Pagi ini, Ara akan berangkat ke kampus dengan cepat karena ada jadwal ujian dengan mahasiswanya.
“Berangkat pagi, Ra?” tanya Carista saat melihat Ara yang sudah bersiap dengan setelah kantornya.
“Iya, Car. Ada ujian,” ucap Ara.
“Bagaimana yang kemarin? Sudah menghubungi Gilang?” tanyanya penasaran.
“Belum,” jawab Ara dengan santai tanpa beban.
Carista hanya diam saja mendengarkan jawaban Ara tanpa berniat membantah lagi karena hari masih pagi untuk saling aku argument.
Ara berangkat ke kampus setelah mengantarkan Carista.
Ara langsung menuju ruangannya untuk meletakkan barang barangnya. Selanjutnya menuju ruangan kuliah untuk memberikan ujian sesuai dengan pengumuman yang telah disampaikannya semalam di grup kelas.
Drt!
Hape Ara bergetar saat dia tengah mengawasi ujian. Ara hanya membiarkannya saja tanpa melihat siapa yang menghubunginya karena dia sedang di dalam ruangan k
“Aku takut, kedepannya akan kecewa karena perbedaan kita yang terlalu jauh. Aku tidak seperti wanita lainnya yang berada di sekeliling kamu.”“Apa aku salah karena telah mencintaimu?” ucap Gilang dengan perasaan yang terluka karena Ara yang selalu menolaknya.“Lupakanlah aku, Lang,” bisik Ara dengan mata yang berkaca. Tidak tega rasanya melihat Gilang dalam keadaan yang seperti ini. Akan tetapi, perasaannya juga tidak aman.“Aku minta maaf jika memang ada salah. Tetapi, aku juga tidak mengetahui salah aku apa,” ucap Gilang.“Mungkin salah aku adalah telah berani jatuh cinta kepada kamu,” ujar Gilang seraya meraba wajah pujaan hatinya. ‘Sesakit inikah rasanya kehilangan?’ monolog Gilang dalam kesunyian yang tercipta di antara mereka.“Berikan aku kesempatan satu kali saja untuk bisa memperbaiki semuanya,” pinta Gilang.“Lang, apa kamu tidak akan me
“Bagaimana dengan meetingnya tadi, Ra?” Terdengar pertanyaan dari Carista saat Ara melangkahkan kaki memasuki apartemen. Belum juga masuk seluruh tubuhnya, sudah ditanyain sama Carista.“Aku dikerjai sama ayah!” jawab Ara lesu tanpa menoleh kepada Carista yang menatapnya dengan tatapan bingung.“Maksudnya?” tanyanya kemudian, saat tidak terdengar penjelasan dari Ara.“Meeting hanyalah alasan ayah saja, agar kami bisa bertemu dan menyelesaikan masalah yang terjadi.” Terdengar desahan panjang keluar dari mulut Ara karena kepalanya terasa berdenyut setelah pertemuannya dengan Gilang tadi.“Hahaha.” Terdengar suara tawa Carista dengan lepas saat mendengar jawaban dari Ara.“Orang lagi rusuh malah di ketawain. Dasar!” Ara melemparkan sendok yang dipegangnya kepada Carista.“Wait, Ra! Aku salut banget sama ayah karena paling jago untuk ngerjai kamu,” ucap Carista d
“Kenapa enggak ganti kostum dulu?” tanya Carista heran karena biasanya Ara akan berkemas dahulu sebelum keluar rumah. Apalagi ini janjian sama Gilang.“Lagi malas. Sekali sekali seperti ini keluar kan tidak ada salahnya,” jawab Ara enteng tanpa beban.“Ketemu di mana, Ra?” tanya Carista saat mereka telah di jalan menuju tempat yang diucapkan oleh Gilang.“Tempat biasa, Car,” jawab Ara yang tampak fokus dengan kemudinya.“Ya sudah, aku mau belanja keperluan sementara nungguin kamu selesai,” ucap Carista.“Okey.”Perlahan mobil yang dikemudikan oleh Ara memasuki pelataran parkir gedung pusat perbelanjaan yang ada di sana. Ya, mereka berjanji bertemu di restoran yang ada di pusat perbelanjaan itu. Setelah turun dari mobil, Ara segera keluar dari mobil untuk menemui Gilang.Saat tengah berjalan memasuki mall dan masih di area parkir, Ara menghentikan langkah kakinya s
