Share

BAB 10

Author: Krite
last update Last Updated: 2022-11-11 23:24:56

Ujian hari pertama ini adalah pelajaran Agama lalu Pendidikan Kewarganegaraan.

Hari pertama ini aku bilang masih aman dan terbilang mudah. Setelah ujian pun anak-anak yang lain tidak ada yang mengeluh. Aku yakin mereka sanggup menjawab soal ujian hari ini.

Barulah nanti di hari Jumat, hari terakhir ujian kami akan menemui raja terakhir, yaitu Matematika dan Fisika.

Haris duduk dua kursi di samping aku, kami hanya terhalang Gina dan Gerald saja. Dia menghampiri meja aku berada. Diikuti Salman yang berjalan dari arah belakang barisan kursi milikku.

“Yuk. Let’s go kita ke kantin!” ajak Haris.

“Cepat Fit! Aku lapar!” ucap Salman.

“Sebentar …” ucapku memasukkan alat tulis yang menjadi alat tempur milikku hari ini.

Diantara semua siswa, aku yang selalu selesai terakhir. Kami berjalan keluar kelas bersama. Banyak fans-fans Haris dan Salman yang selalu mencibir jika aku bersama mereka. Padahal mereka tahu jika kami pure hanya berteman saja.

‘Dasar cewek gatal.’

‘Tidak tahu diri.’

Aku lihat H
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mendadak Menikah   BAB 11

    “Excuse me? Aku? Maksudnya?”“Fit. Kamu tau aku suka Haris. Tapi kenapa kamu menempel Haris terus.”“Aku tidak seperti itu,” ucapku terkekeh melihat Caca yang sedang cemburu.“Fit. Aku tidak sedang bercanda.”“Dengar ya Ca. Kita teman sekelas dari kelas 10. Aku tidak pernah cari gara-gara dengan kamu. Dan hubungan kita sebagai teman juga baik-baik saja,” aku menghela napas pelan.Aku lihat Caca mengepalkan tangannya.“Tapi gara-gara Haris kamu jadi sinis sama aku. Kalau kamu mau tahu aku, Haris dan Salman hanya akan belajar bersama. Kamu tau aku sangat membutuhkan uang untuk adik-adikku di panti. Jadi aku menerima tawaran mereka untuk mengajari mereka selama ujian karena mereka akan membayar aku. Bahkan tadi saja Salman dan Haris akan membayar apa pun yang aku makan. Itu sebagai bentuk rasa terima kasih mereka sama aku. Kita tidak ada maksud lain.”“Tapi kamu jadi akrab sama Haris,” cicit Caca.“Kamu cemburu?”selidik aku menatap wajah Caca yang sudah memerah malu.“Menurut kamu?” sewo

    Last Updated : 2022-11-12
  • Mendadak Menikah   BAB 12

    BAB 12“Kalian duduk saja di ruang tamu,” titah Haris. Haris langsung pergi menuju kamar miliknya yang sepertinya berada di lantai 2 rumah ini.Salman membimbing aku dan Caca untuk duduk di ruang tamu. Aku yang tak bisa diam, berjalan mengelilingi ruang tamu dan melihat furniture yang ada di sini. Di pojok kanan, ada begitu banyak foto. Sepertinya itu foto keluarga Haris.DegDi sana ada foto kakek Amar dan mas Azmi. Jadi benar wajah Haris mirip dengan mas Azmi. Ternyata mereka ada hubungan darah.“Salman,” panggilku pada Salman yang sibuk bermain telepon genggam.“Ya.”“Sini.”Salman menghampiriku,”Kenapa?”“Ini foto keluarga Haris?”Salman mengangguk, “Ini mas Azmi, kakak Haris,”--tunjuk Salman pada foto mas Azmi--“Ini kakek Haris”--tunjuk Salman pada foto kakek Amar--”Kalau yang lain sepupu Haris. Aku belum pernah bertemu mereka jadi aku kurang tahu dengan yang lain,” jelas Salman.“Jadi kamu pernah bertemu kakak dan kakek dari Haris?”“Sudah. Aku cukup sering datang ke rumah Haris

