Shelia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat wajah tuan Sherkan.
Tubuhnya tiba-tiba gemetar ketakutan, kedua tangannya sudah terasa sangat dingin, tenggorokannya juga terasa sangat kering, hingga menelan ludah saja dia harus bersusah payah.Tuan Sherkan berjalan mendekati Shelia yang terlihat ketakutan melihat dirinya, bibirnya tersenyum miring menatap gadis yang masih terbilang remaja itu.Shelia terlihat mundur ketika tuan Sherkan mendekat kearahnya. Sherkan menarik tangan Shelia hingga tubuh mungil itu membentur dada bidang berbalut jas hitam itu."Kenapa, hem? Apa kau mau kabur? Apa kau takut melihat wajah ku?" Sherkan memeluk pinggang ramping itu dengan erat, tangannya mengelus pipi putih milik Shelia.Dengan wajah ketakutan Shelia mengangguk, dia memang tidak pernah berbohong, kedua orang tuanya selalu mengajarkannya untuk selalu berkata jujur. Saat ini memang dia merasa takut melihat wajah seram Sherkan, wajah yang sebagian terlihat melepuh, seperti terkena air keras, juga sayatan pada pangkal hidungnya. Tapi kejujurannya membuat raut wajah Sherkan berubah, rahangnya terlihat mengeras, matanya menatap tajam pada Shelia, membuat gadis cantik itu semakin ketakutan."Apa wajah ku terlihat seperti monster?" Shelia mengangguk, "Katakan apa yang kau rasakan setelah melihat wajah ku!" Suara Sherkan pelan namun terdengar menakutkan ditelinga Shelia."Ta..k....akk.." Suara Shelia tercekat ketika tangan kekar itu mencengkram lehernya. Tubuhnya bergetar hebat ketika cengkraman itu semakin membuatnya sulit bernafas."Sa...kit." Lirih Shelia ketika merasakan sakit pada lehernya.Wajah Shelia terlihat memerah karena menahan sakit pada lehernya. Tangannya berusaha menarik tangan kekar Sherkan dari lehernya, namun usahanya sia-sia tangan kekar itu malah semakin menguatkan cengkeramannya pada leher Shelia.Tangan Sherkan yang satu masih memeluk erat tubuh ramping Shelia."Apa kau mau keluar dari rumah ini?" Shelia mengangguk mendengar ucapan Sherkan."Apa kau tidak mau menikah dengan ku?" Shelia kembali mengangguk."Apa kau takut pada ku? Apa wajah ku terlihat menakutkan?" Shelia kembali mengangguk, dengan nafas yang mulai sulit ia dapatkan.Sherkan semakin mempererat cengkraman-nya pada leher Shelia. Hingga wajah Shelia terlihat memerah karena sulit untuk bernafas."Aku akan bertanya pada mu sekali lagi," Kata Sherkan dengan dingin.Jantung Shelia berdetak dengan kencang, hatinya gelisah menunggu pria yang mencengkram lehernya membuka suara. Udara yang masuk dalam rongga dadanya sudah mulai menipis, ditambah sakit yang ia rasakan membuat air matanya meleleh membanjiri kedua pipinya."Apa kau tidak ingin menikah dengan ku?" Bola mata Shelia berputar dengan liar, dia berpikir dengan keras, apa dia harus jujur atau berbohong?Shelia melirik pria yang tadi menjemputnya hanya diam tidak berniat untuk membantunya atau menghentikan tuannya.Jika dia berkata jujur pastilah ia akan mati, jika ia berkata bohong berarti ia melanggar janjinya pada kedua orang tuanya untuk selalu berkata jujur dimana pun dia berada.Cengkraman pada lehernya semakin kuat saat ia tak kunjung memberi jawaban. Shelia menggeleng sebagai jawaban, cengkraman Sherkan membuat Shelia sulit untuk mengeluarkan suara."Kau menggeleng, itu artinya kau ingin menikah dengan ku?"Shelia mengangguk, "I..iya," Ucapnya lirih."Kau tidak takut dengan ku?" Shelia menggeleng."Apa wajah ku