“Tidak usah minta maaf. Yang akan menanggung resikonya adalah kamu bukan aku,” dengus Ara kesal.“Pastinya kamu juga ikut menanggungnya jika aku sakit nantinya.”Mereka terus membalas ucapan masing masing hingga pelayan restoran datang membawakan menu yang telah dipesan tadi. Selanjutnya, mereka makan dalam diam hingga selesai.“Aku sudah menemui ayah tadi,” sahut Gilang memulai pembicaraan.“Benarkah?” tanya Ara dengan suara yang sedikit bergetar. Perasaannya berdebar debar saat mendengar ucapan Gilang.“Pulang kantor tadi aku langsung kesana. Dan jawaban ayah seperti yang kamu sampaikan,” ujar Gilang dengan menatap Ara dengan pandangan yang sulit diartikan. Sedangkan Ara yang mendengarkan ucapan Gilang, langsung berubah lesu. Kerongkongannya terasa pahit dan sulit untuk menelan makanan.“Trus?” hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Ara saat menunggu kelanjutan dar
Seketika perasaan Ara menjadi tidak tenang, tangannya yang sedang memegang sendok tampak bergetar. Ayah dan Bunda yang melihat hal itu langsung berkata “Kamu sehat kan? Kok gemetar gitu?” tanya ayah.“Kalau lagi enggak enak badan jangan dipaksakan ke kampus, istirahat saja dulu.” Bunda menambahkan.“Eh, enggak kok, Bunda. Ara baik baik saja.”“Jadi gimana? Bisa gantiin ayah?” tanya ayah lagi.“Bi-bisa, yah. Jam berapa meeting nya?” sahut Ara terbata. Pikirannya kacau. Apa yang akan dikatakannya kepada Gilang nantinya.Sedangkan orang tuanya yang melihat ekspresi anaknya malah menahan tawa. Sekali sekali mengerjai putrinya menjadi hal yang membahagiakan juga. Fenna juga menahan tawa saat melihat kegundahan putrinya.“Jam sepuluh nanti. Kalau gitu enggak usah saja ke kampus. Kesana saja langsung.” Ara mengangguk. Berusaha untuk menerima kenyataan yang ada di depan mata.
“Baguslah. Kapan pernikahannya?” tanya Ara seraya menatap Gilang.“Secepatnya. Karena aku tidak ingin larut di dalam masalah kita. Agar kita sama sama bebas nantinya. Jangan pernah menghubungi aku lagi setelah ini. Karena akan menimbulkan kesalahpahaman nantinya,” ucap Gilang.“Baiklah. Terima kasih untuk semuanya, Lang,” ucap Ara seraya berdiri dari duduknya.“Terima kasih, Kia. Karena telah memberikan kebahagiaan selama ini, meskipun pada akhirnya kita tidak bisa bersama. Tetapi, aku cukup bahagia dengan semuanya.”Ara melangkahkan kakinya menuju pintu ruangan Gilang. Hari ini adalah hari paling menyedihkan di dalam hidupnya. Perasaannya hancur berkeping keping. Ditambah lagi dengan kemunculan seseorang yang secara tiba tiba di ruangan Gilang, seakan menambah rasa sakit di hatinya. Kehadiran wanita tersebut membuat lengkap sudah penderitaannya.“Halo sayang,” ucap Gilang seraya memeluk w
