Anita menghela napas panjang melihat kelakuan suaminya. Entah bagaimana kedepannya hubungan mereka berdua akan terjalin. Apakah dia akan sanggup menghadapi Malik yang seperti itu.
Ketika Anita sedang menunggu taksi untuk menuju alamat yang Malik berikan. Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya tanpa aba-aba. Wanita berhijab biru itu mencoba menutupi kepalanya dengan tangan, tapi tetap saja air hujan itu mengenainya.Ia mencoba berlari, tapi ia lupa bahwa ia tidak bisa berlari seperti dulu. Dengan pasrah ia berjalan menuju menuju tempat teduh.Baru beberapa langkah ia berjalan, terdengar suara klakson mobil dari arah jalan. Ia menoleh dan melihat seorang anak laki-laki mengajaknya masuk ke dalam mobil. Anita terkejut karena anak laki-laki itu adalah anak yang ia temui di taman kemarin.“Sini Kak!” ajak anak laki-laki itu.Anita sedikit ragu karena ada Yudha di sana. Anak kecil itu keluar dengan membawa payung dan menarik wanita berhijab masuk ke dalam mobil. “Ayok Kak, nggak usah khawatir, masuk aja!” Mau tidak mau Anita pun mengikuti apa yang ia katakan karena ia tidak bisa menolak ajakan anak itu, ia terlalu menggemaskan.“Maafkan aku mobilmu jadi basah,” sesal Anita seraya melihat Yudha begitu ia masuk mobil.Yudha menoleh ke belakang dan menatap Anita, “Nggak apa-apa santai aja, kamu mau aku antar kemana?” tanya Yudha seraya memberikan handuk pada wanita berhijab itu.Tanpa basa-basi Anita memberikan alamat rumah Malik. Karena ia juga sudah merasa risi dengan pakaiannya yang basah.Anak kecil itu terus saja memegang tangan Anita mencoba untuk menghangatkan tubuhnya. Wanita itu tersenyum kemudian mencubit gemas pipi anak kecil itu.“Berapa umurmu sayang?” tanya Anita pada anak itu.“Lima tahun Kak,” jawabnya.“Di sangat menggemaskan bukan?” sahut Yudha.Anita sedikit tersenyum kepada Yudha, “Iya, dia sangat menggemaskan. Namanya siapa?”“Abimanyu, dia adalah anak bibiku keturunan India,” jawab Yudha.Anita seketika tersenyum lebar dan terlihat sangat senang. Anita sangat menyukai film India dan ia pernah ingin bertemu dengan Shahrukh Khan.“Kapan-kapan ajak Kakak ke India boleh?” canda Anita dengan nada seperti anak kecil juga.“Apa kamu benar-benar mau kesana?” tanya Yudha tiba-tiba dan terdengar serius. “Aku akan mengajakmu jika memang kamu menginginkannya,” sambung pria itu.Anita terdiam membisu, tidak ada kata-kata yang terpikir olehnya untuk menjawab pertanyaan Yudha. Wanita berhijab itu tidak percaya ada orang seperti Yudha padahal mereka baru saja bertemu. Dan anak kecil yang bernama Abimanyu itu juga sangat baik walaupun sebelumnya ia malu-malu.Akhirnya Anita hanya bisa tersenyum tanpa bisa menjawab. Yudha juga mengerti bahwa banyak yang dipertimbangkan oleh Anita karena wanita itu sudah bersuami. Yudha juga sebenarnya tahu bahwa salah baginya bertanya seperti itu. Tapi kontrol atas dirinya terlepas darinya begitu saja.Tidak ada percakapan apapun setelah itu sampai pada akhirnya mereka tiba di rumah Malik. Hujan sudah reda sejak tadi, Abimanyu juga tertidur dan masih menggenggam tangan Anita. Yudha membangunkan anak kecil itu dengan memanggil namanya. “Abimanyu kita sudah sampai.”Abimanyu pun bangun dengan sedikit mengucek matanya. Berkali-kali ia mengedipkan matanya agar bisa lebih jelas melihat ke luar. Laki-laki kecil itu terkejut melihat rumah yang ada di hadapannya, rumah itu sangat bagus dan megah. Halamannya begitu luas dan penuh dengan tanaman. Anita turun dari mobil diikuti oleh Abimanyu di belakangnya.