    Last Updated : 2022-11-13
  • Mendadak Menikah   BAB 13

    Keesokan harinya … Baru saja semalam ibu Sri berbicara padaku bahwa uang bulanan panti semakin menipis karena digunakan untuk membayar iuran bulanan sekolah anak-anak dan sudah 2 bulan ini donatur tetap panti ini tidak mengirimkan donasi. Entah ada masalah apa dengan para donatur pada kami. Apa kami punya salah? Ibu Sri juga sudah bilang jika dia beberapa kali menghubungi para donatur, tapi tidak ada satu pun yang mengangkat telepon dari ibu. Uang tabungan milikku sebenarnya ada. Aku juga tidak bilang pada ibu jika aku memiliki tabungan. Dahulu sekali aku pernah memberikan uang tabungan milikku untuk membiayai baby Arsan yang sedang sakit, tapi ibu menolak dengan keras. Aku memasuki Bank dan mengambil nomor antrean untuk ke bagian teller. Dari tadi aku menggenggam buku rekening milikku. Di buku rekening itu tertera 9.550.000 rupiah. Aku akan menarik semua uang milikku dan diberikan pada bu Sri. Kurang lebih aku menunggu selama 15 menit, barulah nomor antrean milikku dipanggil.

    Last Updated : 2022-11-20
  • Mendadak Menikah   BAB 14

    Aku dan mas Azmi sampai di sebuah toko baju bridal yang cukup terkemuka di kota ini.Saat masuk ke dalam toko, lagi-lagi aku kagum dengan isi toko ini. Berbagai macam gaun pernikahan tersedia di sini.Begitu mewah!Semenjak aku bertemu dengan kakek Amar bayak hal baru yang aku temukan, mulai dari ruang VVIP rumah sakit, rumah Haris yang mewah, naik mobil mewah dan sekarang masuk ke toko mewah.Huft … Aku belum siap akan semua ini!“Pakai kebaya saja. Repot kalau pakai gaun yang besar itu,” tunjuk mas Azmi pada sebuah mannequin yang mengenakan ball-gown yang di pajang di kaca.Aku menggeleng, “Aku juga tidak mau, mas.”Sebenarnya ada satu kebaya yang dari awal sudah menarik perhatian. Kebaya itu terletak di pojok toko. Aku mendekati mannequin itu. Kebaya panjang berwarna abu muda dengan taburan mote berwarna hitam di bagian dada. Mataku tidak teralihkan dari mannequin tersebut.Seorang manager toko menghampiri kami, “Selamat siang pak,” ucap wanita itu mendekati mas Azmi tentunya dan b

    Last Updated : 2022-11-21
  • Mendadak Menikah   BAB 15

    “Besok kebayanya sampai di panti.”“Iya, mas.”Kebaya yang kami beli itu tidak langsung dibawa pulang atas perintah mas Azmi. Saat di toko itu, mas Azmi menawar harga kebaya yang terlampau mahal untuk kebaya yang kusam. Mas Azmi terlihat kesal saat mendengar harga asli dari kebaya tersebut.Tidak masalah saya mengeluarkan uang seharga kebaya ini, bahkan lebih pun tidak masalah. Tapi saya ingin kebaya ini terlihat baru lagi. Saya kemari ingin membeli kebaya baru, bukan kebaya kusam. - ucap mas Azmi saat di toko tadi.Akhirnya pihak toko menawarkan untuk laundry.Saat melihat mas Azmi menawar, aku jadi yakin kalau semua orang kaya tidak asal beli barang apa yang mereka inginkan. Mungkin orang-orang kaya itu berani membayar mahal jika kualitas barang yang dibelinya juga bagus. Kalau seperti itu aku juga setuju.“Mas. Bisa tolong antarkan saya ke rumah mas?”Mas Azmi mengerutkan kening namun tidak melepaskan pandangannya dari jalanan di hadapannya.“Mau apa?”“Saya mau belajar bersama Har

    Last Updated : 2022-11-22
  • Mendadak Menikah   BAB 16

    Kami belajar sudah berjalan selama setengah jam, tapi aku belum melihat mas Azmi lagi.Terdengar langkah kaki dari arah tangga, aku yakin itu mas Azmi. Aku tetap fokus menerangkan materi pada Haris dan Salman, meski suara langkah kaki itu cukup mengganggu konsentrasi.“Angka yang ada di dalam kurung ini di kali ‘kan dahulu. Ini dengan ini, lalu ini dengan ini,” ucap-ku menerangkan contoh soal yang ada di dalam buku paket pada Haris dan Salman. “Lalu yang ini minus si kali plus jadi minus. Taruh saja di sini. Lalu-”Ucapan-ku terhenti karena Caca menyenggol lengan-ku, aku menoleh padanya dengan pandangan tanya. Alih-alih berbicara, Caca memberi kode padaku untuk menatap ke depan di mana di sana ada mas Azmi yang sedang turun dari tangga dan menggulung lengan kemeja.Padahal tanpa diberi kode aku sudah paham.Pria yang sedang menggulung kemeja itu terlihat hot. Urat menonjol pada lengannya menunjukkan jika lengan itu kokoh dan kuat. Mas Azmi sepertinya pergi ke dapur.Semua itu tidak lu