Perlahan mobil yang dikemudikan oleh Carista keluar dari kawasan apartemen. Mobil membelah keramaian malam di ibu kota. Besok adalah hari libur, jalanan sedikit ramai dari biasanya.Carista melajukan mobilnya menuju ke arah taman kota. Di sepanjang kawasan taman, banyak pedagang kaki lima yang menjajakan makanan beraneka ragam. Ara melihat keluar jendela dengan tatapan kosong. Pikirannya entah ke mana.“Mau makan apa, Ra?” tanya Carista saat melihat Ara hanya diam saja.“Kita coba nasi goreng yuk!” Carista segera menepikan mobilnya tepat di depan penjual nasi goreng.Mereka memesan nasi goreng sebanyak dua porsi dan lengkap dengan minumannya.Ara mencari tempat duduk yang menghadap taman. Taman sudah ramai di penuhi oleh muda mudi dan juga ada pasangan keluarga yang membawa anak anak mereka main ke taman. Di taman ini terdapat aneka permainan untuk anak anak juga.“Apa rencana selanjutnya, Ra?” tanya Caris
“Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Semuanya sudah selesai. Aku mohon, jangan hadir lagi di depan mataku agar aku bisa melupakan kamu sesuai dengan permintaan kamu tadi,” jawab Ara tanpa menoleh kepada Gilang.Sedangkan Carista yang merasakan hawa perang di antara sahabatnya itu, lebih memilih untuk pergi. Perlahan Carista meninggalkan mereka berdua karena mungkin mereka butuh waktu untuk menyelesaikan masalah mereka.“Maaf karena telah melukai perasaanmu, tetapi percayalah semuanya bakalan indah nantinya,” sahut Gilang seraya memperhatikan wajah Ara. Wajah yang tidak akan pernah dilihatnya lagi dalam waktu yang panjang.“Bagaimana akan indah, prosesnya saja sudah sangat menyedihkan,” sahut Ara.“Di nikmati saja prosesnya. Aku juga merasakan sakit saat lamaranku ditolak oleh ayah. Tetapi, kehidupan harus terus berputar meskipun kita tidak bisa bersama,” ujar Gilang seraya menggenggam telapak tangan Ara y
Memikirkan malam pertama saja sudah membuat kepala Ara terasa berat, apalagi memikirkan cucu seperti yang di bicarakan oleh mamah mertuanya dengan sang bunda.Setelah merasa baikan, Ara kembali ke depan dengan mamah mertuanya dan juga sang bunda yang berdiri di kiri dan kanannya.Bianca juga sudah berdiri dengan anggunnya di depan pelaminan.“Terima kasih, Kak. Akhirnya doa aku di kabulkan sama Tuhan.” Ara tersenyum kepada Bianca seraya mengusap kepala gadis itu dengan sayang. Gadis yang semenjak kenal dengannya sudah di anggapnya sebagai adik itu, hari ini resmi menjadi adik iparnya.Selanjutnya di lanjutkan dengan sesi pemotretan untuk para tamu yang masih tersisa dan foto foto bersama keluarga lainnya.Akhirnya rangkaian acara pesta pernikahan Gilang dan Ara selesai juga. Besoknya adalah hari yang paling membahagiakan bagi pasangan pengantin baru tersebut. Gilang sudah menyusun rencana honeymoon mereka dengan sangat matang tanpa meli
“Sudah, lanjutkan jalannya, tidak enak dilihatin sama para tamu undangan.”“Tapi…” Fenna dan Carista menarik Ara pelan agar terus berjalan.DiantaraTanpa sadar mata Ara memperhatikan tulisan namanya di dinding aula yang tertulis dengan sangat indah dengan tinta gold, terpajang di atas panggung pelaminan. Kemudian, dia melihat senyum cerah seseorang yang menunggunya di atas panggung sana. Air mata Ara menetes tanpa bisa ditahannya. Pria misterius tersebut malah tertawa saat melihat wanita yang sekarang telah resmi menjadi istrinya itu menangis.“Selamat ya sayang.” Ara melihat ayah dan bunda nya yang tertawa ke arahnya. Ara benar benar menangis karena semua orang telah mengerjainya dengan sangat bagus. Hingga teguran dari sang bunda membuatnya kembali melanjutkan langkah kakinya menuju panggung.“Istriku cantik banget hari ini,” bisik Gilang seraya mengulurkan tangannya kepada Ara. Gilang langs
