Shelia menunduk saat dia melihat Sherkan keluar dari dalam kamar mandi, hanya menggunakan handuk yang melilit pada pinggangnya.
Sherkan berlalu begitu saja masuk kedalam walk in closed tanpa memanggil Shelia untuk melayaninya berganti baju.Shelia yang melihat itu merasa heran, "Apa dia marah karena kejadian tadi?"Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya dia melihat Sherkan keluar dari dalam walk in closed, pria itu sudah memakai piyama lengkap.Meskipun wajahnya terlihat buruk, tapi Shelia akui tubuh Sherkan sangat menggoda. Andai saja wajah pria itu tidak rusak seperti itu, sepertinya dia akan menjadi pria yang sangat tampan. Tapi sayang wajah pria itu harus rusak seperti itu.Muncul rasa iba pada hati Shelia saat melihat Sherkan yang berjalan melewatinya begitu saja dan langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang kiz size miliknya.Shelia yang merasa kalau Sherkan sedang marah padanya pun memberanikan diri untuk menghampiri pria itu dan bertanya."Tuan, apa anda marah pada saya?" Tanya Shelia pada Sherkan.Sherkan hanya diam, dia tidak menjawab atau melihat pada Shelia yang sedang berdiri disamping ranjang miliknya.Bukan dia marah pada Shelia, hanya saja dia masih menahan gejolak yang tubuhnya rasakan. Gejolak yang sudah lama tidak pernah dia rasakan setelah peristiwa delapan tahun yang lalu.Dengan menahan sesuatu yang masih saja berontak dibawah sana, Sherkan memilih tidak menghiraukan Shelia, dia membalik tubuhnya membelakangi Shelia yang masih berdiri dibelakangnya."Tuan..." Panggil Shelia lagi, "Apa tuan marah?"Sherkan masih tidak menjawab, membuat Shelia menghela nafas, "Sudah kayak anak perawan saja, pakai ngambek segala! Harusnya dia kan seneng dapat ciuman pertama dari gadis perawan yang belum pernah terjamah oleh zaman." Gumam Shelia dengan suara pelan, tapi tetap saja gumamanya itu ditangkap oleh telinga Sherkan.Tapi pria itu tidak menghiraukan ocehan Shelia.Karena tidak mendapat respon dari Sherkan. Shelia memutuskan untuk keluar dari kamar, dia ingin mencari cemilan yang ada di dapur. jujur saja lidahnya tidak cocok dengan makanan yang dimasak oleh chef profesional itu. Makanan yang di mata Shelia hanya cocok untuk pajangan karena penampilannya yang begitu indah, dia saja sampai tak tega untuk memakannya. Makanan dengan gaya estetik lebih cocok untuk pamer ke sosial media bukan masuk ke dalam perutnya. Tapi sayang ponselnya masih di sita oleh Sherkan, jadi dia tidak bisa pamer pada teman-temannya baik di grup wasap atau integram juga pasbuk.Padahal semasa pelatihan di yayasan tempat penyalur tenaga kerja. Shelia sudah beberapa kali mencoba memasak makanan yang berasal dari negara ini, juga sudah beberapa kali memakannya, tapi tetap saja lidahnya tidak terbiasa. Dia lebih cocok makan makanan yang berasal dari negaranya sendiri, terlebih dari kampung halamannya.Sesampainya di dapur Shelia mencari sesuatu yang bisa di makan. Dia membuka lemari pendingin yang besarnya hampir sama dengan lemari baju miliknya dikampung. Mata Shelia mengabsen satu persatu yang ada di dalam lemari pendingin itu, namun dia hanya melihat banyaknya sayuran, daging serta buah-buahan. Tidak ada cemilan yang bisa ia makan. Seperti makanan ringan atau coklat."Nona..."Sebuah panggilan yang berasal dari belakangnya membuat Shelia terkejut. Shelia dengan cepat membalik tubuhnya dan melihat bibi Jane yang berdiri di depannya."Apa anda butuh sesuatu, nona? Jika iya, anda bisa panggil pelayan untuk melayani anda.""Aku hanya ingin makan sesuatu, bibi. Tidak usah memanggil