terlihat menakutkan?" Shelia kembali menggeleng, hanya itu yang bisa ia lakukan.Shelia memilih berbohong agar dia bisa tetap hidup, dia belum mau mati. Meskipun saat ini dia begitu ketakutan melihat pria yang bernama tuan Sherkan. Biarlah dia bertahan dulu, jika ada kesempatan dia akan kabur dari tempat ini."Bagus!" Sherkan melepaskan cengkraman-nya pada leher Shelia.Hingga gadis bermata coklat itu terbatuk-batuk, Shelia meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Dia memegang dadanya yang masih berdetak dengan kencang dan nafasnya yang masih tersengal."Jake, kau urus gadis ini. Jangan biarkan dia keluar dari dalam kamar, jika sampai dia berani melangkah satu langkah saja dari pintu. Kau patahkan kedua kakinya!" Perintah Sherkan pada Jake sang asisten."Baik,tuan." Jake menunduk ketika tuannya pergi melewati mereka.Shelia menelan ludah dengan kasar, padahal baru saja otaknya menyusun rencana untuk kabur. Tapi mendengar perintah yang diucapkan oleh Sherkan membuat nyali Shelia menciut."Bibi Jane." Wanita paruh baya yang dipanggil Jake terlihat berjalan cepat mendekati mereka."Saya, taun." Ucap bibi Jane pada Jake."Kau antar nona muda ke kamarnya, dan pastikan sebelum pukul tujuh malam nona muda sudah harus siap." Titah Jake pada bibi jane--kepala pelayan di Mansion keluarga Smit."Baik, tuan." Ucap Bibi Jane menunduk.Jake berlalu meninggalkan Shelia yang masih terlihat ketakutan.Bibi Jane mendekat, wanita paruh baya itu menunduk pada Shelia, "Perkenalkan nona, saya bibi Jane. Kepala pelayan di Mansion ini." Kata bibi Jane memperkenal dirinya.Shelia hanya mengangguk tanpa suara, dia masih bingung dengan keadaan yang tiba-tiba saja berubah hanya karena dia menolong seorang wanita untuk menyerahkan amplop pada temannya. Bahkan Shelia juga tidak tahu apa isi amplop itu.Shelia masih tidak menyangka dia akan mengalami semua keadaan ini. Keadaan yang sama sekali tak ia inginkan terjadi dalam hidupnya.Apa itu artinya dia menjadi pengantin pengganti untuk menggantikan wanita yang tak ia kenal itu?Apa dia sanggup jika harus menjadi pengantin wanita dari pria berwajah seram juga menakutkan seperti tuan Sherkan?Bukan hanya wajahnya saja yang menakutkan tapi juga orangnya pun menakutkan. Membayangkan dirinya akan hidup bersama pria menyeramkan seperti tuan Sherkan membuat Shelia menggeleng cepat.'Tidak! Aku tidak mau menikah dan hidup bersamanya dan menjadi istri pria menyeramkan seperti taun Sherkan. Aku ingin menikah dengan pria yang baik juga yang mencintai ku. Aku harus kabur sebelum malam tiba.' Gumam Shelia dalam hati."Silahkan masuk nona," Ucap bibi Jane membuyarkan lamunan Shelia.Kaki Shelia memasuki sebuah kamar yang begitu luas, matanya berbinar menatap setiap sudut kamar. Shelia berdecak kagum melihat betapa mewah serta luasnya kamar itu, mungkin luasnya hampir sama dengan luas rumahnya di desa.'Eh'Shelia terjingkat kaget saat kedua pelayan yang entah kapan datangnya membuka jaket yang ia kenakan."Mau apa kalian?" Shelia menarik jaket yang hampir terlepas dari tubuhnya, ia merapatkan jaket itu pada tubuhnya."Mereka akan membantu anda mandi nona." Shelia menoleh menatap bibir Jane yang tersenyum padanya."Aku bisa sendiri." Tolak Shelia yang masih merapatkan jaketnya."Tolong jangan persulit pekerjaan mereka nona, karena itu memang tugas mereka." Balas bibi Jane."Tapi aku tidak terbiasa mandi dilayani, bibi. Aku juga tidak merasa