Brukk
Tubuh ramping itu terhempas ke lantai. Shelia meringis merasakan sakit pada punggung serta sikunya.Mata Shelia mengerjap saat dia melihat wajah Sherkan sudah berada tepat didepan wajahnya. Posisi mereka saat ini, Shelia berbaring dilantai sedangkan Sherkan membungkuk tepat didepan wajah Shelia."Bangun. Dasar pemalas!" Cibir Sherkan.Pria itu kembali menegakkan tubuhnya, dia menatap Shelia yang masih bergeming diatas lantai. Tadi ia sengaja menarik kaki Shelia hingga gadis itu terjatuh ke lantai.Mata Shelia mengerjap berulang kali, otaknya yang kecil berusaha mengumpulkan ingatannya. Setelah ingatan itu terkumpul, Shelia dengan cepat bangun dari berbaring-nya.Gadis cantik itu langsung berdiri dengan sedikit menahan ngilu pada punggung serta siku, akibat terjatuh barusan."Apa yang bisa saya bantu, tuan?""Kau siapkan air hangat serta baju ganti untukku!" Perintah Sherkan, dia menatap Shelia dari atas sampai bawah, hingga matanya tertuju pada buah yang terlihat menyembul dari balik baju tipis yang dikenakan gadis itu."Cepat lah! Kau lelet sekali!" Bentak Sherkan membuat Shelia gelagapan dan langsung berlari menuju kamar mandi."S*hit" Umpatnya, saat dia merasakan tubuhnya memanas saat matanya menatap buah milik Shelia.Semalam dia juga sengaja menyuruh Shelia untuk tidur di sofa, jujur saja dia sempat tergoda dengan tubuh gadis cantik itu. Tak dipungkiri tubuh Shelia sangat menggoda. Padahal sebelum menuju kamar dia sempat meyakinkan dirinya tidak akan tergoda dengan gadis ingusan seperti Shelia. Namun ternyata dia salah, saat pertama kali masuk kedalam kamar dan melihat Shelia hanya menggunakan baju tipis, tubuhnya langsung bereaksi."Tuan, airnya sudah siap." Kata Shelia setelah ia keluar dari kamar mandi, kakinya segera melangkah menuju walk in closet untuk mengambil baju ganti untuk Sherkan."Hem. Kau kemarilah," Langkah kaki Shelia terhenti, gadis berhidung mancung itu memutar tubuhnya dan berjalan menghampiri Sherkan."Ya, tuan." Jawab Shelia dengan menunduk."Angkat kepala mu! Apa kau jijik melihat wajah saya!" Sentak Sherkan, wajahnya terlihat geram dengan Shelia yang selalu saja menunduk saat berbicara dengannya. Dia tidak suka itu."Ma-af tuan." Shelia mengangkat wajahnya untuk menatap wajah seram Sherkan. Dia bukanya jijik hanya takut pada pria arogan ini."Kemarilah." Sherkan berjalan menuju kamar mandi, di ikuti Shelia yang berjalan dibelakangnya."Layani saya mandi," Kata Sherkan membuat mata Shelia membola.'melayani dia mandi? Itu artinya aku memandikan-nya?' Kata shelia dalam hati.Sherkan menarik tangan Shelia hingga gadis itu terjingkat kaget, "Apa kau tuli? Apa kau ingin kehilangan telingamu!"Shelia menggeleng, "Tidak tuan, saya akan melayani anda mandi.""Bagus! Lepas baju saya."Dengan tubuh gemetar Shelia melepas satu persatu baju Sherkan, ingin memejamkan mata tapi dia takut singa yang berdiri didepannya ini akan mengamuk lagi. Jadi mau tak mau Shelia harus melihat pemandangan yang membuat pipinya memanas hingga memerah seperti kepiting rebus.Setelah semua baju yang ada pada tubuhnya terlepas, Sherkan berjalan dan masuk kedalam bathtub. Dia tidak perduli dengan Shelia yang sudah gemetar juga malu.Shelia dengan telaten memandikan bayi besar itu, dari mencuci rambut pria itu, menggosok punggung serta seluruh tubuh Sherkan tanpa terkecuali. Bisa dibayangkan betapa gugup serta