Happy reading ...
Satu minggu sudah Elsa menjalin hubungan tanpa status dengan Erick Bramasta. Elsa mulai terlihat terbiasa dengan sikap Erick yang suka seenaknya sendiri.
Seperti saat ini Elsa beberapa kali harus menarik napas panjang saat Erick memberi kabar secara mendadak jika ada pesta di hotelnya. Pesta untuk orang dari kalangan atas.
Elsa tengah bersiap di kamar tempat ia pertama kali bertemu dengan Erick. Beberapa model gaun sedang Elsa coba, gaun yang dipesan khusus oleh Erick. Bukan hanya pakaian, ada beberapa sepatu yang harus ia coba.
Elsa memberikan nilai plus pada Erick karena tahu ukuran baju dan sepatunya. Elsa memilih gaun tanpa lengan warna merah menyala. Gaun ketat dengan lebar di bagian bawahnya dan menampakkan punggung mulusnya.
“Gaun yang cantik.”
Elsa mematut dirinya di depan cermin, memutar tubuhnya untuk melihat keseluruhan penampilannya.
“Anda terlihat sangat cantik, Nona Elsa,” puji seorang wanita yang membantunya bersiap.
“Terimakasih untuk pujiannya,” balas Elsa.
“Sepertinya tuan Erick sangat mencintai Anda, Nona Elsa,” ucapnya lagi.
Elsa ingin tertawa detik itu juga.
Mencintaiku? Dia tidak tahu saja jika si Erick itu hanya menjadikanku bonekanya.
“Kenapa kamu bisa yakin seperti itu?” tanya Elsa.
“Saya sudah lama bekerja dengan Taun Erick, Nona. Saya tidak pernah melihat dia begitu perhatian seperti ini pada perempuan manapun,” jelas perempuan itu.
Kamu tidak tahu saja, dia baik saat ini, tapi setelah ini dia akan kembali menyusahkan aku.
“Bagitukah menurutmu?” kata Elsa.
“Ya, Nona.”
Ketukan pintu di depan kamar itu mengalihkan perhatian mereka. Segera pelayanan khusus itu melangkah untuk membuka pintu.
Wajah asisten pribadi Erick terlihat saat pintu terbuka sempurna. Segera Reza masuk dan menemui calon istri bosnya.
“Maaf, Nona Elsa saya datang ke sini untuk memberikan ini untuk Anda.” Reza memberikan sebuah kotak. Sepertinya kotak perhiasan.
Elsa membuka kotak berwarna merah itu dan terlihat satu set perhiasan di dalamnya. Mata Elsa berbinar saat melihat perhiasan dengan model sederhana, tetapi nampak sangat mewah.
“Wow, ini sangat indah dan —” Ucapan Elsa terpotong karena Reza menyelanya.
“Dan sangat mahal, Nona Elsa,” sela Reza.
Elsa tertawa dalam hatinya, tidak ada ruginya juga ia akan menikahi orang kaya itu. Setidaknya dirinya mendapatkan barang-barang mewah seperti itu. Jiwa matrenya sedang memberontak.
“Tuan Erick sengaja menyiapkan barang-barang itu untuk Anda. Tuan Erick dia tidak mau calon istrinya mempermalukan dirinya,” ucap Reza.
“Dia benar-benar yang mengatakan itu?” tanya Elsa.
“Iya, Nona Elsa,” sahut Reza.
Elsa mendengkus kesal. Sudah ia duga akan hal itu. Sebaiknya jangan terlalu senang saat Erick memberinya barang-barang mewah itu. Karena di balik itu ada sebuah penghinaan.
“Aku tidak akan memakainya dan aku tidak akan hadir di pesta itu. Suruh saja wanita lain untuk menemaninya di pesta. Wanita yang tidak akan membuat dia malu.” Elsa duduk santai di tepi ranjang dengan memainkan ujung kukunya.
“Baiklah, tetapi saya sarankan anda jangan mencari masalah dengan tuan Erick,” ucap Reza.
Elsa mendengkus, ucapan Reza terkesan sedang mengintimidasi dirinya.
Ternyata asistennya pun sama-sama menyebalkan.
“Baiklah, kamu pergi dulu. Nanti aku akan menyusul,” suruh Elsa.
“Baik, Nona. Jangan membuat tuan Erick menunggu terlalu lama, itu pesan darinya,” ucap Reza sebelum pergi dari kamar itu.
