Share

67. Mendonorkan Darah

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-04-21 18:03:05

Malam itu mereka duduk di balkon lantai dua saat gerimis mulai turun perlahan. Suara air jatuh di atap membuat suasana jadi tenang.

Nate menyandarkan tubuh di kursi rotan. Mariana duduk di sebelahnya sambil memegang mug teh hangat. Wanita itu menarik selimut tipis ke bahunya.

Lampu gantung yang menyala temaram memberi cukup cahaya untuk melihat wajah satu sama lain di bawah rinai yang turun lembut itu.

“Kalau kamu kedinginan, kita bisa masuk,” kata Nate. Gerimis tidak termasuk ke dalam rencananya malam ini.

Mariana menggeleng pelan, senyum di bibirnya melengkung indah. “Di sini saja. Aku suka,” sahutnya.

Nate hendak menanggapi, tapi suara dering di ponsel Mariana memotong percakapan mereka.

Nama ‘Ibu’ tertera di layar. Mariana sempat terdiam sebelum akhirnya mengangkat.

“Halo, Bu?”

“Mariana …,” suara Ratna terdengar panik dan bergetar di seberang telepon. “Tolong … Bianca … dia melahirkan, tapi ada pendarahan hebat. Dan rumah sakit kehabisan stok darahnya. Golongan darah kalian sama.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   68. Obrolan Serius

    Setibanya di rumah, Nate langsung menyuruh Mariana untuk langsung pergi ke kamar dan berganti pakaian.“Cepat ganti pakaianmu dengan yang lebih hangat. Aku tidak mau kamu sampai kena flu atau demam,” ujarnya tegas tapi penuh perhatian.Mariana hanya mengangguk pelan. Dengan langkah lelah, ia menuju kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat. Tanpa membuang waktu, ia menuruti instruksi Nate—melepas pakaian yang basah dan menggantinya dengan yang lebih tebal dan hangat.Begitu selesai, ia naik ke ranjang dan membenamkan diri di bawah selimut, membiarkan kehangatan perlahan-lahan meresap ke tubuhnya yang masih menggigil.Sekitar sepuluh menit kemudian, terdengar ketukan lembut di pintu.“Masuk,” ucap Mariana lirih.Pintu terbuka perlahan, dan Nate muncul di baliknya. Di tangannya, ada segelas susu hangat yang mengepulkan uap tipis. Ia berjalan pelan mendekati Mariana.“Minum dulu, supaya badanmu lebih hangat,” katanya seraya menyodorkan gelas itu.Mariana menerimanya tanpa banyak bicara, lal

    Last Updated : 2025-04-22
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   69. Moonie

    Mariana terbangun dan merasakan kepalanya begitu berat. Sekujur tubuhnya panas, tapi ia justru menggigil kedinginan. Diliriknya jam yang berdetak di dinding—pukul dua belas malam.Dengan sisa tenaga yang ia kumpulkan, Mariana bangkit dari kasur. Langkahnya sedikit berat saat menuju laci untuk mencari obat penurun panas. Tidak ada.Ia menarik napas dalam, lalu membuka pintu dan melangkah keluar kamar. Cahaya lampu terang di koridor membuat matanya langsung terpejam dengan dahi berkerut. Mariana refleks menutupi matanya dengan telapak tangan sebentar sebelum perlahan menurunkannya kembali.“Sayang…?”Mariana langsung membuka mata saat suara Nate masuk ke telinganya dengan sopan. Pria itu tiba-tiba berdiri cukup jauh darinya dan segera melangkah mendekat, wajahnya tampak khawatir.“Ada apa? Kamu lapar?” tanya Nate, suaranya lembut tapi sigap.Mariana menggeleng pelan. “Aku mau cari obat penurun demam.”“Kamu demam?” Nate terkejut, lalu menempelkan punggung tangannya ke dahi Mariana. “Ast

