Home / Romansa / Mendadak Jadi Ibu Untuk Anak Bos / 4. Bukan Keluarga Biasa

Share

4. Bukan Keluarga Biasa

Author: kimbabroll
last update Last Updated: 2023-05-01 00:41:01

Saat ini Matahari tengah beristirahat di dalam kamarnya, ia baru saja selesai mandi dan membersihkan diri sebelum waktu makan malam tiba. Tadi Nenek dari Airis menyuruhnya untuk istirahat lebih dulu sebelum makan malam selesai, ia benar-benar disuruh untuk mengistirahatkan tubuh dan diperbolehkan turun ketika makan malam sudah akan dimulai.

Dan kini yang Matahari lakukan ketika sudah selesai membersihkan tubuh adalah duduk sebari kembali memperhatikan kamar barunya.

Kamar itu terlihat luas, bahkan mungkin luasnya sama dengan apartemen yang ia tempati. Fasilitasi disini bahkan lebih lengkap dibanding apartemennya dulu. Ada ac, dispenser bahkan kamar mandi pribadi.

Matahari memilih untuk membereskan barang-barangnya yang tak seberapa itu, menyusunnya dengan rapi. Dan untuk barang-barangnya di apartemen rencananya ia akan meminta ijin untuk mengambilnya besok atau mungkin lusa, sedangkan sisa perabotan rumah tangga yang tak mungkin ia bawa akan ia jual nantinya.

"Enak banget jadi wong sugih, merem melek aja uangnya banyak. Kalo gue mesti banting tulang ama harga diri kali ya biar bisa dapet rumah segede ini." Gumam Matahari dengan mata yang terus memperhatikan kamarnya.

Setelah puas memperhatikan kamarnya, Matahari pun berniat untuk turun lebih awal. Ia ingin melihat Airis sekaligus kedua Kakaknya yang tampaknya sudah pulang dari kegiatan akademi.

Matahari menoleh menatap jam yang sudah menunjukan pukul tujuh kurang, lalu menggeleng sembari berdecak. "Belajar sampe jam segini gak mumet kah? Kasian banget anak orang."

Ketika Matahari hendak membuka pintu, tiba-tiba suara ketukan lebih dulu terdengar dan membuat Matahari segera membuka pintu tersebut.

"Kamu.. "

Seorang bocah dengan wajah yang terlihat sedikit mirip dengan Hanan itu tampak menatap Matahari dari ujung kaki hingga ujung kepala, sama seperti yang dilakukan Airis pada beberapa waktu lalu.

"Oma suruh Kakak turun buat makan malam." Kata sang bocah yang membuat Matahari mengangguk dan tersenyum.

Tampaknya bocah tersebut adalah anak dari Hanan, meski tak menuruni wajah Hanan sepenuhnya tetapi matanya terlihat persis sama seperti milik Hanan.

"Nama kamu siapa?" Tanya Matahari dengan ramah.

"Saka. Sakala Maza Adiguna." Balas bocah dengan tahi lalat yang berada di bawah matanya itu.

Ia tampak sedikit membungkuk ketika menyebutkan namanya. Melihat hal tersebut tentu saja Matahari terpana melihat sopan santun yang dimiliki oleh bocah tersebut.

"Kakak ambil Airis dulu." Kata Matahari sebelum ditahan oleh Saka ketika Matahari hendak melangkah menuju ke arah kamar Airis.

"Airis sudah sama Oma." Setelah itu mereka pun kembali melanjutkan langkah menuju ruang makan dengan Saka yang memimpin jalan.

Matahari mengikuti langkah Saka dari belakang. Bocah itu tak mengeluarkan suara sama sekali, jadi Matahari menyimpulkan bahwa Saka adalah tipe anak yang pendiam. Ketika keduanya sampai di ruang makan, Matahari dapat melihat meja tersebut sudah terisi oleh Ratih, Hanan, Airis dan juga seorang bocah berwajah persis sama seperti milik Saka.

Saka pun segera mendudukkan dirinya di samping bocah yang memiliki wajah yang sama dengannya. Sedangkan Matahari duduk di samping Airis.

Matahari tersenyum ketika melihat Airis menatapnya dengan tatapan polos yang seakan menyuruhnya untuk segera duduk disana. Bahkan perlahan tangan Airis bergerak menepuk lembut kursi yang berada di sampingnya.