malunya Shelia,namun dia bisa apa? Mau membantah pun tak berani.Setelah selesai dengan ritual mandi, Shelia kini memakaikan Sherkan baju kerjanya."Sudah tuan." Ucap Shelia setelah setelan jas itu sudah melekat sempurna ditubuh atletis Sherkan."Mulai sekarang ini lah tugasmu. Melayani saya, karena kau adalah budak disini! Apa kau mengerti? Kau budak disini!" Sherkan menekan setiap kata yang dia ucapkan, membuat Shelia mengangguk mengerti.Setelah Sherkan keluar kamar dan pintu itu tertutup rapat, tangis Shelia pecah. Tangis yang sudah ia tahan sedari tadi."Aku ingin pulang!" Gumam Shelia disela-sela tangisnya.** Jake berjalan menghampiri tuannya, dia sudah mendapatkan informasi tentang Shelia juga Sheli."Tuan, saya sudah mendapatkan informasinya." Jake menyerahkan sebuah dokumen berisi semua informasi kedua gadis itu.Sherkan menerima dokumen itu dan membacanya secara teliti. Bibirnya tersenyum miring setelah dia mengetahui gadis yang bernama Sheli tengah menipunya."Apa anda akan menjemput nona Sheli tuan?" Jake berkata dengan melihat reaksi apa yang akan tuannya ini berikan."Tidak! Biarkan saja dia bersenang-senang dulu, lagi pula saya suka dengan kelinci kecil itu." Kata Sherkan menatap Shelia yang baru saja keluar dari dalam lift.Jake mengerti apa yang tuannya inginkan, dia pun hanya mengangguk, "Baik, tuan."Jake menatap tuannya yang tersenyum miring ketika melihat Shelia berjalan semakin mendekat kearah mereka."Tuan," Sapa Shelia ketika ia sudah berdiri disamping Sherkan."Duduklah," Perintah Sherkan pada gadis yang terlihat manis dengan gaun selutut berwarna peach itu.Shelia mengangguk lalu ia pun duduk disamping Sherkan, "Tuan, mau makan apa?" Tanya Shelia saat ia menatap beberapa menu sarapan yang tersaji di meja makan.Shelia melihat banyak sekali makanan yang terlihat asing baginya. Shelia segera membuka piring yang ada dihadapan Sherkan , "Tuan mau sarapan apa?" Ulang Shelia lagi.Tapi Sherkan hanya diam saja tidak menjawab ucapan dari Shelia. Dia masih sibuk dengan iPad yang ada ditangannya.Melihat itu Shelia kembali urung untuk mengambilkan sarapan untuk suaminya, dia akan menunggu suaminya itu selesai dengan urusannya terlebih dulu.'Banyak sekali makanan-nya, apa pria ini bisa menghabiskan semua ini?' Shelia melirik Sherkan dengan ekor matanya, sepertinya tidak mungkin pria ini bisa menghabiskan semua makanan yang ada dimeja makan ini.Lima menit menunggu akhirnya Sherkan meletakkan ipad-nya dimeja, dia melihat Shelia yang menatap setiap menu yang ada dimeja makan. Lagi-lagi bibirnya tersenyum miring, "Apa kau tidak pernah melihat makanan seperti ini?" Kata Sherkan pada Shelia.Gadis cantik itu menggeleng tanpa menoleh pada Sherkan karena sejak tadi matanya masih fokus melihat satu persatu hidangan yang ada diatas meja."Tentu saja kau tidak pernah melihat makanan mahal ini. Apa kau tau, makanan ini dimasak oleh chef profesional." Sherkan menyeringai ketika melihat wajah kesal Shelia. Tapi gadis itu berusaha menutupi wajah kesalnya dengan senyum, yang Sherkan tahu hanya senyum keterpaksaan."Ya, tuan memang saya tidak pernah melihat makanan mahal seperti ini." Shelia tersenyum menatap Sherkan, 'Aku juga tahu kau ingin menghinaku dengan kata-katamu itu, dasar monster!' Geram Shelia yang hanya bisa dia ucapkan dalam hati, mana berani dia mengatakan langsung didepan pria ini, bisa-bisa