“Terima kasih atas tumpangannya, tapi maaf aku tidak bisa mengajak kalian masuk, aku juga baru pertama kali datang ke sini,” ucap Anita sedikit merasa bersalah.“Tidak apa-apa, kamu jangan khawatir … tapi kenapa kamu baru pertama kali ke sini? Bukankah kamu dan pria yang waktu itu???” Yudha tidak mengatakan dengan jelas bahwa pria yang ia maksud adalah suami Anita.Senyuman manis terlukis di bibir Anita mendengar pertanyaan Yudha. “Aku dan suamiku baru saja menikah … di hotel itu kami tinggal sementara untuk bulan madu, dan baru pindah hari ini ke rumah yang benar-benar akan kami tinggali,” jawab Anita.“Em, oke baiklah kalau begitu kami pamit dulu!”“Iya, terima kasih dan maaf Yudha!” ucap Anita.Ada getaran aneh di hati Yudha mendengar Anita memanggil namanya. Ia pun menoleh dan bertanya, “Kenapa minta maaf?”“Soal mobilmu yang basah,” jawab wanita berhijab itu dengan raut wajah bersalah.“Lupakan, sebaiknya kamu segera masuk!”“Baiklah.”Anita pun berbalik dan mulai berjalan menuju rumah. Langkah kakinya yang tidak seimbang terlihat jelas di mata Yudha. Ingin sekali ia membantu wanita itu membawakan barang-barangnya, akan tetapi Yudha tahu bahwa Anita pasti akan dengan tegas menolak.“Kak Yudha aku ingin membantu Kak Anita membawa kopernya,” tutur Abimanyu.Yudha berjongkok dan memegang pipi Abimanyu, “Anak baik, anak pintar. Kakak juga ingin membantunya tapi kita tidak bisa melangkah sejauh itu.”“Kok gitu Kak? Kita kan tinggal jalan aja kesana,” protes Abimanyu.Yudha terkekeh mendengar jawaban Abimanyu, “Sudahlah anak kecil tau apa sih? Ayo kita pulang, nanti sore kamu kan harus latihan piano,” cetus Yudha.Anak kecil itu menepuk pelan kepalanya sendiri dengan telapak tangannya yang mungil, “Oh iya ya, aku lupa. Ayok kita pulang Kak, jika tidak Ma akan marah.”Abimanyu berlari dan masuk ke dalam mobil. Yudha menggelengkan kepalanya terhadap sikap lucu keponakannya itu. Sebelum Yudha pergi, ia menoleh sekilas dan melihat rumah itu untuk sesaat. “Semoga surga yang kau dapatkan di dalam rumah ini,” gumamnya.***Setelah Malik meninggalkan hotel, ia segera menuju rumah Lusi lagi untuk minta maaf padanya. Sejak semalam suami orang itu ingin minta maaf tapi ia tidak bisa menemukan wanita yang telah dihina oleh istrinya itu. Dan kali ini ia bertemu dengan Lusi yang dalam keadaan sedikit mabuk.“Kenapa kamu ke sini?” bentak Lusi dan melemparkan sebuah apel kepada Malik. Dengan sigap Malik mengambil apel itu tanpa panik.“Hah, sikap tenang dan cool-mu memang tidak ada tandingannya,” gumam Lusi. “Wajahmu yang tampan, keluarga kaya dan terpandang, tubuh kekar dan menawan, bagaimana bisa aku membiarkan wanita gila itu merebutmu dari ku,” sambungnya yang masih dalam keadaan mabuk.Lusi berjalan terhuyung-huyung menuju Malik yang berada di dekat pintu masuk rumahnya. Tiba-tiba wanita penggoda itu hampir terjatuh dan dengan segera Malik menghampirinya dan menangkapnya.“Kamu kenapa mabuk-mabukan sih, kan aku udah bilang kamu jangan minum kalau enggak ada aku. Kamu itu nggak kuat mabuk,” cetus Malik.“Ini semua karena istri gilamu, kenapa kamu menikahinya dan bukan menikahiku, aku sudah bersamamu selama 3 tahun tapi inikah yang aku dapatkan dari kesetiaank?” Lusi terus meracau dengan mimik wajah yang dibuat-buat.