Hal tersebut tentu saja membuat Hanan mengerjapkan matanya, begitupun dengan Saka dan kembarannya. Sedangkan Ratih hanya mengembangkan senyum saja.

Setelah itu makan malam pun dimulai setelah sebelumnya Saka memimpin doa untuk mereka. Dalam diamnya Matahari mengapresiasi didikan ketiga anak tersebut.

Semua mulai mengambil makanan masing-masing, kedua Kakak Airis akan dibantu oleh seorang pekerja untuk mengambil makanan yang tak bisa mereka jangkau, bahkan Hanan juga terkadang ikut turun tangan.

Sedangkan Matahari fokus pada Airis yang memang masih membutuhkan bantuan untuk segala sesuatu, meski anak itu makan sendiri tetap saja masih banyak yang harus diperhatikan.

Suasana ruang makan begitu sepi, hanya diisi oleh suara dentingan alat makan yang sebenarnya juga tak begitu terdengar. Mereka seakan makan dengan begitu hati-hati dan tertata.

Matahari tau jika makan memang tak boleh bersuara, namun aura ruang makan saat ini terasa dingin dan hampa. Bukan diam yang nyaman dan hangat ala makan malam keluarga.

Matahari memperhatikan mereka satu persatu sembari menolong Airis dengan makanannya hingga Matahari bersitatap dengan Saka.

Bocah itu tersenyum begitu tipis seakan menyadari kebingungan Matahari, lalu kembali melahap makanannya tanpa sisa.

Sedangkan bocah satunya yang belum Matahari ketahui namanya itu terlihat sesekali mencuri pandang kearah Matahari tanpa membuka suara.

Dan begitu makan malam selesai dan menu berganti menjadi hidangan penutup, barulah Ratih angkat suara dengan memanggil ketiga bocah tersebut.

"Kala, Saka ayo kenalan sama Kakak ini, namanya Kak Matahari. Kak Matahari bakal bantuin Oma jagain kalian dan mungkin kalian bakal terus dijagain sama Kak Matahari kalo Oma udah balik lagi ke jepang." Saka terlihat menegakkan tubuhnya ketika mendengar penuturan sang Oma.

"Balik ke jepang? Terus Kala, Saka sama Ayis gimana?" Ratih tersenyum kecil.

"Opa sendirian di jepang, Kala gak kasihan?"

"Yaudah berarti kita semua balik ke jepang aja lagi." Sahut Saka dengan tenang.

"Mulai sekarang kalian harus stay di indonesia, bareng Ayah. Dan Kak Matahari yang bakalan jagain kalian." Saka tampak tak terima, ia berniat untuk segera berdiri meninggalkan ruang makan, namun suara Hanan membuat Saka mengurungkan niatnya.

"Duduk, Sakala. Oma belum selesai bicara." Bocah itu tampak menunduk ketika mendengar perintah dari Hanan.

Melihat itu Matahari jadi tak tega. Matahari pun melirik kearah Hanan. Ternyata lelaki satu itu memang menyebalkan, jangankan kepada dirinya kepada Saka yang imut lucu saja dia begitu.

"Ayo sapa, Kak Matahari."

Matahari tersenyum kearah Kala dan juga Saka, dan dari sana Matahari menduga bahwa tampaknya pendekatan kepada si kembar tak akan semudah dengan Airis.

"Halo.. nama Kakak Matahari, kalian bisa manggil Kak Ayi atau Kakak aja juga boleh." Kata Matahari dengan nada sedikit rasa malu sebab Hanan sedari tadi memperhatikan gerak-geriknya.

"Halo Kak Ayi, aku Kala." Ucap Kala sembari menyenggol Saka pelan.

"Halo Kak Ayi, aku Saka." Balas Saka setelah melirik kesal kearah Kala.

Setalah itu kembali hening, tak ada suara yang keluar selain Hanan yang tiba-tiba bangkit berdiri dari duduknya membuat atensi ketiga anaknya ikut teralihkan.

"Kamu mau langsung balik? Gak nginep aja dulu?"

"Saya disini dulu, besok pagi-pagi saya berangkat." Balas Hanan yang dibalas anggukan dan senyum oleh Ratih.