    Last Updated : 2025-04-22
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   70. Venti Prive

    Setelah puas berkeliling dan membeli beberapa kebutuhan Elhan, Mariana dan Nate memutuskan untuk bersantai sejenak di sebuah kafe yang terletak di lantai atas mal.Namun langkah kaki Mariana melambat begitu ia melihat sosok yang familiar berdiri anggun di depan restoran bergaya klasik bernama Venti Prive. Wanita paruh baya itu mengenakan setelan warna pastel lembut dan scarf sutra yang menjuntai elegan di bahunya.“Mariana? Nate?” suara lembut dan tegas itu terdengar begitu khas. Ekspresi Arsita langsung bersinar saat melihat mereka.“Mama?” Nate sedikit terkejut. Ia segera menghampiri ibunya dengan Elhan di gendongannya. “Sedang apa mama di sini?”“Mama ada acara arisan dengan beberapa sahabat lama,” jawab Arsita sambil tersenyum lebar. Matanya lalu tertuju pada Elhan. “Dan lihat siapa yang datang … cucuku yang manis.”Arsita langsung mendekat dan mencium pipi Elhan dengan gemas. Bayi lucu itu tertawa kecil, membuat Arsita begitu senang.“Ini kesempatan langka. Ayo ikut sebentar. Aku

    Last Updated : 2025-04-23
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   71. Harapan yang Menekan

    Mobil Nate melaju pelan di tengah ramainya jalanan kota. Suara AC mengalun lembut, dan sesekali terdengar denting mainan Elhan dari kursi belakang.Mariana duduk di samping Nate. Ia belum mengucapkan satu kata pun sejak mereka keluar dari mal. Ekspresinya tenang, tapi pikirannya sibuk memutar ulang perkataan Arsita di depan para sahabat lamanya.‘Aku ingin sekali dia jadi menantuku.’Kalimat itu sederhana, tapi entah mengapa terasa berat bagi Mariana. Kalimat itu mengandung harapan yang tidak pernah Mariana pikirkan.Sejauh ini, hubungannya dengan Nate berjalan apa adanya. Hangat, penuh perhatian, tanpa tekanan. Dan itu sudah lebih dari cukup bagi Mariana.Ia tidak sedang mengejar akhir yang pasti, apalagi mengukur langkah sejauh apa Nate akan membawa hubungan mereka. Belum. Mariana belum berpikir ke arah sana.Yang membuatnya risih justru saat orang lain mulai menggiring semuanya ke arah yang belum ia tuju. Seolah ia seharusnya ikut menaruh harapan yang sama besar.Mariana sempat men

    Last Updated : 2025-04-24
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   72. Professional in Public, Personal in Private

    Mobil Nate melaju pelan di antara padatnya lalu lintas pagi. Di kursi penumpang, Mariana duduk dengan tenang sambil mengunyah jeruk terakhir di mulutnya.“Turunin aku di depan minimarket, ya,” ucapnya tanpa menoleh.Nate menoleh sejenak, lalu kembali ke jalan di depan. Ia tidak langsung menjawab, tapi bibirnya mengerucut tipis sebelum akhirnya bersuara dengan tenang.“Padahal tidak masalah kalau turun bersama di basement. Orang-orang juga tidak memperhatikan.”Mariana menghela napas kecil. “Aku cuma lebih nyaman begini,” ujarnya singkat. “Lagi pula, sudah biasa juga, kan?”Nate tidak membantah lagi. Ia hanya menepikan mobilnya ke sisi jalan, tepat di depan minimarket kecil yang tak jauh dari gedung kantor. Saat Mariana hendak membuka pintu, Nate tiba-tiba menarik pelan pergelangan tangannya.Mariana sedikit terkejut dan segera menoleh. “Ada apa?”Nate menatap Mariana sebentar. Tatapannya tenang, tapi ada sesuatu yang membuat Mariana menunggu. Lalu tanpa sepatah kata pun, Nate mengang