    Last Updated : 2022-11-27
  • Mendadak Menikah   BAB 17

    Hari yang tidak aku harapkan akhirnya tiba.Jika anak-anak lain selepas ujian akan pergi refreshing dengan menghabiskan waktu jalan-jalan ke mall, pergi ke pantai, makan-makan di cafe atau melakukan hal-hal yang biasa anak remaja lakukan, berbeda denganku.Sepulang ujian aku langsung pulang ke panti asuhan mengganti baju seragam menjadi baju bebas dan pergi ke rumah sakit.Aku duduk di atas ranjang. Dipangkuanku terdapat kebaya yang waktu itu aku dan mas Azmi beli. Aku hanya menatap kosong kebaya ini.Huft …Hari ini adalah hari di mana statusku akan berubah. Saat mas Azmi mengucap ijab qobul maka saat itu juga aku akan berganti status.Ya tuhan … Bagaimana kehidupan setelah menikah nanti?Impianku yang menginginkan pernikahan yang indah, suami yang mencintaiku, rumah tangga yang harmonis sepertin

    Last Updated : 2022-11-28
  • Mendadak Menikah   BAB 18

    Di kaca besar itu memperlihatkan aku yang dibalut dengan kebaya dan rambut yang disanggul rapi. Make-up yang ku gunakan juga natural saja. MUA juga menyayangkan jika aku menggunakan make-up tebal, mereka bilang sayang nanti cantik naturalnya tertutup.Ruangan rawat inap ini di sulap menjadi tempat aku dirias. Aku tidak tahu berapa uang yang dikeluarkan mas Azmi untuk menyewa kamar ini. Alea duduk di kursi yang tersedia di ruangan ini, sedang bu Sri berada di ruangan kakek Amar.Pernikahan ini hanya dihadiri oleh pihak keluarga mas Azmi termasuk kakek Amar dan juga bu Sri serta Alea. Tidak ada pihak luar kecuali orang dari KUA, nanti juga ada orang dari KUA yang akan menjadi waliku saat ijab qobul nanti.Dan pasti ada Haris juga di sana.Seandainya aku punya ayah, pasti yang akan menjadi waliku itu ayahku, bukan orang lain. Tapi apa lah dayaku, aku hanya anak yang tidak diinginkan. Buktinya aku

    Last Updated : 2022-11-28

Latest chapter

  • Mendadak Menikah   BAB 27

    “Fit! Fitri!” Kaget saat mendengar suara seorang pria yang teriak-teriak dari arah ruang tamu. Aku tetap saja memakan buah-buahan yang sudah aku kupas dan tidak menghiraukan suara pria yang teriak-teriak itu. Jujur saja itu sangat mengganggu, tapi biarkan saja. Tiba-tiba saja ada seorang pria tampan yang datang dengan terengah-engah muncul di dekat pintu dapur. “Heh! Fitri!” Bug … Dia menggebrak meja. Haris … Ya, pria yang teriak-teriak itu Haris. Aku tidak heran sama sekali kalau dia akan datang menemui ku. Dia pasti akan bertanya ini-itu tentang pernikahan kemarin. Haris duduk dengan terengah di kursi makan di hadapanku. “Ada apa?” ucap ku lalu memasukkan sepotong apel ke dalam mulutku. “Aku yang harusnya bertanya seperti itu. Ada apa? Bagaimana mungkin kamu menikah dengan kakakku?” tanya Haris to the point dengan raut muka keras. Aku bangkit dari duduk ku lalu mengambilkan segelas air putih untuk Haris. “Seperti yang kakek Amar katakan. Aku menolong kakek saat sakit jantun

  • Mendadak Menikah   BAB 26

    “Non mau tanya apa?”Aku menghela napas. Aku tahu aku salah dengan mencari tahu tentang mas Azmi pada mereka bertiga itu salah, tapi mereka lebih tahu dariku tentang mas Azmi. Aku yakin mereka pasti curiga dengan hubungan aku dengan mas Azmi dan mereka juga akan tahu jika hubunganku dengan mas Azmi tidak baik-baik saja.“Mas Azmi, mbok. Semuanya,” tegasku.“Maksudnya?” Mereka bertiga terlihat bingung.“Kalian sudah lama kerja dengan mas Azmi ‘kan?”“Kami sudah bekerja selama 2 tahun. Tepat saat rumah ini pertama kali ditempati sama den Azmi.”“Jadi rumah ini baru 2 tahun?”Mbok Tarsih, Risa dan Tari mengangguk.“Kalau mbok tahu makanan kesukaan mas Azmi?”“Begini deh, non. Saya bakal cerita tentang den Azmi. Jadi saat pertama kali kami kemari, kami hanya bekerja saat pagi hari untuk membereskan rumah dan memasak sarapan. Lalu kita akan kembali bekerja lagi saat sore hari untuk menyiapkan makan malam. Bahkan dari awal kami tidak diperbolehkan ke rumah utama jika ada den Azmi.”Fitri