Sedangkan Saka dan Kala hanya diam saja, tak ad respon berarti yang kedua bocah itu keluarkan.

Sedangkan Airis, bocah itu sudah beralih pada dekapan Matahari. Ia bahkan enggan dekat dengan Hanan.

Matahari hanya bisa diam melihat interaksi keluarga yang tak biasa itu. Ia penasaran, namun tak bisa melakukan apapun dan membiarkan waktu yang membantunya untuk menemukan jawaban.

Related chapters

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Anak Bos    5. Pikiran Random Matahari

    Matahari mengawali pagi nya dengan senyum merekah. Bahkan ia sempat menyapa udara pagi buta yang masih gelap itu dengan senyum lima jarinya.Dan alasan Matahari sangat senang hari ini tak lain karena ini akan menjadi hari pertamanya menjaga anak-anak lucu itu. Meskipun belum dekat, Matahari yakin jika ketiganya pasti anak-anak yang baik.Meski Matahari tak menyukai Hanan karena sikapnya yang selalu membuat Matahari harus ekstra sabar menghadapi mantan bosnya itu, tetapi kini berbeda sebab ia bukan mengurus seorang Hanan, melainkan tiga bocah lucu menggemaskan.Matahari yang sudah membersihkan diri dan juga kamarnya pun segera keluar dari kamarnya. Dan tujuan pertamanya adalah kamar yang berada tepat di samping kamarnya.Matahari membuka pintu dengan perlahan dan mendekat kearah ranjang milik Airis. Tersenyum kecil ketika melihat gadis kecil itu ternyata masih terlelap di dunia mimpi. Setelah membenarkan letak selimut milik Airis, Matahari pun kembali keluar dan menutup pintu kamar Air

    Last Updated : 2023-05-10
  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Anak Bos    PART 6. Permintaan Nyonya Adiguna

    Sepanjang hari pertamanya bekerja, Matahari hanya duduk diam sembari memperhatikan sosok Airis yang sibuk mewarnai selama berjam-jam lamanya.Bocah itu tampak begitu nyaman duduk diatas lantai kamarnya yang beralaskan karpet bulu tanpa minta ini itu, bahkan ketika waktu makan siang saja Matahari harus membujuknya terlebih dahulu, setelah itu ia akan kembali sibuk dengan kertas dan pensil warna kesukaannya.Tak bisa dipungkiri, Matahari merasa sedikit bosan. Dan rasa bosan yang ia rasakan saat ini sedikit banyak membuat otaknya tak bisa diam.Ada banyak hal yang tiba-tiba ia pikirkan, mulai dari status Hanan yang ternyata sudah menikah dan bahkan mempunyai anak. Hingga perihal Airis dan trauma yang bocah kecil itu alami.Matahari memang mencoba untuk mengabaikan hal tersebut, tapi ia tetaplah manusia yang masih mempunyai rasa ingin tau yang tinggi.Seingatnya dulu, ia sempat mendengar kabar perihal status Hanan yang mempunyai seorang kekasih, namun putus di tengah jalan. Tak ada yang t

    Last Updated : 2023-05-17
  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Anak Bos    PART 7. Awal Dari Mimpi Buruk

    "Airis juga bisa nerima kamu dengan mudah, dia juga keliatan sayang sama kamu. Abang-abangnya juga gak protes, jadi disini aja dulu. Seenggaknya sampe Airis bisa ngelakuin semuanya sendiri dan aktif kayak dulu. Atau mungkin sampe anak saya ketemu sama pasangannya, boleh ya?"Matahari hanya mengangguk kaku dengan perasaan yang sedikit kesal.Sampai apa?! Sampai Hanan punya pasangan?! Lalu Matahari?! Jomblo sampai tua?! Begitu?!Namun tak mungkin kan ia menggeleng atau bahkan mengucapkan hal tersebut secara gamblang kepada Ratih? Bisa-bisa ia dipecat saat ini juga."Saya usahakan, Bu." "Saya permisi bawa Matahari ke kamar dulu ya, Bu? Anaknya udah tidur ternyata." Ucap Matahari mencoba untuk pergi dari sana agar ia bisa mengumpat dengan bebas.Sedangkan Ratih mengangguk dan terus memperhatikan punggung Matahari yang semakin menjauh itu dengan senyuman hangatnya.Ratih tersenyum senang mendengar balasan dari Matahari. Setidaknya ketika nantinya Ratih akan kembali ke Jepang, Ratih tak pe