nyaman," Ucap Shelia."Maaf nona, anda harus terbiasa mulai sekarang, karena sebentar lagi anda akan menjadi istri dari tuan Sherkan. Jadi biarkan mereka melayani anda." Bibi Jane tersenyum melihat wajah merah Shelia, dia tau gadis cantik itu pasti merasa malu."Tapi bibi...""Nona, penolakan anda akan membuat mereka kesulitan. Apa anda tidak ingat apa yang terjadi pada anda tadi? Tuan tidak akan segan-segan membuat mereka kehilangan anggota tubuh mereka atau bahkan nyawa mereka jika tidak bekerja dengan baik." Jelas bibi Jane panjang lebar, membuat Shelia kembali ketakutan.Shelia menatap dua pelayan itu satu persatu, dia bisa melihat dua pelayan itu juga merasa ketakutan atas penolakannya. Sama seperti dirinya yang merasa ketakutan akan menikah dengan monster seperti tuan Sherkan.Malam hari...Shelia menatap dirinya pada cermin yang ada didalam kamar itu. Tubuh mungilnya dibalut dengan gaun pengantin berwarna putih yang terlihat sangat mewah.Wajahnya pun sudah diberi sapuan makeup, membuat dirinya terlihat berbeda dari biasanya, riasan wajahnya terlihat flawless sehingga membuat Shelia terlihat sangat sempurna malam ini."Apa nona muda sudah siap?" Jake masuk kedalam kamar dan berjalan mendekati bibi Jane."Sudah, taun. Nona muda sudah siap." Jawab bibi Jane.Jake mengangguk, "Mari, nona. Tuan sudah menunggu anda dibawah."Dengan perasaan berkecamuk, Shelia akhirnya berjalan keluar mengikuti Jake yang berada di depan mereka. Sedangkan Shelia berjalan dengan dibantu bibi Jane serta dua pelayan wanita yang setia mengikuti dirinya dari belakang.Shelia melirik dua pria berbadan kekar yang menjaga pintu kamar. Karena dua penjaga itulah ia tidak bisa kabur. Wajahnya yang terlihat garang serta tubuhnya yang kekar membuat nyali Shelia menciut ketika akan kabur dari
Shelia beringsut mundur ketika ia melihat Sherkan naik keatas ranjang. Tubuhnya sudah gemetar ketakutan, keringat dingin sudah membanjiri wajahnya padahal kamar itu terasa dingin.Sherkan menarik kaki Shelia hingga gadis cantik itu merosot kebawah Kungkungan-nya. Dia menatap wajah cantik yang terlihat pucat itu, "Apa kau tak sudi ku sentuh Shelia?""S-saya hanya belum si-siap tuan." Ucap Shelia terbata.Ya, dia hanya belum siap menerima keadaannya saat ini.Siapa yang akan siap jika tiba-tiba harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia kenal? Dalam satu hari tiba-tiba dia menjadi pengantin pria yang wajahnya terlihat seram juga pria yang begitu kejam.Meskipun pria ini kaya tapi tetap saja pria ini begitu kejam, jika saja sifatnya tak kejam mungkin Shelia akan menerima pria ini, meskipun wajahnya terlihat buruk rupa."Kau pandai sekali berbohong, Shelia?" Sherkan menindih tubuh Shelia yang berada dibawahnya.Shelia menggeleng, dia tidak berbohong dia memang belum siap.Sherkan
BrukkTubuh ramping itu terhempas ke lantai. Shelia meringis merasakan sakit pada punggung serta sikunya.Mata Shelia mengerjap saat dia melihat wajah Sherkan sudah berada tepat didepan wajahnya. Posisi mereka saat ini, Shelia berbaring dilantai sedangkan Sherkan membungkuk tepat didepan wajah Shelia."Bangun. Dasar pemalas!" Cibir Sherkan.Pria itu kembali menegakkan tubuhnya, dia menatap Shelia yang masih bergeming diatas lantai. Tadi ia sengaja menarik kaki Shelia hingga gadis itu terjatuh ke lantai.Mata Shelia mengerjap berulang kali, otaknya yang kecil berusaha mengumpulkan ingatannya. Setelah ingatan itu terkumpul, Shelia dengan cepat bangun dari berbaring-nya.Gadis cantik itu langsung berdiri dengan sedikit menahan ngilu pada punggung serta siku, akibat terjatuh barusan."Apa yang bisa saya bantu, tuan?""Kau siapkan air hangat serta baju ganti untukku!" Perintah Sherkan, dia menatap Shelia dari atas sampai bawah, hingga matanya tertuju pada buah yang terlihat menyembul dari