Perjalanan menuju tempat pernikahan membuat Ara berdebar debar. Gadis itu harus menghirup dan menghembuskan nafasnya beberapa kali untuk mengurangi rasa gugup yang datang menghapirinya.Di belokan pertama, kepala Ara mulai mengernyit pasalnya dia masih ingat dengan jalanan itu, jalan menuju hotel yang di lihatnya bersama Gilang waktu itu. Tetapi masih berpikir positif, mungkin saja jalannya memang sama, lagian dia juga tidak hafal dengan jalan di Negara ini.Hingga akhirnya mobil berbelok menuju Axana Hotel. Kakinya langsung gemetar, kenapa bisa di sini. Bukannya ini tempat yang di reservasi Gilang waktu itu?“Kok kita ke sini, bunda?” Fenna menoleh kemudian tersenyum. Carista dan Ayu yang duduk di sampingnya juga ikut tersenyum.“Iya, memang tempat pernikahannya di Axana Hotel sayang.” Mata Ara melebar. Posisi duduknya langsung menjadi tidak nyaman.“Ini tempat Gilang akan menikah juga hari ini.” Fenna pur
“Wow, kamu hebat, Kia. Hidung Belinda mengalami patah tulang dan tangannya juga parah,” sahut David dengan mata yang tidak beralih dari layar gadget nya.“Kamu tau dari mana?” Ara menoleh kepada David.“Lihat berita online Kia. Berita kamu menjadi trending topic hari ini,” puji David penuh semangat.“Itu jurus dapat dari mana?” Gilang menghentikan mobilnya di cafe terdekat karena mereka harus mencari tempat duduk agar dia bisa mengorek informasi dari gadis pujaannya itu.“Itu namanya jurus terdesak. Aku tidak menyangka jika akan separah itu.” Ara tertawa bahagia setelah melihat berita yang disodorkan oleh David kepadanya. Sungguh diluar dugaan, jika dia bisa membuat Belinda terluka parah.David menatap Ara dengan bergidik “Lha, jurus terdesak saja sangat gawat efeknya, apalagi jurus yang memang sudah di rencanakan.”“Sekarang aku lagi mempersiapkan jurus rahasia bu
“Kapan kejadiannya?” tanya Gilang dengan wajah memucat.“Kenapa? Tumben kamu peduli. Biasanya juga tenang saja saat melihat video seperti itu.” David menatap Gilang dengan kening berkerut.“Kapan kejadiannya?” Gilang mengulang pertanyaannya dengan suara yang lebih keras.“Kejadiannya baru sekitar sepuluh menit yang lalu.” Gilang segera menyambar kunci mobil yang terletak di atas meja setelah mendengar jawaban David.“Hei, kamu mau ke mana? Aku ikut.” Gilang mempercepat langkahnya seraya menghubungi Ara, sialnya gadis itu malah tidak menjawab panggilannya.“Ada apa sih, Lang? Kok panik banget?” David berjalan dengan setengah berlari untuk mengejar Gilang yang telah masuk ke dalam mobil.“Perhatikan cewek yang ada dalam video tersebut.” David memutar ulang video tersebut.“Belinda kan? Judul beritanya juga nama dia kok,” ucap David dengan nad