pelayan, aku bisa sendiri." Shelia kembali membuka lemari pendingin dan mengambil beberapa buah untuknya."Biar saya kupas kan nona." Pinta bibi Jane saat melihat Shelia mengambil beberapa buah."Tidak usah bibi. Aku bisa sendiri, cuma kupas buah dua saja kok." Tolak Shelia."Nona, biar saya saja. Nanti kalau tuan melihat, saya bisa kena marah tuan, nona." Bibi Jane mendekati Shelia yang sudah akan mengupas buahnya.Shelia menghela nafas, dia pun mengalah dan memberikan buahnya untuk di kupas bibi Jane.Shelia berjalan menuju meja makan lalu duduk disana menunggu buahnya selesai di kupas bibi Jane.Tidak lama menunggu, bibi Jane menghampiri dirinya dengan satu piring berisi buah-buahan yang tadi ia pilih."Silahkan nona. Jika butuh sesuatu lagi, anda bisa memanggil saya." Kata bibi Jane saat dia meletakkan sepiring buah-buahan di depan Shelia."Terimakasih bibi. Bibi Jane boleh istirahat." Jawab Shelia.Tapi sepertinya bibi Jane enggan untuk beranjak dari sana. Wanita berusia kurang lebih empat puluh tahun itu masih setia berdiri di samping Shelia dengan menjaga jarak."Saya akan menunggu anda sampai menyelesaikan makan anda, nona." Ucap bibi Jane dengan tersenyum.Shelia membalas senyuman itu dengan sedikit canggung. Dia belum terbiasa dengan keadaan ini. Dimana dia selalu dilayani, 'Mimpi apa aku sebelum datang ke negara ini? Sampai terlempar ke dalam rumah ini.' Shelia kembali tersenyum pada bibi Jane, "Bibi mau?" Tawar Shelia pada bibi Jane.Bibi Jane sedikit terkejut dengan sikap Shelia, tapi dengan cepat ia menormalkan keterkejutannya lalu tersenyum, "Tidak nona, terimakasih." Balas bibi Jane."Oh... ya sudah, aku makan sendiri." Shelia pun mulai memakan buah yang ada di piringnya.Bibi jane melihat Shelia dengan senyum di bibirnya, 'Anda sangat baik nona. Semoga tuan bisa menerima anda." Ucapnya dalam hati.Setelah menyelesaikan makan buahnya, Shelia ingin mengelilingi mansion ini sebentar, karena sejak kemarin dia belum melihat semua ruangan yang ada di mansion ini.Tapi tentu saja dia tidak bilang pada bibi Jane. Tadi dia bilang akan kembali ke kamar, jadi bibi Jane pamit untuk istirahat di kamarnya. Shelia ingin melihat-lihat mansion ini sendiri, tanpa di temani bibi Jane atau pelayan lainnya.Shelia berjalan menyusuri satu persatu ruangan yang ada di mansion bak istana ini. Matanya berbinar kagum saat melihat betapa besar serta luasnya mansion milik suaminya, juga barang-barang mewah serta mahal yang ada di Mansion itu membuat Shelia berdecak kagum, "Ternyata dia sangat kaya, aku tidak menyangka akan menjadi istri dari orang sekaya ini, kalau ponsel ku sudah kembali pada ku, aku akan pamer sama si Ratna, biar dia kepanasan." Shelia tergelak sendiri saat mengatakan itu, tapi tawanya hilang saat mengingat sikap Sherkan padanya, juga wajah pria itu yang datar serta dingin.Shelia bergidik bukan karena wajah Sherkan tapi karena sikap dingin serta kejam pria itu. Sepertinya Shelia sudah mulai terbiasa dengan wajah buruk suaminya.Saat sudah puas mengelilingi mansion mewah itu, Shelia memutuskan untuk kembali ke kamar suaminya. Tapi saat dia berjalan sudah agak jauh, Shelia baru menyadari jika ia lupa jalan kembali ke kamar suaminya, sejak tadi dia hanya memasuki ruangan yang berbeda tapi tidak juga menemukan ruang makan. Karena jika sudah berada di ruang makan dia akan tau kemana arah kamar suaminya karena di ruang makan sudah ada lift untuk membawanya ke kamar suaminya."Aduh... Arahnya kemana ya? ke kiri atau ke kanan? atau malah lurus ke depan? kalau ke belakang tidak mungkin, tadi aku baru dari