nyawanya melayang saat ini juga."Jadi, tuan ingin sarapan dengan makanan mahal yang mana?" Tanya Shelia dengan bibir tersenyum kaku.Sherkan menarik kursi Shelia hingga kini jarak mereka sangat dekat. Sherkan mendekatkan wajahnya, dia menempelkan wajahnya yang rusak pada pipi Shelia lalu dia berbisik ditelinga Shelia, "Aku ingin memakan mu!""A-apa? Me-makanku?" Shelia begitu kaget mendengar Sherkan akan memakannya. Tubuhnya langsung gemetar ketakutan.Apa pria ini seorang kanibal? Begitu kira-kira yang Shelia pikirkan. Gadis polos itu tidak mengerti apa maksud 'memakan mu' yang diucapkan Sherkan. Shelia sedikit menggeser kursi yang ia duduki. Tapi dengan cepat Sherkan kembali menarik kursi Shelia mendekat padanya."Tu-tuan, daging saya tidak enak. Anda pasti tidak akan suka." Lirih Shelia dengan suara pelan."Tidak masalah." Sherkan mengangkat sudut bibirnya melihat Shelia yang terlihat ketakutan."Ta...." "Tapi saya akan tetap suka." Potong Sherkan cepat, Sherkan tertawa melihat wajah pias Shelia, itu terlihat sangat lucu dimata Sherkan.Jake serta beberapa pelayan yang melihat Sherkan tertawa, merasa terkejut, pasalnya setelah kejadian memilukan beberapa tahun yang lalu, tuan-nya itu tidak pernah tertawa bahkan tersenyum sekalipun.Dulu Sherkan adalah pria yang hangat juga baik hati. Berbeda dengan Sherkan yang sekara
Gadis bernama Alicia Devendra mematung di tempatnya berdiri. Dengan sedikit gugup, dia memutar tubuhnya.Mata hitamnya menatap gadis yang berdiri tepat di depannya dari atas sampai bawah. Dahinya mengernyit melihat gadis yang terlihat asing itu."Kau pelayan baru disini?" Tanya Alicia dengan nada meremehkan."Nona, bertanya pada ku?""Ck... kalau tidak pada mu, pada siapa lagi? Hanya ada kau dan aku disini!" Alicia melipat tangannya didada."Aku bukan pelayan nona." Jawab Shelia."Bukan pelayan?"Shelia mengangguk, "Aku istri tuan Sherkan."Jawaban dari Shelia membuat Alicia terdesak ludahnya sendiri, "Uhukk... Uhuk...""Nona. Nona baik-baik saja?Alicia menghempas tangan Shelia yang menyentuh lengannya, "Jauhkan tangan kotor mu itu!" Sentak Alicia, matanya melotot menatap tajam pada Shelia.'Apa salah ku? kenapa matanya melotot begitu!" Ucap Shelia dalam hati."Tadi kau bilang apa? Ulangi sekali lagi," Perintah Alicia. Mungkin saja tadi dia hanya salah mendengar, tidak mungkin gadis
Shelia menunduk saat dia melihat Sherkan keluar dari dalam kamar mandi, hanya menggunakan handuk yang melilit pada pinggangnya.Sherkan berlalu begitu saja masuk kedalam walk in closed tanpa memanggil Shelia untuk melayaninya berganti baju.Shelia yang melihat itu merasa heran, "Apa dia marah karena kejadian tadi?" Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya dia melihat Sherkan keluar dari dalam walk in closed, pria itu sudah memakai piyama lengkap.Meskipun wajahnya terlihat buruk, tapi Shelia akui tubuh Sherkan sangat menggoda. Andai saja wajah pria itu tidak rusak seperti itu, sepertinya dia akan menjadi pria yang sangat tampan. Tapi sayang wajah pria itu harus rusak seperti itu.Muncul rasa iba pada hati Shelia saat melihat Sherkan yang berjalan melewatinya begitu saja dan langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang kiz size miliknya.Shelia yang merasa kalau Sherkan sedang marah padanya pun memberanikan diri untuk menghampiri pria itu dan bertanya."Tuan, apa anda marah pada saya?"