    Last Updated : 2023-05-18
  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Anak Bos    1. Dunia Itu Kecil

    Matahari menatap bangunan mewah yang berdiri di depannya dengan mata mengerjap lambat.Hari ini ia berencana untuk melamar pekerjaan sebagai pengasuh anak dan jujur saja ia tak menyangka jika calon anak yang akan ia asuh adalah anak dari orang sekaya ini."Mari masuk, Nyonya ada di dalam." Sontak Matahari pun meneguk ludahnya dengan berat begitu dihadapkan dengan sebuah ruangan yang begitu megah dengan hiasan yang dari jauh saja sudah terlihat semahal apa harganya.Sepanjang jalan yang dipimpin oleh wanita yang Matahari duga sebagai kepala pelayan di rumah tersebut, Matahari mencoba untuk berjalan sejauh mungkin dari guci-guci yang menjadi hiasan di koridor yang ia lewati."Silahkan masuk." Matahari menghela napas panjang sebelum masuk ke dalam sebuah ruangan yang terdapat sosok wanita yang sudah mulai berumur itu."Matahari?" Matahari mengangguk kaku begitu namanya disebut oleh wanita yang jika ia kira-kira mungkin akan seumuran dengan Ibunya itu. Wanita itu tersenyum ramah dan meny

    Last Updated : 2023-04-27
  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Anak Bos    2. Semesta Yang Jago Bercanda

    Hanan hanya bisa menghela napas panjang ketika telpon dari sang Ibu berakhir. Kabar yang baru saja ia dengar membuat Hanan ingin segera pulang ke rumah orang tuanya yang mungkin sudah lebih dari setahun tak pernah ia kunjungi.Bukan karena ia anak durhaka, tapi karena kedua orangtuanya memilih menetap di jepang dan Ibunya baru saja kembali dua bulan yang lalu ke indonesia.Hanan kembali menghela napas panjang, masalahnya di kantor saja belum selesai kini masalah di rumah kembali hadir menambah daftar kerumitan hidup seorang Hananta Adiguna."Batalkan semua pertemuan hari ini, saya ada urusan mendesak." Putus Hanan tanpa pikir panjang kepada sekertaris barunya.Sang sekertaris yang awalnya ingin membantah pun hanya bisa menjalankan tugas begitu sang atasan berlalu begitu saja.Hanan pun segera beranjak untuk segera mengunjungi kediaman orang tuanya dan disepanjang jalan ia hanya bisa menahan emosi akan keputusan sepihak Ibunya yang merekrut seorang pengasuh tanpa persetujuannya terlebi

    Last Updated : 2023-04-28
  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Anak Bos    3. Status Seorang Hananta

    Matahari kini tengah berada di dalam kamar Airis, ia tengah menemani gadis kecil itu setelah sempat menangis karena mencarinya.Matahari terus memandang Airis yang kini tampak nyaman berada di pelukannya, hingga ia sadar ternyata Airis begitu mirip dengan Hanan. Mulai dari bentuk bibirnya, hidungnya, bentuk wajahnya semua terlihat sama kecuali mata Airis yang terlihat bulat. Sedangkan Hanan memiliki mata yang tajam."Kamu gini terus gak capek?" Tanya Matahari dengan lembut sembari mengelus pelan puncak kepala Airis.Sedangkan anak tersebut mendongak menatap wajah Matahari dan menggeleng dengan polos. Matahari sebenarnya sedikit merasa heran dengan Airis yang sampai saat ini masih tak mengeluarkan suara sama sekali, apakah Airis masih sedikit merasa tak nyaman dengannya?Ah, dan ada satu hal lagi yang membuat Matahari amat sangat terkejut adalah sosok Hananta yang berstatuskan Ayah dari Airis.Bukan hanya terkejut perihal ia harus kembali bekerja dengan mantan atasannya yang begitu ia

    Last Updated : 2023-04-28

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Anak Bos    PART 7. Awal Dari Mimpi Buruk