“Bukan seperti itu, ak—”“Ssst!” Lusi memegang bibir Malik dengan telunjuknya. Wanita penggoda itu tersenyum gila menatap Malik. Ia mengelus-elus wajah pria yang ada di hadapannya dengan manja. Kemudian Lusi memeluknya dengan erat sampai-sampai mereka berdua sama-sama tidak bisa bernapas.Tiba-tiba atmosfer terasa sangat panas sehingga membuat Malik gerah. Ia segera melepaskan pelukan Lusi dari dirinya. Lalu suami Anita itu menggendong Lusi masuk ke dalam rumah.Bersambung…Rumah mewah dua lantai milik suami Anita itu sangat elegan. Rumah itu sepi karena Malik memang tinggal sendiri dan tidak menyewa asisten rumah tangga. “Sepertinya Kakak belum pulang,” gumam Anita. Tadi di luar juga ia tidak melihat ada mobil Malik terparkir.Pikiran negatif mulai muncul dibenaknya. Wanita berhijab itu mencoba mengalihkan pikiran negatifnya. Ia tidak ingin berprasangka buruk terhadap suaminya sendiri. “Pikiran negatif akan merusakmu Anita, jadi jangan sia-siakan pikiranmu untuk berpikir negatif.” Ia terus membuat sugesti pada dirinya sendiri agar bisa berpikir positif.Jujur saja sulit baginya saat ini untuk berpikir positif karena apa yang terjadi di cafe kemarin. Tapi wanita berhijab yang In Sya Allah shalihah selalu menanamkan pada dirinya bahwa setiap perkataan dan prasangka itu adalah doa. Jadi semua hal yang ia ucapkan atau yang ia pikirkan haruslah selalu hal yang positif karena siapa tahu Tuhan mengabulkannya tanpa diduga-duga.Anita kini sedang melihat-lihat
Suara rintihan wanita berhijab itu kini mulai reda. Ia sudah bisa menguatkan dirinya kembali untuk berdiri. Tapi tetap saja rasa sedih di dalam hatinya masih sangat terasa, perkataan dan sikap kasar suaminya sangat membekas pada ingatannya. Anita mulai membersihkan segala yang berantakan di dapur itu dengan tangan yang terluka.Hanya dalam beberapa hari kehidupan Anita berubah seratus delapan puluh derajat. Rasa sakit ini lebih dahsyat rasanya dibandingkan dengan kejadian kecelakaan yang pernah ia alami.“Ya Allah kenapa Kak Malik bersikap seperti ini padaku, apa salahku, apa yang telah aku perbuat sehingga membuat Kak Malik marah padaku. Aku harus gimana sekarang Ya Allah?” gumam Anita.Setelah semuanya selesai Anita bereskan, ia pun bersiap ke rumah sakit untuk mengobati lukanya yang baru saja ia dapatkan pagi itu.***Anita sedang duduk menunggu gilirannya masuk untuk diobati di rumah sakit. Cukup banyak yang datang ke rumah sakit hari ini. Jadi wanita berhijab itu menghabiskan ham
“Anita, kamu pilih pulang bersama suamimu atau kamu akan pergi bersama laki-laki yang bukan muhrim kamu?” tanya Malik dengan terus menatap tajam ke arah Yudha. Anita pun akhirnya perlahan melepaskan diri dari genggaman Yudha dan mendekat pada Malik. “Maafkan Kakak Abimanyu, karena ini adalah hal yang salah bagiku jika terus bersama kalian dan membantah suamiku,” ucap Anita seraya menunduk tanpa menatap Yudha ataupun Abimanyu.Wanita berhijab itu kini mendekat pada suaminya, kemudian Malik menarik Anita untuk pergi meninggalkan Yudha dan Abimanyu. Abimanyu hendak mengejar wanita itu tapi ditahan oleh Yudha. “Jangan Abi, kalau kamu kejar dia. Nanti dia akan dapat masalah yang lebih,” ucap Yudha. Abimanyu pun mulai mundur kembali mendekat pada pamannya itu. “Iya Kak,” ucap Abimanyu. Seharusnya Abimanyu memanggil Yudha dengan panggilan paman, akan tetapi karena umur Yudha masih muda ia pun enggan dipanggil paman.***Kedua suami istri itu kini tiba di rumah. Mereka berdua sama-sama ber