Karena lelah berjalan kesan kemari tapi belum juga menemukan jalan kembali ke kamar suaminya, akhirnya Shelia memilih untuk istirahat di salah satu kamar yang ia temui, untung saja kamar itu tidak di kunci. Meskipun dalam hati dia sedikit takut, tapi Shelia tidak punya pilihan. Dari tadi dia juga tidak bertemu dengan pelayan. Padahal dia juga sudah melambai pada cctv yang terpasang di setiap sudut ruangan, tapi entah mengapa tidak ada satu orang pun yang datang padanya.Tapi Shelia masih berpikir positif, mungkin saja semua pelayan sudah beristirahat karena ini juga sudah hampir jam sembilan malam."Lihatlah Jack, gadis itu kebingungan mencari jalan di rumah ini." Sherkan berbicara pada Jack yang berdiri di samping sang tuan."Apa tidak sebaiknya kita menyuruh seorang pelayan untuk menghampiri nona, tuan?" Ucap Jack."Tidak perlu. Ini hukuman untuk gadis bodoh sepertinya!" Jawab Sherkan dengan senyum seringai yang menghiasi wajahnya."Baik, tuan." Jack mengangguk lalu kembali duduk di
Shelia mengatur dada-nya yang bergemuruh, perkataan Alicia tadi sangat melukai harga dirinya. Mana ada dia melempar tubuhnya pada Sherkan yang ada dia yang di paksa menikah dengan pria itu."Dasar nenek lampir!" Gerutu Shelia yang masih saja merasa kesal.Dia mengambil baju ganti lalu memakainya. Dia sudah mandi tadi di kamar bawah, hanya belum mengganti baju saja.Sherkan tidak memberikan waktu untuknya berganti baju, pria itu langsung memintanya untuk ikut sarapan.Setelah berganti baju dan sedikit memakai makeup, karena kebetulan di sana sudah disediakan berbagai makeup untuknya."Ah.. lagi-lagi aku ingin pamer sama si Ratna. Coba kalau ponsel ku ada." Shelia memutar tubuhnya ke kiri serta ke kanan. Bibirnya tersenyum saat melihat pantulan dirinya di depan cermin, gaun berwarna biru langit dibawah lutut dengan lengan sabrina, rambut-nya di gerai dengan ujung dibuat bergelombang, jangan lupakan jepit rambut berbentuk hati disisi kanan rambutnya membuat penampilan Shelia semakin mani
Sherkan tergelak saat lagi-lagi Shelia terpeleset karena selimut yang membalut tubuhnya hingga lantai harus terinjak kaki Shelia sendiri.Setelah puas melihat tingkah konyol Shelia. Sherkan menutup iPad-nya lalu kembali melanjutkan pekerjaan-nya.Hari ini dia akan pulang sampai larut malam, karena banyaknya pekerjaan yang harus ia selesaikan hari ini juga.Sherkan Smith pria berusia tiga puluh enam tahun itu adalah penggila kerja, sebagian waktunya hanya dihabiskan untuk bekerja dan bekerja. Dia adalah generasi ke empat dari keluarga Smith. Keluarga konglomerat terkaya nomer satu di negara itu. Perusahaan keluarga Smith adalah perusahaan raksasa yang berjalan di bidang manufaktur, distribusi juga pemasaran sebuah produk yang terdiri dari makanan cepat saji, kebutuhan rumah tangga, serta kosmetik.Sherkan juga mendirikan perusahaan yang berjalan di bidang real estate dan itu sudah berjalan empat tahun. Dan perusahaan itu juga menjadi perusahaan terbesar.Meskipun memiliki wajah yang te
Setelah Sherkan mengangkat tubuh Shelia dari dalam bathtub dan mengganti baju Shelia, kini Sherkan tengah menunggu Shelia diperiksa oleh dokter keluarga Smith."Bagaimana keadaan-nya?" Tanya Sherkan setelah dokter selesai memeriksa Shelia yang masih tak sadarkan diri."Nona tengah demam tuan. Saya sudah resep kan obat untuk nona." Dokter itu menyerahkan resep obat pada bibi Jane.Bibi Jane segera menerima resep obat itu dan segera pamit keluar untuk membeli obat yang sudah di resep kan.Setelah dokter pamit pergi, Sherkan duduk disisi Shelia yang masih belum sadarkan diri. Dia menempelkan punggung tangan-nya pada kening Shelia. Sherkan dapat merasakan tubuh Shelia yang terasa panas.Menunggu beberapa saat, akhirnya bibi Jane datang membawa obat untuk nona mudanya. Setelah menyerahkan obat pada sang tuan, bibi Jane pun pamit untuk keluar kamar."Shelia.. bangun, minum dulu obat mu! Jangan buat aku mengeluarkan uang lebih lagi untuk pengobatan mu!" Suara Sherkan masih saja terdengar ketu