Elsa menarik napas panjang setelah Reza keluar dari kamar itu.
“Kamu lihat itu! Jangan menganggap jika tuanmu itu mencintaiku. Dia hanya menganggapku sebagai bonekanya saja,” ucap Elsa pada pelayan yang dikhususkan untuk dirinya.
Entah apa yang sedang dipikirkan oleh pelayan itu. Namun, yang Elsa melihat pelayan itu menyunggingkan senyuman di bibirnya.
Elsa kembali bersiap. Setelah rambutnya ditata sedemikian rupa, ia tinggal memakai perhiasan yang berikan padanya tadi sebagai sentuhan akhirnya.
“Ini sempurna, Nona. Anda terlihat sangat cantik,” puji pelayanan itu.
“Mungkin itu bagimu, tapi tidak dengan Erick. Dia selalu saja mencari sebuah celah untuk menghinaku,” ucap Elsa.
“Anggap saja ada masalah pada mata tuan Erick, Nona Elsa,” ucap pelayan itu.
Elsa tertawa, “Benar juga katamu.”
Elsa melihat dirinya di depan cermin. Baru kali ini Elsa bisa melihat penampilannya dirinya yang berbeda. Sungguh Elsa sangat menyukai perhiasan itu. Terlihat sederhana, tetapi siap sangka satu set perhiasan itu berharga fantastis.
“Baiklah aku pergi dulu. Terimakasih karena kamu telah membantuku bersiap.”
“Mari saya antar, Nona,” ucap pelayan itu.
Elsa keluar dari kamar mewah itu bersama sang pelayan. Sepanjang perjalanan mereka mengobrol. Elsa tidak berhenti bertanya pada pelayan itu mengenai tentang Erick. Namun, Elsa merasa jengah karena pelayanan itu tidak berhenti memuji Erick.
“Apa dia sebaik itu?” batin Elsa.
“Nona Elsa, saya hanya bisa mengantar sampai sini. Silahkan anda melangkah lurus ke arah sana. Tempat pestanya ada di sebelah sana.”
“Baiklah, terimakasih. Sampai jumpa,” ucap Elsa.
“Sampai jumpa, Nona.”
Elsa melangkah dengan langkah anggun ke tempat pesta. Dua orang penjaga di pintu masuk tempat pesta menyapa Elsa dan Elsa membalasnya dengan senyuman. Saat Elsa masuk ke dalam ruang pesta, ia mengedarkan pandangannya mencari sosok Erick, si tampan yang menyebalkan.
“Di mana laki-laki menyebalkan itu,” gumam Elsa.
Elsa merogoh tas tenteng kecilnya untuk mengambil ponselnya. Jarinya mengetik layar ponsel untuk mengirim pesan pada Erick.
“Siapa yang sedang kamu cari? Apa suami orang?”
Elsa menoleh ke asal suara. Matanya memutar jengah saat melihat Amanda berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.
“Kamu bicara padaku?" tanya Elsa.
Amanda menunjukkan senyum sinisnya. "Tidak ada orang lain di sini, 'kan.”
“Apa maksud dari ucapanmu tadi?”
Mata Amanda melihat kalung yang melingkar di leher Elsa. Timbul rasa iri dalam diri Amanda. Bagaimana seorang Elsa bisa mendapatkan kalung semahal itu.
“Laki-laki kaya siapa lagi yang sedang kamu rayu,” sindir Amanda.
“Aku tidak mengerti apa maksud perkataanmu, Amanda,” ucap Elsa.
“Jangan sok polos! Perhiasan yang kamu pakai itu berharga fantastis. Bagaimana seorang model bisa membeli barang seperti itu,” ucap Amanda.
“Kamu tidak perlu tahu. Dan Amanda ... berhentilah untuk mencampuri semua urusanku. Lebih baik urus urusanmu sendiri,” pinta Elsa.
“Aku tidak akan berhenti mencampuri urusanmu jika kamu berhenti untuk merayu suamiku,” ucap Amanda.
“Amanda ... aku sudah mengatakan padamu ... aku dan Bobi hanya masa lalu. Aku sudah tidak ada hubungan apapun dengan dia.” Elsa mencoba memberi pengertian pada Amanda. “Dan jika Bobi belum bisa melupakan aku, itu urusan suamimu dan tidak ada hubungannya denganku.”