  • Mendadak Menikah   BAB 25

    Di taman kecil ini aku hanya duduk di kursi besi yang tersedia di tengah taman.“Aku harus merencanakan cara menaklukan mas Azmi,”Tapi bagaimana caranya?Ah, aku tahu!Aku pergi menuju sebuah bangunan kecil yang ada di sebelah rumah utama.Yup, rumah khusus seluruh pembantu rumah tangga ini tinggal. Aku akan menemui mbok Tarsih. Aku akan mewawancarai mbok Tarsih.Di depan rumah itu terdapat dua orang wanita muda yang sedang mengobrol di teras, mereka mungkin beberapa tahun di atasku. Aku tidak begitu mengerti apa yang dikatakan mereka, karena mereka menggunakan bahasa yang sepertinya berasal dari Jawa Timur, terkesan keras.Kenapa aku tahu? Karena teman sekolahku ada yang berasal dari kota Solo dan bahasa yang dia gunakan saat berbincang bersama ibunya saat itu sangat pelan dan pembawaannya anggun.Maaf aku tidak bermaksud mendiskreditkan sesuatu, semua ini hanya berdasarkan penglihatanku saja.Salah seorang dari mereka menyadari kedatanganku lantas dia langsung berdiri dan sedikit m

  • Mendadak Menikah   BAB 24

    “Aku siap!” ucapku lantang. Mas Azmi menaikkan alisnya meremehkan.Jujur saja aku malu saat mengatakannya. Tapi aku sudah memikirkan ini semua jauh-jauh hari. Selama masa ujian, saat siang hari aku belajar bersama Haris, Salman dan Caca, sedangkan saat malam hari aku berselancar di media sosial mencari tata cara menjadi istri yang baik, termasuk cara menyenangkan suami.Memang se-niat itu aku memikirkan pernikahan ini. Tapi baru juga kurang dari satu hari, yang kurasa justru jauh dari rumah tangga yang akan bahagia. Tidak sesuai dengan yang selama ini aku baca di media sosial.Aku memang tidak mau menikah di usia se-dini ini, tapi jika memang mas Azmi adalah jodohku yang sudah dipersiapkan oleh tuhan maka aku harus menerimanya. Untuk kedepannya mengenai rumah tangga ini kita tidak bisa memprediksi, tinggal jalani saja.“Baguslah kalau kamu siap. Jadi saya tidak perlu buang uang untuk sewa wanita malam. Sudah dapat yang gratis ini,” ucap mas Azmi enteng, seolah aku wanita yang tidak me

  • Mendadak Menikah   BAB 23

    Tubuhku cukup segar setelah mandi barusan.Hari ini hari sabtu dan kemarin aku baru saja selesai melaksanakan ujian, otomatis hari ini libur bagi seluruh pelajar sepertiku. Hah enaknya…Sudah jam 7 pagi, pasti mas Azmi sudah turun ke bawah untuk sarapan. Lebih baik aku bergegas ikut sarapan bersamanya.Benar saja tebakanku, mas Azmi sedang menyimpan tas kerjanya di kursi. Saat dia mengangkat mangkuk nasi goreng itu aku lantas berteriak, “Stop, mas!” Mas Azmi berjingkat kaget. Aku mempercepat langkahku menuju ke arahnya. “Biar aku yang hangatkan nasinya!”Aku mengambil mangkuk besar itu dari genggaman mas Azmi. Dia masih diam, mungkin masih shock akan teriakan yang berasal dariku tadi.Mata mas Azmi melotot tajam. Aku tidak menghiraukan pelototan mas Azmi dan berbalik menuju microwave yang ada di dapur.5 menit berlalu. Dengan meyibukkan diriku sendiri melakukan entah apa pun itu yang ada di dapur setidaknya dapat mengurangi ketegangan yang terjadi. Dari tadi mas Azmi melotot tajam da