Shelia membulatkan matanya, saat bibir tebal Sherkan menempel sempurna pada bibirnya.Jantung gadis itu sudah berdebar dengan kencang, saat dia kembali merasakan lumatan kecil pada bibirnya."Karena aku sedang berbaik hati pada mu, jadi aku kasih kamu bonus, " Ucap Sherkan saat dia sudah melepaskan pagutannya pada bibir Shelia. Sherkan mengusap bibir basah Shelia dengan jarinya, dia tersenyum melihat wajah Shelia yang terlihat bersemu merah."Apa kau menginginkannya lagi?" Sherkan mengigit kecil cuping telinga Shelia, membuat tubuh Shelia meremang."S--saya..." Shelia merasa sangat gugup juga malu. Kedua matanya tidak berani untuk sekedar melihat Sherkan."Jika aku sedang bicara, tatap mata ku! Aku tidak suka diabaikan." Sherkan memegang dagu Shelia lalu mengarahkan wajah gadis itu untuk menatapnya."Saya malu, tuan." Cicit Shelia dengan suara pelan."Kenapa malu? Bukankah tadi malam kau memeluk ku sangat erat? Apa kau begitu menginginkan tubuh ku?" Sherkan tersenyum miring menatap ke
Shelia membulatkan matanya, saat bibir tebal Sherkan menempel sempurna pada bibirnya.Jantung gadis itu sudah berdebar dengan kencang, saat dia kembali merasakan lumatan kecil pada bibirnya."Karena aku sedang berbaik hati pada mu, jadi aku kasih kamu bonus, " Ucap Sherkan saat dia sudah melepaskan pagutannya pada bibir Shelia. Sherkan mengusap bibir basah Shelia dengan jarinya, dia tersenyum melihat wajah Shelia yang terlihat bersemu merah."Apa kau menginginkannya lagi?" Sherkan mengigit kecil cuping telinga Shelia, membuat tubuh Shelia meremang."S--saya..." Shelia merasa sangat gugup juga malu. Kedua matanya tidak berani untuk sekedar melihat Sherkan."Jika aku sedang bicara, tatap mata ku! Aku tidak suka diabaikan." Sherkan memegang dagu Shelia lalu mengarahkan wajah gadis itu untuk menatapnya."Saya malu, tuan." Cicit Shelia dengan suara pelan."Kenapa malu? Bukankah tadi malam kau memeluk ku sangat erat? Apa kau begitu menginginkan tubuh ku?" Sherkan tersenyum miring menatap ke
Setelah Sherkan mengangkat tubuh Shelia dari dalam bathtub dan mengganti baju Shelia, kini Sherkan tengah menunggu Shelia diperiksa oleh dokter keluarga Smith."Bagaimana keadaan-nya?" Tanya Sherkan setelah dokter selesai memeriksa Shelia yang masih tak sadarkan diri."Nona tengah demam tuan. Saya sudah resep kan obat untuk nona." Dokter itu menyerahkan resep obat pada bibi Jane.Bibi Jane segera menerima resep obat itu dan segera pamit keluar untuk membeli obat yang sudah di resep kan.Setelah dokter pamit pergi, Sherkan duduk disisi Shelia yang masih belum sadarkan diri. Dia menempelkan punggung tangan-nya pada kening Shelia. Sherkan dapat merasakan tubuh Shelia yang terasa panas.Menunggu beberapa saat, akhirnya bibi Jane datang membawa obat untuk nona mudanya. Setelah menyerahkan obat pada sang tuan, bibi Jane pun pamit untuk keluar kamar."Shelia.. bangun, minum dulu obat mu! Jangan buat aku mengeluarkan uang lebih lagi untuk pengobatan mu!" Suara Sherkan masih saja terdengar ketu