Setelah mengatakan itu, Elsa berniat pergi dari tempat itu. Namun, tanpa Elsa duga Amanda menarik tangannya.
“Amanda ... lepas! Apa yang mau kamu lakukan?”
“Aku ingin semua orang di sini tahu siapa kamu sebenarnya.”
Amanda terus menarik tangan Elsa, membawanya ke tengah kerumunan. Elsa melihat Amanda meminta mic pada salah seorang di tempat pesta itu. Elsa benar-benar tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Amanda.
“Permisi, mohon perhatiannya.” Amanda memanggil semua orang untuk melihat ke arahnya.
“Amanda ... lepas!” Elsa mencoba melepaskan diri. Namun, cengkraman tangan Amanda sangat kuat.
“Mohon maaf menganggu waktu kalian. Saya hanya ingin memperkenalkan seseorang pada kalian di sini,” ucap Amanda.
Amanda melihat sekilas ke arah Elsa dengan senyum sinisnya. Dan kemudian Amanda kembali berbicara.
“Kalian pasti mengenal wanita ini, 'kan! Kalian mengenal wanita ini sebagai seorang model. Tapi kalian tidak tahu jika sebenarnya wanita ini adalah seorang pelakor.”
“Dia merayu suami orang termasuk suami saya,” lanjut Amanda. “Jika kalian tidak percaya ... lihat perhiasan yang dia pakai! Tidak mungkin hanya seorang model bisa membeli satu set perhiasan berharga fantastis seperti ini, kalau bukan dari hasil merayu orang.”
“Saya sarankan pada kalian para istri untuk berhati-hati dengan wanita ini,” lanjut Amanda.
Mata Elsa terbuka lebar saat mendengar kalimat yang diucapkan oleh Amanda. Elsa langsung memandang ke semua orang di hadapannya dengan menggeleng kecil seolah sedang memberitahukan pada semua orang jika yang dikatakan oleh Amanda adalah bohong. Elsa menundukkan kepalanya saat melihat semua orang terlihat mempercayai ucapan Amanda.
Amanda sendiri terlihat puas dengan reaksi semua orang pada Elsa. Tanpa berperasaan Amanda mendorong tubuh Elsa, membuatnya melangkah mundur. Beruntung ada yang menahan tubuh Elsa membuatnya tidak terjatuh ke lantai.
Erick sedang menunggu kedatangan Elsa di ruang pesta. Namun, perempuan itu belum juga menampakkan batang hidungnya."Kenapa wanita itu lama sekali? Apa dia butuh waktu selama ini untuk menghampiriku?" Erick menggerutu.Erick mengedarkan pandangannya mencari sosok perempuan berstatus calon istrinya. Kening Erick mengernyit saat melihat Elsa ditarik oleh seseorang.Erick tentu sangat mengenali wanita yang sedang menarik tangan calon istrinya itu. Erick tetap berdiri di tempatnya, memperhatikan dua perempuan yang sedang berseteru itu.Erick terus memperhatikan kedua perempuan yang sedang berseteru itu. Erick bisa melihat ketegangan di antara Amanda dan Elsa. Namun, Erick tidak berminat untuk memisahkan mereka. Sampai saat Amanda mencoba untuk mempermalukan Elsa dan Erick sangat tidak menyukai itu.Erick mulai melangkahkan kakinya untuk menghampiri Elsa. Dan pada saat Amanda mendorong Elsa, Erick mempercepat langkahnya. Beruntung Erick sampai tepat waktu, j
"Erick!"Panggilan itu membuat Elsa lebih dulu menarik dirinya. Ia palingkan wajahnya untuk menghindari pandangan Erick."Dia memanggilmu lagi," ucap Elsa lirih, tetapi Erick masih bisa mendengarnya."Erick."Panggilan ke tiga kali itu membuat Elsa dan Erick menoleh ke asal suara. Seorang wanita cantik berdiri tidak jauh dari mereka."Erick ...." Perempuan itu menarik lengan Erick. "Jelaskan siapa perempuan ini?"Elsa melihat perempuan itu menarik kerah jas Erick."Apa tadi suaraku kurang jelas? Dia Elsa, calon istriku," jawab Erick dengan nada dinginnya."Calon istrimu? Bagaimana bisa? Hari pertunangan kita sudah ditentukan," kata wanita itu."Hah! pertunangan kalian?" Elsa langsung menatap Erick. Mimik wajah Elsa seolah meminta perjelasan.Erick mengubah posisinya. Kini Erick berdiri di depan Elsa dan menyembunyikan Elsa di balik tubuhnya."Aku tidak pernah menyetujui perjodohan itu. Jadi ... lupakan tentang pertuna
