Sepuluh pembunuh bayaran keluar dari balik pohon, Selena yang ingin melihat tawanannya urung, karena dia ingin menyaksikan bagaimana kesepuluh pria itu meringkus orang gila ini.Dia lalu bersandar di dinding gudang dengan melipat kedua tangan di dada. Jika orang gila iti berhasil diringkus maka dia akan mengikatnya bersama Leona. Tentunya akan menjadi tontonan yang menarik, membayangkannya saja membuat Selena tersenyum sumringah.Leona mengintip dari balik pintu, mereka akan keluar jika Steven sudah mulai terpojok.Terlihat jika Steven sengaja mengulur-ulur waktu mereka. Ke sepuluh pemuda bertubuh kekar dan berwajah beringas itu semakin gusar. Bagaimana mungkin untuk meringkus orang gila saja mereka sampai dibuat kewalahan. Salah seorang diantara mereka mengeluarkan sebuh belati. Steven waspada dia melirik ke arah pintu gudang.Leona dan Syntia saling melirik, tanpa aba-aba, keduanya keluar dari gudang dan bergabung dengan Steven. Membentuk formasi segitiga dan mulai ancang ancang menu
Aditia melihat berita penangkapan Selena dari media elektronik. Model cantik tersebut ditahan pihak kepolisian kota M dan dikabarkan akan dikrim ke Jakarta dengan pesawat pagi.Selena dituduh telah menculik Leona sehingga mengakibatkan isteri pengusaha itu mengalami dehidrasi dan harus di opname di rumah sakit.Terlihat Abhygael memberikan pernyataannya kepada wartawan."Saya ingin pelakunya dihukum sesuai dengan perbuatannya.""Apakah tak ada keringanan untuk Selena, mengingat anda pernah menjalin hubungan dengannya ?" tanya salah satu wartawan.Terlihat wajah Abhygael yang menggelap, dengan penuh kemarahan dia berkata."Aku tidak perduli apapun yang terjadi padanya, karena dia telah merusak bulan madu kami."Publik dibuat terkejut, kata-kata itu terdengar terlalu kejam di telinga Selena secara tak sengaja menonton beritanya sendiri dari balik jeruji, laki-laki yang pernah dicintainya, bahkan mereka telah sepakat untuk menikah, kini malah membencinya. Kebenciannya terhadap Leona sema
Perawat yang hendak memeriksa pasien dibuat terkejut tatkala mendapati ranjang pasien yang telah kosong, dia segera berlari memberitahu para perawat yang lain. Icshan yang berdiri tak jauh dari ruangan itu ikut terkejut ketika mendengar perkataan perawat. Sementara itu Syntia yang ruangannya berhadapan dengan ruangan Leona sempat melihat seorang wanita yang sangat cantik keluar dari ruangan VIP, dia tersenyum melihatnya. Abhygael setengah berlari menuju ruangan VIP, dia sempat mendengar kepanikan diantara para perawat membuat jantungnya serasa berhenti berdetak."Leona!" Teriak Abhygael. Ranjang yang kosong membuatnya terbelalak, dia mencari ke dalam toilet, namun dia tak kunjung menemukan isterinya. Dia tahu isterinya baru saja pulih, akan sangat mudah bagi seseorang menculiknya. Ichsan dan beberapa polisi tiba di ruangannya, Abhygael tertunduk lesu, dia menghitung lamanya waktu ketika dia pergi menemui Burman dan balik lagi ke ruangan ini, memakan waktu sekitar tiga puluh menit.