Selama perjalanan pulang ke rumah, Yudha terus saja memikirkan apa yang akan terjadi pada Anita. Mimik wajah Malik membuatnya semakin takut telah terjadi hal buruk pada wanita itu. Wanita itu juga kini dalam keadaan terluka.Rasa takut di dalam hatinya semakin menjadi-jadi. Paman Abimanyu itu menambah kecepatan mobilnya dan mengantarkan Abimanyu pulang terlebih dahulu.***Orang tua Abimanyu sudah menunggu di gerbang rumah. Mereka khawatir dengan kondisi Abi setelah mendapatkan pesan dari Yudha.“Abi!” panggil Ibu Abimanyu begitu Yudha tiba di depan pintu gerbang.Abimanyu keluar dari mobil dan berlari menghampiri Ibu dan Ayahnya. Lalu ia pun memeluk erat Ibunya.“Maafkan Abang ya Yudha, sudah menyusahkan kamu,” ucap Ayah Abimanyu.“Tidak apa-apa Bang … kalau gitu aku pergi dulu ya Bang, soalnya ada urusan lain.” Yudha pun meninggalkan kediaman Abimanyu dan menuju rumah Malik dengan terburu-buru.***Yudha sudah tiba di gerbang rumah Malik. Ia menekan bel rumah itu akan tetapi tidak a
Yudha segera membawa Anita ke rumah sakit swasta kenalannya. Wanita berhijab itu kembali pingsan dalam perjalanan ke rumah sakit.“Sabar, sabar Anita. Aku akan menyelamatkanmu,” ujar Yudha seraya menoleh melihat ke arah Anita.***Sesampainya di rumah sakit, Anita segera ditangani oleh Dokter ahli. Karena sebelumnya Yudha sudah menghubungi temannya terlebih dahulu.“Pras tolong, tolong selamatkan dia, aku mohon,” pinta Yudha dengan panik.Pras memegang bahu Yudha mencoba menenangkan pria baik itu. “Tarik napas, buang secara perlahan. Tarik napas lagi, buang lagi secara perlahan. Tenang, mari kita bicara dengan tenang,” tuntun Pras.Yudha melakukan apa yang dikatakan oleh temannya itu. Perlahan napasnya mulai kembali teratur dan ia pun mulai tenang. Kemudian Yudha melihat ke arah temannya.“Kamu sudah merasa lebih baik?” tanya Pras. Yudha pun mengangguk.“Ayo kita duduk dulu, lalu kamu ceritain apa yang terjadi, wanita itu kenapa, apa yang terjadi padanya dan siapa dia?” tanya Pras.“P
Tidak terima dengan serangan bertubi-tubi yang diberikan padanya, Yudha pun membalas pukulan itu pada Malik berkali lipat dari yang ia dapatkan. Untung saja saat kejadian itu, para pelanggan sudah tidak ada. Manager cafe segera menutup cafe agar tidak ada yang melihat apa yang sedang terjadi di dalam.Beberapa pegawai cafe segera mendekati mereka dan mencoba memisahkan mereka berdua. Tapi karena keduanya sama-sama sedang dilanda emosi, cukup sulit bagi mereka untuk dipisahkan. Sampai-sampai ada pegawai yang terdorong dan terbentur di dinding cafe.“Sudah, berhentilah Pak Malik,” pekik manager cafe seraya terus memisahkan mereka berdua.Setelah beberapa saat, baik tenaga Malik maupun Yudha sudah terkuras habis. Mereka berdua pun terduduk secara terpisah. Pegawai dengan sigap segera duduk di tengah-tengah mereka agar tidak terjadi perkelahian yang kedua.“Ambilkan handuk dan es!” titah manager cafe pada salah satu waiters.Waiters itu segera melaksanakan apa yang diperintahkan dan membe