arah sana." Shelia tampak berpikir untuk memilih jalan mana yang akan dia pilih, "Ah.. ke kanan aja lah!" Putusnya.Tapi lagi-lagi dia tidak menemukan jalan untuk kembali ke kamar suaminya, "Huaa... Aku tersesat!!"Karena lelah berjalan kesan kemari tapi belum juga menemukan jalan kembali ke kamar suaminya, akhirnya Shelia memilih untuk istirahat di salah satu kamar yang ia temui, untung saja kamar itu tidak di kunci. Meskipun dalam hati dia sedikit takut, tapi Shelia tidak punya pilihan. Dari tadi dia juga tidak bertemu dengan pelayan. Padahal dia juga sudah melambai pada cctv yang terpasang di setiap sudut ruangan, tapi entah mengapa tidak ada satu orang pun yang datang padanya.Tapi Shelia masih berpikir positif, mungkin saja semua pelayan sudah beristirahat karena ini juga sudah hampir jam sembilan malam."Lihatlah Jack, gadis itu kebingungan mencari jalan di rumah ini." Sherkan berbicara pada Jack yang berdiri di samping sang tuan."Apa tidak sebaiknya kita menyuruh seorang pelayan untuk menghampiri nona, tuan?" Ucap Jack."Tidak perlu. Ini hukuman untuk gadis bodoh sepertinya!" Jawab Sherkan dengan senyum seringai yang menghiasi wajahnya."Baik, tuan." Jack mengangguk lalu kembali duduk di
Shelia mengatur dada-nya yang bergemuruh, perkataan Alicia tadi sangat melukai harga dirinya. Mana ada dia melempar tubuhnya pada Sherkan yang ada dia yang di paksa menikah dengan pria itu."Dasar nenek lampir!" Gerutu Shelia yang masih saja merasa kesal.Dia mengambil baju ganti lalu memakainya. Dia sudah mandi tadi di kamar bawah, hanya belum mengganti baju saja.Sherkan tidak memberikan waktu untuknya berganti baju, pria itu langsung memintanya untuk ikut sarapan.Setelah berganti baju dan sedikit memakai makeup, karena kebetulan di sana sudah disediakan berbagai makeup untuknya."Ah.. lagi-lagi aku ingin pamer sama si Ratna. Coba kalau ponsel ku ada." Shelia memutar tubuhnya ke kiri serta ke kanan. Bibirnya tersenyum saat melihat pantulan dirinya di depan cermin, gaun berwarna biru langit dibawah lutut dengan lengan sabrina, rambut-nya di gerai dengan ujung dibuat bergelombang, jangan lupakan jepit rambut berbentuk hati disisi kanan rambutnya membuat penampilan Shelia semakin mani
Sherkan tergelak saat lagi-lagi Shelia terpeleset karena selimut yang membalut tubuhnya hingga lantai harus terinjak kaki Shelia sendiri.Setelah puas melihat tingkah konyol Shelia. Sherkan menutup iPad-nya lalu kembali melanjutkan pekerjaan-nya.Hari ini dia akan pulang sampai larut malam, karena banyaknya pekerjaan yang harus ia selesaikan hari ini juga.Sherkan Smith pria berusia tiga puluh enam tahun itu adalah penggila kerja, sebagian waktunya hanya dihabiskan untuk bekerja dan bekerja. Dia adalah generasi ke empat dari keluarga Smith. Keluarga konglomerat terkaya nomer satu di negara itu. Perusahaan keluarga Smith adalah perusahaan raksasa yang berjalan di bidang manufaktur, distribusi juga pemasaran sebuah produk yang terdiri dari makanan cepat saji, kebutuhan rumah tangga, serta kosmetik.Sherkan juga mendirikan perusahaan yang berjalan di bidang real estate dan itu sudah berjalan empat tahun. Dan perusahaan itu juga menjadi perusahaan terbesar.Meskipun memiliki wajah yang te