Polisi kembali disibukkan dengan hilangnya isteri pengusaha Abhygael, atas permintaanya, berita kehilangan Leona harus ditutupi sampai dia menemukan sendiri keberadaannya. Sementara itu, seorang wanita cantik menggunakan masker berbaur dengan para wisatawan asing yang hendak menuju taman laut Bunaken, menggunakan kapal menuju pulau yang teramat indah di dunia itu. Sesampainya disana dia menggunakan jasa transportasi ojek untuk sampai ketujuannya. Dia tak sendiri, beberapa turis melakukan hal yang sama dengannya. Setibanya di tempat wisata yang terindah itu, dia langsung menuju home stay, bukan hendak memesan kamar tetapi menanyakan nama seseorang. Di home stay yang kedua dia menemukan orang yang dicarinya. Menarik nafas perlahan lalu mengetuk pintu kamar yang ditunjukkan oleh seorang pelayan. Seorang wanita paruh baya membuka pintu, dia menatap wanita cantik ini dari ujung kepala sampai ujung kaki. Pakaian yang dikenakan wanita ini tidak terlalu mencolok, T-shirt putih dan celana j
Arafat mengetuk pintu kamar Putera, Mutia yang membukakan pintu untuknya. Arafat segera masuk dengan terburu buru. "Ada apa ? mana isterimu ?" tanya Putera ketika melihat tingkah Arafat yang tak seperti biasanya. "Aku meninggalkannya dikamar berdua dengan seorang wanita." Putera dan Mutia saling berpandangan. "Ikutlah ke kamarku, wanita itu ingin menemui kalian berdua." Pagi-pagi Arafat datang ke kamar mereka membawa teka teki, tentu saja mereka penasaran. Karena siang ini mereka akan ke rumah sakit. Jika itu bukan orang penting maka tak mungkin Arafat meninggalkan isterinya berdua dengan wanita itu. Maka tanpa bertanya mereka mengikuti Arafat ke kamarnya. Ketika melihat mertuanya kini berdiri di hadapannya, seketika itu juga Leona berdiri dan mencium kedua tangan mertuanya. Tentu saja kening Arafat mengernyit. Mutia langsung mengenalinya. "Apakah kau direktur itu ?" "Maafkan saya, jika apa yang saya sampaikan hari ini akan mengejutkan bapak dan ibu, Rara hanyalah nama panggila
Abhygael mencari hotel yang jauh dari keramaian, setelah menemukannya dia lalu mengirimkan pesan pada Leona untuk bertemu disana.Agar tidak menimbulkan kecurigaan, beberapa intel kepolisian berjaga jaga di sepanjang jalan menuju kawasan hotel, ada yang berpura-perupa sebagai penjual bakso, penjaga parkiran dan tukang sapu bahkan ada pula yang berpura-pura sebagai pengemis.Sambil menunggu kedatangan Leona, Abhygael membuka email dan membaca semua laporan yang dikirimkan Regan. Keuntungan besar perusahaan ada pada pengalengan ikan. Kini perusahaan kewalahan menerima pesanan dari manca negara. Sehingga mereka harus merekrut kembali para pekerja dalam jumlah yang banyak. Abhygael menyetujuinya, selama perusahaan berkembang pesat maka tak ada salahnya menambah karyawan.Sesuai arahan Leona, Dilan yang bertanggung jawab penuh pada pabrik pengalengan ikan selalu melaporkan secara berkala semua perkembangan melalui Regan.Regan menerima arahan dari Abhygael untuk membelikan tiket untuknya be
Usai melepas rindu, kini keluarga itu berkumpul di kamar yang cukup besar di hotel itu. Abhygael sengaja memilih kamar eksekutif karena tahu situasi seperti hari ini pasti akan terjadi.Arafat tidak khawatir meninggalkan isterinya sendirian di kamar, yang kini dikhawatirkannya adalah Leona. Nalurinya mengatakan jika wanita ini dalam bahaya."Bolehkah aku menyarankan sesuatu ?" Usul Arafat saat mereka berlima duduk di sofa saling berhadapan."Ada apa ?" melihat keseriusan diwajah Arafat, Putera tahu pasti ada sesuatu."Dilain sisi ada yang mengincar Leona, dan disini yang lain ada yang mengincar direktur. Ini sangat menyulitkan, karena yamg diincar adalah orang yang sama," jawab Arafat lalu menatap Abhygael."Lalu apa saranmu ?" tanya Mutia penasaran."Sebaiknya Leona harus mengasingkan diri," Saran Arafat."Tidak!" Abhygael monolak saran itu. "Rencananya aku akan memperkenalkan Leona kepada publik dengan wajah aslinya, aku sudah merencanakan beberapa bulan yang lalu jika aku sudah mene