“Maafkan aku,” ucap Malik terdengar kembali di telinga wanita itu. Air mata mengalir membasahi mimpinya. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia tidak tahu apakah Malik benar-benar tulus meminta maaf atau karena suaminya itu khawatir bahwa ia akan mengadukannya pada seluruh keluarga atas apa yang telah terjadi.Di saat yang sama, Yudha masuk ke dalam ruangan dan melihat Anita yang menangis. Ia segera menarik kerah baju Malik kemudian memelototinya. “Kamu ini ya Malik, benar-benar ingin dihajar lagi ya,” geram Yudha.Mendengar kata dihajar lagi, wanita yang sedang terbaring lemas di atas kasur melihat ke arah dua pria tampan itu. Ia pun dapat melihat wajah keduanya penuh dengan luka lebam, bahkan ada darah kering di ujung bibir kiri suaminya. “Apa yang sudah terjadi?” tanya wanita itu.Malik dan Yudha melihat ke arahnya bersamaan, masing-masing dari mereka menyentuh bagian tubuh mereka yang terluka berusaha menyembunyikannya dari Anita. Tapi tentu saja itu sudah terla
Suster yang mengobati Malik tadi memperhatikannya yang kebingungan. Suster itu kemudian mengetikkan sesuatu di ponselnya dan menunjukkannya pada Malik.[Tidak apa-apa berbohong jika memang itu untuk kebaikan agar Mamanya tidak syok kalau anaknya sedang dioperasi]Malik melihat tulisan itu dan membacanya, ia pun terdiam sejenak untuk berpikir sebelum menjawab Mama Anita itu.“Iya Ma, Mama tidak perlu khawatir. Aku akan menjaganya,” jawab Malik akhirnya dalam panggilan telepon itu.“Alhamdulillah kalau semuanya baik-baik aja. Maaf Mama ganggu, assalamualaikum.”“Iya Ma, nggak kok. Waalaikumusalam.” Lalu panggilan telepon terputus.Malik melihat ke arah suster yang terlihat sudah paruh baya itu dan tersenyum. Tidak lama setelah itu keluar Dokter dari ruangan operasi. “Siapa wali pasien ini?” tanya Dokter itu.“Saya Dok, saya suaminya” jawab Malik kemudian mendekat pada Dokter itu.“Baiklah, operasinya lan
Malik masih di dalam gedung, dan baru saja selesai bicara dengan para penyewa gedung dan beberapa karyawannya.“Aku akan menghubungi vendor yang terbaik segera Pak. Agar perbaikan gedung segera dilaksanakan!” ucap Sandri sebagai penanggung jawab gedung.“Iya, laksanakan segera. Dan jangan lupa, sebelum itu urus dulu perairan dan listrik di gedung aman,” sahut Malik. Pria muda yang terlihat tidak jauh berbeda umur dari Malik itu menganggukkan kepalanya. Kemudian ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang setelah melihat Malik atasannya pergi meninggalkannya.***Matahari sangat terik, bahkan sangat terasa walaupun berada di dalam ruangan ber-AC sekali pun. Rasa lelah sangat cepat menyerang, dan dahaga selalu melanda setiap orang siang itu.Tapi Malik, tidak peduli seberapa terik matahari saat itu. Ia segera menancapkan gas mobilnya dengan cepat. Ia ingin segera sampai di rumah dan bertemu dengan istrinya. Karena sejak tadi pria tampan itu merasa gelisah.“Ya Allah, kenapa r
“Astaghfirullah, Nak! Anita! Sayang!” pekik Linda begitu ia masuk ke dalam kamar dan mendapati menantunya telah jatuh pingsan.“Bi! Bi! Panggil dokter Bi! Terus suruh Malik cepet pulang sekarang juga!” pekik Linda.Kepanikan kembali menghampiri Linda. Ia berusaha sekuat tenaga menggendong Anita dan membawanya ke atas kasur.“Aduh bajunya kok basah?” ucap Linda.Iya pun segera mengambil pakaian baru untuk menantunya dan hendak mengganti pakaian yang basah itu. “Biar aku aja Ma,” cegah Malik yang ternyata baru saja sampai di rumah.“Kamu udah pulang Nak? Malik gimana ini? Pasti Anita syok karena kecelakaan itu?” Tangisan Linda hampir pecah ketika berkata seperti itu.Malik segera memegang kedua bahu Mamanya dan menggenggamnya dengan lembut. “Ma, Mama lupa? Anita lagi datang bulan, mungkin ini karena dia kurang darah dan tadi juga dia terluka. Jadi bukan masalah besar, biasanya juga kan begitu Ma. Mama juga seorang wanita kan?” Linda terdiam, dan mulai berpikir. Apa yang dikatakan anak