"A-apa? Me-makanku?" Shelia begitu kaget mendengar Sherkan akan memakannya. Tubuhnya langsung gemetar ketakutan.Apa pria ini seorang kanibal? Begitu kira-kira yang Shelia pikirkan. Gadis polos itu tidak mengerti apa maksud 'memakan mu' yang diucapkan Sherkan. Shelia sedikit menggeser kursi yang ia duduki. Tapi dengan cepat Sherkan kembali menarik kursi Shelia mendekat padanya."Tu-tuan, daging saya tidak enak. Anda pasti tidak akan suka." Lirih Shelia dengan suara pelan."Tidak masalah." Sherkan mengangkat sudut bibirnya melihat Shelia yang terlihat ketakutan."Ta...." "Tapi saya akan tetap suka." Potong Sherkan cepat, Sherkan tertawa melihat wajah pias Shelia, itu terlihat sangat lucu dimata Sherkan.Jake serta beberapa pelayan yang melihat Sherkan tertawa, merasa terkejut, pasalnya setelah kejadian memilukan beberapa tahun yang lalu, tuan-nya itu tidak pernah tertawa bahkan tersenyum sekalipun.Dulu Sherkan adalah pria yang hangat juga baik hati. Berbeda dengan Sherkan yang sekara
Gadis bernama Alicia Devendra mematung di tempatnya berdiri. Dengan sedikit gugup, dia memutar tubuhnya.Mata hitamnya menatap gadis yang berdiri tepat di depannya dari atas sampai bawah. Dahinya mengernyit melihat gadis yang terlihat asing itu."Kau pelayan baru disini?" Tanya Alicia dengan nada meremehkan."Nona, bertanya pada ku?""Ck... kalau tidak pada mu, pada siapa lagi? Hanya ada kau dan aku disini!" Alicia melipat tangannya didada."Aku bukan pelayan nona." Jawab Shelia."Bukan pelayan?"Shelia mengangguk, "Aku istri tuan Sherkan."Jawaban dari Shelia membuat Alicia terdesak ludahnya sendiri, "Uhukk... Uhuk...""Nona. Nona baik-baik saja?Alicia menghempas tangan Shelia yang menyentuh lengannya, "Jauhkan tangan kotor mu itu!" Sentak Alicia, matanya melotot menatap tajam pada Shelia.'Apa salah ku? kenapa matanya melotot begitu!" Ucap Shelia dalam hati."Tadi kau bilang apa? Ulangi sekali lagi," Perintah Alicia. Mungkin saja tadi dia hanya salah mendengar, tidak mungkin gadis
Shelia menunduk saat dia melihat Sherkan keluar dari dalam kamar mandi, hanya menggunakan handuk yang melilit pada pinggangnya.Sherkan berlalu begitu saja masuk kedalam walk in closed tanpa memanggil Shelia untuk melayaninya berganti baju.Shelia yang melihat itu merasa heran, "Apa dia marah karena kejadian tadi?" Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya dia melihat Sherkan keluar dari dalam walk in closed, pria itu sudah memakai piyama lengkap.Meskipun wajahnya terlihat buruk, tapi Shelia akui tubuh Sherkan sangat menggoda. Andai saja wajah pria itu tidak rusak seperti itu, sepertinya dia akan menjadi pria yang sangat tampan. Tapi sayang wajah pria itu harus rusak seperti itu.Muncul rasa iba pada hati Shelia saat melihat Sherkan yang berjalan melewatinya begitu saja dan langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang kiz size miliknya.Shelia yang merasa kalau Sherkan sedang marah padanya pun memberanikan diri untuk menghampiri pria itu dan bertanya."Tuan, apa anda marah pada saya?"