'Kamu hanya milikku'Tiga kata itu berhasil membuat hati Elsa bergetar. Itu adalah pertama kalinya Elsa mendengarnya dari seorang laki-laki. Selama bersama Bobi, laki-laki itu bahkan tidak pernah mengatakan kalimat itu.Kata itu juga seperti obat bius bagi Elsa, membuat malam itu Elsa tidak bisa menolak keinginan Erick. Tubuhnya benar-benar tak kuasa untuk menolaknya. Apalagi sebuah sentuhan lembut yang diberikan oleh Erick begitu terasa sangat memabukkan.Jantung Elsa berdebar saat Erick mulai menyatukan tubuh mereka. Elsa tidak tahu jika Erick pun merasakan hal yang sama seperti dirinya. Aneh, padahal mereka bisa dibilang sudah berpengalaman dalam hal itu. Namun, itu adalah pertama kalinya keduanya merasakan hal lain dalam diri mereka.Malam itu di dalam kamar mewah tersebut dipenuhi oleh suara-suara kecil Elsa dan Erick. Suara yang bisa membangkitkan gairah seseorang. Kenikmatan itu juga membuat keduanya tidak bisa mengendalikan diri mereka sendiri.
Elsa sedang duduk di depan meja rias dengan pandangan tidak terbaca, entah itu bahagia atau sedih. Setelah satu jam yang lalu Erick sudah mengikrarkan janji suci yang membuat Elsa resmi menjadi istrinya yang sah.Di samping Elsa ada beberapa orang sedang mendandaninya. Gaun putih panjang menjuntai hingga lantai sudah melekat di tubuh ramping Elsa. Sangat pas dan menampakan lekuk tubuhnya. Rambutnya sudah disanggul dan ada sebuah mahkota bertahtakan permata menghiasi kepalannya.Harusnya Elsa merasa bahagia dengan kemewahan itu. Namun, Elsa mendapatkannya dari sebuah ancaman membuatnya tidak merasa bahagia.“Sudah selesai, Nona,” ucap salah satu make-up artist itu.Sepertinya Elsa sedang dalam dunianya sendiri, sehingga tidak mendengar apa yang baru saja make-up artist itu katakan.“Nona ...,” panggilnya lagi.Tetap tidak ada respon dari Elsa.Tiga orang make-up artist di samping Elsa melihat pantulan Erick pada cermin yang ada di hadapan mer
Pesta belum usai padahal waktu sudah memasuki jam tengah malam. Elsa sudah merasa lelah, tetapi suaminya belum juga mengizinkannya untuk beristirahat. Suaminya masih duduk bersama teman-temannya, bermain kartu bersama dan dirinya harus menemaninya.“Menjengkelkan,” batin Elsa.Elsa merasa sangat bosan di tempat itu maka ia pun memikirkan sebuah alasan agar bisa pergi dari tempat itu. Elsa mengedarkan pandangannya, bibirnya tersenyum saat menemukan sebuah alasan agar ia bisa menjauh dari Erick.“Tenggorokanku terasa kering. Aku ingin mengambil minum.” Elsa berbisik di telinga Erick.“Jangan terlalu lama.” Erick balas berbisik.Elsa mengangguk, lalu beranjak dari samping Erick. Langkah kakinya menuju meja tempat beberapa minuman berjejer dengan rapi.Elsa mengambil satu buah jus jeruk lalu membawanya ke balkon tempat itu. Tiba di balkon Elsa menarik napas lega. Setidaknya ia bisa menghirup udara kebebasan sejenak. Di tempat itu Elsa merasakan angin
