ini. Jadi wanita berhijab itu menghabiskan ham