Karena lelah berjalan kesan kemari tapi belum juga menemukan jalan kembali ke kamar suaminya, akhirnya Shelia memilih untuk istirahat di salah satu kamar yang ia temui, untung saja kamar itu tidak di kunci. Meskipun dalam hati dia sedikit takut, tapi Shelia tidak punya pilihan. Dari tadi dia juga tidak bertemu dengan pelayan. Padahal dia juga sudah melambai pada cctv yang terpasang di setiap sudut ruangan, tapi entah mengapa tidak ada satu orang pun yang datang padanya.Tapi Shelia masih berpikir positif, mungkin saja semua pelayan sudah beristirahat karena ini juga sudah hampir jam sembilan malam."Lihatlah Jack, gadis itu kebingungan mencari jalan di rumah ini." Sherkan berbicara pada Jack yang berdiri di samping sang tuan."Apa tidak sebaiknya kita menyuruh seorang pelayan untuk menghampiri nona, tuan?" Ucap Jack."Tidak perlu. Ini hukuman untuk gadis bodoh sepertinya!" Jawab Sherkan dengan senyum seringai yang menghiasi wajahnya."Baik, tuan." Jack mengangguk lalu kembali duduk di
Shelia mengatur dada-nya yang bergemuruh, perkataan Alicia tadi sangat melukai harga dirinya. Mana ada dia melempar tubuhnya pada Sherkan yang ada dia yang di paksa menikah dengan pria itu."Dasar nenek lampir!" Gerutu Shelia yang masih saja merasa kesal.Dia mengambil baju ganti lalu memakainya. Dia sudah mandi tadi di kamar bawah, hanya belum mengganti baju saja.Sherkan tidak memberikan waktu untuknya berganti baju, pria itu langsung memintanya untuk ikut sarapan.Setelah berganti baju dan sedikit memakai makeup, karena kebetulan di sana sudah disediakan berbagai makeup untuknya."Ah.. lagi-lagi aku ingin pamer sama si Ratna. Coba kalau ponsel ku ada." Shelia memutar tubuhnya ke kiri serta ke kanan. Bibirnya tersenyum saat melihat pantulan dirinya di depan cermin, gaun berwarna biru langit dibawah lutut dengan lengan sabrina, rambut-nya di gerai dengan ujung dibuat bergelombang, jangan lupakan jepit rambut berbentuk hati disisi kanan rambutnya membuat penampilan Shelia semakin mani
Shelia membulatkan matanya, saat bibir tebal Sherkan menempel sempurna pada bibirnya.Jantung gadis itu sudah berdebar dengan kencang, saat dia kembali merasakan lumatan kecil pada bibirnya."Karena aku sedang berbaik hati pada mu, jadi aku kasih kamu bonus, " Ucap Sherkan saat dia sudah melepaskan pagutannya pada bibir Shelia. Sherkan mengusap bibir basah Shelia dengan jarinya, dia tersenyum melihat wajah Shelia yang terlihat bersemu merah."Apa kau menginginkannya lagi?" Sherkan mengigit kecil cuping telinga Shelia, membuat tubuh Shelia meremang."S--saya..." Shelia merasa sangat gugup juga malu. Kedua matanya tidak berani untuk sekedar melihat Sherkan."Jika aku sedang bicara, tatap mata ku! Aku tidak suka diabaikan." Sherkan memegang dagu Shelia lalu mengarahkan wajah gadis itu untuk menatapnya."Saya malu, tuan." Cicit Shelia dengan suara pelan."Kenapa malu? Bukankah tadi malam kau memeluk ku sangat erat? Apa kau begitu menginginkan tubuh ku?" Sherkan tersenyum miring menatap ke
Setelah Sherkan mengangkat tubuh Shelia dari dalam bathtub dan mengganti baju Shelia, kini Sherkan tengah menunggu Shelia diperiksa oleh dokter keluarga Smith."Bagaimana keadaan-nya?" Tanya Sherkan setelah dokter selesai memeriksa Shelia yang masih tak sadarkan diri."Nona tengah demam tuan. Saya sudah resep kan obat untuk nona." Dokter itu menyerahkan resep obat pada bibi Jane.Bibi Jane segera menerima resep obat itu dan segera pamit keluar untuk membeli obat yang sudah di resep kan.Setelah dokter pamit pergi, Sherkan duduk disisi Shelia yang masih belum sadarkan diri. Dia menempelkan punggung tangan-nya pada kening Shelia. Sherkan dapat merasakan tubuh Shelia yang terasa panas.Menunggu beberapa saat, akhirnya bibi Jane datang membawa obat untuk nona mudanya. Setelah menyerahkan obat pada sang tuan, bibi Jane pun pamit untuk keluar kamar."Shelia.. bangun, minum dulu obat mu! Jangan buat aku mengeluarkan uang lebih lagi untuk pengobatan mu!" Suara Sherkan masih saja terdengar ketu