Kepanikan terlihat jelas di raut wajah suami dari Anita itu. Ia segera berlari menuju mobil Linda yang menabrak trotoar. Ia melihat di dalam sana ada pak Mamat dan Anita istrinya dalam keadaan pingsan.Tanpa banyak berpikir, pria tampan yang tampak syok itu segera masuk ke dalam mobil dan mengeluarkan istrinya dari sana. Dan pak Mamat di selamatkan oleh warga lainnya.Dikarenakan ambulan belum tiba, Malik berusaha menyadarkan Anita berkali-kali dengan memukul pelan wajahnya sampai memberikan napas buatan untuknya. Bulir bening perlahan tapi pasti mulai mengalir dari mata menawan pria tampan itu. Rasa sesak di dada mulai menghampiri melihat dahi sang istri yang mengalir darah segar dari sana.“Pak apakah Bapak ini keluarganya?” tanya salah satu warga yang ada di sana.Hanya anggukkan kepala yang menjadi jawaban Malik. Dan beberapa saat kemudian pihak medis pun tiba dan segera membawa Anita dan pak Mamat ke rumah sakit.Di saat yang sama, polisi juga tiba di sana. Beberapa warga diminta
Anita terlihat bingung melihat ke sekeliling kamar. Ia membolak-balikkan bantal, selimut dan yang lainnya. Wanita cantik itu tengah mencari ponselnya untuk menghubungi Laras sang sahabat.Malik masuk ke dalam kamar dan segera berbaring di atas sofa yang ada di kamar itu. Ia melihat istrinya seperti sedang kebingungan seraya menggigit ibu jarinya.“Kamu cari apa?” tanya pria tampan itu.“Ini loh Kak, hp aku dimana ya? Aku harus menghubungi Laras,” jawab sang istri.Malik pun baru teringat bahwa ponsel dari istrinya itu ada padanya. Raut wajah pria tampan itu berubah menjadi canggung. Ia segera mengambil ponsel di saku celananya seraya melihat gerak-gerik Anita. Ketika istrinya berada jauh dari tempat ia duduk, ia segera meletakkan ponsel itu tepat di bawah sofa. Di saat ia baru saja melakukan itu, Anita menoleh ke arahnya. Jantung Malik terasa hampir lepas dari tempatnya karena terkejut.“Kenapa? Ada apa?” tanyanya sebisa mungkin tidak terlihat gugup.Dengan wajah memelas, istri Malik
“Wah sabun mandi Mama wangi banget ya Kak, kayaknya ini sabun organik, ” ucap Anita begitu ia selesai mandi.Malik yang sedang bermain game online pun menoleh ke arahnya. “Eem, Mama memang suka wangi-wangian yang alami tanpa banyak bahan kimianya.”“Aku mau juga lah.”“Ya udah nanti waktu kita pulang aku anterin beli, aku tau Mama biasanya beli dimana.”Anita pun mengangguk kemudian berjalan menuju kasur dan berbaring. Aroma wangi dari tubuh wanita itu mengganggu konsentrasi dari Malik dalam bermain game online itu.“Kenapa kamu wangi banget?” tanya Malik menoleh ke arah istrinya.“Bukankah sudah aku bilang tadi sama Kakak, kalau sabun Mama wangi banget.”Pria tampan itu tiba-tiba hampir menjatuhkan tubuhnya di atas Anita. Kini mereka berdua saling pandang satu sama lain. Lagi-lagi jantung mereka berdua berdetak tidak karuan. Ditambah lagi aroma wangi yang membangkitkan gairah pria tampan itu.Anita yang malu sedikit memalingkan wajahnya. Ia tidak sanggup menatap suaminya lebih lama l