Sherkan tergelak saat lagi-lagi Shelia terpeleset karena selimut yang membalut tubuhnya hingga lantai harus terinjak kaki Shelia sendiri.Setelah puas melihat tingkah konyol Shelia. Sherkan menutup iPad-nya lalu kembali melanjutkan pekerjaan-nya.Hari ini dia akan pulang sampai larut malam, karena banyaknya pekerjaan yang harus ia selesaikan hari ini juga.Sherkan Smith pria berusia tiga puluh enam tahun itu adalah penggila kerja, sebagian waktunya hanya dihabiskan untuk bekerja dan bekerja. Dia adalah generasi ke empat dari keluarga Smith. Keluarga konglomerat terkaya nomer satu di negara itu. Perusahaan keluarga Smith adalah perusahaan raksasa yang berjalan di bidang manufaktur, distribusi juga pemasaran sebuah produk yang terdiri dari makanan cepat saji, kebutuhan rumah tangga, serta kosmetik.Sherkan juga mendirikan perusahaan yang berjalan di bidang real estate dan itu sudah berjalan empat tahun. Dan perusahaan itu juga menjadi perusahaan terbesar.Meskipun memiliki wajah yang te
Shelia mengatur dada-nya yang bergemuruh, perkataan Alicia tadi sangat melukai harga dirinya. Mana ada dia melempar tubuhnya pada Sherkan yang ada dia yang di paksa menikah dengan pria itu."Dasar nenek lampir!" Gerutu Shelia yang masih saja merasa kesal.Dia mengambil baju ganti lalu memakainya. Dia sudah mandi tadi di kamar bawah, hanya belum mengganti baju saja.Sherkan tidak memberikan waktu untuknya berganti baju, pria itu langsung memintanya untuk ikut sarapan.Setelah berganti baju dan sedikit memakai makeup, karena kebetulan di sana sudah disediakan berbagai makeup untuknya."Ah.. lagi-lagi aku ingin pamer sama si Ratna. Coba kalau ponsel ku ada." Shelia memutar tubuhnya ke kiri serta ke kanan. Bibirnya tersenyum saat melihat pantulan dirinya di depan cermin, gaun berwarna biru langit dibawah lutut dengan lengan sabrina, rambut-nya di gerai dengan ujung dibuat bergelombang, jangan lupakan jepit rambut berbentuk hati disisi kanan rambutnya membuat penampilan Shelia semakin mani
Karena lelah berjalan kesan kemari tapi belum juga menemukan jalan kembali ke kamar suaminya, akhirnya Shelia memilih untuk istirahat di salah satu kamar yang ia temui, untung saja kamar itu tidak di kunci. Meskipun dalam hati dia sedikit takut, tapi Shelia tidak punya pilihan. Dari tadi dia juga tidak bertemu dengan pelayan. Padahal dia juga sudah melambai pada cctv yang terpasang di setiap sudut ruangan, tapi entah mengapa tidak ada satu orang pun yang datang padanya.Tapi Shelia masih berpikir positif, mungkin saja semua pelayan sudah beristirahat karena ini juga sudah hampir jam sembilan malam."Lihatlah Jack, gadis itu kebingungan mencari jalan di rumah ini." Sherkan berbicara pada Jack yang berdiri di samping sang tuan."Apa tidak sebaiknya kita menyuruh seorang pelayan untuk menghampiri nona, tuan?" Ucap Jack."Tidak perlu. Ini hukuman untuk gadis bodoh sepertinya!" Jawab Sherkan dengan senyum seringai yang menghiasi wajahnya."Baik, tuan." Jack mengangguk lalu kembali duduk di
Shelia menunduk saat dia melihat Sherkan keluar dari dalam kamar mandi, hanya menggunakan handuk yang melilit pada pinggangnya.Sherkan berlalu begitu saja masuk kedalam walk in closed tanpa memanggil Shelia untuk melayaninya berganti baju.Shelia yang melihat itu merasa heran, "Apa dia marah karena kejadian tadi?" Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya dia melihat Sherkan keluar dari dalam walk in closed, pria itu sudah memakai piyama lengkap.Meskipun wajahnya terlihat buruk, tapi Shelia akui tubuh Sherkan sangat menggoda. Andai saja wajah pria itu tidak rusak seperti itu, sepertinya dia akan menjadi pria yang sangat tampan. Tapi sayang wajah pria itu harus rusak seperti itu.Muncul rasa iba pada hati Shelia saat melihat Sherkan yang berjalan melewatinya begitu saja dan langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang kiz size miliknya.Shelia yang merasa kalau Sherkan sedang marah padanya pun memberanikan diri untuk menghampiri pria itu dan bertanya."Tuan, apa anda marah pada saya?"
