Arafat mengetuk pintu kamar Putera, Mutia yang membukakan pintu untuknya. Arafat segera masuk dengan terburu buru. "Ada apa ? mana isterimu ?" tanya Putera ketika melihat tingkah Arafat yang tak seperti biasanya. "Aku meninggalkannya dikamar berdua dengan seorang wanita." Putera dan Mutia saling berpandangan. "Ikutlah ke kamarku, wanita itu ingin menemui kalian berdua." Pagi-pagi Arafat datang ke kamar mereka membawa teka teki, tentu saja mereka penasaran. Karena siang ini mereka akan ke rumah sakit. Jika itu bukan orang penting maka tak mungkin Arafat meninggalkan isterinya berdua dengan wanita itu. Maka tanpa bertanya mereka mengikuti Arafat ke kamarnya. Ketika melihat mertuanya kini berdiri di hadapannya, seketika itu juga Leona berdiri dan mencium kedua tangan mertuanya. Tentu saja kening Arafat mengernyit. Mutia langsung mengenalinya. "Apakah kau direktur itu ?" "Maafkan saya, jika apa yang saya sampaikan hari ini akan mengejutkan bapak dan ibu, Rara hanyalah nama panggila
Abhygael mencari hotel yang jauh dari keramaian, setelah menemukannya dia lalu mengirimkan pesan pada Leona untuk bertemu disana.Agar tidak menimbulkan kecurigaan, beberapa intel kepolisian berjaga jaga di sepanjang jalan menuju kawasan hotel, ada yang berpura-perupa sebagai penjual bakso, penjaga parkiran dan tukang sapu bahkan ada pula yang berpura-pura sebagai pengemis.Sambil menunggu kedatangan Leona, Abhygael membuka email dan membaca semua laporan yang dikirimkan Regan. Keuntungan besar perusahaan ada pada pengalengan ikan. Kini perusahaan kewalahan menerima pesanan dari manca negara. Sehingga mereka harus merekrut kembali para pekerja dalam jumlah yang banyak. Abhygael menyetujuinya, selama perusahaan berkembang pesat maka tak ada salahnya menambah karyawan.Sesuai arahan Leona, Dilan yang bertanggung jawab penuh pada pabrik pengalengan ikan selalu melaporkan secara berkala semua perkembangan melalui Regan.Regan menerima arahan dari Abhygael untuk membelikan tiket untuknya be
Usai melepas rindu, kini keluarga itu berkumpul di kamar yang cukup besar di hotel itu. Abhygael sengaja memilih kamar eksekutif karena tahu situasi seperti hari ini pasti akan terjadi.Arafat tidak khawatir meninggalkan isterinya sendirian di kamar, yang kini dikhawatirkannya adalah Leona. Nalurinya mengatakan jika wanita ini dalam bahaya."Bolehkah aku menyarankan sesuatu ?" Usul Arafat saat mereka berlima duduk di sofa saling berhadapan."Ada apa ?" melihat keseriusan diwajah Arafat, Putera tahu pasti ada sesuatu."Dilain sisi ada yang mengincar Leona, dan disini yang lain ada yang mengincar direktur. Ini sangat menyulitkan, karena yamg diincar adalah orang yang sama," jawab Arafat lalu menatap Abhygael."Lalu apa saranmu ?" tanya Mutia penasaran."Sebaiknya Leona harus mengasingkan diri," Saran Arafat."Tidak!" Abhygael monolak saran itu. "Rencananya aku akan memperkenalkan Leona kepada publik dengan wajah aslinya, aku sudah merencanakan beberapa bulan yang lalu jika aku sudah mene
Akhirnya Karina dan Mutia sepakat ikut Leona ke Jakarta, kini mereka berlima bersama dua polisi telah tiba di bandara Soekarno Hatta. Mutia memakai cadar agar tak ada yang mengenalinya. Regan yang langsung menjemput mereka. Tanpa banyak tanya segera mengantar Leona dan dua wanita yang tak di kenalnya menuju mansion. Sedangkan Ichsan dan Syntia telah kembali kerumahnya menggunakan mobil grab.Mutia ingin sekali menyapa Regan, namun mengingat pesan suami dan Arafat membuatnya duduk diam di dalam mobil.Sampai tiba di tumah, maid yang sudah diberitahu sebelumnya sudah menanti kedatangan nyonya rumah.Bibi Surti datang menghampiri mereka, lagi-lagi Mutia harus bisa menguasai dirinya. Dia ingin sekali menyapa pembantu senior dirumah mereka yang dulu, lagi-lagi dia harus menahan diri.Makan siang sudah dihidangkan, setelah mandi Leona masuk ke kamar ibu mertuanya."Apa saya perlu bawa kesini makanannya ? Atau kita makan di ruang makan ?" tanya Leona."Agak canggung makan dengan pakaian sepe