Setelah Sherkan mengangkat tubuh Shelia dari dalam bathtub dan mengganti baju Shelia, kini Sherkan tengah menunggu Shelia diperiksa oleh dokter keluarga Smith."Bagaimana keadaan-nya?" Tanya Sherkan setelah dokter selesai memeriksa Shelia yang masih tak sadarkan diri."Nona tengah demam tuan. Saya sudah resep kan obat untuk nona." Dokter itu menyerahkan resep obat pada bibi Jane.Bibi Jane segera menerima resep obat itu dan segera pamit keluar untuk membeli obat yang sudah di resep kan.Setelah dokter pamit pergi, Sherkan duduk disisi Shelia yang masih belum sadarkan diri. Dia menempelkan punggung tangan-nya pada kening Shelia. Sherkan dapat merasakan tubuh Shelia yang terasa panas.Menunggu beberapa saat, akhirnya bibi Jane datang membawa obat untuk nona mudanya. Setelah menyerahkan obat pada sang tuan, bibi Jane pun pamit untuk keluar kamar."Shelia.. bangun, minum dulu obat mu! Jangan buat aku mengeluarkan uang lebih lagi untuk pengobatan mu!" Suara Sherkan masih saja terdengar ketu
Shelia membulatkan matanya, saat bibir tebal Sherkan menempel sempurna pada bibirnya.Jantung gadis itu sudah berdebar dengan kencang, saat dia kembali merasakan lumatan kecil pada bibirnya."Karena aku sedang berbaik hati pada mu, jadi aku kasih kamu bonus, " Ucap Sherkan saat dia sudah melepaskan pagutannya pada bibir Shelia. Sherkan mengusap bibir basah Shelia dengan jarinya, dia tersenyum melihat wajah Shelia yang terlihat bersemu merah."Apa kau menginginkannya lagi?" Sherkan mengigit kecil cuping telinga Shelia, membuat tubuh Shelia meremang."S--saya..." Shelia merasa sangat gugup juga malu. Kedua matanya tidak berani untuk sekedar melihat Sherkan."Jika aku sedang bicara, tatap mata ku! Aku tidak suka diabaikan." Sherkan memegang dagu Shelia lalu mengarahkan wajah gadis itu untuk menatapnya."Saya malu, tuan." Cicit Shelia dengan suara pelan."Kenapa malu? Bukankah tadi malam kau memeluk ku sangat erat? Apa kau begitu menginginkan tubuh ku?" Sherkan tersenyum miring menatap ke
"Nona, bisa bantu saya sebentar?" Sheila menoleh menatap perempuan cantik yang berada disamping-nya."Tentu, nona. Apa yang bisa saya bantu?"Wanita cantik itu tersenyum sumringah, dia mengeluarkan satu amplop berwarna coklat dari dalam tasnya. Wanita itu menyerahkan amplop coklat itu pada shelia, "Tolong berikan ini pada teman saya, sebentar lagi dia akan datang. Saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ayah saya masuk rumah sakit jadi saya harus segera datang kesana."Shelia menatap amplop coklat itu, "Tapi saya tidak tahu teman nona yang mana," Kata shelia."Tenang saja, kamu pakai ini biar teman saya mengenali mu." Wanita itu memakaikan topi warna merah dengan logo SM, pada Shelia."Saya sudah kirim pesan padanya, dia akan segera sampai. Jika dia sampai serahkan amplop coklat ini padanya," Lanjutnya dengan menyerahkan amplop berwarna coklat pada shelia.Shelia menerima amplop coklat itu, "Baiklah nona, nanti saya akan serahkan amplop ini pada teman anda.""Terimakasih." Wanita it
Shelia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat wajah tuan Sherkan.Tubuhnya tiba-tiba gemetar ketakutan, kedua tangannya sudah terasa sangat dingin, tenggorokannya juga terasa sangat kering, hingga menelan ludah saja dia harus bersusah payah.Tuan Sherkan berjalan mendekati Shelia yang terlihat ketakutan melihat dirinya, bibirnya tersenyum miring menatap gadis yang masih terbilang remaja itu.Shelia terlihat mundur ketika tuan Sherkan mendekat kearahnya. Sherkan menarik tangan Shelia hingga tubuh mungil itu membentur dada bidang berbalut jas hitam itu."Kenapa, hem? Apa kau mau kabur? Apa kau takut melihat wajah ku?" Sherkan memeluk pinggang ramping itu dengan erat, tangannya mengelus pipi putih milik Shelia.Dengan wajah ketakutan Shelia mengangguk, dia memang tidak pernah berbohong, kedua orang tuanya selalu mengajarkannya untuk selalu berkata jujur. Saat ini memang dia merasa takut melihat wajah seram Sherkan, wajah yang sebagian terlihat melepuh, seperti terkena air
