“Siapa Ibu itu?” gumam Reva pelan saat mengintip dari balik gorden. Ia bisa melihat seorang wanita gemuk paruh baya dengan rambut disanggul berdiri di depan teras sambil menenteng sebuah tas besar.Tok tok tok! Wanita itu masih bersikeras untuk mengetuk pintu. “Assalamualaikum!”Dengan keberanian tinggi, Reva akhirnya membukakan pintu untuk wanita tersebut.“Waalaikumussaalam. Maaf cari siapa ya Bu?” tanya Reva sopan.“Maaf mengganggu malam-malam, perkenalkan saya Bi Juleha, saya ditugaskan sama Mamanya Den Zidan untuk bekerja di sini mulai malam ini.”“Ohh benarkah? tapi saya—“Tringg! (tiba-tiba ponsel Reva berbunyi)Ponsel di tangannya berbunyi menandakan ada sebuah panggilan masuk. “Hm, sebentar ya Bu.” Reva mengangkat telepon dari mertuanya lebih dulu, agak menjauh dari pintu.“Halo assalamualaikum Ma."“Waalaikumussaalam Reva. Reva, Mama mau tanya apa Bi Juleha sudah sampai di rumah kalian? Mama sengaja nyuruh Bi Juleha ke sana sekarang supaya bisa nemenin kamu, kasihan kamu s
“Halo Pak Agus, saya ada tugas buat kamu.” Sejenak setelah Zidan sampai di perusahaan, ia langsung menghubungi asisten pribadinya, memberikan tugas kepada Agus mengenai Risa.“Oke, segera kabari saya ya, terima kasih.” Trelelet (bunyi telepon kantor)Baru saja memutuskan sambungan dengan Pak Agus, telepon kantor berbunyi.“Halo.”“Halo Pak, selamat siang ini Bianca dari resepsionis. Saya mau memberi tahu kalau ada seorang wanita yang ingin bertemu Bapak di bawah.”“Siapa?”“Namanya Bella Pak.”‘Bella, Bella siapa? apakah mungkin?’ batin Zidan.“Bagaimana Pak? apa Bapak bersedia menemuinya. Mbak Bella bilang dia hanya ingin bertemu sebentar.”“Saya akan ke bawah sebentar lagi.”“Baik Pak, terima kasih akan saya sampaikan. Selamat siang.”“Hm, iya siang.”Sementara itu di bawah“So, gimana?” seorang wanita cantik seperti bule dengan tubuh tinggi langsing bak model, berambut panjang curly bertanya pada sang resepsionis.“Pak Zidan akan turun ke bawah sebentar lagi.”“Oh, okay. Thank
“Dari mana saja kamu? aku teleponin kamu berpuluh kali enggak diangkat-angkat. Aku kirimin pesan juga enggak kamu baca. Kamu udah enggak sayang sama aku?!”Sedari tadi hanya suara Risa saja yang terdengar, sementara Rian hanya diam menunduk. Pagi ini mereka sedang berada di depan kost-an putri. Bukannya disambut dengan hangat ketika Rian datang melainkan disambut dengan beribu-ribu pertanyaan dari kekasihnya.“Kenapa diam aja?! ayo jawab!” Risa menarik kerah jaket Rian, ia terbawa emosi karena sedari tadi Rian hanya diam seribu bahasa.Rian mengatupkan tangannya, “Maaf, maafkan aku.”“Jangan minta maaf. Aku butuh penjelasan.”“A-aku ... Aku ....” Rian membasahi bibirnya, ia bingung harus menjawab apa, ia tidak mungkin jujur. “Aku ke Jakarta.”“Ngapain kamu ke Jakarta?”“A-aku ketemu temanku. Aku mau pinjam uang sama dia karena kamu tahu ‘kan kita udah kekurangan biaya untuk hidup sehari-hari. Gaji kita yang sedikit itu enggak cukup buat menghidupi kita berdua. Jadi kita harus usaha le
Zidan tampak sudah rapi dengan setelan jas hitam dengan dalaman kemeja putih seperti biasa. Ia sedang menyisir rambutnya di depan cermin, menata rambutnya yang masih agak basah ke atas hingga jidat lebarnya terekspos sempurna. Wajahnya masih terlihat agak pucat, faktanya ia memang belum sepenuhnya bugar. Tring Ponselnya yang berbunyi menarik perhatiannya, ia berhenti dari kegiatannya menyisir rambut lalu mengambil ponselnya yang berada di atas meja. Ia dapat melihat nama Arka tertera di layar ponselnya. “Halo." “Halo Zidan, kamu di mana sekarang?” “Aku di rumah, tapi bentar lagi mau berangkat ke perusahaan. Kenapa?” “Jangan pergi dulu, aku mau ke rumah dengan istrimu.” “Hah! Kok kamu bisa sama istriku?” “Ceritanya panjang nanti aku jelasin. Sekarang istri kamu pingsan.” “Apa?! pingsan?! Ini sebenarnya ada apa sih? kalian di mana sekarang? aku nyusul aja ya.” mulai terdengar suara panik dari Zidan. “Enggak usah, aku udah mau deket kok ini, nanti aku ceritain ya. Udah du