Area Dewasa sebaiknya bijak dalam memilih bacaan.Happy readingElsa selalu dibuat dibuat tidak berdaya saat Erick menyentuhnya. Seperti pada malam pertama mereka setelah pernikahan. Rasa kesal yang Elsa rasakan pada Erick seketika sirna saat Erick menciuminya.Sentuhan lembut itu benar-benar memabukkan diri Elsa. Bahkan Elsa tidak sadar jika gaun yang melekat di tubuhnya sudah lolos dari tubuhnya. Elsa baru sadar saat tubuhnya melayang di udara, karena Erick yang mengangkatnya.“Mandilah.”“Turunkan aku!” pinta Elsa.“Bagaimana jika aku tidak mau,” tanya Erick.Elsa menggeram tertahan. Sebenarnya Elsa merasa malu karena kini ia hanya memakai pakaian dalamnya.“Hei, ayolah turunkan aku. Aku masih bisa jalan sendiri,” pinta Elsa, tetapi lagi-lagi Erick menggelengkan kepalanya.“Kalau kamu tidak mau menurunkan aku maka akan menggigitmu,” ancam Elsa.“Lakukan saja jika kamu bisa,” tantang Erick.“Baiklah, tapi jangan sal
Ingin menolak, tetapi tubuhnya serasa berkhianat. Itulah yang sedang Elsa rasakan. Mulutnya mengatakan benci, tetapi tidak bisa menolak sentuhan seorang Erick Bramasta. Apalagi laki-laki itu sudah menyandang gelar sebagai suaminya.Setelah resepsi pernikahan mereka selesai, Elsa dan Erick pergi beristirahat di dalam kamar yang sudah disiapkan khusus untuk mereka. Meksipun awalnya adaketegangan kecil di antara mereka, tetapi karena sebuah hasrat membuat mereka kembali menyatu.Elsa benar-benar dibuat seperti hilang akal oleh Erick. Laki-laki itu selalu tahu di bagian mana harus menyentuhnya. Elsa bahkan sampai membungkam mulutnya karena takut suara desahannya terdengar hingga ke luar kamar itu.Akan tetapi Elsa tidak tahu, jika kamar itu ternyata kedap suara. Sekencang apapun Elsa berteriak tidak akan ada yang mendengarnya.Erick sendiri sudah benar-benar tidak bisa menahan hasratnya. Apalagi saat melihat tubuh polos nan seksi Elsa dipenuhi oleh kelopak bu
Elsa masih berdiri di depan cermin untuk menatap pantulan wajahnya. Elsa menatap setiap tetes air mata yang keluar dari matanya. Di dalam cermin Elsa seolah melihat nasib dirinya. Elsa merasa tidak akan ada kebahagiaan yang akan menghampiri hidupnya.Berawal dari kandasnya hubungannya dengan Bobi, melahirkan anak untuk kakaknya, dan kini Elsa menikah dengan seorang laki-laki kaya raya karena sebuah ancaman.Sudah hampir satu jam dirinya berada di dalam kamar mandi. Namun, sepertinya tidak ada niatan Elsa untuk keluar. Elsa masih melihat pergelangan tangan yang memarah akibat cengkraman tangan Erick.Hanya karena kopi, Elsa harus merasakan rasa sakit itu. Namun, Elsa juga tidak memungkiri itu juga kesalahannya. Saat membuat kopi mendadak ia teringat akan Bobi.Tok Tok tokKetukan pintu atau lebih tepatnya gedoran pintu kamar mandi mengejutkan Elsa. Dan itu langsung membuyarkan semua lamunan Elsa.“Apa kamu berniat untuk bunuh diri di dalam sana, El
Langit gelap bertaburan bintang, rembulan bersinar terang untuk menyinari malam. Nampak sunyi, tetapi tidak dengan ruangan besar nan megah, tempat yang biasa Erick dan Elsa gunakan untuk tidur.Saat ini Elsa tidak berhenti meracau saat Erick menggerakkan tubuhnya maju mundur di atasnya. Laki-laki memberikan kenikmatan yang luar biasa hingga membuat Elsa hampir kehilangan akal.“Erick, apa kamu ingin membuat aku gila?” racau Elsa.Erick hanya tersenyum mendengar racauan Elsa. Erick sengaja tidak membiarkan istrinya itu diam, karena suara desahan Elsa makin membuatnya bersemangat.Erick pun sama dengan Elsa yang hampir kehilangan akal, ia juga merasakan hampir kehilangan akal setelah satu minggu memendam hasratnya pada istrinya.Tubuh Elsa seolah sudah menjadi candu bagi Erick. Ditambah tubuh mulus dan dua bongkahan di dada Elsa yang selalu terlihat menantang dirinya un