    "Airis juga bisa nerima kamu dengan mudah, dia juga keliatan sayang sama kamu. Abang-abangnya juga gak protes, jadi disini aja dulu. Seenggaknya sampe Airis bisa ngelakuin semuanya sendiri dan aktif kayak dulu. Atau mungkin sampe anak saya ketemu sama pasangannya, boleh ya?"Matahari hanya mengangguk kaku dengan perasaan yang sedikit kesal.Sampai apa?! Sampai Hanan punya pasangan?! Lalu Matahari?! Jomblo sampai tua?! Begitu?!Namun tak mungkin kan ia menggeleng atau bahkan mengucapkan hal tersebut secara gamblang kepada Ratih? Bisa-bisa ia dipecat saat ini juga."Saya usahakan, Bu." "Saya permisi bawa Matahari ke kamar dulu ya, Bu? Anaknya udah tidur ternyata." Ucap Matahari mencoba untuk pergi dari sana agar ia bisa mengumpat dengan bebas.Sedangkan Ratih mengangguk dan terus memperhatikan punggung Matahari yang semakin menjauh itu dengan senyuman hangatnya.Ratih tersenyum senang mendengar balasan dari Matahari. Setidaknya ketika nantinya Ratih akan kembali ke Jepang, Ratih tak pe

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Anak Bos    PART 6. Permintaan Nyonya Adiguna

    Sepanjang hari pertamanya bekerja, Matahari hanya duduk diam sembari memperhatikan sosok Airis yang sibuk mewarnai selama berjam-jam lamanya.Bocah itu tampak begitu nyaman duduk diatas lantai kamarnya yang beralaskan karpet bulu tanpa minta ini itu, bahkan ketika waktu makan siang saja Matahari harus membujuknya terlebih dahulu, setelah itu ia akan kembali sibuk dengan kertas dan pensil warna kesukaannya.Tak bisa dipungkiri, Matahari merasa sedikit bosan. Dan rasa bosan yang ia rasakan saat ini sedikit banyak membuat otaknya tak bisa diam.Ada banyak hal yang tiba-tiba ia pikirkan, mulai dari status Hanan yang ternyata sudah menikah dan bahkan mempunyai anak. Hingga perihal Airis dan trauma yang bocah kecil itu alami.Matahari memang mencoba untuk mengabaikan hal tersebut, tapi ia tetaplah manusia yang masih mempunyai rasa ingin tau yang tinggi.Seingatnya dulu, ia sempat mendengar kabar perihal status Hanan yang mempunyai seorang kekasih, namun putus di tengah jalan. Tak ada yang t

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Anak Bos    5. Pikiran Random Matahari

    Matahari mengawali pagi nya dengan senyum merekah. Bahkan ia sempat menyapa udara pagi buta yang masih gelap itu dengan senyum lima jarinya.Dan alasan Matahari sangat senang hari ini tak lain karena ini akan menjadi hari pertamanya menjaga anak-anak lucu itu. Meskipun belum dekat, Matahari yakin jika ketiganya pasti anak-anak yang baik.Meski Matahari tak menyukai Hanan karena sikapnya yang selalu membuat Matahari harus ekstra sabar menghadapi mantan bosnya itu, tetapi kini berbeda sebab ia bukan mengurus seorang Hanan, melainkan tiga bocah lucu menggemaskan.Matahari yang sudah membersihkan diri dan juga kamarnya pun segera keluar dari kamarnya. Dan tujuan pertamanya adalah kamar yang berada tepat di samping kamarnya.Matahari membuka pintu dengan perlahan dan mendekat kearah ranjang milik Airis. Tersenyum kecil ketika melihat gadis kecil itu ternyata masih terlelap di dunia mimpi. Setelah membenarkan letak selimut milik Airis, Matahari pun kembali keluar dan menutup pintu kamar Air

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Anak Bos    4. Bukan Keluarga Biasa

    Saat ini Matahari tengah beristirahat di dalam kamarnya, ia baru saja selesai mandi dan membersihkan diri sebelum waktu makan malam tiba. Tadi Nenek dari Airis menyuruhnya untuk istirahat lebih dulu sebelum makan malam selesai, ia benar-benar disuruh untuk mengistirahatkan tubuh dan diperbolehkan turun ketika makan malam sudah akan dimulai.Dan kini yang Matahari lakukan ketika sudah selesai membersihkan tubuh adalah duduk sebari kembali memperhatikan kamar barunya. Kamar itu terlihat luas, bahkan mungkin luasnya sama dengan apartemen yang ia tempati. Fasilitasi disini bahkan lebih lengkap dibanding apartemennya dulu. Ada ac, dispenser bahkan kamar mandi pribadi.Matahari memilih untuk membereskan barang-barangnya yang tak seberapa itu, menyusunnya dengan rapi. Dan untuk barang-barangnya di apartemen rencananya ia akan meminta ijin untuk mengambilnya besok atau mungkin lusa, sedangkan sisa perabotan rumah tangga yang tak mungkin ia bawa akan ia jual nantinya."Enak banget jadi wong s