    Last Updated : 2025-04-25
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   73. Muncul Lagi

    Ruang rapat terasa hening saat Mariana melangkah masuk lebih dulu. Tangannya masih menggenggam tablet berisi dokumen digital, sementara berkas-berkas cetak sudah ia siapkan rapi di atas meja. Setelah makan siang, ia hanya sempat mengecek ulang proyektor dan presentasi sebelum Nate menyelesaikan rapat sebelumnya.Tak lama, suara langkah yang dikenalnya muncul di balik pintu. Mariana tidak langsung menoleh, tapi senyumnya muncul perlahan begitu Nate masuk ruangan.Tatapan mereka sempat bertemu sebentar. Nate tampak sedikit lelah, tapi tidak kehilangan pesonanya. Ia meletakkan map di depan kursinya, lalu mendekat ke arah Mariana.“Sudah siap?” tanyanya pelan.Mariana mengangguk, masih memeriksa kabel proyektor. “Slide-nya udah aku cek. Semua file masuk. Sekarang tinggal kamu tampil ganteng dan ngomong seperti biasa.”Nate tertawa kecil. “Gantengnya kebetulan memang bawaan lahir.”Mariana meliriknya sambil menahan senyum. “Percaya diri itu penting.”Nate tidak langsung duduk. Ia berdiri d

    Last Updated : 2025-04-25
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   1. Pengkhianatan dan Kehilangan

    “Astaghfirullah! Apa yang kalian berdua lakukan?!”Suara jeritan Mariana menggema di kamar tidur yang dulu menjadi saksi cintanya dengan sang suami. Namun kini, pemandangan di hadapannya menghancurkan segalanya.Tubuh Mariana limbung, tapi ia memaksa dirinya tetap berdiri. Napasnya tersengal sementara dadanya mulai terasa sesak.Di atas ranjang mereka, suaminya berbaring tanpa busana. Dan yang lebih menghancurkan hatinya, wanita yang bersamanya adalah Bianca—adik kandung Mariana sendiri.Mariana menatap mereka dengan mata yang bergetar, berusaha mencari penjelasan yang sebenarnya tak lagi diperlukan. Segala sesuatu sudah terpampang jelas di hadapannya.“Kalian … bagaimana bisa?” suaranya nyaris tak terdengar.Darah di tubuhnya terasa beku. Kepalanya berdenyut hebat, seolah-olah dunia yang selama ini ia kenal runtuh begitu saja. Air mata menggenang di pelupuk matanya dan mengaburkan pandangannya.“Ka-kak ….” Bia tergagap, wajahnya pucat pasi saat buru-buru meraih selimut untuk menutupi

    Last Updated : 2025-03-13
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   2. Aku Ingin Bercerai

    Keesokan harinya,Langit kelabu menaungi pemakaman kecil itu, seolah turut berduka atas kehilangan Mariana. Rintik hujan jatuh perlahan, membasahi tanah merah yang masih basah oleh galian segar. Udara dingin menusuk, tapi tak sebanding dengan kehampaan yang menggerogoti hatinya.Meski rasa sakit pasca operasi masih terasa, tetapi Mariana meneguhkan hatinya untuk mengantar bayinya ke peristirahatan terakhir.Wanita itu duduk kaku di samping batu nisan, kedua tangannya saling mencengkeram erat di atas pangkuan. Mata sembabnya menatap kosong ke gundukan tanah merah yang baru saja ditutup.Di sanalah, di dalam bumi yang dingin itu, bayi yang seharusnya lahir dalam hitungan hari kini tertidur selamanya.Suara ustaz terdengar khidmat saat ia membacakan ayat-ayat suci. Isak tangis pecah di antara keluarga yang hadir, tetapi Mariana sendiri hanya terdiam, tak mampu mengeluarkan suara.‘Sayang … maafkan Mama.’ Suara itu hanya terucap dalam hati Mariana.Tidak ada air mata lagi yang bisa Marian