Akhirnya Karina dan Mutia sepakat ikut Leona ke Jakarta, kini mereka berlima bersama dua polisi telah tiba di bandara Soekarno Hatta. Mutia memakai cadar agar tak ada yang mengenalinya. Regan yang langsung menjemput mereka. Tanpa banyak tanya segera mengantar Leona dan dua wanita yang tak di kenalnya menuju mansion. Sedangkan Ichsan dan Syntia telah kembali kerumahnya menggunakan mobil grab.Mutia ingin sekali menyapa Regan, namun mengingat pesan suami dan Arafat membuatnya duduk diam di dalam mobil.Sampai tiba di tumah, maid yang sudah diberitahu sebelumnya sudah menanti kedatangan nyonya rumah.Bibi Surti datang menghampiri mereka, lagi-lagi Mutia harus bisa menguasai dirinya. Dia ingin sekali menyapa pembantu senior dirumah mereka yang dulu, lagi-lagi dia harus menahan diri.Makan siang sudah dihidangkan, setelah mandi Leona masuk ke kamar ibu mertuanya."Apa saya perlu bawa kesini makanannya ? Atau kita makan di ruang makan ?" tanya Leona."Agak canggung makan dengan pakaian sepe
Kehadiran Leona yang kembali sebagai direktur perusahaan disambut dengan gembira oleh para karyawan. Direktur cantik dan mempesona serta cerdas ini sangat di rindukan. Semua karyawan berdiri berjejer di sepanjang jalan, satpam dan cleaning service tak ketinggalan."Kau di sambut bagaikan seorang ratu, aku jadi cemburu," bisik Abhygael."Jangan terlalu berlebihan," Leona mencubit pinggang suaminya."Selamat pagi ibu direktur, selamat pagi presdir," sapa para karyawan."Selamat pagi," jawab Leona sambil tersenyum dengan hangat.Tak terlukiskan kebahagiaan para karyawan saat menyambut direktur kesayangan mereka. Direktur yang dikenal ramah dan suka membantu itu kini hadir seakan memberi semangat baru bagi para karyawan.Leona naik lift menuju ruangannya di susul Abhygael."Kali ini aku tak akan membiarkanmu di dekati para pria," ucap Abhygael serius."Apa maksudmu? Bukankah seharusnya kau yang perlu di khawatirkan di dekati para gadis?" protes Leona, dia tak terima dengan perkataan suamin
Diandra tak menyangka jika Leona kini sudah kembali ke rumah Abhygael. Dengan penuh percaya diri dia membawakan mainan dan makanan untuk Abil.Bibi Sultia tak tahu harus berkata apa saat Diandra menekan bel di sudut pintu rumah. Abhygael dan Leona sedang mandi di kolam renang bersama kedua anaknya."Maaf non, tuan dan nyonya sedang berada di kolam renang," ucap bibi Sultia saat membukakan pintu rumah."Nyonya?" tanya Diandra dengan kening berkerut."Iya non, kemarin tuan Abhygael menjemput isterinya untuk kembali ke rumah ini," jawab bibi Sultia dengan sopan.Diandra tak tahu harus bilang apa, namun dia ingin memastikan apakah Abhygael mencintai isterinya atau tidak."Biar saya menunggu di teras saja bi," kata Diandra.Tanpa di persilahkan, Diandra duduk di teras rumah. Bibi Sultia segera masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia tak memberi tahu majikannya tentang kehadiran Diandra. Saat kedua majikannya masuk ke dalam rumah barulah dia mengatakan jika Diandra sedang duduk di tera