Malik tengah berada di rumah Dimas, setelah temannya itu mengajaknya untuk bertemu.“Kamu ada urusan apa manggil aku?” tanya Malik seraya berbaring di atas kasur teman sekolahnya itu.Dimas duduk di kursi yang tidak jauh dari kasur. “Malik gini, kamu kan teman yang baik banget. Masya Allah pokoknya da—”“Udah nggak usah basa-basi deh, langsung aja ke intinya mau minta tolong apa?”“Hehehe, kamu tau aja … gini Malik. Aku mau ngadain lamaran buat pacar aku. Tapi keadaan keuangan aku lagi pas-pasan, boleh nggak kamu bantu aku pinjemin cafe kamu gratis untuk aku.”“Waah, kamu ini minta tolong hal sebesar ini tapi kamu nyuruh aku yang dateng ke rumah kamu.”“Habisnya aku malu kalau sampai istri kamu denger.”Malik yang tadinya berbaring kini terduduk karena mendengar perkataan Dimas. “Kamu tau aku udah nikah?” tanyanya.“Hehe, iya aku tau. Tapi kamu tenang aja, aku nggak bakal bilang ke yang lain kok.”“Kaya
Amir berjalan sempoyongan akibat pengaruh obat. Ia merasa sangat depresi saat ini. Keinginannya untuk membalas dendam pada Anita sangat tinggi.Setelah beberapa minggu yang lalu ia telah gagal menculik istri Malik itu. Ia terus mencari cara lain agar rencananya berhasil.“Coba aja Malik nggak pulang waktu itu, pasti udah aku bawa cewek itu dan aku habisi dia. Malik memang sangat menyusahkan, kayaknya di juga sekarang udah tau aku yang sebenernya.” Terus saja Amir melantur tidak jelas sampai ia tiba di salah satu rumah kosong di dalam hutan. Tidak ada tempat lain yang bisa ia tuju sekarang selain rumah itu. Semuanya sudah polisi ketahui dan Malik juga tahu tempat-tempat yang sering ia kunjungi.Begitu Amir berbaring di atas ranjang yang beralaskan kasur tipis. Ia melihat ke arah langit-langit rumah yang penuh dengan sarang laba-laba. Lalu tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang ditutup dengan sangat keras.Amir pun terperanjat dan seger
“Tuan pasti baik-baik aja Nyonya, Nyonya berhentilah menangis.”Bi Minah mencoba menenangkan Anita yang terus saja menangis. Malik belum juga sadar walaupun sudah dibawa ke rumah sakit. “Nyonya, Nyonya harus tegar. Entah apa yang akan Nyonya hadapi kedepannya nanti. Kalau Nyonya lemah gimana jadinya nanti rumah tangga Nyonya.”Mendengar nasihat Bi Minah seketika isak tangis Anita berhenti. “Benar, apa yang Bibi katakan itu benar. Entah masalah apalagi yang akan terjadi kedepannya. Tidak tau apakah itu berat atau tidak nantinya.”“Gitu dong Nya, harus tegar dan kuat.”Anita memeluk Bi Minah, “Terima kasih ya Bi.”“Iya Nyonya sama-sama.” Bi Minah tersenyum lalu membalas pelukan Anita.Beberapa saat kemudian polisi datang ke rumah sakit untuk mendapatkan keterangan dari Anita soal insiden yang terjadi pada Malik. “Ibu Anita?” “Iya Pak.”“Mari ikut kami sebentar!” ajak beberapa polisi itu.
Anita tidak tahu harus bagaimana setelah ia mengetahui bahwa Malik kini sudah tau kebenarannya. Wanita itu kini hanya bisa menunduk karena sangat bingung. Lalu air matanya mulai mengalir tanpa ia sadari. Ia pun tidak tahu bagaimana bisa air mata itu terjatuh, karena perasaannya kini bercampur aduk.Malik menyadari bahwa istrinya menangis. Ia pun segera berdiri kemudian duduk berlutut agar bisa menghapus air mata Anita. “Kenapa kamu nangis? Apakah perkataanku tadi telah menyakitimu?” tanyanya.“Bangun Kak, kenapa Kakak bertulut seperti itu,” pinta Anita seraya mencoba membangunkan Malik.“Kalau aku tidak berlutut, lalu bagaimana caraku menghapus air matamu yang mulai mengalir?”Anita diam saja tidak menjawab apapun.“Apa yang membuatmu menangis? Apa kamu menduga bahwa anak yang dikandung Lusi adalah anakku?” tanya Malik. Anita yang menunduk kini melihat ke arah suaminya dengan tatapan sendu.Malik menghapus kembali air mata istrinya yang terus saja mengalir. “Katakan sesuatu, agar aku