Leona bernafas lega tatkala Aditia meninggalkan kediamannya, dia lalu masuk ke dalam kamar untuk melanjutkan perbincangan mereka.Karina duduk di kursi memainkan ponselnya, "Tadi suamiku mengirim pesan jika mereka saat ini transit di Doha International Airport."Leona mengangguk karena dia sendiri menerima pesan yang sama dari Abhygael."Aku bosan memakai pakaian tertutup seperti ini." Mutia membuka cadarnya. Keputusan untuk memakai cadar ini diusulkan Leona, diapun yang mencari disepanjang kota M, toko yang khusus menjual pakaian muslim. Leona membelikan selusin pakaian itu dengan bermacam-macam motif."Kau kan bisa membukanya jika berada di dalam kamar" Ujar Karina. "Oh ya, tadi aku dengar seseorang berdebat di luar."Karina dan Mutia sejak tadi mendengarkan perdebatan antara Leona dan Aditia, di hati Karina sedang menduga-duga, sedangkan Mutia dadanya berdebar kencang, karena laki-laki yang berdebat dengan menantunya adalah keponakannya sendiri.Keponakan yang dirawatnya sedari kec
Saat sendirian seperti ini, biasanya Leona akan mengasah seni beladirinya, namun ketika tahu dia hamil, akhirnya dia hanya bisa duduk dan mengayunkan kakinya keluar dari tempat tidurnya.Bibi Surti datang membawakan sarapan pagi, disusul Ibu Mutia di belakangnya. Leona segera menyambutnya, hari ini perasaannya sangat gelisah. Bagaimana jika Aditia datang lagi dan memancing keributan ?"Bi, tolong bawakan aku majalah khusus ibu hamil di ruang perpustakaan."Untuk menghilangkan rasa sumpek, dia ingin membaca beberapa petunjuk kehamilan dan cara merawat bayi.Aditia tidak datang lagi ke rumah Abhygael, tetapi dia menyuruh seseorang memata-matai rumah itu. Laporan yang dia terima, dokter keluarga datang dan beberapa menit kemudian keluar lagi. Dia ingin bertanya pada dokter keluarga namun hal itu hanya akan menimbulkan kecurigaan, sehingga dia hanya bisa memerintahkan untuk terus memantau dari jarak yang tidak terlalu jauh.Jika Dr. Richard datang ke rumah itu, berarti ada yang sakit, tapi
Leona ingin ke rumah orang tuanya, tetapi dicegah ibu mertua. "Hari ini suamimu akan tiba, jadi sebaiknya tunggulah dia dan kalian berdua bisa pergi bersama."Apa yang dikatakan ibu mertuanya benar, Leona menahan diri. Bukankah jika suami tidak berada di tempat maka seorang isteri tidak boleh keluar rumah ? Dia lalu menelpon ibunya, menanyakan kabar mereka."Hallo bu, apa kabar ?" sapa Leona.""Iya hallo, kami baik-baik saja nak, ibu sebenarnya ingin mengunjungimu, ibu pikir kalian masih di Kota M," Renata terdengar bahagia mendengar suara anaknya."Kami sudah pulang bu, tadinya aku mau kesana, tapi aku harus menunggu Abhygael biar barengan menjenguk ayah dan ibu. Kami ingin berbagi bahagia bersama," Leona sangat antusias ketika berbicara dengan ibunya."Benarkah kabar apa gerangan ?" Renata penasaran. Dia tak tahu jika suaminya dan Adelia berdiri di belakangnya."Aku hamil bu.""Owww, ini kabar yang sangat membahagiakan, sebentar lagi ibu akan menjadi seorang nenek" "Siapa yang mene
Nampak Abhygael memapah Leona turun dari lantai dua, mereka tak ingin bergabung dalam pembicaraan di ruang keluarga. Karena hari ini Abhygael akan menemani Leona ke rumah orang tuanya."Kalian mau kemana ?" tanya Putera. "Kami mau ke rumah mertua," jawab Abhygael, dia sempat meilhat ketegangan di wajah ayahnya dan Arafat."Sebaiknya mintalah beberapa pengawal mengikuti kalian," saran Putera.Abhygael mengangguk, dia lalu mengangkat keningnya ke arah Regan. Tanpa menunggu perintah, Regan tahu apa yang harus dia lakukan. Dan hanya sekali angkat telepon dua orang bodyguard sudah berada di halaman rumah dengan motor besarnya."Kami pergi dulu," pamit mereka berdua."Bos, tuan Abhygael dan isterinya keluar dengan pengawalan dua orang bodyguard," pengintai melaporkan hasil pantauannya kepada Aditia."Ikuti, saat mereka berada di jalur yang sepi, tembak ban mobilnya." "Tapi bos, siapa yang akan mengawasi wanita bercadar itu ?""Bodoh..! Bukan urusanmu, lakukan sesuai perintahku." Aditia me