Banyak mobil yang terparkir di halaman rumah tuan Hendrinata. Namun tuan Putera tetap berusaha mencari parkiran yang kosong di halaman."Sepertinya banyak tamu yang datang pagi-pagi," kata Mutia saat melihat kondisi pagi ini.Mutia melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi. Setelah Putera memarkir mobilnya di sudut halaman yang masih kosong, mereka lalu turun dan mengucapkan salam saat sudah tiba di pintu."Kakak Abil, sini sayang lihat adiknya," Priska berdiri menyongsong Abil. Semua ikut berdiri, rupanya Aditia beserta keluarga ikut berkunjung pagi ini, seakan sudah ada yang memberi tahu mereka jika Abhygael akan datang menjemput Leona.Mungkin karena melihat orang banyak, Abil bersembunyi di belakang ayahnya. Tangannya yang mungil mendekap erat kaki Abhygael sehingga dia tak bisa melangkah dan hanya berdiri saja sambil sebelah tangannya mendekap Abil dari belakang.Leona keluar dari kamar sambil menggendong bayi Arisha. Dia tertegun melihat Abhygael namun tatkala di
Leona membiarkan bayi Arisha dalam gendongan Abhygael, dia sibuk melayani tamu yag sudah mulai berpamitan pulang. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Abhygael yang ternyata memandangnya juga.Diandra menghampiri Abhygael yang menggendong Arisha."Jika diperhatikan ternyata wajahnya mirip sekali denganmu," ucap Diandra."Bagaimana gak mirip, dia adalah ayahnya," sebuah suara membuat Diandra terdiam.Tau-tau Dian sudah berdiri di samping Abhygael dan mengambil Arisha."Maaf bayinya mengantuk," kata Dian sambil meraih Arisha dari gendongan Abhygael.Abhygael enggan melepaskan anaknya, namun melihat tatapan tajam Leona dari pelaminan akhirnya dia menyerahkannya juga."Cium ayah sayang," Dian mendekatkan wajah Arisha dan Abhygael pun menciumnya dengan haru."Benarkah itu anakmu?" tanya Diandra saat Dian sudah melangkah jauh dari meja VIP.Abhygael mengangguk, dia lalu berdiri dan menghampiri Leona. Dia harus mengakhiri kesalah pahaman ini. Dia bahkan tak menghiraukan Diandra yang memanggil
Oemar mengabari Abhygael jika dia akan datang ke Indonesia karena adiknya akan menikah. Kabar ini bukannya membuat Abhygael bahagia, dia semakin sedih karena Leona akan kembali dari kota T. Sudah bisa di pastikan jika Wildan akan menikah dengan Leona. Tapi dia tak akan membiarkan hal itu terjadi, Leona merupakan istri sahnya. Terpikir oleh Abhygael untuk mendiskusikan hal itu dengan kedua orang tuanya namun dia tak ingin melukai perasaan kedua orang yang di sayanginya.Regan menerima undangan pernikahan Wildan, dia tersenyum. Kini dia bisa lega karena Abhygael akan bertemu Leona. Namun dia tidak tahu jika Abhygael melemparkan undangan itu ke tong sampah tanpa melihatnya sama sekali. Dengan bersenandung ria, Regan datang ke rumah Abhygael. Dia berencana ingin menceritakan kebenaran pada sahabatnya itu."Abhy, aku ingin menceritakan sesuatu padamu," kata Regan dengan penuh percaya diri."Sudahlah, aku sudah tau semuanya," kata Abhygael tanpa menoleh sedikitpun."Benarkah? Jika begitu ki
Diandra tak hilang harapan untuk terus berusaha mendekati Abhygael, berbagai cara dia lakukan. Dari sekedar bertamu sampai membawakan makanan untuk Abil.Abil yang sangat merindukan ibunya merasa gembira melihat Diandra. Balita mungil yang tak mengerti apa-apa sangat gembira ketika Diandra membawakannya mainan lalu bermain bersamanya.Semula Abhygael sangat marah melihat Diandra dengan tidak tahu malunya mendekatinya melalui Abil. Namun sekeras-kerasnya hatinya akhirnya luluh juga melihat ketulusan Diandra yang memperlakukan Abil bagaikan puteranya sendiri. "Wanita ini benar-benar tidak tahu malu!" gerutu Abhygael di dalam hati.Akhirnya entah berawal dari mana mereka kini mulai dekat. Kemana-mana mereka sering bersama, namun Abhygael tak pernah mengatakan apapun pada Diandra. Obrolan mereka hanya seputar persoalan bisnis dan tumbuh kembangnya Abil.Saat itu mereka berdua sedang duduk di sebuah cafe. Tak jauh dari mereka duduk pula pasangan Rafael dan Adelia. Saat ini Adelia sedang ha