3 hari kemudianHari ini Rian tidak masuk kerja karena sedang tidak enak badan. Sudah 3 hari ini dia stres sampai jatuh sakit pasalnya 3 hari sebelumnya ia terlibat pertengkaran dengan kekasihnya yang mengakibatkan kekasihnya itu menjaga jarak dengannya hingga saat ini.Flashback on3 hari yang lalu“Sayang~” Risa bergegas meletakkan kembali ponsel Rian ke tempat semula ketika mendengar suara kekasihnya.“Udah selesai?” tanya Risa dengan senyum menghiasi wajahnya, seberusaha mungkin untuk bersikap tidak mencurigakan.“Udah, lega banget,” jawab Rian seraya mengusap perutnya. Risa mengangguk dengan senyum kecil. “Ya udah yuk berangkat kerja. Kamu udah siap ‘kan?”“Tunggu!”Rian berbalik, “Kenapa lagi sayang?”Wajah Risa mulai serius, tidak ada tanda-tanda keramahan di wajahnya. “Aku mau kamu jawab jujur. Kamu suka sama adik aku?”Rian melebarkan matanya mendengar pertanyaan dari Risa yang tidak disangkanya itu. “Kamu ngomong apa sih Risa, kenapa tiba-tiba bertanya begitu?”Risa memutar
“Reva! Reva, bangun nak!” seru wanita paruh baya di pagi-pagi buta, membangunkan anak bungsunya yang baru saja lulus SMA.“Emmm ... masih ngantuk Ma, aku ‘kan juga masih libur,” ucap Reva, gadis bertubuh pendek mungil itu dengan suara serak bahkan matanya masih terpejam.“Bangun nak! cepat siap-siap sekarang, hari ini kamu nikah!” Mata Reva seketika terbuka, langsung duduk, menatap mamanya dengan mata melotot. “Apa Ma? nikah? Mama jangan bercanda dong. Bukannya hari ini Kak Risa yang nikah?” “Kakakmu enggak ada, dia kabur dari rumah., Mama enggak tahu lagi harus gimana, Mama pusing. Hari ini pernikahannya tapi dia malah kabur enggak tahu ke mana,” ungkap Dina, Mama Reva seraya mengusap dahinya yang terasa berdenyut.“Hah, Kak Risa kabur? kok bisa?” kepala Reva tiba-tiba berdenyut, terlalu banyak kabar mengejutkan pagi ini, bahkan ini baru beberapa jam setelah hari berganti. “Udah, kamu jangan banyak tanya dulu ya. Sekarang, kamu mandi terus siap-siap.” Mama Reva menarik tangan anakn
Setelah akad dan resepsi usai, Reva langsung mengurung diri di kamarnya. Menangis terisak, meratapi nasibnya yang kini sudah berstatus sebagai seorang istri. Hatinya sangat sakit, di saat anak seumurannya sedang sibuk melanjutkan pendidikan untuk menggapai cita-cita-citanya dan masih bisa bebas bermain dengan anak sebayanya, ia malah terpaksa menikahi pria yang tidak dicintainya, yang bahkan usianya jauh di atasnya. Zidan dan Reva akan tinggal di kediaman mempelai wanita dan kediaman mempelai pria untuk beberapa hari ke depan sebelum pindah ke rumah sendiri.“Zidan, Mama harap kamu bisa ngertiin Reva ya. Dia pasti belum siap untuk menerima semua ini. Kamu ‘kan juga tahu kalau dia baru saja lulus SMA,” tutur Dina, mamanya Reva meminta pengertian kepada menantunya. Orangtua Reva dan Zidan sekarang tengah berada di ruang tamu kediaman keluarga Reva.“Iya Zidan. Sekali lagi kami juga minta maaf dan mohon pengertian dari kamu atas semua masalah yang terjadi hari ini,” tambah Reno.“Iya Ma,
Seminggu kemudianTelah seminggu berlalu sejak pernikahan Zidan dan Reva dilangsungkan. Setelah tinggal bersama di kediaman orangtua masing-masing selama beberapa hari, akhirnya mereka tinggal bersama di sebuah rumah mewah nan mahal yang dihadiahkan oleh Mama Zidan sebagai kado pernikahan.Dan di sinilah mereka baru saja tiba di perkarangan rumah besar itu bersama orangtua mereka yang menaiki mobil yang berbeda. Zidan memarkirkan mobil sedan mewah hitam miliknya di sebelah mobil sedan putih mamanya. Mamanya Zidan tampak keluar lebih dulu bersama kedua orangtua Reva yang ikut bersamanya.Reva keluar lebih dulu tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Selama perjalanan, ia memang hanya diam saja. Zidan tidak terlalu peduli karena dia orangnya juga tidak suka banyak bicara.Rumah untuk Zidan dan Reva itu tampak sangat besar nan mewah. Pilar rumah yang terdapat di depan terlihat menjulang tinggi dan kokoh. Rumah bergaya klasik modern itu memiliki 2 lantai. Halamannya pun begitu luas, terlihat