Gadis bernama Alicia Devendra mematung di tempatnya berdiri. Dengan sedikit gugup, dia memutar tubuhnya.Mata hitamnya menatap gadis yang berdiri tepat di depannya dari atas sampai bawah. Dahinya mengernyit melihat gadis yang terlihat asing itu."Kau pelayan baru disini?" Tanya Alicia dengan nada meremehkan."Nona, bertanya pada ku?""Ck... kalau tidak pada mu, pada siapa lagi? Hanya ada kau dan aku disini!" Alicia melipat tangannya didada."Aku bukan pelayan nona." Jawab Shelia."Bukan pelayan?"Shelia mengangguk, "Aku istri tuan Sherkan."Jawaban dari Shelia membuat Alicia terdesak ludahnya sendiri, "Uhukk... Uhuk...""Nona. Nona baik-baik saja?Alicia menghempas tangan Shelia yang menyentuh lengannya, "Jauhkan tangan kotor mu itu!" Sentak Alicia, matanya melotot menatap tajam pada Shelia.'Apa salah ku? kenapa matanya melotot begitu!" Ucap Shelia dalam hati."Tadi kau bilang apa? Ulangi sekali lagi," Perintah Alicia. Mungkin saja tadi dia hanya salah mendengar, tidak mungkin gadis
"A-apa? Me-makanku?" Shelia begitu kaget mendengar Sherkan akan memakannya. Tubuhnya langsung gemetar ketakutan.Apa pria ini seorang kanibal? Begitu kira-kira yang Shelia pikirkan. Gadis polos itu tidak mengerti apa maksud 'memakan mu' yang diucapkan Sherkan. Shelia sedikit menggeser kursi yang ia duduki. Tapi dengan cepat Sherkan kembali menarik kursi Shelia mendekat padanya."Tu-tuan, daging saya tidak enak. Anda pasti tidak akan suka." Lirih Shelia dengan suara pelan."Tidak masalah." Sherkan mengangkat sudut bibirnya melihat Shelia yang terlihat ketakutan."Ta...." "Tapi saya akan tetap suka." Potong Sherkan cepat, Sherkan tertawa melihat wajah pias Shelia, itu terlihat sangat lucu dimata Sherkan.Jake serta beberapa pelayan yang melihat Sherkan tertawa, merasa terkejut, pasalnya setelah kejadian memilukan beberapa tahun yang lalu, tuan-nya itu tidak pernah tertawa bahkan tersenyum sekalipun.Dulu Sherkan adalah pria yang hangat juga baik hati. Berbeda dengan Sherkan yang sekara
BrukkTubuh ramping itu terhempas ke lantai. Shelia meringis merasakan sakit pada punggung serta sikunya.Mata Shelia mengerjap saat dia melihat wajah Sherkan sudah berada tepat didepan wajahnya. Posisi mereka saat ini, Shelia berbaring dilantai sedangkan Sherkan membungkuk tepat didepan wajah Shelia."Bangun. Dasar pemalas!" Cibir Sherkan.Pria itu kembali menegakkan tubuhnya, dia menatap Shelia yang masih bergeming diatas lantai. Tadi ia sengaja menarik kaki Shelia hingga gadis itu terjatuh ke lantai.Mata Shelia mengerjap berulang kali, otaknya yang kecil berusaha mengumpulkan ingatannya. Setelah ingatan itu terkumpul, Shelia dengan cepat bangun dari berbaring-nya.Gadis cantik itu langsung berdiri dengan sedikit menahan ngilu pada punggung serta siku, akibat terjatuh barusan."Apa yang bisa saya bantu, tuan?""Kau siapkan air hangat serta baju ganti untukku!" Perintah Sherkan, dia menatap Shelia dari atas sampai bawah, hingga matanya tertuju pada buah yang terlihat menyembul dari