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Anak Bos    3. Status Seorang Hananta

    Matahari kini tengah berada di dalam kamar Airis, ia tengah menemani gadis kecil itu setelah sempat menangis karena mencarinya.Matahari terus memandang Airis yang kini tampak nyaman berada di pelukannya, hingga ia sadar ternyata Airis begitu mirip dengan Hanan. Mulai dari bentuk bibirnya, hidungnya, bentuk wajahnya semua terlihat sama kecuali mata Airis yang terlihat bulat. Sedangkan Hanan memiliki mata yang tajam."Kamu gini terus gak capek?" Tanya Matahari dengan lembut sembari mengelus pelan puncak kepala Airis.Sedangkan anak tersebut mendongak menatap wajah Matahari dan menggeleng dengan polos. Matahari sebenarnya sedikit merasa heran dengan Airis yang sampai saat ini masih tak mengeluarkan suara sama sekali, apakah Airis masih sedikit merasa tak nyaman dengannya?Ah, dan ada satu hal lagi yang membuat Matahari amat sangat terkejut adalah sosok Hananta yang berstatuskan Ayah dari Airis.Bukan hanya terkejut perihal ia harus kembali bekerja dengan mantan atasannya yang begitu ia

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Anak Bos    2. Semesta Yang Jago Bercanda

    Hanan hanya bisa menghela napas panjang ketika telpon dari sang Ibu berakhir. Kabar yang baru saja ia dengar membuat Hanan ingin segera pulang ke rumah orang tuanya yang mungkin sudah lebih dari setahun tak pernah ia kunjungi.Bukan karena ia anak durhaka, tapi karena kedua orangtuanya memilih menetap di jepang dan Ibunya baru saja kembali dua bulan yang lalu ke indonesia.Hanan kembali menghela napas panjang, masalahnya di kantor saja belum selesai kini masalah di rumah kembali hadir menambah daftar kerumitan hidup seorang Hananta Adiguna."Batalkan semua pertemuan hari ini, saya ada urusan mendesak." Putus Hanan tanpa pikir panjang kepada sekertaris barunya.Sang sekertaris yang awalnya ingin membantah pun hanya bisa menjalankan tugas begitu sang atasan berlalu begitu saja.Hanan pun segera beranjak untuk segera mengunjungi kediaman orang tuanya dan disepanjang jalan ia hanya bisa menahan emosi akan keputusan sepihak Ibunya yang merekrut seorang pengasuh tanpa persetujuannya terlebi

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Anak Bos    1. Dunia Itu Kecil

    Matahari menatap bangunan mewah yang berdiri di depannya dengan mata mengerjap lambat.Hari ini ia berencana untuk melamar pekerjaan sebagai pengasuh anak dan jujur saja ia tak menyangka jika calon anak yang akan ia asuh adalah anak dari orang sekaya ini."Mari masuk, Nyonya ada di dalam." Sontak Matahari pun meneguk ludahnya dengan berat begitu dihadapkan dengan sebuah ruangan yang begitu megah dengan hiasan yang dari jauh saja sudah terlihat semahal apa harganya.Sepanjang jalan yang dipimpin oleh wanita yang Matahari duga sebagai kepala pelayan di rumah tersebut, Matahari mencoba untuk berjalan sejauh mungkin dari guci-guci yang menjadi hiasan di koridor yang ia lewati."Silahkan masuk." Matahari menghela napas panjang sebelum masuk ke dalam sebuah ruangan yang terdapat sosok wanita yang sudah mulai berumur itu."Matahari?" Matahari mengangguk kaku begitu namanya disebut oleh wanita yang jika ia kira-kira mungkin akan seumuran dengan Ibunya itu. Wanita itu tersenyum ramah dan meny

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status