Awalnya Abhygael enggan menghadiri acara selamatan yang diadakan sahabat ibunya di hotel berbintang lima itu. Namun kedatangan ibunya tadi pagi memintanya untuk ikut menghadirinya sebagai bentuk penghargaan terhadap sahabat. "Ibu Anita itu sahabat mama, tolong pikirkan kembali, mama tak ingin menyinggung perasaan mereka," begitu kata ibunya.Akhirnya malam ini Abhygael ke acara selamatan itu di temani Regan, dia datang tidak memakai pakaian formal seperti biasanya. Dia dan Regan memakai kemeja kotak-kotak yang senada dengan celana yang mereka kenakan."Lihatlah gadis itu, sepertinya dia terus menatapmu," bisik Regan."Dia gadis yang punya hajatan ini, tidak usah perduli kan. Toh kita sudah menghadiri acaranya," jawab Abhygael acuh tak acuh.Putera datang bersama Mutia, mereka menyalami pasangan pejabat itu dan anaknya.'Kenalkan ini Diandra, dia baru pulang dari Amerika," Ibu Anita memperkenalkan anaknya."Oh, anakmu cantik sekali," puji Mutia.Diandra tersipu malu mendengar pujian sa
Sudah seminggu Abhygael uring-uringan, ada-ada saja hal yang membuatnya marah. Laporan yang disodorkan tanpa titik dan koma saja dia berang. Regan bahkan sempat jengkel dengan tingkah Abhygael akhir-akhir ini."Aku tak ingin ada kesalahan lagi," kata Abhygael dengan tegas."Siap bos!" jawab Regan dengan rahang mengeras menahan marah, sudah beberapa kali dia harus memperbaiki dokumen."Satu lagi, jangan izinkan siapapun masuk ke ruangan ini tanpa seizinku," ucap Abhygael tanpa menoleh sedikitpun pada Regan. Dia benar-benar memposisikan diri sebagai atasan.Regan benar-benar heran dengan bosnya, keningnya berkerut, lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya."Bukankah selama ini memang seperti itu bos," sanggah Regan.Abhygael mengabaikan sanggahan Regan, memang benar apa yang dikatakannya namun Abhygael merasa akan ada seseorang yang datang namun dia tak tahu siapa. Mungkin ini hanya perasaannya saja.Selama ini dia selalu bermimpi di datangi seorang gadis cantik, dia sangat ketakutan. Dia
Cuaca pagi ini sangat cerah, pesawat Garuda mendarat dengan sempurna sesuai jadwal. Dian sudah menunggu ibu Renata sekitar setengah jam yang lalu.Tak berapa lama, ibu Renata muncul di pintu kedatangan sambil menenteng sebuah kopor."Selamat datang di kota T bu," sapa Dian lalu meraih koper dari tangan ibu Renata."Apa kau sendiri saja? Siapa yang menemani Leona?" tanya ibu Renata sambil melihat ke kiri dan kanan."Aku dan sopir grab bu, Leona di temani Wildan dan Arini," jawab Dian lalu menuju ke parkiran di susul ibu Renata.Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk tiba lebih cepat di Rumah Sakit. Jalan di kota ini tak semacet kota Jakarta. Di kiri kanan jalan terdapat rumah-rumah penduduk dan beberapa sekolah dan rumah ibadah, juga pantai yang indah. Sopir grab mengemudikan mobilnya dengan perlahan sehingga ibu Renata masih bisa melihat pemandangan laut yang begitu tenang Begitu tiba di Rumah Sakit, Dian segera menuntun ibu Renata menuju ke ruangan VIP. Leona sedang duduk di atas ka