Elsa sedang berbelanja di supermarket bersama Melani dan salah satu asisten rumah tangga di rumahnya. Rencananya Elsa ingin memasak, lebih tepatnya menyuruh para pelayan di rumahnya untuk memasak makanan kesukaan kakak, kakak iparnya, dan juga Gevan.Sebenernya Elsa tidak harus bersusah payah untuk belanja di supermarket, dirinya tinggal menelepon salah seorang staf di supermarket itu dan apapun yang Elsa inginkan akan dikirim langsung ke rumahnya. Namun, Elsa tidak mau melakukan itu. Elsa sengaja memilih untuk pergi berbelanja sendiri agar bisa mencari alasan untuk berjalan-jalan.Dua troli sudah terisi penuh oleh belanjaan Elsa. Istri dari Erick Bramasta itu mengajak kedua asistennya untuk membayar belanjaan mereka ke kasir.“Ayo kita bayar ini semua. Setelah itu kita pulang,” ajak Elsa.“Mari, Nyonya,” ucap Melani.Elsa melangkah diikuti dua asistennya
Pagi hari yang cerah, Elsa bersenandung kecil setelah mandi. Elsa melangkah menuju lemari pakaiannya untuk mengambil pakaian yang akan ia kenakan. Dress ketat berwarna merah dengan panjang di atas lutut menjadi pilihan bagi Elsa.“Kamu terlihat bahagia sekali.”Elsa menoleh ke arah kamar tidur. Ternyata suaminya sudah bangun. Mata Elsa melihat Erik sudah duduk bersandar di kepala ranjang.“Eh ... kamu sudah bangun, Suamiku,” ucap Elsa.“Apa yang sedang kamu pikirkan? Hingga membuatmu merasa bahagia dan tidak mengetahui aku sudah bangun dari tadi,” tanya Erick. “Apa karena kamu berfoto dengan artis idolanya itu.”“Kamu masih merasa cemburu juga!” Elsa terkikik geli.“Jangan menghayal terlalu tinggi nanti jatuhnya akan terasa lebih sakit.” Erick mendengkus kesal.“Ya, ya, ya terserah kamu saja. Aku hanya menyambut pagi hari dengan kebahagian. Agar kita bisa me
Kedua tangan Erick menggenggam kuat besi pembatas yang ada di hadapannya. Rahangnya mengeras dan tatapannya tajam saat melihat Elsa bermesraan dengan laki-laki lain. Istrinya benar-benar seperti sedang menguji kesabarannya.“Ayo, kita pulang!” ajak Erick.Reza dan kedua laki-laki yang merupakan body guard Erick berjalan mengikuti Erick yang sedang terlihat kesal.Elsa sendiri tidak menyadari kehadiran dan kepergian suaminya. Elsa masih asik berfoto serta berbincang dengan artis idolanya.Tidak terasa hari sudah semakin sore. Elsa harus segera kembali ke rumah sebelum Erick pulang.“Kak ayolah ikut denganku. Aku membawakan Kakak banyak oleh-oleh, aku juga ingin menunjukan rumahku pada Kakak,” rengek Elsa.“El, lain kali saja. Mas Abi sebentar lagi akan pulang dari kantornya,” tolak Lina.“Ck, ya sudah. Tapi besok-besok Kakak tidak boleh menolak saat aku meminta kakak untuk datang ke rumahku,&rd
Setelah mengantar suaminya untuk pergi ke kantor, Elsa kembali ke dalam rumah. Elsa memilih untuk duduk di ruang tengah rumahnya.“Apa yang harus aku lakukan? Dia melarangku untuk keluar rumah,” guman Elsa.Elsa duduk seraya memikirkan apa yang akan ia lakukan seharian nanti.Berenang?Tidak mungkin! Dirinya sedang datang bulan.Masak?Dirinya hanya bisa memasak nasi goreng dan sandwich.Elsa memilih untuk menyalakan televisi untuk menghilangkan rasa bosannya. Saat melihat anak kecil di layar televisi, mendadak Elsa merindukan Gevan.“Semenjak aku menikah, aku belum menelpon kakak Lina,” ucap Elsa.Elsa meraih gagang telepon lalu menekan nomor rumah kakaknya. Beberapa kali Elsa mencoba menghubungi nomor rumah kakaknya, tetapi tidak ada yang menerima panggilan itu.“Ke mana semua orang yang ada di sana?” Elsa bertanya pada dirinya sendiri.Elsa pun mencoba sekali lagi dan