Malam hari...Shelia menatap dirinya pada cermin yang ada didalam kamar itu. Tubuh mungilnya dibalut dengan gaun pengantin berwarna putih yang terlihat sangat mewah.Wajahnya pun sudah diberi sapuan makeup, membuat dirinya terlihat berbeda dari biasanya, riasan wajahnya terlihat flawless sehingga membuat Shelia terlihat sangat sempurna malam ini."Apa nona muda sudah siap?" Jake masuk kedalam kamar dan berjalan mendekati bibi Jane."Sudah, taun. Nona muda sudah siap." Jawab bibi Jane.Jake mengangguk, "Mari, nona. Tuan sudah menunggu anda dibawah."Dengan perasaan berkecamuk, Shelia akhirnya berjalan keluar mengikuti Jake yang berada di depan mereka. Sedangkan Shelia berjalan dengan dibantu bibi Jane serta dua pelayan wanita yang setia mengikuti dirinya dari belakang.Shelia melirik dua pria berbadan kekar yang menjaga pintu kamar. Karena dua penjaga itulah ia tidak bisa kabur. Wajahnya yang terlihat garang serta tubuhnya yang kekar membuat nyali Shelia menciut ketika akan kabur dari
Shelia membulatkan matanya, saat bibir tebal Sherkan menempel sempurna pada bibirnya.Jantung gadis itu sudah berdebar dengan kencang, saat dia kembali merasakan lumatan kecil pada bibirnya."Karena aku sedang berbaik hati pada mu, jadi aku kasih kamu bonus, " Ucap Sherkan saat dia sudah melepaskan pagutannya pada bibir Shelia. Sherkan mengusap bibir basah Shelia dengan jarinya, dia tersenyum melihat wajah Shelia yang terlihat bersemu merah."Apa kau menginginkannya lagi?" Sherkan mengigit kecil cuping telinga Shelia, membuat tubuh Shelia meremang."S--saya..." Shelia merasa sangat gugup juga malu. Kedua matanya tidak berani untuk sekedar melihat Sherkan."Jika aku sedang bicara, tatap mata ku! Aku tidak suka diabaikan." Sherkan memegang dagu Shelia lalu mengarahkan wajah gadis itu untuk menatapnya."Saya malu, tuan." Cicit Shelia dengan suara pelan."Kenapa malu? Bukankah tadi malam kau memeluk ku sangat erat? Apa kau begitu menginginkan tubuh ku?" Sherkan tersenyum miring menatap ke
Setelah Sherkan mengangkat tubuh Shelia dari dalam bathtub dan mengganti baju Shelia, kini Sherkan tengah menunggu Shelia diperiksa oleh dokter keluarga Smith."Bagaimana keadaan-nya?" Tanya Sherkan setelah dokter selesai memeriksa Shelia yang masih tak sadarkan diri."Nona tengah demam tuan. Saya sudah resep kan obat untuk nona." Dokter itu menyerahkan resep obat pada bibi Jane.Bibi Jane segera menerima resep obat itu dan segera pamit keluar untuk membeli obat yang sudah di resep kan.Setelah dokter pamit pergi, Sherkan duduk disisi Shelia yang masih belum sadarkan diri. Dia menempelkan punggung tangan-nya pada kening Shelia. Sherkan dapat merasakan tubuh Shelia yang terasa panas.Menunggu beberapa saat, akhirnya bibi Jane datang membawa obat untuk nona mudanya. Setelah menyerahkan obat pada sang tuan, bibi Jane pun pamit untuk keluar kamar."Shelia.. bangun, minum dulu obat mu! Jangan buat aku mengeluarkan uang lebih lagi untuk pengobatan mu!" Suara Sherkan masih saja terdengar ketu
