Share

Bukit yang Pas Dalam Genggaman

"Oke. Lepasin saya sekarang, Kanda."

"Lho, kok masih pakai sebutan 'saya'?"

Dinda langsung memutar otak lagi. Apa ia harus pakai aku? Atau Dinda?

"Ehm, lepasin Dinda, Kanda," ucapnya dengan pipi semerah tomat. Akhirnya ia lebih memilih pakai nama. Terdengar lebih menghormati. Bagaimanapun, rasa kagumnya pada sang dokter membuatnya tetap tak mau serampangan saat berinteraksi dengan laki-laki itu.

Andra meneguk salivanya. Ia senang mendengarnya, bahkan hatinya gemas. Ingin rasanya melahap gadis manis yang terus tersipu malu di dalam dekapannya itu. "Nah begitu, dong. Aku suka mendengarnya."

Tangan kokohnya kemudian melepaskan pelukan. Lalu meraup wajah karena terlanjur berhasrat.

"Kita harus segera berangkat, atau aku tak akan bisa menahan diri lagi," ucapnya.

Dinda menatap iba. Memang tak seharusnya seperti ini. Demi menjaga cita-citanya, sang dokter menunda hak sebagai suami.

Gadis itu menggigit bibirnya. Haruskah ia yang menawarkan? Sungguh ia tak apa-apa jika harus memberika
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status