Pesawat Pribadi yang membawa Elsa, Erick, dan Raisa mendarat di bandara di Indonesia. Setelah pesawat berhenti bergerak, mereka bertiga segera keluar dari dalam pesawat.Elsa masih tetap bergelayut manja di lengan Erick membuat Raisa makin panas karena terbakar api cemburu.“Selamat datang kembali, Tuan, Nyonya,” ucap Reza.“Reza, antar kami pulang. Aku sudah sangat lelah,” perintah Elsa.“Baik, nyonya,” sahut Reza.Elsa dan Erick melangkah pergi. Namun, Elsa kembali menghentikan langkahnya saat melihat Raisa melangkah mengikutinya.“Tunggu dulu!” Elsa menoleh ke belakang, tepatnya ke arah Raisa. “Raisa ... apa kamu akan selalu mengikuti kami ke manapun kami akan pergi?” sindir Elsa.“Kenapa memangnya?” Raisa bertanya tanpa rasa malu.“Dasar tidak tahu malu!” maki Elsa.“Reza, suruh orang untuk mengantar nona Raisa kembali ke
Pesawat pribadi yang membawa Elsa, Erick, serta Raisa masih mengudara di langit gelap. Elsa yang merasa lelah sudah tertidur di kursinya. Tangan Elsa tidak lepas dari lengan Erick meskipun ia sudah tertidur pulas.Erick sendiri masih tetap terjaga. Pandangannya menatap ke arah atas, lalu sekilas melihat Elsa yang sedang tertidur di sebelahnya.Ada senyum tipis yang tercipta di bibir Erick saat melihat istrinya tertidur dengan begitu tenangnya. Namun, senyum itu mendadak sirna saat bola matanya melihat Raisa.Segera Erick memalingkan wajahnya dari Raisa, mantan kekasihnya yang telah mengkhianatinya.Perlahan Erick menyingkirkan tangan Elsa yang melingkar di lengannya. Dengan perlahan juga Erick beranjak dari sisi Elsa. Langkahnya menuju ke bagian belakang pesawat itu.Erick mengambil satu botol wine yang ada di lemari penyimpanan. Lalu menuangkan isinya ke gelas kristal berkaki. Sebelum meminumnya, Erick lebih dulu mencium harum dari wine itu.
“Erick.”Suara wanita yang tidak asing lagi terdengar di telinga Erick maupun Elsa. Segera kedua pasangan suami-istri itu menolehkan pandangan mereka ke asal suara.Elsa terbelalak saat matanya menangkap sosok Raisa berdiri tidak jauh darinya.“Kenapa wanita itu selalu saja menganggu saat sedang bersama Erick,” batin Elsa.Elsa melihat sekilas ke arah Erick, Elsa bisa menangkap keterkejutan suaminya. Namun, Erick mencoba untuk menyembunyikkannya.“Nona Raisa, Anda di sini?” tanya Elsa.“Aku ada urusan dengan Erick,” jawab Raisa.“Urusan yang sangat pentingkah? Sehingga kamu sampai menyusul kami saat sedang berbulan madu?” sindir Elsa.“Bukan urusanmu,” balas Raisa.“Dengar —” Perkataan Elsa dipotong oleh Erick.“Nona Raisa ... apapun urusannya kita bisa membicarakannya besok di kantor,” ucap Erick.“T
Elsa menggeliat dalam tidurnya. Suara mobil melintas mendadak masuk ke dalam indra pendengarannya dan mengusik tidurnya. Saat akan bangun, Elsa merasakan berat di perutnya.Elsa menundukkan kepalanya, matanya melihat kepala Erick ada di atas perutnya.“Seenaknya saja dia menjadikan perutku sebagai bantal,” gerutu Elsa.“Hei, bangun!” Elsa menggoyangkan tubuhnya, tetapi Erick tidak kunjung bangun.Elsa ingin menyingkirkan kepala Erick dari atas perutnya. Namun, melihat Erick nampak sangat pulas, membuat Elsa menjadi tidak tega.Elsa memilih untuk diam sejenak lalu dengan perlahan memindahkan kepala Erick ke atas bantal. Perlahan Elsa menurunkan kakinya ke lantai dan pergi ke kamar mandi.Beberapa saat kemudian Elsa keluar dari kamar mandi, matanya tidak sengaja melihat sesuatu di dalam kamarnya. Elsa memeriksa sebuah kantong belanjaan yang isinya sesuatu yang ia butuhkan semalam.“Jadi dia pergi dan membel