  • Mendadak Menikah   BAB 22

    Biasanya selepas subuh aku membereskan kamar lalu membantu ibu dan anak-anak panti yang kebagian memasak di dapur. Tapi saat ini aku hanya duduk di ranjang dan tidak melakukan apa pun. Sangat aneh jika aku tidak melakukan apa pun.“Lebih baik aku ke dapur saja.”Aku beranjak menuju dapur. Berbeda dengan keadaan rumah semalam yang sepi, saat ini justru terbilang ramai. Ada beberapa orang pembantu rumah tangga yang sedang membereskan rumah. Saat aku melewati mereka, mereka tersenyum ke arahku dan aku membalas senyuman mereka.Tengkukku tiba-tiba gatal, aku merasa justru dan merasa tak pantas mendapat senyuman sopan dari orang-orang yang lebih tua dariku. Malu lebih tepatnya, semua itu karena mereka lebih tua dariku tapi mereka seolah segan padaku.Ada seorang ibu paruh baya yang sedang sibuk di counter dapur. Aku menghampirinya. “Saya bantu, bu,” kataku sambil senyum ke arah ibu tersebut. Ibu itu sangat kaget mendengar suaraku yang tiba-tiba.“Astagfirulloh! Ya ampun, non! Mbok kaget.”

  • Mendadak Menikah   BAB 21

    Tok tok tok“Keluar! Turun ke bawah!” teriak mas Azmi dari luar kamar.Aku yang sedang sibuk menasihati diriku sendiri jadi terkejut mendengar teriakan mas Azmi dari luar kamar.Takut-takut aku membuka pintu kamar secara perlahan. Tidak ada mas Azmi. Saat aku turun ke lantai bawah, aku melihat mas Azmi sudah duduk di single sofa ruang tengah dan sedang memainkan telepon genggam miliknya.Aku mendekati mas Azmi lalu duduk di sofa yang berseberangan dengan mas Azmi.“Lama sekali! Padahal hanya mandi,” sentak mas Azmi“Maaf mas,” cicitku.Mas Azmi menghela napas lalu memijit keningnya. Aku tidak tega, sepertinya mas Azmi sedang pusing, “Mau Fitri pijat kepalanya?” tawarku.Mas Azmi menghentikan memijat kening, sebagai ga

  • Mendadak Menikah   BAB 20

    Aku membelalakkan mataku. Dalam hatiku bertanya, “Rumah mewah ini milik mas Azmi? Jadi ini rumahku juga?”Aku menggelengkan kepalaku. Mencoba membuat diriku sadar dari khayalan yang tidak mungkin menjadi kenyataan.Tidak … Ini hanya rumah mas Azmi. Bukan rumahku!Rumah ini lebih besar dari rumah Haris dan kakek Amar. Rumah ini juga mengusung tema modern, berbanding terbalik dengan rumah yang ditempati Haris yang mengusung tema tradisional.Masih sibuk memperhatikan isi rumah ini, tahu-tahu Mas Azmi sudah berjalan menjauh menaiki anak tangga dan tidak menghiraukanku yang dari tadi berada dibelakangnya. Aku sadar saat mas Azmi sudah ada di pertengahan anak tangga, maka dari itu aku langsung bergegas berjalan cepat mendekati mas Azmi.Tersisa dua anak tangga lagi.Mas Azmi berhenti dan berbalik menghadapku. Otomatis aku juga berhenti.Ini bukan drama yang jika si tokoh pria berhenti berjalan di depan maka si tokoh wanita akan menubruk punggung si tokoh pria. Tidak … Tidak seperti itu. Ak

  • Mendadak Menikah   BAB 19

    “Sepertinya aku butuh penjelasan dari kalian!” ujar Haris tajam menatap ke arahku lalu pada mas Azmi.Aku mengalihkan pandangan tidak berani menatap Haris. Kulihat mas Azmi hanya memainkan telepon genggam dan tidak tertarik dengan kemarahan Haris.“Fitri yang menolong kakek saat penyakit jantung kakek kambuh. Dia dan Alea yang membawa kakek ke rumah sakit. Dan sebagai tanda ucapan terima kasih, Fitri harus menjadi cucu menantu kakek, Alea juga,” terang kakek Amar pada Haris dengan wajah ceria.“Kakek bukan meringankan beban Fitri, justru kakek menambah beban Fitri.”“Benarkah?” tanya kakek Amar menatapku. Aku hanya bisa menundukkan kepala, menghindari tatapan penuh tanya dari kakek Amar.“Kek, Haris tahu betul bagaimana keadaan Fitri. Dengan kakek menjadi donatur tetap panti asuhan tempat Fitri berada itu sudah membuat Fitri senang. Benar ‘kan, Fit?”Aku, Alea dan Bu Sri mengangguk setuju dengan ucapan Haris.“Sudah lah Haris! Kamu terlalu banyak bicara. Berisik!” ucap kakek tidak ter

DMCA.com Protection Status