    Last Updated : 2025-03-13

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   73. Muncul Lagi

    Ruang rapat terasa hening saat Mariana melangkah masuk lebih dulu. Tangannya masih menggenggam tablet berisi dokumen digital, sementara berkas-berkas cetak sudah ia siapkan rapi di atas meja. Setelah makan siang, ia hanya sempat mengecek ulang proyektor dan presentasi sebelum Nate menyelesaikan rapat sebelumnya.Tak lama, suara langkah yang dikenalnya muncul di balik pintu. Mariana tidak langsung menoleh, tapi senyumnya muncul perlahan begitu Nate masuk ruangan.Tatapan mereka sempat bertemu sebentar. Nate tampak sedikit lelah, tapi tidak kehilangan pesonanya. Ia meletakkan map di depan kursinya, lalu mendekat ke arah Mariana.“Sudah siap?” tanyanya pelan.Mariana mengangguk, masih memeriksa kabel proyektor. “Slide-nya udah aku cek. Semua file masuk. Sekarang tinggal kamu tampil ganteng dan ngomong seperti biasa.”Nate tertawa kecil. “Gantengnya kebetulan memang bawaan lahir.”Mariana meliriknya sambil menahan senyum. “Percaya diri itu penting.”Nate tidak langsung duduk. Ia berdiri d

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   72. Professional in Public, Personal in Private

    Mobil Nate melaju pelan di antara padatnya lalu lintas pagi. Di kursi penumpang, Mariana duduk dengan tenang sambil mengunyah jeruk terakhir di mulutnya.“Turunin aku di depan minimarket, ya,” ucapnya tanpa menoleh.Nate menoleh sejenak, lalu kembali ke jalan di depan. Ia tidak langsung menjawab, tapi bibirnya mengerucut tipis sebelum akhirnya bersuara dengan tenang.“Padahal tidak masalah kalau turun bersama di basement. Orang-orang juga tidak memperhatikan.”Mariana menghela napas kecil. “Aku cuma lebih nyaman begini,” ujarnya singkat. “Lagi pula, sudah biasa juga, kan?”Nate tidak membantah lagi. Ia hanya menepikan mobilnya ke sisi jalan, tepat di depan minimarket kecil yang tak jauh dari gedung kantor. Saat Mariana hendak membuka pintu, Nate tiba-tiba menarik pelan pergelangan tangannya.Mariana sedikit terkejut dan segera menoleh. “Ada apa?”Nate menatap Mariana sebentar. Tatapannya tenang, tapi ada sesuatu yang membuat Mariana menunggu. Lalu tanpa sepatah kata pun, Nate mengang

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   71. Harapan yang Menekan

    Mobil Nate melaju pelan di tengah ramainya jalanan kota. Suara AC mengalun lembut, dan sesekali terdengar denting mainan Elhan dari kursi belakang.Mariana duduk di samping Nate. Ia belum mengucapkan satu kata pun sejak mereka keluar dari mal. Ekspresinya tenang, tapi pikirannya sibuk memutar ulang perkataan Arsita di depan para sahabat lamanya.‘Aku ingin sekali dia jadi menantuku.’Kalimat itu sederhana, tapi entah mengapa terasa berat bagi Mariana. Kalimat itu mengandung harapan yang tidak pernah Mariana pikirkan.Sejauh ini, hubungannya dengan Nate berjalan apa adanya. Hangat, penuh perhatian, tanpa tekanan. Dan itu sudah lebih dari cukup bagi Mariana.Ia tidak sedang mengejar akhir yang pasti, apalagi mengukur langkah sejauh apa Nate akan membawa hubungan mereka. Belum. Mariana belum berpikir ke arah sana.Yang membuatnya risih justru saat orang lain mulai menggiring semuanya ke arah yang belum ia tuju. Seolah ia seharusnya ikut menaruh harapan yang sama besar.Mariana sempat men