Sherkan tergelak saat lagi-lagi Shelia terpeleset karena selimut yang membalut tubuhnya hingga lantai harus terinjak kaki Shelia sendiri.Setelah puas melihat tingkah konyol Shelia. Sherkan menutup iPad-nya lalu kembali melanjutkan pekerjaan-nya.Hari ini dia akan pulang sampai larut malam, karena banyaknya pekerjaan yang harus ia selesaikan hari ini juga.Sherkan Smith pria berusia tiga puluh enam tahun itu adalah penggila kerja, sebagian waktunya hanya dihabiskan untuk bekerja dan bekerja. Dia adalah generasi ke empat dari keluarga Smith. Keluarga konglomerat terkaya nomer satu di negara itu. Perusahaan keluarga Smith adalah perusahaan raksasa yang berjalan di bidang manufaktur, distribusi juga pemasaran sebuah produk yang terdiri dari makanan cepat saji, kebutuhan rumah tangga, serta kosmetik.Sherkan juga mendirikan perusahaan yang berjalan di bidang real estate dan itu sudah berjalan empat tahun. Dan perusahaan itu juga menjadi perusahaan terbesar.Meskipun memiliki wajah yang te
Shelia mengatur dada-nya yang bergemuruh, perkataan Alicia tadi sangat melukai harga dirinya. Mana ada dia melempar tubuhnya pada Sherkan yang ada dia yang di paksa menikah dengan pria itu."Dasar nenek lampir!" Gerutu Shelia yang masih saja merasa kesal.Dia mengambil baju ganti lalu memakainya. Dia sudah mandi tadi di kamar bawah, hanya belum mengganti baju saja.Sherkan tidak memberikan waktu untuknya berganti baju, pria itu langsung memintanya untuk ikut sarapan.Setelah berganti baju dan sedikit memakai makeup, karena kebetulan di sana sudah disediakan berbagai makeup untuknya."Ah.. lagi-lagi aku ingin pamer sama si Ratna. Coba kalau ponsel ku ada." Shelia memutar tubuhnya ke kiri serta ke kanan. Bibirnya tersenyum saat melihat pantulan dirinya di depan cermin, gaun berwarna biru langit dibawah lutut dengan lengan sabrina, rambut-nya di gerai dengan ujung dibuat bergelombang, jangan lupakan jepit rambut berbentuk hati disisi kanan rambutnya membuat penampilan Shelia semakin mani
Karena lelah berjalan kesan kemari tapi belum juga menemukan jalan kembali ke kamar suaminya, akhirnya Shelia memilih untuk istirahat di salah satu kamar yang ia temui, untung saja kamar itu tidak di kunci. Meskipun dalam hati dia sedikit takut, tapi Shelia tidak punya pilihan. Dari tadi dia juga tidak bertemu dengan pelayan. Padahal dia juga sudah melambai pada cctv yang terpasang di setiap sudut ruangan, tapi entah mengapa tidak ada satu orang pun yang datang padanya.Tapi Shelia masih berpikir positif, mungkin saja semua pelayan sudah beristirahat karena ini juga sudah hampir jam sembilan malam."Lihatlah Jack, gadis itu kebingungan mencari jalan di rumah ini." Sherkan berbicara pada Jack yang berdiri di samping sang tuan."Apa tidak sebaiknya kita menyuruh seorang pelayan untuk menghampiri nona, tuan?" Ucap Jack."Tidak perlu. Ini hukuman untuk gadis bodoh sepertinya!" Jawab Sherkan dengan senyum seringai yang menghiasi wajahnya."Baik, tuan." Jack mengangguk lalu kembali duduk di
Shelia menunduk saat dia melihat Sherkan keluar dari dalam kamar mandi, hanya menggunakan handuk yang melilit pada pinggangnya.Sherkan berlalu begitu saja masuk kedalam walk in closed tanpa memanggil Shelia untuk melayaninya berganti baju.Shelia yang melihat itu merasa heran, "Apa dia marah karena kejadian tadi?" Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya dia melihat Sherkan keluar dari dalam walk in closed, pria itu sudah memakai piyama lengkap.Meskipun wajahnya terlihat buruk, tapi Shelia akui tubuh Sherkan sangat menggoda. Andai saja wajah pria itu tidak rusak seperti itu, sepertinya dia akan menjadi pria yang sangat tampan. Tapi sayang wajah pria itu harus rusak seperti itu.Muncul rasa iba pada hati Shelia saat melihat Sherkan yang berjalan melewatinya begitu saja dan langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang kiz size miliknya.Shelia yang merasa kalau Sherkan sedang marah padanya pun memberanikan diri untuk menghampiri pria itu dan bertanya."Tuan, apa anda marah pada saya?"