“Kapan kamu terakhir kali bertemu dengan Kiara?” tanya Belinda yang masih belum yakin dengan penglihatannya.Gilang menatap Belinda dengan rasa benci yang mendalam akan tetapi dia berusaha untuk tenang. Walau bagaimana pun, Gilang tidak ingin gegabah dalam menghadapi ular betina ini, salah salah langkah bisa bisa nyawa Kia yang akan menjadi korbannya.“Tahun lalu,” ucap Gilang dengan tatapan yang tidak terlepas dari Belinda. Dia terus mengamati gerak gerik perempuan licik tersebut.“Owh, sudah lama banget rupanya,” sahut Belinda berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya akan tetapi bukan Gilang namanya jika dia tidak bisa mengetahui perangai Belinda.“Jangan pernah menyentuh Kiara, karena dia tidak ada hubungan sama sekali dengan aku. Satu hal yang harus kamu ingat, jika kamu mengganggunya maka bisa aku pastikan kamu akan menerima akibatnya dan akan membusuk di penjara,” ucap Gilang seraya mencengkram lengan
“Tuh kan cantik banget, senyum dikit sayang bunda mau foto. Kemarin dia juga minta bunda buat fotoin kamu saat lagi fitting baju.” Fenna mengambil beberapa gambar cantik putrinya dan langsung mengirimkannya kepada calon menantunya itu dengan penuh semangat.“Kamu udah cocok atau ada yang mau di perbaiki lagi sayang atau ada yang mau ditambahkan?” Nia bertanya dengan lembut. Ara melihat pantulan dirinya di cermin besar yang ada di hadapannya, semuanya sudah terlihat sangat sempurna.“Udah cocok kok tante.” Nia tersenyum bahagia.“Semuanya sudah oke yah?” Ara mengangguk dan sang bunda juga ikut tersenyum bahagia.“Dasar orang yang berjodoh, seleranya pun sama.” Celetuk Fenna yang mengundang kekehan Nia dan beberapa pegawai toko di sana.“Namanya yang berjodoh, pastinya enggak akan lari seleranya, jeng.” Nia tertawa pelan seraya memperhatikan Ara yang sudah mulai bosan dengan suas
Gadis itu menoleh kepada Gilang “Aku pengennya malah melihat undangan karena penasaran dengan mempelai wanitanya.” Gilang langsung tertawa lebar dan segera mengajak gadis itu ke bagian lainnya. Setelah urusan di sana selesai mereka segera meninggalkan gedung dengan perasaan gembira bagi Gilang dan terluka bagi Ara.“Oh iya. Bagaimana persiapan pernikahan kamu?” tanya Gilang saat mereka telah berada di dalam mobil.“Semua di handle bunda sama ayah. Kan mereka yang mengetahui calon menantunya itu.” Gilang malah tertawa lebar saat mendengar ucapan jutek gadis itu. Hingga mobil berhenti di pusat pembelajaan terbesar di kota Amsterdam.“Hari ini aku yang bayar semua keperluan kamu untuk pernikahan nantinya.” Gilang segera turun dari mobil dengan menggenggam tangan Ara.“Enggak perlu, Lang,” tolak Ara dengan senyuman getir nya. Andai calon suaminya adalah Gilang, pastinya dia akan sangat bahagia sekara
“Bagaimana jika ternyata memang aku pria misterius itu?” ucap Gilang balik bertanya. Dia juga ingin mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Ara nantinya.“Pastinya bukan kamu Lang, karena aku tidak mau di duakan dengan wanita lain.”“Ini kan, jika seandainya Kia.”“Jika ternyata pria misterius itu adalah orang yang aku kenal secara dekat. Maka, tunggu saja pembalasan aku selanjutnya setelah menikah nantinya. Sekarang dia yang mengerjai aku, maka nantinya aku yang akan mengerjainya.” Ara tersenyum puas hingga lesung pipinya terlihat dengan jelas dan wajahnya yang memancarkan kebahagiaan yang tiada duanya.Gilang bergidik ngeri saat melihat ekpresi gadis itu hingga dia terpikir sendiri tentang ucapan Ara.“Ya sudah, sekarang kita keluar sebentar. Aku ada janji dengan pihak WO dan mengurus semua keperluan pesta nantinya,” ucap Gilang kepada Ara yang langsung membuat gadis itu lesu. Baru juga