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   70. Venti Prive

    Setelah puas berkeliling dan membeli beberapa kebutuhan Elhan, Mariana dan Nate memutuskan untuk bersantai sejenak di sebuah kafe yang terletak di lantai atas mal.Namun langkah kaki Mariana melambat begitu ia melihat sosok yang familiar berdiri anggun di depan restoran bergaya klasik bernama Venti Prive. Wanita paruh baya itu mengenakan setelan warna pastel lembut dan scarf sutra yang menjuntai elegan di bahunya.“Mariana? Nate?” suara lembut dan tegas itu terdengar begitu khas. Ekspresi Arsita langsung bersinar saat melihat mereka.“Mama?” Nate sedikit terkejut. Ia segera menghampiri ibunya dengan Elhan di gendongannya. “Sedang apa mama di sini?”“Mama ada acara arisan dengan beberapa sahabat lama,” jawab Arsita sambil tersenyum lebar. Matanya lalu tertuju pada Elhan. “Dan lihat siapa yang datang … cucuku yang manis.”Arsita langsung mendekat dan mencium pipi Elhan dengan gemas. Bayi lucu itu tertawa kecil, membuat Arsita begitu senang.“Ini kesempatan langka. Ayo ikut sebentar. Aku

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   69. Moonie

    Mariana terbangun dan merasakan kepalanya begitu berat. Sekujur tubuhnya panas, tapi ia justru menggigil kedinginan. Diliriknya jam yang berdetak di dinding—pukul dua belas malam.Dengan sisa tenaga yang ia kumpulkan, Mariana bangkit dari kasur. Langkahnya sedikit berat saat menuju laci untuk mencari obat penurun panas. Tidak ada.Ia menarik napas dalam, lalu membuka pintu dan melangkah keluar kamar. Cahaya lampu terang di koridor membuat matanya langsung terpejam dengan dahi berkerut. Mariana refleks menutupi matanya dengan telapak tangan sebentar sebelum perlahan menurunkannya kembali.“Sayang…?”Mariana langsung membuka mata saat suara Nate masuk ke telinganya dengan sopan. Pria itu tiba-tiba berdiri cukup jauh darinya dan segera melangkah mendekat, wajahnya tampak khawatir.“Ada apa? Kamu lapar?” tanya Nate, suaranya lembut tapi sigap.Mariana menggeleng pelan. “Aku mau cari obat penurun demam.”“Kamu demam?” Nate terkejut, lalu menempelkan punggung tangannya ke dahi Mariana. “Ast

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   68. Obrolan Serius

    Setibanya di rumah, Nate langsung menyuruh Mariana untuk langsung pergi ke kamar dan berganti pakaian.“Cepat ganti pakaianmu dengan yang lebih hangat. Aku tidak mau kamu sampai kena flu atau demam,” ujarnya tegas tapi penuh perhatian.Mariana hanya mengangguk pelan. Dengan langkah lelah, ia menuju kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat. Tanpa membuang waktu, ia menuruti instruksi Nate—melepas pakaian yang basah dan menggantinya dengan yang lebih tebal dan hangat.Begitu selesai, ia naik ke ranjang dan membenamkan diri di bawah selimut, membiarkan kehangatan perlahan-lahan meresap ke tubuhnya yang masih menggigil.Sekitar sepuluh menit kemudian, terdengar ketukan lembut di pintu.“Masuk,” ucap Mariana lirih.Pintu terbuka perlahan, dan Nate muncul di baliknya. Di tangannya, ada segelas susu hangat yang mengepulkan uap tipis. Ia berjalan pelan mendekati Mariana.“Minum dulu, supaya badanmu lebih hangat,” katanya seraya menyodorkan gelas itu.Mariana menerimanya tanpa banyak bicara, lal