Sherkan tergelak saat lagi-lagi Shelia terpeleset karena selimut yang membalut tubuhnya hingga lantai harus terinjak kaki Shelia sendiri.Setelah puas melihat tingkah konyol Shelia. Sherkan menutup iPad-nya lalu kembali melanjutkan pekerjaan-nya.Hari ini dia akan pulang sampai larut malam, karena banyaknya pekerjaan yang harus ia selesaikan hari ini juga.Sherkan Smith pria berusia tiga puluh enam tahun itu adalah penggila kerja, sebagian waktunya hanya dihabiskan untuk bekerja dan bekerja. Dia adalah generasi ke empat dari keluarga Smith. Keluarga konglomerat terkaya nomer satu di negara itu. Perusahaan keluarga Smith adalah perusahaan raksasa yang berjalan di bidang manufaktur, distribusi juga pemasaran sebuah produk yang terdiri dari makanan cepat saji, kebutuhan rumah tangga, serta kosmetik.Sherkan juga mendirikan perusahaan yang berjalan di bidang real estate dan itu sudah berjalan empat tahun. Dan perusahaan itu juga menjadi perusahaan terbesar.Meskipun memiliki wajah yang te
Shelia mengatur dada-nya yang bergemuruh, perkataan Alicia tadi sangat melukai harga dirinya. Mana ada dia melempar tubuhnya pada Sherkan yang ada dia yang di paksa menikah dengan pria itu."Dasar nenek lampir!" Gerutu Shelia yang masih saja merasa kesal.Dia mengambil baju ganti lalu memakainya. Dia sudah mandi tadi di kamar bawah, hanya belum mengganti baju saja.Sherkan tidak memberikan waktu untuknya berganti baju, pria itu langsung memintanya untuk ikut sarapan.Setelah berganti baju dan sedikit memakai makeup, karena kebetulan di sana sudah disediakan berbagai makeup untuknya."Ah.. lagi-lagi aku ingin pamer sama si Ratna. Coba kalau ponsel ku ada." Shelia memutar tubuhnya ke kiri serta ke kanan. Bibirnya tersenyum saat melihat pantulan dirinya di depan cermin, gaun berwarna biru langit dibawah lutut dengan lengan sabrina, rambut-nya di gerai dengan ujung dibuat bergelombang, jangan lupakan jepit rambut berbentuk hati disisi kanan rambutnya membuat penampilan Shelia semakin mani
Karena lelah berjalan kesan kemari tapi belum juga menemukan jalan kembali ke kamar suaminya, akhirnya Shelia memilih untuk istirahat di salah satu kamar yang ia temui, untung saja kamar itu tidak di kunci. Meskipun dalam hati dia sedikit takut, tapi Shelia tidak punya pilihan. Dari tadi dia juga tidak bertemu dengan pelayan. Padahal dia juga sudah melambai pada cctv yang terpasang di setiap sudut ruangan, tapi entah mengapa tidak ada satu orang pun yang datang padanya.Tapi Shelia masih berpikir positif, mungkin saja semua pelayan sudah beristirahat karena ini juga sudah hampir jam sembilan malam."Lihatlah Jack, gadis itu kebingungan mencari jalan di rumah ini." Sherkan berbicara pada Jack yang berdiri di samping sang tuan."Apa tidak sebaiknya kita menyuruh seorang pelayan untuk menghampiri nona, tuan?" Ucap Jack."Tidak perlu. Ini hukuman untuk gadis bodoh sepertinya!" Jawab Sherkan dengan senyum seringai yang menghiasi wajahnya."Baik, tuan." Jack mengangguk lalu kembali duduk di
Shelia menunduk saat dia melihat Sherkan keluar dari dalam kamar mandi, hanya menggunakan handuk yang melilit pada pinggangnya.Sherkan berlalu begitu saja masuk kedalam walk in closed tanpa memanggil Shelia untuk melayaninya berganti baju.Shelia yang melihat itu merasa heran, "Apa dia marah karena kejadian tadi?" Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya dia melihat Sherkan keluar dari dalam walk in closed, pria itu sudah memakai piyama lengkap.Meskipun wajahnya terlihat buruk, tapi Shelia akui tubuh Sherkan sangat menggoda. Andai saja wajah pria itu tidak rusak seperti itu, sepertinya dia akan menjadi pria yang sangat tampan. Tapi sayang wajah pria itu harus rusak seperti itu.Muncul rasa iba pada hati Shelia saat melihat Sherkan yang berjalan melewatinya begitu saja dan langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang kiz size miliknya.Shelia yang merasa kalau Sherkan sedang marah padanya pun memberanikan diri untuk menghampiri pria itu dan bertanya."Tuan, apa anda marah pada saya?"