Gadis bernama Alicia Devendra mematung di tempatnya berdiri. Dengan sedikit gugup, dia memutar tubuhnya.Mata hitamnya menatap gadis yang berdiri tepat di depannya dari atas sampai bawah. Dahinya mengernyit melihat gadis yang terlihat asing itu."Kau pelayan baru disini?" Tanya Alicia dengan nada meremehkan."Nona, bertanya pada ku?""Ck... kalau tidak pada mu, pada siapa lagi? Hanya ada kau dan aku disini!" Alicia melipat tangannya didada."Aku bukan pelayan nona." Jawab Shelia."Bukan pelayan?"Shelia mengangguk, "Aku istri tuan Sherkan."Jawaban dari Shelia membuat Alicia terdesak ludahnya sendiri, "Uhukk... Uhuk...""Nona. Nona baik-baik saja?Alicia menghempas tangan Shelia yang menyentuh lengannya, "Jauhkan tangan kotor mu itu!" Sentak Alicia, matanya melotot menatap tajam pada Shelia.'Apa salah ku? kenapa matanya melotot begitu!" Ucap Shelia dalam hati."Tadi kau bilang apa? Ulangi sekali lagi," Perintah Alicia. Mungkin saja tadi dia hanya salah mendengar, tidak mungkin gadis
"A-apa? Me-makanku?" Shelia begitu kaget mendengar Sherkan akan memakannya. Tubuhnya langsung gemetar ketakutan.Apa pria ini seorang kanibal? Begitu kira-kira yang Shelia pikirkan. Gadis polos itu tidak mengerti apa maksud 'memakan mu' yang diucapkan Sherkan. Shelia sedikit menggeser kursi yang ia duduki. Tapi dengan cepat Sherkan kembali menarik kursi Shelia mendekat padanya."Tu-tuan, daging saya tidak enak. Anda pasti tidak akan suka." Lirih Shelia dengan suara pelan."Tidak masalah." Sherkan mengangkat sudut bibirnya melihat Shelia yang terlihat ketakutan."Ta...." "Tapi saya akan tetap suka." Potong Sherkan cepat, Sherkan tertawa melihat wajah pias Shelia, itu terlihat sangat lucu dimata Sherkan.Jake serta beberapa pelayan yang melihat Sherkan tertawa, merasa terkejut, pasalnya setelah kejadian memilukan beberapa tahun yang lalu, tuan-nya itu tidak pernah tertawa bahkan tersenyum sekalipun.Dulu Sherkan adalah pria yang hangat juga baik hati. Berbeda dengan Sherkan yang sekara
BrukkTubuh ramping itu terhempas ke lantai. Shelia meringis merasakan sakit pada punggung serta sikunya.Mata Shelia mengerjap saat dia melihat wajah Sherkan sudah berada tepat didepan wajahnya. Posisi mereka saat ini, Shelia berbaring dilantai sedangkan Sherkan membungkuk tepat didepan wajah Shelia."Bangun. Dasar pemalas!" Cibir Sherkan.Pria itu kembali menegakkan tubuhnya, dia menatap Shelia yang masih bergeming diatas lantai. Tadi ia sengaja menarik kaki Shelia hingga gadis itu terjatuh ke lantai.Mata Shelia mengerjap berulang kali, otaknya yang kecil berusaha mengumpulkan ingatannya. Setelah ingatan itu terkumpul, Shelia dengan cepat bangun dari berbaring-nya.Gadis cantik itu langsung berdiri dengan sedikit menahan ngilu pada punggung serta siku, akibat terjatuh barusan."Apa yang bisa saya bantu, tuan?""Kau siapkan air hangat serta baju ganti untukku!" Perintah Sherkan, dia menatap Shelia dari atas sampai bawah, hingga matanya tertuju pada buah yang terlihat menyembul dari