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   67. Mendonorkan Darah

    Malam itu mereka duduk di balkon lantai dua saat gerimis mulai turun perlahan. Suara air jatuh di atap membuat suasana jadi tenang.Nate menyandarkan tubuh di kursi rotan. Mariana duduk di sebelahnya sambil memegang mug teh hangat. Wanita itu menarik selimut tipis ke bahunya.Lampu gantung yang menyala temaram memberi cukup cahaya untuk melihat wajah satu sama lain di bawah rinai yang turun lembut itu.“Kalau kamu kedinginan, kita bisa masuk,” kata Nate. Gerimis tidak termasuk ke dalam rencananya malam ini.Mariana menggeleng pelan, senyum di bibirnya melengkung indah. “Di sini saja. Aku suka,” sahutnya.Nate hendak menanggapi, tapi suara dering di ponsel Mariana memotong percakapan mereka.Nama ‘Ibu’ tertera di layar. Mariana sempat terdiam sebelum akhirnya mengangkat.“Halo, Bu?”“Mariana …,” suara Ratna terdengar panik dan bergetar di seberang telepon. “Tolong … Bianca … dia melahirkan, tapi ada pendarahan hebat. Dan rumah sakit kehabisan stok darahnya. Golongan darah kalian sama.

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   66. Sebuah Peringatan dari Nate

    Beberapa hari kemudian…Nate duduk di sebuah ruangan sempit dengan cahaya temaram. Di depannya, terbentang jendela kaca dua arah yang memisahkannya dari ruangan lain—tempat di mana beberapa pria berbadan besar sedang ‘memberi pelajaran’ pada seseorang.Dari balik kaca itu, Nate memperhatikan dalam diam. Sorot matanya tajam tanpa emosi.Di luar, seorang pria yang sudah babak belur tetap mencoba memberontak meski jelas tubuhnya nyaris tak kuat berdiri.“Lepaskan aku, bangsat! Kenapa kalian menghajarku, hah?!” teriak Bara, suara seraknya menggema penuh amarah.Nate hanya tersenyum miring mendengar itu. Tidak puas, tapi cukup untuk menenangkan rasa geram di dadanya. Pria itu—Bara—baru saja menerobos masuk ke rumah Mariana dan mencuri barang-barangnya.Dan sekarang, dia ada di tempat yang seharusnya.“Siapa yang menyuruh kalian?!” Bara kembali melawan. “Suruh aja bos kalian keluar, hadapi aku langsung kalau berani!”Salah satu pria paling kekar mendekat. Ia mencengkeram kerah kemeja Bara d

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   65. Di Antara Luka, Ada Cinta yang Menyembuhkan

    Mata kedua orang tuanya membelalak seketika. Mereka saling berpandangan, kaget, tak percaya.“Aku menemukan celana dalam yang hilang di gudang rumah Bara,” lanjut Mariana. “Bianca memang bersikeras mengatakan bahwa itu miliknya, tapi aku tahu persis, itu milikku. Dan pagi ini, Pak Nathaniel menerima rekaman CCTV dari tetangga yang memperlihatkan Bara menyelinap masuk ke rumahku.”Tubuh Ratna seketika menegang. Sementara Armand hanya diam dengan rahang mengeras, dan tinjunya mengepal di atas lutut. Wajahnya tampak menahan amarah yang mulai mendidih.“Apa yang kamu bilang barusan benar, Mariana?” tanya Armand akhirnya. Mariana mengangguk pelan. “Benar, Yah. Aku nggak akan datang ke sini membawa cerita seperti ini kalau aku nggak punya bukti. Kalian bisa lihat sendiri videonya kalau mau.”Nate merogoh ponsel dari dalam saku celananya, lalu dengan tenang menyodorkannya ke arah Armand. “Ini, Om.”Armand mengambil ponsel itu dengan tangan gemetar. Ia menonton rekaman itu dalam diam. Wajahn

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status