Gadis bernama Alicia Devendra mematung di tempatnya berdiri. Dengan sedikit gugup, dia memutar tubuhnya.Mata hitamnya menatap gadis yang berdiri tepat di depannya dari atas sampai bawah. Dahinya mengernyit melihat gadis yang terlihat asing itu."Kau pelayan baru disini?" Tanya Alicia dengan nada meremehkan."Nona, bertanya pada ku?""Ck... kalau tidak pada mu, pada siapa lagi? Hanya ada kau dan aku disini!" Alicia melipat tangannya didada."Aku bukan pelayan nona." Jawab Shelia."Bukan pelayan?"Shelia mengangguk, "Aku istri tuan Sherkan."Jawaban dari Shelia membuat Alicia terdesak ludahnya sendiri, "Uhukk... Uhuk...""Nona. Nona baik-baik saja?Alicia menghempas tangan Shelia yang menyentuh lengannya, "Jauhkan tangan kotor mu itu!" Sentak Alicia, matanya melotot menatap tajam pada Shelia.'Apa salah ku? kenapa matanya melotot begitu!" Ucap Shelia dalam hati."Tadi kau bilang apa? Ulangi sekali lagi," Perintah Alicia. Mungkin saja tadi dia hanya salah mendengar, tidak mungkin gadis
"A-apa? Me-makanku?" Shelia begitu kaget mendengar Sherkan akan memakannya. Tubuhnya langsung gemetar ketakutan.Apa pria ini seorang kanibal? Begitu kira-kira yang Shelia pikirkan. Gadis polos itu tidak mengerti apa maksud 'memakan mu' yang diucapkan Sherkan. Shelia sedikit menggeser kursi yang ia duduki. Tapi dengan cepat Sherkan kembali menarik kursi Shelia mendekat padanya."Tu-tuan, daging saya tidak enak. Anda pasti tidak akan suka." Lirih Shelia dengan suara pelan."Tidak masalah." Sherkan mengangkat sudut bibirnya melihat Shelia yang terlihat ketakutan."Ta...." "Tapi saya akan tetap suka." Potong Sherkan cepat, Sherkan tertawa melihat wajah pias Shelia, itu terlihat sangat lucu dimata Sherkan.Jake serta beberapa pelayan yang melihat Sherkan tertawa, merasa terkejut, pasalnya setelah kejadian memilukan beberapa tahun yang lalu, tuan-nya itu tidak pernah tertawa bahkan tersenyum sekalipun.Dulu Sherkan adalah pria yang hangat juga baik hati. Berbeda dengan Sherkan yang sekara
BrukkTubuh ramping itu terhempas ke lantai. Shelia meringis merasakan sakit pada punggung serta sikunya.Mata Shelia mengerjap saat dia melihat wajah Sherkan sudah berada tepat didepan wajahnya. Posisi mereka saat ini, Shelia berbaring dilantai sedangkan Sherkan membungkuk tepat didepan wajah Shelia."Bangun. Dasar pemalas!" Cibir Sherkan.Pria itu kembali menegakkan tubuhnya, dia menatap Shelia yang masih bergeming diatas lantai. Tadi ia sengaja menarik kaki Shelia hingga gadis itu terjatuh ke lantai.Mata Shelia mengerjap berulang kali, otaknya yang kecil berusaha mengumpulkan ingatannya. Setelah ingatan itu terkumpul, Shelia dengan cepat bangun dari berbaring-nya.Gadis cantik itu langsung berdiri dengan sedikit menahan ngilu pada punggung serta siku, akibat terjatuh barusan."Apa yang bisa saya bantu, tuan?""Kau siapkan air hangat serta baju ganti untukku!" Perintah Sherkan, dia menatap Shelia dari atas sampai bawah, hingga matanya tertuju pada buah yang terlihat menyembul dari